Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

(1)

PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN

(Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

100903068

NURDIANA SARI POHAN

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Nurdiana Sari Pohan

NIM :100903068

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN

(Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

Medan, Juli 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Adminstrasi Negara

Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001

DEKAN FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NURDIANA SARI POHAN 100903068

ABSTRAK

PENINGKATAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Pada Kantor Dinas

Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Sedangkan pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.

Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor Dinas Pekerjaan Umum seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kelurahan dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan informan utama yaitu Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.

Hasil wawancara terhadap informan menunjukkan kenyataan bahwa partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai secara umum rendah dan Peningkatan partipasi masyarakat masih belum signifikan dalam menunjang proses pembangunan infrastruktur jalan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat memperbaiki tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim ... Assallamualaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta salawat dan salam kepangkuan Nabi Besar Muhammdad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan kebenaran.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan menambah bekal pengalaman yang berhubungan dengan ilmu sosial dan ilmu politik secara khusus.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang membahas mengenai “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)”, penulis dibantu oleh banyak pihak. Bantuan tersebut berupa materi, moril, maupun spiritual sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada:

1. Teristimewa dan terkasih buat kedua orang tua saya, Alm. H. Zulabri Pohan (Ayah) dan Hj. Nurma Margolang (Mama) yang telah


(5)

memberikan banyak kasih sayang,doa dan dorongan moril yang tak pernah henti kepada penulis, Insya Allah Penulis akan sekuat tenaga untuk selalu membuat mamak sama bapak bangga.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Drs. Alwi Hashim, M. Si, selaku dosen wali yang membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

8. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan

administrasi.

9. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai beserta seluruh staf dan pegawainya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di kantor tersebut.

10.Buat abang Abdul Latif, ST yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

11.Buat teman-temanku yang selalu mendukung penulis. Sara, Anes, Putri, Janet dan teman-teman di AN 2010 terima kasih uda bersama-sama dengan penulis melalui bangku perkuliahan.

12.Dan banyak lagi pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis ucapkan terima kasih banyak.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014 Penulis

Nurdiana Sari Pohan NIM 100903068


(7)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Teori ... 5

1.5.1 Pengertian Peningkatan Partisipasi ... 6

I.5.1.1. Pengertian Partisipasi ... 6

I.5.1.3. Partisipasi Masyarakat ... 9

I.5.1.4. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 14

I.5.1.4. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 17

I.5.1.5. Hambatan Dan Kendala Dalam Partisipasi Masyarakat .. 19

I.5.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 19

I.5.2. Defenisi Pembangunan ... 19

I.5.2.1. Pambangunan Fisik ... 25

I.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 27

1.6 Defenisi Konsep ... 30

1.7 Sistematis Penulisan ... 31

BAB II METODE PENELITIAN II.1. Bentuk Penelitian ... 33

II.2. Lokasi Penelitian ... 33

II.3. Informan Penelitian ... 33

II. 4. Teknik Pengumpulan Data ... 35

II.5. Teknik Analisis Data ... 36

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 37


(8)

BAB V ANALISA DATA ... 55

V.1. Analisa ... 55

V.2. Pambahasan ... 66

BAB VI PENUTUP ... 69

VI. Saran ... 69

VI.2. Pembahasan ... 70


(9)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NURDIANA SARI POHAN 100903068

ABSTRAK

PENINGKATAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Pada Kantor Dinas

Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai)

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Sedangkan pembangunan merupakan upaya untuk memenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam.

Tempat ataupun lokasi penelitian ini dilaksanakan yakni di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor Dinas Pekerjaan Umum seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kelurahan dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan informan utama yaitu Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.

Hasil wawancara terhadap informan menunjukkan kenyataan bahwa partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai secara umum rendah dan Peningkatan partipasi masyarakat masih belum signifikan dalam menunjang proses pembangunan infrastruktur jalan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat memperbaiki tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam upaya meningkatkan proses belajar masyarakat; mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab; mengeliminasi perasaan terasing sebagian masyarakat serta ; menimbulkan dukungan dan penerimaan dari pemerintah (Carter dalam Rustiningsih (2002).

Pada tahun 2008, pemerintah melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), keberlanjutan pelaksanaan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) tahun 1999. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social

capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat

jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat..

Masyarakat sebagai salah satu instrumen dari pembangunan dirasa sangat perlu memberikan partisipasinya secara maksimal dalam berbagai aspek pembangunan baik aspek perencanaan maupun sampai aspek pengawasan pembangunan. Pembangunan yang baik harusnya juga mencakup peran serta masyarakat dalam kelancaran dan keberhasilan dari seuatu program pembangunan.


(11)

Tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai pada tahapan Sosialisasi hingga tahapan pelaksanaan pada kegiatan pembangunan infrastruktur jalan termasuk masih rendah.

Apabila tingkat partisipasi suatu daerah dikategorikan rendah, maka dengan sendirinya tujuan dan manfaat dari kegiatan partisipasi tersebut tidak akan tercapai secara optimal. Beberapa tujuan dan manfaat partisipasi masyarakat seperti peningkatan proses belajar masyarakat maupun mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab adalah bersifat abstrak sehingga tidak mudah untuk diidentifikasi keberhasilan pencapaiannya.

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.

Karena dengan infrastruktur yang memadai diharapkan suatu daerah akan dapat memperoleh kemajuan yang tentunya sangat terkait dengan ketersedian berbagai fasilitas yang menunjang bagi masyarakat di daerah tersebut. Pembangunan infrastruktur fisik merupakan salah satu yang utama guna memberikan kemudahan akses kepada masyarakat di daerah tersebut ataupun masyarakat dari daerah lain yang ingin ke daerah tersebut.

Infrastruktur jalan dipandang merupakan hal yang utama guna menunjang segala aspek kehidupan bermasyarakat. Infrastruktur jalan yang baik tentunya akan mempermudah akses daerah tersebut dengan dunia luar hl ini tentunya akan


(12)

memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat di daerah itu. Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik akan mempermudah aktifitas masyarakat baik itu aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai sebagai penanggung jawab dalam hal pembangunan infrastruktur terutama pembangunan infrastruktur jalan harus mampu memberikan pelayanan serta menyediakan infrastruktur jalan yang baik dan memadai demi menunjang kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai tentunya paham betul mengenai pembangunan infrastruktur jalan di wilayah tersebut, dengan keadaan jalan yang masih memerlukan perbaikan di beberapa tempat ini penulis merasa bahwa peran aktif masyarakat serta Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai guna meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai.

Dengan segala permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat di Tanjung Balai. Hal tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”

1.2 Perumusan Masalah.

Pada dasarnya penelitian di lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk dapat memecahkan masalah.. (Faisal 2007:37).


