Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Program Ecovillage

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PROGRAM ECOVILLAGE
(Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung)

FINA WINDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH
KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PROGRAM ECOVILLAGE (Desa Mekarwangi,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung)” adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Fina Windayani
NIM I34120114

ABSTRAK
FINA WINDAYANI. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Tingkat
Partisipasi Masyarakat pada Program Ecovillage”. Di bawah bimbingan SITI
AMANAH.
Lingkungan secara fisik dikelola dan diatur oleh manusia sebagai makhluk
hidup. Munculnya permasalahan bencana banjir, kekeringan, penurunan luas
lahan hutan yang secara signifikan serta kualitas air yang mengancam keberadaan
sumberdaya air menuntut manusia sebagai pengguna untuk mengembalikan alam
sebagai mana mestinya. Pengembangan desa dengan budaya lingkungan
merupakan salah satu cara untuk menganggulangi permasalahan lingkungan yang
terjadi, yakni dengan ecovillage. Penelitian ini dilakukan di Desa Mekarwangi,

Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Tujuan pada penelitian ini untuk
menganalisis kepemimpinan kepala desa, menganalisis tingkat partisipasi
masyarakat pada program ecovillage, dan untuk mengidentifikasi pengaruh
kepemimpinan kepala desa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota
yang mengikuti program ecovillage yang berjumlah 29 anggota. Tingkat
kemampuan kepala desa memiliki pengaruh yang signifikan sedangkan gaya
kepemimpinan tidak memiliki pengaruh terhadap partisipasi anggota. Keterlibatan
anggota pada program ecovillage dipengaruhi oleh kemampuan kepala desa untuk
mendorong anggota dibanding dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh
kepala desa.
Kata kunci: Kepemimpinan Kepala Desa, Ecovillage, dan Partisipasi Masyarakat.
ABSTRACT
FINA WINDAYANI. "Leadership Influence of The Village Head towards
Community Participation Levels in Ecovillage Program". Supervised by SITI
AMANAH.
The physical environment is managed and regulated by humans as living
beings. The emergence of the problem of floods, drought, decline in forest land
significantly and the quality of water that threatens the existence sue water
resources human as a user to restore nature as appropriate. Rural development
with environmental culture is one way to cope with environmental problems that

occur, called ecovillage. This research located in Mekarwangi Village, Ibun
Subdistrict, Bandung District. The purpose of this research are to analyze the
leadership of the village head, to analyze the levels of ecovillage community
participation in the program, and to identify the effect the leadership of the village
head. The population of this research were all members of the follow the
ecovillage program totaling 29 members. The ability of the village head has a
significant effect, while the leadership style has no effect the participation of
members. Members involvement of the program affected by the ecovillage the
ability of the village head to encourage members than leadership style
which is owned by the village head.
Keywords: Leadership Village Head, Ecovillage, and Public Participation

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM ECOVILLAGE
(Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung)

FINA WINDAYANI
I34120114

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

Judul Skripsi

:

Nama
NIM

:
:


Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Tingkat
Partisipasi Masyarakat dalam Program Ecovillage (Desa
Mekarwangi, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung)
Fina Windayani
I34120114

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr Ir Siti Amanah, MSc
NIP. 19670903 199212 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr Ir Siti Amanah, MSc
NIP. 19670903 199212 2 001

Tanggal Pengesahan :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Tingkat
Partisipasi Masyarakat dalam Program Ecovillage (Desa Mekarwangi, Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung)” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat menjadi sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selain itu penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari kontribusi dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada Dr Ir Siti Amanah, MSc selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing, mendukung, dan memberikan inspirasi
serta saran masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi. Kepada
seluruh responden yaitu anggota ecovillage di Desa Mekarwangi, Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan informasi yang bermanfaat untuk penulisan skripsi.
Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ayahanda Kusna
Wijaya dan Ibunda Fitri Lidiastuti serta Kakak Tantri Witantriasti dan Atria

Widyana serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa yang tidak
terbatas kepada penulis hingga mampu menjalani banyak hal sampai tahapan ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan SKPM
49 yang telah memotivasi dan mendukung penulis dalam kelancaran penulisan
skripsi, Iqbal Syahroni dan Aris Widianto sebagai teman satu bimbingan dan
sebagai teman berdiskusi dan saling bertukar pikiran, dan Kharin, Syifa, Nurin,
Wulan, Nabil, Nella, Tazki, Gita, Inez, Hamzah yang telah memberikan dukungan
moril dalam proses penyelesaian skripsi ini, serta semua pihak yang telah
memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dikatakan belum sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan
skripsi ini. Penulis berharap kajian mengenai “Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Desa terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ecovillage (Desa
Mekarwangi, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung)” mampu memberikan
manfaat bagi orang lain dan khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2016

Fina Windayani
I34120114


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Masalah Penelitian

3

Tujuan Penelitian

3

Kegunaan Penelitian


4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

5
5

Konsep Kepemimpinan

5

Gaya Kepemimpinan

9

Kepala Desa

10


Partisipasi Masyarakat

11

Ecovillage

14

Kerangka Pikir

16

Hipotesis Penelitian

17

METODE PENELITIAN

19


Metode Penelitian

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

19

Teknik Penentuan Responden dan Informan

19

Teknik Pengumpulan Data

20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

22

Definisi Operasional

24

GAMBARAN UMUM DESA MEKARWANGI

27

Kondisi Geografis

27

Kondisi Demografi dan Sosial

28

Kependudukan

28

Pendidikan

28

Jenis Pekerjaan

30

Karakteristik Responden

35

KEPEMIMPINAN KEPALA DESA

39

Tingkat Kemampuan Kepala Desa

39

Gaya Kepemimpinan Kepala Desa

50

Gaya Kepemimpinan Transaksional

50

Gaya Kepemimpinan Transformasional

52

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA PROGRAM ECOVILLAGE

57

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT
PADA PROGRAM ECOVILLAGE
61
Pengaruh Tingkat Kemampuan Kepala Desa terhadap Tingkat Partisipasi
Masyarakat pada Program Ecovillage

