Perlakuan Dingin Untuk Pengendalian Lalat Buah Bactrocera Spp. Pada Jeruk Mandarin

PERLAKUAN DINGIN UNTUK PENGENDALIAN
LALAT BUAH Bactrocera spp. PADA JERUK MANDARIN

ROFIKA ROCHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Perlakuan Dingin untuk
Pengendalian Lalat Buah Bactrocera spp. pada Jeruk Mandarin adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun ke perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Mei 2016
Rofika Rochmawati
NIM. F251130211

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

RINGKASAN
ROFIKA ROCHMAWATI. Perlakuan Dingin untuk Pengendalian Lalat Buah
Bactrocera spp. pada Jeruk Mandarin.Dibimbing oleh RIZAL SYARIEF, BUDI
NURTAMA dan ROKHANI HASBULLAH.
Jeruk Mandarin merupakan peringkat pertama buah impor di
Indonesia.Tingginya nilai impor buah memiliki dampak pada peningkatan resiko
masuknya organisme pengganggu tanaman dari Negara lain ke wilayah Indonesia,
dan dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit dan hama baru bagi tanaman di
Indonesia. Sehingga prosedur karantina merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat efektivitas perlakuan
dingin sebagai metode karantina untuk mengontrol lalat buah Bactrocera spp. pada
jeruk Mandarin dan memastikan kualitas fisik dan kimia tetap terjaga dengan baik,
serta mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada buah hasil perlakuan yang

disimpan pada simulasi penyimpanan di tingkat pengecer.
Jeruk Mandarin varietas murcott asal Australia digunakan sebagai sampel,
serangga model yang digunakan adalah Bactrocera papayae, Bactrocera carambolae
dan Bactrocera cucurbitae pada masing-masing stadia (telur dewasa, larva instar
satu, instar dua, dan instar tiga).Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, tahap
pertama adalah mengetahui efektivitas perlakuan dingin, yaitu penentuan stadia dan
spesies yang paling tahan terhadap suhu dingin. Telur lalat buah diinfestasikan ke
dalam buah kemudian diinkubasi pada suhu 28 oC hingga mencapai masing-masing
stadia.Stadia larva instar 3 dicapai selama120 jam inkubasi, stadia larva instar
2selama 76 jam, stadia larva instar 1 selama 48 jam, dan telur dewasa selama 28
jam.Perhitungan mortalitas dilakukan pada hari ke-6, 10, 14, 16, dan 18.Tahapan
selanjutnya adalah pengujian skala besar.Lama waktu untuk uji skala besar
ditentukan dengan mengggunakan analisis probit software SPSS, dengan tetap
mengacu pada peraturan APHIS untuk metode desinfestasi lalat buah dengan
perlakuan dingin, kemudian dilakukan pengujian kualitas fisik dan kimia pada buah,
dan pengujian terhadap tingkat kesukaan konsumen berdasarkan simulasi
penyimpanan di tingkat pengecer.
Berdasarkan hasil uji ketahanan, spesies yang paling tahan pada perlakuan
dingin adalah Bactrocera cucurbitae stadia larva instar 2 pada suhu 3 oC, sehingga
spesies dan stadia tersebut digunakan pada uji skala besar, dengan perlakuan selama

18 hari. Hasil uji skala besar menyatakan tingkat mortalitas telah mencapai 100%.
Dengan demikian, perlakuan dingin pada suhu 3 oC selama 18 hari dinyatakan efektif
untuk mencegah keberadaan Bactrocera spp. Hasil uji kualitas fisik menyatakan
bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kekerasan buah sebelum dan
sesudah perlakuan, dan tidak terdapat perubahan yang nyata pada warna buah dan
kandungan kimianya. Sementara, uji hedonik yang dianalisis menggunakan analisis
sidik ragam, hasilnya menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkat kesukaan konsumen terhadap jeruk Mandarin.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perbedaan suhu penyimpanan di tingkat pengecer tidak mempengaruhi tingkat
kesukaan konsumen pada jeruk Mandarin secara keseluruhan.
Kata kunci : karantina, jeruk Mandarin, perlakuan dingin, kualitas buah