(13)

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana Peningkatan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentu jelas di ketahui sebelumnya, suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menenmukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yang telah dikemukaan sebelumnya yakni untuk menganalisis Peningkatan Parsipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastuktur Jalan (Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai).

1.4 Manfaat Penelitian.

Selain dari tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini,ada juga manfaat yang diharapkan:

1. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintahan atau lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam merencanakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastuktur di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai


(14)

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan menggembangkan kemampuan berfikir dan bahan referensi yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi setara-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian ,tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok,sub pokok,sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto,2002:92).

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi yang jelas dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami maslah yang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1.5.1 Pengertian Peningkatan Partisipasi Masyarakat I.5.1.1. Pengertian Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a

part, artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan

orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Partisipasi dalam urusan publik belakangan ini menjadi sorotan. Banyak kalangan yang menggunakan kata partisipasi sehingga tanpa kata partisipasi rasanya diskusi, seminar, musyawarah ataupun kebijakan yang diluncurkan kurang


(15)

mendapatkan tempat di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara akhiran “tif” menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya, sehingga partisipatif lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan proses (Jakti, 1987).

Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak (Saragi, 2004).

Menurut Repository (2010) partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Dari pengertian partisipasi di atas disimpulkan bahwa partisipasi adalah ikut sertanya seseorang atau sekolompok orang dalam pelaksanaan, serta memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena adanya dorongan atau sedikit paksaan dari orang lain. Ini dapat dilihat dari kata “ diikutsertakan” yang mengandung makna bahwa keterlibatan ini bukan datang dari diri sendiri tetapi karena adanya paksaan dari orang lain.


(16)

Berbeda dengan pendapat di atas menurut Koentjaraningrat (dalam Rahmat, 2009:81) partisipasi merupakan frekuensi turut sertanya dalam aktivitas-aktivitas bersama, dan menurut Canboys (2010) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Hal senada juga diungkapkan Ndraha (dalam Rahmat,2009:80) yang mengartikan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seseorang atau sekolompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong bersangkutan atas kehendak sendiri menurut kemampuan yang akan ada untuk mengambil bagian dalam usaha mencapai tujuan bersama dalam pertanggung jawaban. Dan menurut Isbandi (2007:27) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan kertelibatan dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. .Dari keempat pengertian partisipasi di atas dapat disimpulkan partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan seseorang atau sekolompok orang dalam memberikan sesuatu dalam bentuk apapun sebagai usaha mencapai tujuan bersama atas kehendak sendiri atau dengan kata lain tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak manapun.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan adanya perbedaan pendapat dari para ahli tentang arti parisipasi meskipun terdapat pula kesamaannya. Letak perbedaan yang menonjol yaitu pada kata dikutsertakan dan keikutsertaan. Diikutertakan berarti seseorang ikut serta bukan karena kemauannya secara penuh tetapi karena adanya dorongan atau ajakan atau sedikit paksaan dari orang lain, sedangkan keikutsertaan adalah timbul atas kehendak sendiri secara penuh


(17)

I.5.1.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat menjadi mengemuka dan penting dalam pelaksanaan pembangunan termasuk didalamnya penataan ruang diantaranyakarena beberapa hal positif yang dikandungnya : (Alastaire White dalam RA. Santoso Sastropoetro, 1998)

a. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai.

b. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya yang rendah.

c. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena menyangkut kepada harga dirinya.

d. Merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya. e. Mendorong timbulnya rasa tanggungjawab.

f. Menjamin bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah dilibatkan

g. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar. h. Menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat

didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian. i. Membebaskan orang dari kebergantungan kepada keahlian orang lain. j. Lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan,

sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya. Arnstein (dalam Saragi, 2004) menetapkan tipologi yang dikenal dengan delapan anak tangga partisipasi masyarakat, yang menjelaskan peran serta masyarakat di dasarkan pada kekuatan masyarakat, yaitu :


(18)

b. Therapy, berarti telah ada komunikasi tetapi masih bersifat terbatas,

inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah.

c. Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi

tetapi masih bersifat satu arah.

d. Consulation, berarti komunikasi telah terjadi dua arah.

e. Placation, berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan

sudah ada kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah.

f. Partnership, adalah kondisi dimana pemerintah dan masyarakat mitra

sejajar.

g. Delegated power, bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada

masyarakat untuk mengurus sendiri keperluannya.

h. Citizen Control bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan

publik dan perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.

Ada tiga bentuk partisipasi, yaitu :

1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan.

2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang panjang antara praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instument yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk organisasional yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan


(19)

dibentuk sebagai hasil dari adanya partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa dimensi, yaitu:

1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan) 2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat) 3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)

4. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masyarakat desa meskipun sulit untuk mendefenisikan akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk ikut terlibat dalam pembangunan.

Menurut Adi Isbandi Rukminto (2003:252), partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap Assesment

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki. Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang terjadi yang benar-benar keluar dari pandangan mereka sendiri.

2. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa cara alternatif program.


(20)

Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial. 4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi Input, Proses dan Hasil)

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan pemerintah terhadap program yang sedang berjalan.

Menurut Keith Davis (Reksopoetranto, 1992), kata partisipasi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “participation” yang berarti mengambil bagian, participator dimaknai sebagai yang mengambil bagian atau sering disebut dalam bahasa umum sebagai keikutsertaan. Karenanya partisipasi sering dikatakan sebagai peran serta atau keikutsertaan mengambil bagian dalam kegiatan tertentu. Karenanya terdapat keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong partisipan untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha mencapai tujuan yang bersangkutan. Hal yang terakhir senada dengan batasan yang diberikan dalam batang tubuh UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 2 ayat 4 huruf d bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Selain kedua pendapat tersebut, terdapat beberapa pendapat lain tentang definisi pastisipasi :

a. Keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah atau kepentingan eksternal (Sumarto, 2003).

b. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan pemerintahjuga menggalang tumbuhnya rasa


(21)

memiliki dan tanggungjawab pada program yang dilakukan (Handayani, 2006).

c. Keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan ataupun kegiatan (Wardoyo, 1992).

d. Keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan (Rahardjo, 1985).

e. Aksi dari kepercayaan akan pembangunan. Karena pastisipasi mempunyai nilai intrinsik kebaikan dan berfokus pada pencarian cara untuk menyelesaikan masalah (Cooke and Kothari, 2002).

f. Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya atau egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja (Alport dalam Reksopoetranto, 1992).