61

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Partisipasi Masyarakat
Program Ecovillage
64
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepala Desa Mekarwangi
terhadap Partisipasi Anggota Program ecovillage

64

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Desa Mekarwangi
terhadap Partisipasi Anggota Program ecovillage
66
SIMPULAN DAN SARAN

69

Simpulan

69

Saran

69

DAFTAR PUSTAKA

71

LAMPIRAN

75

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ringkasan pengertian kepemimpinan
Perbandingan manajemen dan kepemimpinan
Perbedaan pimpinan formal dan informal
Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian
Hasil uji reliabilitas
Jumlah dan persentase jenis penggunaan lahan di Desa Mekarwangi,
Kecamatan Ibun pada tahun 2015
7. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan kelompok umur di
Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun Tahun 2015
8. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan agama di Desa
Mekarwangi, Kecamatan Ibun Tahun 2015
9. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun Tahun 2015
10. Sarana dan prasarana pendidikan Desa Mekarwangi di Desa
Mekarwangi, Kecamatan Ibun Tahun 2015
11. Sarana dan prasarana sosial atau keagamaan Desa Mekarwangi di
Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun Tahun 2015
12. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa
Mekarwangi, Kecamatan Ibun Tahun 2015
13. Daftar desa yang mengikuti program ecovillage di Kabupaten
Bandung Tahun 2015
14. Daftar nama kepengurusan ecovillage di Desa Mekarwangi Tahun
2015
15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden
16. Jumlah dan persentase tingkat kemampuan Kepala Desa Mekarwangi
17. Jumlah dan persentase tingkat kemampuan Kepala Desa Mekarwangi
Tahun 2016
18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator tingkat
kemampuan bertanggung jawab Kepala Desa Mekarwangi pada
program ecovillage Tahun 2016
19. Jumlah dan persentase tingkat kemampuan bertanggung jawab Kepala
Desa Mekarwangi pada program ecovillage Tahun 2016
20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator tingkat
kemampuan komunikatif Kepala Desa Mekarwangi pada program
ecovillage Tahun 2016
21. Jumlah dan persentase tingkat kemampuan komunikatif Kepala Desa
Mekarwangi pada program ecovillage Tahun 2016
22. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator tingkat
kemampuan fasilitator Kepala Desa Mekarwangi pada program
ecovillage Tahun 2016

5
6
8
20
22
27
28
28
29
30
30
31
33
34
35
39
40

41
41

42
43

44

23. Jumlah dan persentase tingkat kemampuan fasilitator Kepala Desa
Mekarwangi pada program ecovillage Tahun 2016
24. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator kemampuan
mediator Kepala Desa Mekarwangi pada program ecovillage Tahun
2016
25. Jumlah dan persentase tingkat kemampuan mediator Kepala Desa
Mekarwangi pada program ecovillage Tahun 2016
26. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator tingkat
kemampuan memotivasi Kepala Desa Mekarwangi pada program
ecovillage Tahun 2016
27. Akumulasi jumlah dan persentase tingkat kemampuan motivator
Kepala Desa Mekarwangi pada program ecovillage Tahun 2016
28. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator gaya
transaksional Kepala Desa Mekarwangi pada program ecovillage
Tahun 2016
29. Jumlah dan persentase gaya transaksional Kepala Desa Mekarwangi
pada program ecovillage Tahun 2016
30. Jumlah dan persentase responden berasarkan indikator tujuan bersama
pada program ecovillage Tahun 2016
31. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator kebutuhan
anggota program ecovillage di Desa Mekarwangi Tahun 2016
32. Jumlah dan persentase gaya transformasional Kepala Desa
Mekarwangi menurut responden Tahun 2016
33. Penialaian kumulatif penerapan kedua gaya kepemimpinan Kepala
Desa Mekarwangi Tahun 2016
34. Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator tingkat
partisipasi anggota pada program ecovillage Tahun 2016
35. Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota pada program
ecovillage
36. Hasil uji regresi tingkat kemampuan dan gaya kepemimpinan Kepala
Desa terhadap tingkat partisipasi anggota pada program ecovillage
Tahun 2016
37. Penilaian responden mengenai tingkat kemampuan Kepala Desa
Mekarwangi dan partisipasi anggota pada program ecovillage Tahun
2016
38. Penilaian responden berdasarkan gaya kepemimpinan transaksional
Kepala Desa Mekarwangi dan tingkat partisipasi anggota pada
program ecovillage
39. Penilaian
responden
berdasarkan
gaya
kepemimpinan
transformasional Kepala Desa Mekarwangi dantingkat partisipasi
anggota pada program ecovillage Tahun 2016

45

46
47

48
48

51
52
53
54
55
56
57
59

61

62

64

66

DAFTAR GAMBAR
1. Delapan tingkat dalam tangga partisipasi masyarakat
2. Kerangka Pikir
3. Aspek ecovillage

13
16
32

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peta Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung
Jadwal penelitian
Daftar nama anggota ecovillage
Catatan Tematik
Hasil analisis regresi
Dokumentasi Penelitian

76
77
78
79
82
85

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumberdaya alam beserta isinya yang ada di muka bumi seperti tanah, energi,
flora, fauna, dan maupun yang di atas lautan. Lingkungan secara fisik di kelola
dan diatur oleh manusia sebagai makhluk hidup. Kondisi lingkungan fisik ini
dapat berdampak baik atau bahkan buruk bagi manusia sebagai penerima manfaat
dari lingkungan. Pemenuhan hidup manusia dapat diperoleh dari lingkungan
sosial yang berkelanjutan. Untuk tetap meningkatkan kualitas hidup manusia
harus dapat mempertahankan lingkungan yang memiliki daya dukung yang
optimal dan lingkungan berkelanjutan.
Isu kerusakan lingkungan alam baik hutan maupun perkebunan di Indonesia
merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat serta lembaga-lembaga
terkait diantaranya Dinas Kehutanan, Perhutani, Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, PT Perkebunan Nusantara dan lain sebagainya. Ada beberapa penyebab
kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri diantaranya illegal
logging, polusi udara, gangguan ekosistem, pembuangan sampah sembarangan
dan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Walaupun berbagai cara
pencegahan dan penanggulangannya telah dilakukan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, tetapi kerusakan lingkungan alam masih sering terjadi serta
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Akibat bencana alam
karena tindakan manusia sendiri berdampak kerugian bagi masyarakat Bandung
dan sekitarnya (Putro 2016). Perlu peran penting masyarakat dalam mengelola
lingkungan alam yang dibutuhkan serta digunakan sehari-hari saling bersinergi
agar tidak terjadi ketidakseimbangan alam. Alam memiliki keterbatasan
kemampuan yang harus selaras dengan kebutuhan manusia atas alam. Kepedulian
masyarakat harus dibangun untuk memahami dan menguasai permasalahan
dikawasan sekitarnya secara swadaya. Pengembangan desa dengan budaya
lingkungan merupakan salah satu cara untuk menganggulangi permasalahan
lingkungan yang terjadi. Konsep tersebut dikenal dengan ecovillage.
Ecovillage adalah desa atau kampung berbudaya lingkungan di mana
masyarakat mampu mengelola lingkungannya sesuai dengan kaidah keberlanjutan
meliputi konservasi, pemanfaatan dan pemulihan lingkungan. Ecovillage
merupakan bentuk interaksi manusia terhadap lingkungan untuk mencapai
kehidupan berkelanjutan dan lestari. Pengintegrasian kelestarian alam dan
lingkungan sosial dengan cara hidup yang berdampak rendah untuk mencapai
kehidupan yang berkelanjutan. Membangun budaya dan perilaku yang ramah
lingkungan dengan mencakup empat aspek, yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi,
aspek sosial, dan aspek spiritual (Buku Panduan Ecovillage 2015).
Penerapan ecovillage atau pengembangan desa berbudaya lingkungan sudah
diterapkan beberapa negara termasuk Indonesia, khususnya Provinsi Jawa Barat.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat
menerapkan program ecovillage di beberapa wilayah baik desa maupun kota di
sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (SWP DAS) Citarum merupakan salah satu DAS yang terletak di satu
Provinsi Jawa Barat yang mempunyai luas 1.417.802,30 Ha yang meliputi 21

2

DAS, yaitu Ciasem, Cibulan-bulan, Cibuni, Cidamar, Ciderewek, Cilaki,
Cilamaya, Cipandak, Cipepetan, Cipunagara, Cisadea, Ciselang, Cisoga, Cisokan,
Citarum, Ciujung (Cianjur), Ciwadas, K. Batangleutik, K. Blanakan, K. Kamal
dan K. Sawo. DAS Citarum meliputi delapan kabupaten atau kota dengan DAS
berstatus nasional meskipun terletak di satu provinsi1. Kriteria dalam pelaksanaan
desa berbudaya lingkungan adalah desa dimana penduduknya telah mengelola
lingkungan dengan baik dan semua kegiatanya berdampak positif terhadap
lingkungan.
Pemimpin merupakan sosok dominan dalam sebuah perkumpulan yang
memiliki peran mengatur sebuah kelompok atau organisasi. Menurut Pradana et
al. (2013) untuk itu organisasi memerlukan pemimpin yang mampu menjadi
motor penggerak perubahan organisasi dan pemimpin yang mampu menetapkan
sasaran-sasaran khusus, memonitor perkembangan, dan mengidentifikasi
penghargaan yang diterima karyawan apabila sasaran dapat tercapai. Dalam
pengaturanya, pemimpin bertujuan mengendalikan sebuah kelompok agar
mencapai sebuah tujuan kelompok yang dirancang secara bersama.
Dalam pemimpin desa, pemimpin memiliki pengaruh cukup kuat untuk
pembangunan desa. Baik masuknya program pemeritahan desa ataupun sampai
pelaksanaan pembangunan. Pemerintahan yang paling dekat dengan desa adalah
kepala desa. Dijelaskan oleh Silambi (2014), bahwa kepemimpinan kepala desa
sangat berpengaruh terhadap jalannya roda pemerintahan karena segala keputusan
ada ditangan kepala desa itu sendiri oleh sebab itu kepala desa sangat berperan
penting di masyarakat. Pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dijelaskan
pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Desa dipimpin
oleh seorang kepala desa yang memiliki tanggung jawab dalam menjalankan
urusan pemerintahan, urusan pembangunan dan urusan kemasyarakatan. Urusan
pemerintahan dalam arti pelaksanaan urusan administrasi pemerintahan dan
pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada kepala desa, urusan
pemberdayaan masyarakat dalam penyedian sarana prasarana fasilitas umum
seperti jalan, jembatan, irigasi, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan
kepada kepala desa dan urusan masyarakat berarti pemberdayaan masyarakat
melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang
kemasyarakatan, pendidikan sesuai kewenangan yang dilimpahkan kepada kepala
desa. Selain itu, kepala desa merupakan unit pemerintahan terkecil yang ada di
perdesaan yang bertanggung jawab mengayomi warganya dan mengurusi masalah
pembangunan.
Satu desa yang menerapkan program ini adalah Desa Mekarwangi, Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung. Desa Mekarwangi telah menerapkan program
ecovillage selama tiga tahun terakhir. Dengan beberapa penghargaan atas
penerapan program tersebut yakni Pembina Lingkungan Terbaik se-Provinsi Jawa
Barat2. Penghargaan tersebut diberikan kepada kepala desa sebagai pembina. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan dan
partisipasi masyarakat pada program ecovillage.
1

Depertemen Kehutanan (DEPHUT). www.dephut.go.id. [diunduh pada: 13 Januari 2016, pukul
10.53].
2
Hasil wawancara dengan Staf BPLHD Jawa Barat [pada 21 Januari 2016, pukul 11.32 WIB].