Karenanya dalam beberapa definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci tentang definisi pastisipasi :

a. Keikutsertaan b. Secara sukarela

c. Keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasan d. Berbentuk pernyataan ataupun kegiatan nyata e. Media penumbuhan kohesifitas

f. Akomodasi kepentingan bersama

I.5.1.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat/kelompok terdapat beberapa wujud dari partisipasi :


(22)

1. Menurut Vaneklasen dan Miller membagi pastisipasi atas (Handayani, 2006):

a. Partisipasi Simbolis

Masyarakat duduk dalam lembaga resmi tanpa melalui proses pemilihan dan tidak mempunyai kekuasaan yang sesungguhnya. b. Partisipasi Pasif

Masyarakat diberi informasi atas apa yang sudah diputuskan dan apa yang sudah terjadi. Pengambil keputusan menyampaikan informasi tetapi tidak mendengarkan tanggapan dari masyarakat sehingga informasi hanya berjalan satu arah.

c. Partisipasi Konsultatif

Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab beberapa pertanyaan. Hasil jawaban dianalisis pihak luar untuk identifikasi masalah dan cara pengatasan masalah tanpa memasukkan pandangan masyarakat.

d. Partisipasi dengan Insentif Material

Masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk mendapatkan makanan, uang, atau imbalan lainnya. Masyarakat menyediakan sumber daya, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga mereka tidak memiliki keterikatan untuk meneruskan partisipasinya ketika masa pemberian insentif selesai.

e. Partisipasi Fungsional

Masyarakat berpartisipasi karena adanya permintaan dari lembaga eksternal untuk memenuhi tujuan. Mungkin ada keputusan bersama tetapi biasanya terjadi setelah keputusan besar diambil.


(23)

f. Partisipasi Interaktif

Masyarakat berpatisipasi dalam mengembangkan dan menganalisa rencana kerja. Partisipasi dilihat sebagai hak, bukan hanya sebagai alat mencapai tujuan, prosesnya melibatkan metodologi dalam mencari perspektif yang berbeda dan serta menggunakan proses belajar yang terstruktur. Karena masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan maka mereka akan mempunyai keterikatan untuk mempertahankan tujuan dan institusi lokal yang ada di masyarakat juga menjadi kuat.

g. Pengorganisasian Diri

Masyarakat berpartisipasi dengan merencanakan aksi secara mandiri. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga eksternal untuk sumber daya dan saran-saran teknis yang dibutuhkan, tetapi kontrol bagaimana sumber daya tersebut digunakan berada di tangan masyarakat sepenuhnya.

Secara ideal partisipasi semestinya berwujud partisipasi interaktif ataupun pengorganisasian diri, tetapi tentunya hal tersebut menuntut kapabilitas sumber daya manusia yang optimal. Di negara dunia ketiga yang umumnya berpemerintahan totaliter menggunakan model partisipasi simbolis, pasif ataupun konsultatif.

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan.


(24)

Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama.

2. Menurut Soetrisno (1995:221), secara umum ada 2 (dua) jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:

a. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.

b. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.


(25)

1.5.1.4. Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan.

Arnstein (1969) menjelaskan partisipasi sebagai arti di mana warga negara dapat mempengaruhi perubahan sosial penting, yang dapat membuat mereka berbagi manfaat dari masyarakat atas. Dia mencirikan delapan anak tangga yang meliputi: manipulasi, terapi, memberi tahu, konsultasi, penentraman, kerjasama, pelimpahan kekuasaan, dan kontrol

warga negara.

Menurut Marisa B. Guaraldo Chougil tangga partisipasi masyarakat di negara-negara yang kurang berkembang (underdeveloped), dapat dibagi menjadi 8 tingkatan yaitu :

a. Pemberdayaan (Empowerment) b. Kemitraan (Partnership)

c. Mendamaikan (Conciliation)

d. Dissimulasi/Pura-pura (Dissimulation) e. Diplomasi (Diplomation)


(26)

h. Management Diri Sendiri (Self Management).

Dalam penelitian ini akan dipergunakan 5 (lima) bentuk partisipasi. Bentuk partisipasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan bentuk kegiatan partisipasi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Lima bentuk partisipasi tersebut adalah prakarsa/inisiatif, pembiayaan, pengambilan keputusan, mobilisasi tenaga dan pelaksanaan

operasional pembangunan.

1.5.1.5. Hambatan & Kendala Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Kok dan Elderbloem dalam Nampila (2005) dalam Rustiningsih (2002) serta Hana (2003) menguraikan ada beberapa kendala dalam mewujudkan pembangunan partisipatif, yaitu :Hambatan struktural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi, Hambatan internal masyarakat sendiri, Hambatan karena kurang terkuasainya metode dan teknik partisipasi. Apabila tidak ada kesepakatan masyarakat terhadap kebutuhan dalam cara mewujudkan kebutuhan tersebut, serta apabila kebutuhan tesebut tidak langsung mempengaruhi kebutuhan mendasar anggota masyarakat.

1.5.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Korten, 1983 dalam Setiawan, (2005) menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam komunitas yang


(27)

berpengaruh dalam program partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar komunitas, dan ini akan meliputi dua aspek. menyangkut system social politik makro dimana komunitas tersebut berada.

I.5.2. Defenisi Pembangunan

Definisi pembangunan melalui serangkaian pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba-ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Menurut Phillip Roupp, “Development signifies change from some thing

thought to be less desirable to something to be more desirable”. (Pembangunan

adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berarti), sedangkan pendapat Bintoro Tjikroamidjojo dan Mustopadidjajaj, AR


(28)

kata lain dapat dikatakan “development is not a static concept, it is continously

changing” dalam Khairuddin (2000: 23)

Dalam RP. Mirza menyatakan “Development is basically a human enter

prise and therefore it requires the combined efforts of all systems of knowledge, be they physical, biological, social or human to comprehend and articulate it”.

(Pembangunan pada dasarnya adalah usaha manusia dan untuk memahami pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha yang terpadu dari seluruh sistem pengetahuan, baik fisik, biologi, sosial maupun tentang manusia). Pembangunan adalah usaha yang tidak dilakukan tanpa melibatkan potensi yang ada dilingkungan, Khairuddin (2000: 23).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional)


(29)

dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).

Dengan demikian berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam tulisannnya tentang Antropologi Pembangunan, yang mana tulisan tersebut sebagai penghormatan kepada Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut.


(30)

program - program yang sudah ditentukan secara politik oleh para pengambil kebijakan (hhtp://www.pustakabersama.net/buku.php).

Sedangkan menurut Inayatullah, 1967, pembangunan ialah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan bahwa pembangunan ialah suatu jenis perubahan social dimana ide – ide baru diperkenalkan kepada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik.

Kleinjans (1975) mengatakan bahwa pembangunan merupakan pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru yang pada akhirnya bukan soal teknologi atau GNP, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri.