3

Masalah Penelitian
Kepala desa sebagai pemimpin desa memiliki peranan tersendiri dalam
pelaksanaan program ecovillage seperti memotivasi masyarakat, memotivasi,
memberi dukungan, serta tindakan-tindakan lain yang membuat masyarakat
terlibat dalam program. Prestasi yang telah diraih ialah terpilihnya Kepala Desa
Mekarwangi, Kecamatan Ibun sebagai Pembina Lingkungan Terbaik se-Provinsi
Jawa Barat. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti mengetahui
bagaimana kepemimpinan dari Kepala Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun
pada pelaksanaan program ecovillage?
Menurut BPLHD Jawa Barat (2015), ecovillage merupakan suatu
ekosistem dimana masyarakat yang ada didalamnya berusaha mengintegrasikan
kelestarian lingkungan sosial dengan cara hidup yang berdampak rendah untuk
mencapai kehidupan yang berkelanjutan. Pada pelaksanakan pengembangan desa
berbudaya lingkungan atau ecovillage melibatkan masyarakat sebagai subyek
pelaksana yang bersifat partsipatif atau pendekatan Participatory Rural Apprisal
(PRA). Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui
bagaimana tingkat partisipasi anggota kelompok pada program ecovillage?
Kepala desa merupakan unit pemerintahan terkecil yang ada di perdesaan
yang bertanggung jawab untuk mengayomi masyarakat dalam lingkup desa dan
mengurusi masalah pembangunan. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa pada pasal 26 menjelaskan tugas sebagai kepala desa yang terdiri
dari menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Kepala
desa merupakan stakeholder yang mengetahui persoalan masyarakat wilayah
kuasanya. Dalam mengembangkan suatu desa dengan basis lingkungan, kepala
desa memiliki kemampuan mendorong masyarakat untuk terlibat berupa
partisipasi. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti mengetahui bagaimana
pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi anggota kelompok
pada program ecovillage?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi kepemimpinan Kepala Desa Mekarwangi, Kecamatan Ibun
pada pelaksanaan program ecovillage.
2. Menganalisis tingkat partisipasi anggota kelompok pada program ecovillage.
3. Menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi
anggota kelompok pada program ecovillage.

4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan di bidang ilmu kepemimpinan dan lingkungan. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai literatur tambahan yang
digunakan untuk menulis penelitian lanjutan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media sosialisasi
program ecovillage kepada masyarakat luas. Selain itu, penelitian ini juga
dapat memberikan pengetahuan mengenai pengembangan kawasan desa.
3. Bagi swasta, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media advokasi
masyarakat kepada pihak swasta, sehingga pihak swasta dapat membentuk
suatu produk atau jasa yang sesuai dengan lingkungan desa.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana aspirasi
masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang melalukan
pengembangan kawasan pedesaan dengan basis ecovillage.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Kepemimpinan
Pengertian dari kepemimpinan menurut Soekanto (2006) kepemimpinan
(leadership) adalah kemampuan seseorang (kemampuan pemimpin) untuk
mempengaruhi orang lain (yang dipimpin atau pengikutnya) sehingga orang lain
tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi yaitu kepemimpinan yang tersimpul di
dalam suatu jabatan. Ada pula pemimpin karena adanya pengakuan dari
masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.
Perbedaan yang mencolok pada kepemimpinan resmi dengan yang tidak resmi
adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaanya selalu harus berada di
atas landasan-landasan atau peraturan resmi. Sehingga daya cangkupannya agak
terbatas. Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batasan
resmi, karena kepemimpinan tidak resmi didasarkan atas pengakuan dan
kepercayaan masyarakat.
Alfian (2009) mengklasifikasikan kepemimpinan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Ringkasan pengertian kepemimpinan
No
Perspektif
Pengertian Pemimpin
1.
Focus of group processes
Pemimpin merupakan pusat segala
aktivitas dan perubahan kelompok.
Kepemimpinan adalah pusat kehendak
yang menggerakan aneka aktivitas,
perubahan,
dan
perkembangan
kelompok (organisasi).
2.
Personality perspective
Pemimpin merupakan perpaduan antara
bakat khusus dan karakteristik individu,
yang memiliki kemampuan untuk
mendelegasikan tugas pada orang lain
secara sempurna.
3.
Act atau behavior
Kepemimpinan merupakan seperangkat
tindakan dan perilaku tertentu yang
mampu menggerakan perubahan dalam
organisasi.
4.
Power relationship
Kepemimpinan adalah relasi antara
pemimpin dan yang dipimpin
5.
Instrument of goal achievement
Kepemimpinan
adalah
upaya
membimbing anggota mencapai tujuan
bersama.
6.
Skills perspective
Kepemimpinan adalah kapabilitas yang
membuatnya bekerja secara efektif.
Sumber : Alfian (2009)
Peran seorang pemimpin sangat penting dalam mengayomi kinerja
pemerintahan yang dijalankannya. Terlebih ditengah pelaksanaan otonomi daerah

6

sekarang ini, maka hal yang paling menentukan adalah sikap profesionalitas dari
aparatur pemerintahan, khususnya pejabat pemimpin lembaga-lembaga
pemerintahan daerah (Silambi 2014). Kepemimpinan dan manager memiliki
klasifikasi yang berbeda walaupun terkadang didefinisikan suatu hal yang sama.
Ada beberapa perbedaan yang cukup jelas antara kepemimpinan dan manager.
Gibson et al. (1982) menerangkan bahwa kepemimpinan adalah konsep yang
lebih sempit daripada manajemen. Manajer dalam organisasi formal
bertanggungjawab dan dipercaya dalam melaksanakan fungsi manajemen.
Pemimpin kadang terdapat pada kelompok informal, sehingga tidak selalu
bertanggung jawab atas fungsi-fungsi manajemen. Seorang manajer yang ingin
berhasil maka dituntut untuk memiliki kepemimpinan yang efektif.
Kepemimpinan efektif yang berusaha memahami pemecahan masalah
sebagai sebuah proses serta dapat menyeimbangkan pemuasan kebutuhan secara
bersama baik anggota ataupun individu dari pemimpin tersebut (Ruvendi 2005).
Menurut Kahar (2008) kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu
keberhasilan organisasi, terlebih lagi dalam menuju perubahan. Untuk memahami
apa yang dimaksud dengan kepemimpinan (leadership) ada baiknya terlebih
dahulu mengetahui arti pemimpin (leader). Selain itu beberapa ahli mencoba
membedakan antara kepemimpinan dan manager dengan beberapa aspek
pembeda. Seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan manajemen dan kepemimpinan
No
1.

Arah

2.

Kewajiban

Pengorganisasian, staffing,
pengarahan, pengawasan,
menciptakan batasan atau jarak.

3.

Hubungan

Berfokus pada objek atau produk
barang jasa berdasarkan
kekuasaan jabatan. Berposisi
sebagai bos.

4.

Kualitas
personal

Jarak emosional, berbicara,
pikiran cerdas, kepatuhan,
pemahaman organisasi.

5.

Orientasi

Mempertahankan stabilitas.

Manajemen
Perencanaan, penganggaran,
berfokus pada bottom line.

Sumber : Alfian (2009)

Kepemimpinan
Menciptakan visi dan
strategi, berfokus pada
horizon.
Menciptakan budaya dan
nilai bersama, menolong
orang lain berkembang,
mengurangi jarak.
Berfokus pada orang,
menginspirasi dan
memotivasi yang dipimpin.
Berdasarkan pada
kekuasaan personal,
berlaku seperti pelatih,
fasilitator, akselerator, dan
pelayan.
Hubungan emosinal (hati),
pikiran terbuka,
mendengarkan,
memberikan kebebasan
dan keberanian,
pemahaman ke dalam diri.
Menciptakan perubahan
yang terkadang radikal dan
menolak status quo.

7

Pada Tabel 2 dijelaskan mengenai perbandingan antara manajemen dan
kepemimpinan pada aspek arah, kewajiban, hubungan, kualitas personal, dan
orientasi. Untuk manajemen pada aspek arah berfokus pada perencanaan,
penganggaran, serta pada bottom line. Sedangkan kepemimpinan menciptakan
visi dan strategi, berfokus pada horizon. Pada aspek kewajiban kepemimpinan
menciptakan nilai-nilai kebersamaan serta menolong orang lain untuk orang lain
berkembang dan mengurangi jarak dengan pengikutnya sehingga terciptanya
budaya-budaya yang melekat. Berbeda dengan kepemimpinan, manajemen lebih
berfokus pengorganisasian, staffing, pengarahan, pengawasan, menciptakan
batasan atau jarak dengan pengikutnya. Untuk hubungan pada manajemen, hanya
berfokus pada objek atau produk barang jasa berdasarkan kekuasaan jabatan.
Manajemen berposisi sebagai bos. Berbeda dengan kepemimpinan yang berfokus
pada orang, menginspirasi dan memotivasi yang pengikutnya. Berdasarkan pada
kekuasaan personal, berlaku seperti pelatih, fasilitator, akselerator, dan pelayan.
Manajemen memiliki jarak dengan pengikutnya secara emosional, berbicara,
pikiran cerdas, kepatuhan, pemahaman organisasi. Berbeda dengan kepemimpinan
yang memiliki hubungan secara hati atau emosional dengan pengikutnya dengan
kedekatan serta pikiran yang terbuka. Memberikan kebebasan kepada pengikutnya
untuk memilih serta memiliki keberanian untuk mengambil keputusan. Membuka
diskusi dengan pikiran yang saling terbuka. Kepemimpinan memiliki orientasi
kepada perubahan yang terkadang radikal dan menolak status quo. Manajemen
lebih berorientasi untuk mempertahankan stabilitas.
Kepemimpinan dapat dilihat sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang
yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berpikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan
sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi (Rivai dan Mulyadi 2012).
Kartono sebagaimana yang dikutip oleh Silambi (2014), menguraikan fungsi
kepemimpinan dalam kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Memelihara struktur kelompok, menjamin interaksi yang lancar dan
memudahkan pelaksanaan tugas-tugas.
2. Menyingkronkan ideologi, pikiran dan ambisi anggota-anggota kelompok
dengan pola keinginan pemimpin.
3. Memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota,
sehingga mereka bersedia memberikan partisipasi penuh.
4. Memanfaatkan dan mengoptimalkan kepemimpinan, bakat dan
produktifitas semua anggota kelompok untuk berkarya dan berprestasi.
5. Menegakkan peraturan, larangan, disiplin dan norma-norma kelompok
agar tercapai kepaduan kelompok, meminimalisir konflik dan perbedaanperbedaan.
6. Merumuskan nilai-nilai kelompok dan memilih tujuan kelompok sambil
menentukan sarana dan cara operasional guna pencapaiannya.
7. Mampu memenuhi harapan keinginan dan kebutuhan para anggota,
sehingga mereka merasa puas, juga membantu adaptasi mereka terhadap
tuntutan eksternal ditengah masyarakat dan memecahkan kesulitankesulitan hidup anggota kelompok setiap harinya.

8

Kepemimpinan dapat dibedakan menjadi dua yakni kepemimpinan formal dan
kepemimpinan informal sebagaimana yang dijelaskan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Perbedaan pimpinan formal dan informal
Pimpinan Formal
1. Memiliki dasar legitimasi
diperoleh dari penunjukan pihak
yang berwenang, artinya
memiliki legitimasi.
2. Harus memenuhi persyaratan
tertentu.

Pimpinan Informal
1. Sebagian tidak/belum memiliki
acuan formal atau legitimasi
sebagai pimpinan.