Rogers 1983 mendefinisikan pembangunan adalah suatu proses perubahan social dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan social dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) oleh mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai pembangunan artinya kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat, perilaku dan


(31)

gaya hidup masyarakat. Dan semua itu tidak lepas dari yang namanya proses perluasan, proses peningkatan, baik itu untuk kepentingan masyarakat maupun diri sendiri (hal ini seperti yang dikatakan oleh Rogers).

Tujuan pembangunan di negara manapun, pasti bertujuan untuk kebaikan masyarakatnya. Meskipun istilah yang digunakan beragam, tepai hakikatnya sama, yakni kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan itu sendiri memberikan arah yang hendak dicapai. Tidak ada satupun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan akhir dalam arti sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan Afifuddin (2012: 47) “pada umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari negara-negara modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang, adalah hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya ‘titik jenuh yang absolut’ yang setelah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi seperti:

a. Keadilan sosial;

b. Kemakmuran yang merata; c. Perlakuan sama dimata hukum;

d. Kesejahteraan material; mental; dan spritiual; e. Kebahagiaan untuk semua;

f. Ketentraman; dan g. Keamanan.”

1.5.2.1. Pembangunan Fisik

Pendekatan pembangunan yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada kondisi masyarakat yang bersangkutan. Kondisi ini berasal dari sistem budaya


(32)

mereka terhadap pembangunan itu sendiri. Secara sederhana, sesungguhnya dapat dikatakan apapun pendekatan pembangunan yang dilakukan hasilnya untuk meningkatkan kebutuhan dasar manusia, semua hasil yang ingin dicapai dalam pembangunan terutama pembangunan fisik adalah untuk meningkatkan kesejahteraan (Khairuddin. 2000: 38). Peningkatan kesejahteraan ini tidak lain adalah peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut hendra Esmara dan Tjokroamidjojo membagi kebutuhan dasar manusia menjadi dua kategori sebagai berikut:

1. Kebutuhan dasar keluarga atau individu, seperti: pangan, perumahan, sandang, dan beberapa peralatan rumah tangga.

2. Kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, seperti air minum, sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas – fasilitas pendidikan dan kebudayaan.

Menurut Mashoed (2004: 12-13) salah satu program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan perbaikan fisik lingkungan (prasarana) pemukiman kampung, meliputi antara lain perbaikan jalan lingkungan, saluran, fasilitas persampahan, dan MCK umum.

Prasrana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sesuia yang tertera pada Undang - Undang Nomot 04 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman. Dapat dipahami bahwa prasarana merupakan prasarana dasar yang bersifat fisik sebagai faktor utama kebutuhan masyarakat yang bersifat statis, sedangkan sarana merupakan fasilitas yang menjadi penunjang dalam


(33)

terselenggaranaya kemudahan dalam melakukan aktivitas bagi masyarakat dan cenderung bersifat tidak statis.

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung disebutkan pada Bab I ayat 1 bahwa Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus. Sedangkan pada ayat 13 dijelaskan bahwa prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dan di luar bangunan gedung yang mendudkung pemenuhan terselenggaranaya fungsi bangunan gedung. Gedung adalah salah satu fasilitas yang bersifat fisik demi menunjang aktivitas masyarakat agar kesejahteraannya meningkat

I.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita, 1994).

Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan


(34)

Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut.

Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan (Siagian, 1991).

Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:

“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective). Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam


(35)

mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.

Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Oakley (1991 : 14), berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya


(36)

perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”

1.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995:33)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan yaitu:

1. Peningkatan Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

2. Partisipasi Masyarakat adalah Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan.

3. Perencanaan partisipatif adalah proses dialog antara masyarakat, pemerintah dan berbagai stakeholder secara lintas sektoral dan lintas pelaku dalam suatu wadah forum musyawarah pembangunan untuk merumuskan visi, misi, arah kebijakan dan program yang berbasis pada prioritas pengembangan potensi dan pemecahan prioritas permasalahan.


(37)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penlitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi, dan sktruktur organisasi serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.


(38)

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu dari hasil penelitian yang dilakukan.


(39)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menghendaki suatu informan dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki makna yang berada dibalik deskripsi data tersebut. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskripsi adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian - kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.

II.3. Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:215) dalam sebuah penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi atau sampel. Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang saling bersinergis. Dan sampel bukan responden akan tetapi narasumber atau partisipan yang dapat membantu peneliti dalam menjawan permasalahan penelitian.


(40)

Hendrarso (dalam Usman 2009:56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksuksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian meliputi :

1. Informan kunci (key informant) : yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.

2. Informan utama : yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interkasi sosial yang sedang diteliti.

3. Informan tambahan : yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik snowball sampling atau dilakukan secara berantai dengan menanyakan informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya (Poerwandari, 1998). Melalui teknik ini,

snowball subject atau sampel dipilih berdasarkan rekomendasi orang ke orang yang

sesuai dengan penelitian dan memadai untuk diwawancarai (Patton, 2002). Dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan informan yang terdiri dari :

1. Informan Kunci penelitian ini adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.

2. Informan utama penelitian ini adalah Kepala Seksi Jalan Dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.


(41)

II.4.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan-bahan lain untuk mendukung dan menyelesaikan penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer. Merupakan data yang langsung dari objek penelitian, terdiri dari :

a. Metode wawancara yaitu cara pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan informan yang dianggap mengetahui permasalahan penelitian secara mendalam.

b. Metode observasi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung oleh peneliti ke lokasi objek penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder. Merupakan data yang diperoleh untuk mendukung data primer, terdiri dari :

a. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan literatur seperti buku, jurnal, dan sebagainya yang mendukung data.

II.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Moleong (2006:247), teknik analisis kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu kesatuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Jadi analisis data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dan


(42)

melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian menarik kesimpulan.


(43)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TANJUNG BALAI III..1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai No. 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tanjungbalai. Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai mengemban tugas melaksanakan Kewenangan Otonomi Daerah di Bidang Pekerjaan Umum mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan Kebijaksanaan Teknis di Bidang Pekerjaan Umum. b. Pemberian Perizinan dan Pelaksanaan Pelayanan.

c. Pengelolaan Urusan Ketata Usahaan Dinas.

III.1.2. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai No. 26 Tahun 2004 tentang Organisasi Dinas – dinas Daerah Kota Tanjungbalai. Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai adalah Instansi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Tanjungbalai.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai dipimpin oleh seorang Kepala Dinas ( Eselon II.b ). Kepala dinas dibantu 1 ( Satu ) orang Pejabat Struktural Eselon III.a dan 4 (Empat) orang Pejabat Struktural Eselon III.b dan 1( Satu) orang Pejabat Struktural UPT Eselon IV.a, yaitu :

1. Bagian Sekretaris yang dibawahi 2 ( dua ) sub bagian yaitu : a. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian.