3. Mendapat dukungan dari
organisasi formal ataupun
atasanya.
4. Memperoleh balas
jasa/kompensasi baik materil
atau immateriil tertentu.
5. Kemungkinan mendapatkan
peluang untuk promosi,
kenaikan pangkat/jabatan, dapat
dimutasikan, diberhentikan, dan
lain-lain.

3. Tidak mendukung organisasi
formal.

6. Mendapatkan reward dan
punishment.
7. Memiliki kekuasaan dan
wewenang.
Sumber : Rivai dan Mulyadi (2012)

2. Masa kepemimpinannya, sangat
tergantung pada pengakuan dari
kelompok atau komunitasnya.

4. Tidak mendapatkan
imbalan/kompensasi.
5. Tidak mendapat promosi,
kenaikan pangkat, mutasi, dan
memiliki atasan.

6. Tidak ada reward dan
punishment.

Merujuk dari Rivai dan Mulyadi (2012) pada Tabel 3, terdapat beberapa
perbedaan pimpinan formal dan informal. Pimpinan informal memiliki masa
kepemimpinannya, sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau
komunitasnya. Imbalan atau kompensasi tidak diterima oleh pimpinan informal
serta promosi untuk kenaikan jabatan dan mutasi juga tidak diterima. Pimpinan
informal merupakan pimpinan tertinggi sehingga tidak memiliki atasan. Reward
dan punishment ditiadakan dalam pimpinan informal. Berbeda dengan pimpinan
informal, pimpinan formal memiliki kejelasan mengenai kedudukanya secara
legitimasi serta untuk menjadi pimpinan formal harus memenuhi syarat tertentu
dan mendapatkan balas jasa berupa materil atau immateriil. Pemimpin formal
contohnya kepala desa juga memungkinkan untuk naik jabatan atau dipindahkan,
diberhentikan jika melanggar aturan yang telah ditetapkan. Jika pimpinan formal
melaksanakan tugasnya secara baik maka kemungkinan untuk mendapatkan
reward besar begitu juga sebaliknya jika tidak melaksanakan tugas dengan baik
maka akan mendapatkan punishment.

9

Silambi (2014) menjelaskan kepemimpinan kepala desa sangat
berpengaruh terhadap jalannya roda pemerintahan karena segala keputusan ada
ditangan kepala desa itu sendiri. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 dijelaskan pemerintah desa adalah kepala desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa. Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang memiliki
tanggung jawab dalam menjalankan urusan pemerintahan, urusan pembangunan
dan urusan kemasyarakatan. Urusan pemerintahan dalama arti pelaksanaan urusan
administrasi pemerintahan dan pengaturan kehidupan masyarakat yang
dilimpahkan kepada kepala desa, urusan pemberdayaan masyarakat dalam
penyediaan sarana prasarana fasilitas umum seperti jalan, jembatan, irigasi, sesuai
dengan kewenangan yang dilimpahkan kepada kepala desa dan urusan masyarakat
berarti pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya
masyarakat seperti bidang kemasyarakatan, pendidikan sesuai kewenangan yang
dilimpahkan kepada kepala desa.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu upaya atau cara untuk
mempengaruhi pengikutnya. Masing-masing gaya memiliki kekurangan dan
kelebihannya bagi pengikutnya. Menurut Siagian (2008) ada tiga macam gaya
kepemimpinan:
1. Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada
pengambilan keputusan sebagai keputusan bersama dan seluruh anggota
sistem sosial yang bersangkutan.
2. Otokrasi, yaitu kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan
keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri.
3. Laiszer Faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan
keputusan kepada masing-masing anggota sosial itu sendiri.
Gaya kepemimpinan bersifat atau bergaya top down autokratis, partisipatif
dan value based leadership. Pemimpin tipe partisipatif menuntut pemimpin turut
aktif dalam berbagai kegiatan dan menetapkan tujuan bersama-sama, membagi
pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban ke bawah dan membentuk tim
dan antar tim yang efektif untuk meningkatkan skill dan kemampuan individu.
Kepemimpinan value based leadership, kepemimpinan tipe ini dasarkan atas
hubungan nilai yang solid dan terintergrasi di antara sesama anggota dan
pemimpinnya (Gama, Betta et al. 2014). Terdapat 3 jenis gaya kepemimpinan
(leadership style) yang sangat berpengaruh terhadap efektivitas seorang pemimpin
yaitu gaya autokratis, demokratis, partisipatif, dan bebas kendali
(Reksohadirpodjo 1985 yang dikutip Ruvendi 2005).
Gaya kepemimpinan yang dikemukakan Bass (1995) dikutip oleh Ancok
(2012) membagi kepemimpinan ke dalam dua gaya, yakni gaya kepemimpinan
transformasional dan gaya transaksional. Gaya kepemimpinan transaksional
merupakan gaya yang bergaya manager dan gaya kepemimpinan transformasional
adalah kepemimpinan yang bergaya leader.
Secara umum, kepemimpinan transformasional memiliki sifat memanusiakan
pengikutnya, memperlakukan pengikutnya sebagai manusia cerdas dan terhormat,
mampu “mengelus-elus” hati pengikutnya agar memunculkan potensi insaninya