(44)

2. Bidang Program menbawahi : a. Seksi Perencanaan.

b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan. 3. Bidang Pengairan membawahi ;

a. Seksi Irigasi, Sungai dan Rawa. b. Seksi Operasi dan Pemeliharaan. 4. Bidang Bina Marga membawahi :

a. Seksi Jalan / Jembatan.

b. Seksi Peralatan dan Pemeliharaan. 5. Bidang Cipta Karya membawahi :

a. Seksi Perumahan dan Bangunan Gedung. b. Seksi Prasarana Dasar Permukiman.

Disamping Jabatan Struktural diatas usaha untuk mengoptimalkan kinerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai mempunyai kelompok Jabatan Fungsional yaitu :

1. Bendahara Penerima. 2. Bendahara Gaji. 3. Bendahara Barang.

III.2. SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah SDM per 31 Desember 2013 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai adalah sebanyak 52 orang. Komposisi SDM tersebut berdasarkan fungsional Jabatan yaitu :

● Pejabat Struktural 16 orang

● Bendahara Penerimaan 1 orang


(45)

● Pengurus Barang 1 orang

● Penerima Barang 1 orang

● Staf 32 orang

52 orang

Komposisi SDM tersebut berdasarkan Strata Pendidikan Golongan yaitu :

● Menurut Srata Pendidikan :

- Magister ( S-2 ) 3 orang

- Sarjana ( S-1 ) 23 orang

- Sarjana Muda 5 orang

- SLTA 20 orang

- SLTP 1 orang

- SD - orang

52 orang

● Menurut Golongan :

- Golongan IV 3 orang

- Golongan III 26 orang

- Golongan II 22 orang

- Golongan I 1 orang

52 orang

III.3. VISI DAN MISI

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, dan


(46)

menentang tentang keadaan masa depan berisikan cipta dan citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Dengan mengacu pada batasan tersebut, visi Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai dijabarkan sebagai berikut :

“ TERSEDIANYA INFRASTRUKSTUR PEKERJAAN UMUM YANG HANDAL, BERMANFAAT DAN BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG

TERWUJUDNYA TANJUNGBALAI SEBAGAI KOTA PELABUHAN, PUSAT PERDAGANGAN DAN INDUSTRI REGIONAL DENGAN

MASYARAKATNYA YANG MADANI “

Untuk memberikan kejelasan agar tidak menimbulkan asumsi dan persepsi yang berbeda, perlu dijelaskan hakekat yang terkandung dalam visi dimaksud sebagai berikut :

1. TERSEDIANYA Adalah ada.

2. INFRASTRUKTUR

Adalah segala sesuatu sarana yang merupakan kegiatan fisik sebagai pendukung dalam bidang ke PU-an.

3. HANDAL

Adalah kuat dan kokoh. 4. BERMANFAAT

Adalah berfungsi dan berguna. 5. BERKELANJUTAN

Adalah berkesinambungan terus menerus. 6. KOTA PELABUHAN


(47)

Adalah tempat persinggahan alat transportasi air. 7. PUSAT PERDAGANGAN

Adalah wilayah inti pertukaran informasi dan barang. 8. INDUSTRI REGIONAL

Adalah kawasan usaha produksi barang – barang .

9. MASYARAKAT MADANI

Adalah kelompok orang – orang yang beraneka ragam.

MISI PERTAMA : ”Memenuhi kebutuhan infrastruktur ke PU-an berupa

infrastruktur di bidang sumber daya air melalui pengembangan jaringan irigasi, serta mengamankan pusat – pusat produksi dan permukiman dari bahaya daya rusak air “

Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya air Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungbalai dengan sasaran yaitu :

Sasaran Program

1. Terwujudnya kelestarian sumber daya air.

1. Pengembangan dan peningkatan sungai dan irigasi.


(48)

MISI KEDUA : “ Memenuhi kebutuhan infrastruktur ke Pu-an bidang ke bina

margaan dalam rangka mendukung pengembangan wilayah dan kelancaran distribusi barang dan jasa “

Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana transportasi dengan sasaran dan program sebagai berikut :

Sasaran Program

1. Terwujudnya jaringan transportasi darat yang aman dan lancar.

1. Pembangunan, peningkatan, pemeliharaan jalan dan jembatan.

MISI KETIGA : “ Mengembangkan infrastruktur PU di bidang perumahan dan

permukiman untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni dan produktif “

Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas perumahan dan permukiman dengan sasaran :

Sasaran Program

1. Terciptanya lingkungan permukiman yang sehat dan sejahtera.

1. Penyediaan, perbaikan dan pengembangan lingkungan permukiman.


(49)

MISI KEEMPAT : “ Melaksanakan pembinaan bangunan gedung yang

memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan “ Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan prasarana

pendukung kota dengan sasaran program sebagai berikut :

Sasaran Program

1.Tercapainya peningkatan pembangunan prasarana umum yang

refresentatif.

1. Pembangunan dan peningkatan fasilitas kota.

MISI KELIMA : “ Mendorong berkembangnya industri konstruksi yang

kompetitif “

Tujuan 1 : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan infrastruktur dengan sasaran :

Sasaran Program

1. Peningkatan kualitas kemitraan Dengan stakeholder

1. Pembinaan dan peningkatan Kemitraan.

MISI KEENAM : “ Mengembangkan teknologi ke PU-an yang tepat guna dan


(50)

Tujuan 1 : Mewujudkan perencanaan pembangunan infrastruktur yang efektif dan efesien dengan sasaran dan program sebagai berikut :

Sasaran Program

1. Terciptanya kualitas perencanaan yang aktual dan akurat

1. Perencanaan pembangunan kota

MISI KETUJUH : “ Menerapkan organisasi yang efesien, tata laksana yang

efektif dan terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM yang propesional “

Tujuan 1 : Meningkatkan professional sumber daya manusia apartur Dinas Pekerjaan Umum dengan sasaran da program sebagai berikut

Sasaran Program

1. Terselenggaranya kesempatan mengikuti diklat

2. Terciptanya pasilitas pendukung kerja aparat.

1. Peningkatan kualitas SDM aparat

2. Pengembangan kinerja SDM aparat.


(51)

Tujuan 2 : Meningkatkan penyusunan, penyempurnaan prosedur dan penyelenggaraan pelayanan umum dengan sasaran dan program sebagai berikut :

Sasaran Program

1. Mewujdkan sistem akuntabilitas Kinerja dan peningkatan pelayanan.

2. Meningkatkan sistem waskat

1. Pengembangan LAKIP

2.Peningkatan waskat dan fungsional.

MISI KEDELAPAN : “ Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat

setempat (OMS) ,partisifasi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan infrastruktur ke PU-an “


(52)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan yang hendak dijawab dalam bab ini adalah Bagaimanakah Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan.

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor Dinas Pekerjaan Umum seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Dinas Pekerjaan Umum dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan informan utama yaitu Kepala Seksi Jalan dan Jembatan.

Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai permasalahan penelitian skripsi ini. Sedangkan data-data sekunder didapatkan dari studi kepustakaan dan karya-karya ilmiah yang ada serta dokumen-dokumen yang didapat dari lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua minggu di lokasi penelitian, tepatnya di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.


(53)

IV.1. Penyajian Data Primer

Berikut ini adalah penyajian data-data yang diperoleh melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari informan kunci yaitu Kepala Dinas Pekerjaan Umum maupun informan utama yaitu Kepala Seksi Jalan dan Jembatan. Adapun daftar pertanyaan dalam wawancara ini disesuaikan dengan permasalahan di dalam penelitian, yang juga merupakan tujuan dari penelitian ini.

1. Wawancara dengan Bapak Ir. H. Ramadhani Purba selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kota Tanjung Balai.

a. Pertanyaan terkait upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam meningkatkan peran masyarakat dalam proses pembangunan infrastruktur jalan.

“Upaya-upaya yang dilakukan lebih kepada mensosialisasikan program-program pembangunan kepada Kecamatan, Kelurahan atau bahkan ke masyarakatnya langsung dengan harapa hal ini dapat memberikan rasa kepada masyarakat bahwa masyarakat dipandang penting dalam proses pembangunan, memang pada kenyataannya peningkatan partisipasi masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan dan belum memberikan dampak yang signifikan pada proses pembangunan tersebut”.

b. Pertanyaan terkait siapa-siapa saja yang dilibatkan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.


(54)

dapat berkontribusi bagi pembangunan di daerahnya secara khusus. Hal ini juga tentunya akan menimbulkan peran serta masyarakat secara maksimal”.

c. Pertanyaan terkait seberapa baikkah tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur selama ini.

“Tingkat partisipasi masyarakat yang ada sebenernya masih rendah tetapi tentunya peran tersebut harus terus dimaksimalkan agar menjadi lebih baik ke depannya. Usaha-usaha peningkatan partisipasi masyarakat tentunya akan berdampak sangat baik bagi daerah ataupun bagi masyarakat itu sendiri karena dapat memicu kemandirian dalam masyarakat tersebut”.

d. Pertanyaan terkait peran Kepala Dinas Pekerjaan Umum secara khusus dalam peningkatan partipasi masyarakat terutama dalam pembangunan infrastruktur jalan.

“Mengenai peran Kepala Dinas secara khusus itu tentunya bersifat kepada hal-hal yang berhubungan dengan formulasi dan evaluasi dari kebijakan pembangunan infrastruktur tersebut dalam artian Kepala Dinas bertanggung jawab terhadap penuh dalam proses pembangunan infrastruktur jalan baik itu dalam tahapan formulasi, implementasi bahkan sampai kepada evaluasi dari proses pembangunan tersebut”.


(55)

e. Pertanyaan terkait sudah baikkah pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai secara umum.

“Secara umum pembangunan infrastruktur jalan tergolong cukup baik walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang ada di beberapa daerah tetapi hal itulah yang menjadi PR kami ke depannya agar mampu menutupi permasalahan infrastruktur jalan. Ketersediaan jalan yang baik memang belum menyentuh ke pelosok-pelosok desa di Kota Tanjung Balai hal inilah yang kami rasa perlu digalakkan agar masyarakat desa pun dapat merasakan dampak pembangunan di daerahnya”.

2. Wawancara dengan Bapak Basuki Daulay ST selaku Kepala Seksi Jalan Dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum, Kota Tanjung Balai.

a. Pertanyaan terkait sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan.

“Sosialisasi program terus dilakukan agar peran serta masyarakat dapat meningkat tetapi mungkin masih ada beberapa kekurangan dalam proses sosialisasi tersebut yang tentunya akan mempengaruhi minat dari masyarakat dalam memberikan sumbangsih tenaga maupun pikirannya. Kekurangan tersebut kebanyakan berkutat kepada kurang meratanya sosialisasi yang dilakukan inilah yang ke depannya akan terus diperbaiki sampai benar-benar informasi dapat diterima seluruh kalangan masyarakat”.


(56)

b. Pertanyaan terkait sikap masyarakat secara umum dalam menyikapi adanya pembangunan infrastruktur jalan.

“Mengenai sikap masyarakat dalam menyikapi pembangunan infrastruktur jalan tergolong baik dan antusias dikarenakan masyarakat mengharapkan betul ketersediaan jalan yang layak guna mendukung proses interaksi mereka dengan daerah sekitar ataupun guna mempermudah aktifitas pekerjaan yang mereka lakukan. Jalan yang baik tentunya akan membuat masyarakat dapat menghemat waktu dan tenaga dalam menjalankan aktifitas mereka sehari-hari. Selama pembangunan itu memberikan dampak yang baik pastinya masyarakat akan mendukungnya”.

c. Pertanyaan terkait hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembangunan infrastruktur jalan.

“Hambatan-hambatan yang dihadapi misalnya kurang meratanya proses sosialisasi sehingga masyarakat kurang antusias dalam memberikan sumbangsih tenaga ataupun pikiran dalam proses pembangunan. Lalu masih ada beberapa daerah yang kesadaran masyarakatnya belum baik sehingga hal ini cukup mempengaruhi proses pembangunan di daerah tersebut. Namun apapun hambatannya Pemerintah Kota terus melakukan perbaikan agar hambatan-hambatan yang ada dapat diminimalisir ke depannya”.


(57)

BAB V ANALISA DATA

V.1 Analisa

Dalam bab ini akan dianalisa semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu. Adapun analisa yang dilakukan adalah dengan analisa deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informan data tersebut sesuai dengan fokus kegiatan penelitian.

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara mendalam (depth interview) dengan informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan, maka dapat diberikan suatu analisa tentang peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan

Berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan secara keseluruhan beberapa indikasi mengenai keberadaan dampak pembangunan di lokasi penelitian. Adapun hasil penelitian tersebut terbagi dalam sub bagian analisis berikut ini.

V.1.1. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan Infrastruktur Jalan.

Partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam proses pembangunan oleh karena itu dirasa perlu untuk meningkatkan peran serta masyarakat sampai ke titik paling maksimal agar pembangunan daerah dapat


(58)

berjalan dengan sangat baik. Keberhasilan pembangunan tentunya diharapkan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat secara umum.

Partisipasi dalam pembangunan dipandang sebagai sebuah metodelogi yang mengantarkan pelaku-pelakunya untuk dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi, sehingga dapat menganalisa dan mencari selusi dari masalah yang dihadapi tersebut, sehingga memberikan kerangka untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat tersebut tentunya dibutuhkan upaya-upaya agar peran serta masyarakat dapat maksimal sehingga ke depannya segala sesuatu berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum ialah mensosialisasikan program pembangunan infrastruktur ke Kecamatan, Kelurahan, dan kepada masyarakat itu sendiri agar masyarakat merasa bahwa mereka juga diharapkan keterlibatannya dalam setiap proses pembangunan.