10

secara maksimal (Ancok 2012). Kepemimpinan transformasional merupakan
sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja
menuju sasaran yang mengarahkan organisasi pada suatu tujuan yang tidak pernah
diraih sebelumnya (Locke 1997 dikutip oleh Pradana et al. 2013). Melalui
kepemimpinan transformasional maka bawahan akan merasa dipercaya, dihargai
dan bawahan akan lebih menghargai pimpinannya. Menurut pandangan Bass
(1995) dikutip Ancok (2012) ada empat hal yang menjadi ciri pemimpin
tranformasional, yakni:
1. Idealized inlfuence atau pengaruh yang diidealkan yaitu sifat keteladanan
yang ditujukan kepada pengikut dan sifat yang dikagumi pengikut dari
pemimpinnya.
2. Intellectual stimulation atau simulasi intelektual yaitu pemimpin yang
berfokus pada pemberian apresiasi serta tidak mengkritik pada setiap
gagasan sekecil apapun gagasanya.
3. Individual consideration atau kepedulian secara perorangan yaitu ciri
pemimpin yang memperhatikan kebutuhan pengikutnya dan membantu
pengikutnya agar mereka dapat bisa maju dan berkembang dalam karir dan
kehidupan mereka.
4. Inspiration motivation atau motivasi yang inspirasional yaitu sifat pemimpin
yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak pengikutnya untuk
mewujudkan sebuah cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka menjadi
bermakna.
Berbeda dengan kepemimpinan transaksional yang bergaya manager. Bass
(1985) dikutip Pradana et al. (2013) mengemukakan bahwa karakteristik
kepemimpinan transaksional terdiri dari dua aspek, yaitu:
1. Imbalan kontingen yaitu pemimpin memberitahu bawahan tentang apa
yang harus dilakukan bawahan jika ingin mendapatkan imbalan tertentu
dan menjamin bawahan akan memperoleh apa yang diinginkannya sebagai
pengganti usaha yang dilakukan.
2. Manajemen eksepsi yaitu pemimpin berusaha mempertahankan prestasi
dan cara kerja dari bawahannya, apabila ada kesalahan pemimpin langsung
bertindak untuk memperbaikinya. Manajemen eksepsi dibagi menjadi dua
yakni aktif dan pasif. Disebut aktif jika pemimpin secara aktif mencari apa
ada kesalahan, dan jika ditemukan akan mengambil tindakan seperlunya.
Disebut pasif jika pemimpin hanya bertindak jika ada laporan kesalahan,
sehingga tanpa ada informasi maka 5 pemimpin tidak mengambil tindakan
apa-apa.
Kepala Desa
Kepala desa merupakan jabatan resmi yang dimiliki seseorang dalam
kemampuannya meliputi proses mempengaruhi orang lain dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya (Yulindra 2013).
Menurut Surur (2013) kepala desa juga seharusnya berperan dalam membangun
kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program-program yang
dilakukan oleh pemerintah desa. Karena masyarakat juga bagian dari suksesnya
program desa serta masyarakat juga mempunyai peranan terhadap tercapainya

11

tujuan dari pembangunan. Perlu adanya suatu koordinasi yang baik antara
pemerintah dan masyarakat agar yang menjadi cita-cita bersama yaitu keadilan
sosial bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan. Pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 dijelaskan pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa. Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang memiliki
tanggung jawab dalam menjalankan urusan pemerintahan, urusan pembangunan
dan urusan kemasyarakatan.
Urusan pemerintahan dalama arti pelaksanaan urusan administrasi
pemerintahan dan pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada
kepala desa, urusan pemberdayaan masyarakat dalam penyedian sarana prasarana
fasilitas umum seperti jalan, jembatan, irigasi, sesuai dengan kewenangan yang
dilimpahkan kepada kepala desa dan urusan masyarakat berarti pemberdayaan
masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti
bidang kemasyarakatan, pendidikan sesuai kewenangan yang dilimpahkan kepada
kepala desa (Silambi 2014).
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebut
pelaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala desa berwenang:
1. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
2. mengangkat dan memberhentikan perangkat desa
3. memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa
4. menetapkan peraturan desa
5. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
6. membina kehidupan masyarakat desa
7. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa
8. membina
dan
meningkatkan
perekonomian
desa
serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa
9. mengembangkan sumber pendapatan desa
10. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
11. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa
12. memanfaatkan teknologi tepat guna
13. mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
14. mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan
15. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi menurut Tjokrowinoto yang dikutip oleh
Silambi (2014)
merupakan suatu konsep dasar dan mempunyai posisi penting dalam ruang
lingkup hubungan kerja. Hakekat dari partisipasi yang mempersatukan
pertimbangan keputusan individual dengan keputusan organisasi sebagai suatu
sistem yang lebih besar menempatkan partisipasi di dalam titik perhatian
hubungan kerja. Partisipasi dipandang sebagai suatu teknik hubungan kerja yang

12

efektif. Partisipasi masyarakat difungsikan sebagai faktor penentu keberhasilan
sebuah program pemerintah.
Menurut Nasution yang dikutip Yulindra (2013) keberhasilan penyelengaraan
otonomi daerah dan desa juga tidak terlepas dari adanya peran serta atau
partisipasi aktif anggota masyarakatnya, baik sebagai kesatuan sistem maupun
sebagai individu merupakan bagian integral yang sangat penting dari sistem
pemerintahan daerah atau desa, karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi
ditunjuk guna mewujudkan masyarakat sejahtera di daerah atau desa yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan di
daerah atau di desa tidak saja ditangan kepala daerah atau kepala desa tetapi juga
di tangan masyarakat tersebut.
Menurut Yulindra (2013) partisipasi masyarakat merupakan wujud dari
terciptanya kemauan masyarakat dalam suatu program pemerintah khususnya
program pembangunan bagi masyarakat. Salah satu wujud kemauan itu dengan
adanya sikap mendukung terhadap penyelenggaraan program pemerintah yang
ditujukan melalui partisipasi aktif anggota masyarakat dalam pelaksanaan
program pembangunan. Program pembangunan direncanakan dan dapat terlaksana
sesuai dengan harapan. Harapan ini harus sejajar dengan usaha partisipasi dari
masyarakat. Menurut Surur (2013) dalam setiap program pemerintahan yang telah
direncanakan oleh pemerintah wajib disosialisasikan kepada masyarakat atau
dalam setiap penyusunan program baik dari tingkat pusat sampai pada tingkat
desa seharusnya masyarakat juga mempunyai andil. Partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela dari dalam dirinya maupun
dari luar dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah kerja sama antara masyarakat
dengan pemerintah.
Arnstein (1969) menjelaskan delapan tangga partisipasi yang diuraikan
sebagai berikut :
1. Manipulation (manipulasi): pada tingkatan ini, masyarakat diikutkan
sebagai “stample karet” dalam badan penasehat. Tujuanya adalah untuk
dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukunganya.
Tingkatan ini bukan tingkatan partisipasi masyarakat yang murni, karena
telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa.
2. Therapy (terapi): pada tingkat terapi atau pengobatan ini, pemegang
kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap
ketidakberadaanya sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura
mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaaan, mereka
sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelempok orang yang
memerlukan pengobatan.
3. Informing (menginformasikan): pada tingkatan ini, informasi diberikan
kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka
merupakan langkah awal yang sangat penting. Namun, seringkali
pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat
satu arah sehingga masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk
memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi.
4. Consultation (konsultasi): pada tingkatan ini meminta pendapat
masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh.