Masyarakat pastinya paham jika upaya yang dilakukan itu bertujuan untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam segala proses pembangunan terutama pembangunan infrastruktur jalan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna menunjang segala bentuk aktifitas masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dilapangan dapat disimpulkan bahwa ke depannya peran serta masyarakat harus diupayakan sampai ke titik maksimal selain untuk memperlancar proses pembangunan tetapi juga untuk memperlancar kinerja dari Pemerintah Daerah tersebut.


(59)

V.1.2. Siapa Saja Yang Dilibatkan Untuk Meningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan Infrastruktur Jalan.

Dalam setiap proses pembangunan tentunya ada beberapa pihak yang dilibatkan agar pembangunan tersebut berjalan dengan baik. Keterlibatan itu diharapkan dapat mempermudah setiap proses pembangunan yang telah direncanakan. Tentunya keterlibatan ini harus disesuaikan dengan porsinya masing-masing agar tidak ada tumpang tindih peran antar satu pihak yang ada.

Dalam hal meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan infrastruktur jalan tentunya pihak-pihak yang dilibatkan oleh Dinas Pekerjaan Umum sebagai penanggung jawab ialah Kecamatan, Keluarahan serta masyarakat itu sendiri. Yang sudah pasti akan menunjang keberlangsungan proses pembangunan infrastruktur tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dilapangan dapat disimpulkan bahwa Dinas Pekerjaan Umum selaku penanggung jawab berusaha menggerakkan masyarakat untuk memperlancar proses pembangunan yang bertujuan untuk masyarakat itu sendiri sehingga ke depannya masyarakat dapat merasakan dampak positif dari pembangunan yang telah direncanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum. Tetapi ke depannya diharapkan keterlibatan Kecamatan, Kelurahan dan terutama masyarakat dapat berjalan maksimal sehingga hal ini dapat mempermudah bagi pembangunan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat itu sendiri.


(60)

V.1.3. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Selama Ini.

Partisipasi masyarakat tersebut adalah peran serta yang diberikan masyarakat dalam melancarkan setiap program kerja yang direncanakan oleh Kelurahan sebagai perwujudan tujuan Kelurahan agar masyarakat di daerah tersebut sejahtera dan menikmati pembangunan. Karena masyarakat sebagai subjek dan objek dari pembangunan dirasa perlu memberikan peran aktif baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan jalannya proses pembangunan tersebut.

Hasil wawancara yang diperoleh menggambarkan bahwa sebenarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur tergolong rendah oleh karena itu diperlukan beberapa peningkatan pelayanan ataupun pemberitahuan tentang apa–apa saja yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat menjadi paham tentang apa–apa saja yang menjadi kewajiban dari masyarakat itu sendiri.

Dalam hal pembangunan infrastruktur jalan rasanya peran masyarakat sangat penting dikarenakan pembangunan infrastruktur jalan ini harus dimulai dari masyarakat sebagai pihak yang diharapkan berperan aktif dalam proses pembangunan infrastruktur jalan di daerahnya.

Dinas Pekerjaan Umum juga memberikan ruang luas bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur jalan di daerahnya sehingga jika segala hal yang berhubungan dengan infrastruktur jalan sudah berjalan dengan baik makan masyarakat akan terkena dampak yang positif dari proses pembangunan yang ada.


(61)

V.1.4. Peran Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dalam Peningkatan Partisipasi Masyarakat Terutama Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan.

Tak dapat dipungkiri bahwa peran dari pimpinan dalam keberhasilan suatu program pembangunan sangat besar hal ini dikarenakan pimpinan sebagai pucuk tertinggi dihadapkan pada tanggung jawab sebagai penyusun serta pengevaluasi dari program tadi apakah berhasil atau tidak. Dalam hal ini Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai paham betul mengenai tugas dan fungsinya sehingga program-program yang telah direncanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Akan tetapi pimpinan sebagai penyusun kebijakan tentunya membutuhkan partisipasi masyarakat untuk menyokong setiap program pembangunan yang telah direncanakan oleh pimpinan ataupun pemerintah daerah. Dalam tahapan penyusunan kebijakan, pimpinan membutuhkan masukan dan ide-ide dari masyarakat agar program yang disusun betul-betul sesuai keinginan rakyat itu sendiri. Dalam tahapan implementasi, pimpinan perlu dukungan tenaga serta pikiran dari masyarakat agar program-program yang telah disusun tadi dapat berjalan sesuai dengan rencana. Serta dalam tahapan evaluasi diharapkan dukungan dari masyarakat dalam hal perhatiannya untuk bersama-sama mengawasi setiap proses pembangunan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan diawal.

V.1.5. Infrastruktur Jalan Di Kota Tanjung Balai Secara Umum


(62)

daerah tersebut dengan daerah lainnya. Jalan yang memadai dan layak tentunya akan mempermudah masyarakat daerah tersebut untuk mengembangkan daerahnya serta beraktfitas sehari-hari. Ketersediaan jalan yang baik dan layak merupakan keinginan dari setiap daerah agar masyarakat didaerah tersebut memperoleh dampak dari pembangunan yang ada di daerah tersebut.

Dari hasil wawancara saya di lapangan dapat disimpulkan bahwa infrastruktur jalan yang tersedia di Kota Tanjung Balai tergolong cukup baik hal ini dibuktikan dengan sedikitnya permasalahan yang bebrhubungan dengan infrastruktur jalan walaupun demikian masih diperlukan beberapa perbaikan di beberapa daerah dan diperlukan adanya penambahan infrastruktur jalan sehingga daerah-daerah terpencil dapat dijangkau berkat akses jalan yang tersedia dengan baik.

Perbaikan-perbaikan yang diperlukan di beberapa daerah tentunya menjadi tujuan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai agar ke depannya infrastruktur jalan dapat tersedia dengan baik. Jika infrastruktur jalan sudah baik maka aktifitas masyarakat menjadi lebih efisien dan lebih mudah berinteraksi dengan daerah lain. Diharapkan ke depannya infrastruktur jalan yang baik dapat menjadi penggerak kemajuan daerah Tanjung Balai secara umum.

V.1.6. Sosialisasi Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan.