13

5.

6.

7.

8.

Namun konsultasi ini masih semu karena tidak ada jaminan bahwa
pendapat mereka akan diterima. Partisipasi masyarakat diukur dari
frekuensi dalam pertemuan, seberapa banyak brosur dibawa pulang dan
seberapa banyak menjawab kuesioner.
Placation (menenangkan): pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki
pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tidak memiliki jaminan
akan diperhatikan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih
masyarakat miskin yang layak untuk dimasukan ke dalam suatu lembaga.
Patnership (kemitraan): pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui
negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat
untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and
give.
Delegated Power (kekuasaan didelegasikan): pada tingkat ini masyarakat
menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan untuk
menentukan suatu keputusan. Selain itu juga masyarakat memegang
peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut.
Citizen control (kontrol warga negara): pada tingkat ini masyarakat
menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur
program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab
penuh terhadap kebijakan dan aspek manajerial dan bisa mengadakan
negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan.

1. Kontrol Masyarakat
2. Pendelegasian
Kekuasaan
3. Kemitraan

Citizen Power

4. Pendamaian
5. Konsultasi

Tokenism

6. Informasi
7. Terapi
Non-participation
8. Manipulasi

Gambar 1 Delapan tingkat dalam tangga partisipasi masyarakat
Sumber: Arnstein (1969)
Dijelaskan oleh Arnstein (1969), pada Nasdian (2014) delapan tangga
partisipasi kemudian digolongkan kembali menjadi tiga level. Manipulasi dan
Terapi masuk ke dalam level “non-partisipasi” yang dimaksud inisiatif

14

pembangunan tidak bermaksud untuk memberdayakan masyarakat akan tetapi
membuat pemegang kekuasaan untuk “menyembuhkan” atau “mendidik”
komunitas. Informasi, Konsultasi termasuk dalam level “Tokenisme” yang artinya
komunitas bisa mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat, akan tetapi
tidak ada jaminan kalau pendapat komunitas akan diakomodasi. Placation sebagai
level tertinggi dalam tokensim, komunitas bisa memberikan saran pada pemegang
kekuasaan. Kemitraan membuat komunitas dapat bernegosiasi dan terlibat dalam
pengambilan keputusan. Pendelegasian kekuasaan dan kontrol merupakan
komunitas memegang mayoritas pengambilan keputusan dan kekuatan
pengelolaan. Tiga level terakhir termasuk kedalam level kekuasaan warga negara
(citizen power) (Gambar 1).
Cohen dan Uphoff (1979) yang diacu oleh Ardilah et al. (2014) membagi
partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yaitu pada
perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata
partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam
bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
tindakan sebagai anggota proyek.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widagdo (2000) menjelaskan
kepemimpinan dapat mempengaruhi baik sikap kader maupun kehadiran di
Posyandu adalah kepemimpinan atau kades yang paternalistik dan tradisional
(masih menunggu instruksi dari atas). Namun demikian, masih sangat potensial
dalam memotivasi dan mendorong para perangkat desa maupun para kader
Posyandu yang ada didaerah tempat kades tersebut menjadi pimpinan. Maka
kepemimpinan memiliki pengaruh pada partisipasi masyarakat dalam suatu
program berupa motivasi, mendorong, dan meningkatkan kehadiran dalam
kegiatan.
Ecovillage
Ecovillage merupakan suatu konsep ekologi di suatu pemukiman yang
dirancang untuk mendorong interaksi antar masyarakat untuk membangun
keberlanjutan dengan melihat aspek sosial, ekologi, ekonomi, dan nilai serta
kepercayaan. Anggota dari ecovillage merupakan masyarakat setempat yang
melaksanakan konsep ecovillage dengan nilai ekologis, sosial, ekonomi, dan
spiritual (Buku Panduan Ecovillage 2015). Ecovillage memiliki tujuan untuk

15

menciptakan lingkungan yang lestari dengan basis ketetanggaan yang bersifat
kekeluargaan dan lifestyle dengan landasan spiritual. Kesadaran akan perlunya
keselarasan hidup antara sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dengan
lingkungan. Menururt Global Ecovillage Network (2007), ecovillage adalah
komunitas dimana orang-orang merasa didukung dan bertanggung jawab kepada
orang-orang di sekitar mereka. Mereka cukup kecil bahwa setiap orang merasa
aman, diberdayakan, dilihat dan didengar. Orang-orang kemudian dapat
berpartisipasi dalam pengalaman keputusan yang mempengaruhi

Dokumen yang terkait

Peranan Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik Studi Pada Kantor Kepala Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi)

15 191 104

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa...

9 93 2

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

3 35 1

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

1 65 72

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA FAJAR BARU TERHADAP PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN FISIK DESA

0 6 4

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

3 21 148

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA DESA SRIPENDOWO TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

4 42 91

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA (PSKS) (Studi di Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan)

0 16 85

Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan

0 14 111

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DESA VOKASI DI DESA PULUTAN Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Desa Vokasi Di Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 24