Salah satu aspek penting dalam penerapan kebijakan pembangunan adalah adanya asas transparansi atau keterbukaan. Prasyarat ini adalah mutlak mengingat dalam era demokrasi saat ini masyarakat berhak mengetahui secara lebih spesifik,


(63)

konsep dan penerapan kebijakan macam apa yang dapat segera diwujudkan dan sekaligus memberi manfaat yang sebesar-besaranya bagi hajat hidup masyarakat itu sendiri. Karenanya disisi lain ketertutupan aparatur pemerintah dalam memutuskan berbagai kebijakan dalam pembangunan akan berdampak pada kurang efektifnya penerapan kebijakan dan terhambatnya proses pembangunan yang dijalankan. Sehingga boleh jadi ketertutupan justru menimbulkan resistensi di masyarakat.

Sosialisasi informasi yang merata dapat meningkatkan rasa percaya di kalangan masyarakat serta masyarakat jadi merasa dibutuhkan oleh pemerintah untuk bersama-sama menjalankan program yang telah direncanakan.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat digambarkan bahwa sosialisasi informasi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan dirasa kurang merata sehingga perlu adanya kesepahaman antara pemerintah daerah yang diwakilkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan masyarakat agar segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur jalan dapat berjalan dengan baik.

Sosialisasi hendaknya dijalankan dengan baik dan merata agar peran dan sumbangsih nyata masyarakat dapat membantu terlaksananya pembangunan infrastruktur jalan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat, oleh sebab itu sosialisasi jangan hanya jadi kerangka kerja saja tapi harus bisa menjadi alat untuk mendorong keterlibatan penuh masyarakat.

Ketika sosialisasi informasi yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum kepada masyarakat sudah diterima oleh masyarakat secara merata hal tersebut dapat menimbulkan keinginan dari masyarakat itu sendiri agar menindaklanjuti informasi yang ia peroleh melalui kontribusi langsung dalam pembangunan


(1)

66

sepantasnya sebagai anggota masyarakat menunjukkan perilaku pembangunan yang partisipatif demikian pula dengan pemerintahan yang sedang mengemban tugas pengelolaan pembangunan di daerah. Artinya setiap pihak tentunya memposisikan dirinya pada porsi yang proporsiolnal dalam setiap upaya pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, didapatkan berbagai informasi dan data tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.

Masyarakat sebagai elemen penting dari pembangunan dirasa perlu dituntut untuk berperan aktif dalam setiap hal yang berhubungan dengan pembangunan baik itu pembangunan di tingkat Kelurahan, Kecamatan ataupun Pusat, dengan kata lain partisipasi masyarakat sangat berguna bagi pembangunan dimana saja. pembangunan di daerah. Artinya setiap pihak tentunya memposisikan dirinya pada porsi yang proporsiolnal dalam setiap upaya pembangunan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan infrastruktur di daerah tersebut tetapi peningkatan partisipasi masyarakat perlu diperhatikan lebih intens agar ke depannya peran serta dari masyarakat dapat maksimal dalam menunjang setiap proses-proses pembangunan yang akan dilakukan.

Proses perencanaan, pengambilan keputusan danprogram pembangunan kerap kali dilakukan dengan sistem dari atas kebawah (top-down). Sistem perencanaan pembangunan top-down yang bersifat sentralistik ini menyebabkan mandulnya partisipasi masyarakat. sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program kegiatan pemerintah,padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat


(2)

pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan.

Oleh karenanya, di masa mendatang, keterlibatan segenap masyarakat Kota Tanjung Balai dalam tahap perncanaan dan penentuan alternatif keputusan seyogyanya dapat ditingkatkan dengan intens tidk hanya sebatas program pembangunan fisik saja akan tetapi juga mencakup upaya pembangunan sumber daya manusia pula. Peneliti menganggap keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan penentuan alternatif keputusan pembangunan di wilayah mereka merupakan tahap awal yang paling penting yang akan menentukan partisipasi masyarakat pada tataran pelaksanaan pembangunan berikutya.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwasanya peningkatan partisipasi masyarakat Kota Tanjung Balai dalam konteks pembangunan infrastruktur jalan masih dalam taraf rendah untuk itu ke depannya diperlukan perbaikan agar peran serta masyarakat dapat lebih maksimal. Peningkatan peran ini yang ke depannya di harapkan mampu memberikan dampak yang sangat besar bagi proses pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai.


(3)

68

BAB VI PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tanjung Balai secara umum rendah oleh karena itu ke depannya diharapkan peran aktif masyarakat dapat ditingkatkan ke titik yang paling maksimal guna mendukung setiap program pembangunan infrastruktur yang ada di Kota Tanjung Balai.

2. Peningkatan partipasi masyarakat masih belum signifikan dalam menunjang proses pembangunan infrastruktur jalan.

3. Pembangunan infrastruktur jalan yang ada di Kota Tanjung Balai masih memerlukan peningkatan agar masyarakat dapat menikmati dampak positif dari pembangunan. Infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai secara umum cukup baik tapi hal tersebut tak menutup kemungkinan bahwa masih perlu perbaikan dari infrastruktur jalan tersebut sehingga ke depannya infrastruktur jalan dapat sama baiknya disetiap penjuru Kota Tanjung Balai. 4. Dinas Pekerjaan Umum selaku penanggung jawab setiap program

pembangunan infrastruktur yang ada di Kota Tanjung Balai harus lebih meningkatkan perannya terutama dalam hal memberikan sosialisasi informasi mengenai program-program pembangunan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui kewajiban yang harus mereka jalankan.


(4)

VI.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyadari betapa besarnya dampak partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai.

1. Peningkatan partisipasi masyarakat harus lebih diutamakan dari segi pembangunan manusianya bukan terfokus pada peran masyarakat dalam pembangunan fisik saja.

2. Peran aktif masyarakat diharapkan bukan hanya saat implementasi program pembangunan infrastruktur jalan tetapi diharapkan juga pada saat formulasi ataupun evaluasi proses pembangunan tersebut.

3. Pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai perlu ditingkatkan agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

4. Dinas Pekerjaan Umum diharapkan mampu memberikan terobosan-terobosan ide agar masyarakat tergerak dalam memberikan sumbangsihnya dalam proses pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai.


(5)

70

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto Isbandi, (2008), Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Afifuddin. 2012. Pengantar Administrasi Pembangunan Konsep, Teori dan Implementasinya di Era Reformasi. Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitan: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-format Penelitian Sosial. PT.Rajagrafindi Persada: Jakarta

Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty

Mashoed. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Surabaya: Papyrus

Rolalisasi, Andarita (2008), Pola partisipasi masyarakat dalam Perbaikan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Sukolilo Kecamatan Bulak Kota Surabaya, Thesis, magister Teknik Arsitektur yang tidak dipublikasikan, FTSP-ITS,Surabaya.

Sherry R. Arnstein (1969), A Ladder of Citizen Participation, JAIP. Vol. 3

Singarimbun, Masri, dan Efendy, Sofian, 1995. Metode Penelitian Survei, Jakarta LP3ES.

Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara


(6)