SUMMARY
ROFIKA ROCHMAWATI. Cold Treatment to Controlling Fruit Fly Bactrocera spp.
of Mandarin Orange.Supervised by RIZAL SYARIEF, BUDI NURTAMA and
ROKHANI HASBULLAH.
Volume of Indonesia‟s import fruit is quite high, especially in Mandarin
orange. This fact is highly associate with the spread of new pests and diseases from
their original countries to the plants in Indonesia. Therefore, quarantine treatment is
important activity that must be done. This research aims to determine the

effectiveness of cold treatment as a quarantine method in controlling Bactrocera spp.
of Mandarin orange and to ensure the best physical and chemical quality of the fruit,
and to ensure the consumer preference of the fruit after storage on retail storage
system simulation.
Mandarin oranges were used in this study because it known as the highest
volume of import fruit. This study also uses 3 species of Bactrocera as insect
models, there were Bactrocera papayae, Bactrocera carambolae dan Bactrocera
cucurbitae in each stage (mature egg, 1st instar larvae, 2nd instar larvae and 3rd instar
larvae). The method was contain of several steps. First step was determine the most
tolerant stage and species in cold treatment. The eggs were infested to the fruit and
then incubated at 28 oC until reach each stage. Its need 120 hours incubated for the
3rd instar larvae, 76 hours for 2nd instar larvae, 48 hours for 1st instar larvae, and 28
hours for mature eggs. Counting of survivors was held on 6, 10, 14, 16 and 18
days.The procedure then continued to large scale trial to know the efectivity of cold
treatment. Time exposure of large scal trial was determined by probit analysis SPSS
software, and according to provision of APHIS for desinfestation of Bactrocera spp.
by cold treatment. Next step was fruit quality test and consumer preference test based
on retail storage system simulation.
The result of the pest control showed that the most tolerant of cold treatment
was the second instar of B. cucurbitae at 3 oC. Therefore, it‟s used for large scale

trial for 18 days. Large scale trial has reached 100% mortality. Thus, in this study
cold treatment at 3 oC for 18 days considered effective to control Bactrocera spp. For
comparing before and after cold treatment, it was a significant increase of hardness
parameter, and no significant difference on color and chemical content. While result
in hedonic test showed that no significant difference of consumer preference to the
fruit in different retail storage system for 15 days. Thus, it can be said that the
different temperature has no effect to consumer preference to overall quality of
Mandarin orange fruit.
Keywords: quarantine, Mandarin orange, cold treatment, fruit quality

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERLAKUAN DINGIN UNTUK PENGENDALIAN

LALAT BUAH Bactrocera spp. PADA JERUK MANDARIN

ROFIKA ROCHMAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji pada Ujian Tesis:

Dr. Nugraha Edhi Suyatma, STP, DEA

Judul Tesis :Perlakuan Dingin untuk Pengendalian Lalat Buah Bactrocera spp.

pada Jeruk Mandarin
Nama
: Rofika Rochmawati
NIM
: F251130211

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS
Ketua

Dr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr
Anggota

Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Ilmu Pangan

Prof. Dr. Ir. Ratih Dewanti, M.Sc

Tanggal Ujian:
21 Maret 2016

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.ScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga laporan hasil penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Juli-Desember 2014 ini adalah
perlakuan dingin pada buah, dengan judul Perlakuan Dingin untuk Pengendalian
Lalat Buah Bactrocera spp. pada Jeruk Mandarin. Terima kasih penulis ucapkan
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS selaku ketua komisi pembimbing,

Bapak Dr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si
selaku pembimbing anggota yang telah membimbing, memberikan koreksi dan
saran mulai dari penyununan usulan penelitian hingga penulisan laporan akhir
penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih pada Bapak
Hendra Adi Saputra, ST, M.Si dan Bapak Slamet Budiawan, SE, SP selaku tim
peneliti dari Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian yang
memberikan fasilitas laboratorium dan sebagian besar dana penelitian, serta
bantuannya selama penyusunan rencana penelitian hingga penyelesaian laporan
hasil penelitian. Ungkapan terima kasih juga tidak lupa disampaikan kepada
Ayah, Ibu, dan seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya selama
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2016

Rofika Rochmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2

2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk
Pelakuan Karantina Buah dan Sayuran Segar
Perlakuan Dingin
Kualitas Buah
Kualitas Fisik

3
3
4
5
13
13

3 METODE
Waktu dan Tempat
Bahan
Prosedur
Analisis Data

16
16
16
17
21

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivitas Perlakuan Dingin
Uji Skala Besar
Uji Kualitas Buah

22
22
24
24

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Data Impor Buah Jeruk Tahun 2007-2013
Negara Pengimpor Jeruk ke Indonesia
Studi Pustaka Perlakuan Dingin pada Buah
Data Mortalitas Terkoreksi (formula Abbott) spesies Bactrocera spp
Hasil Analisis Probit Pada B. Cucurbitae
Hasil Uji Skala Besar
Hasil Analisis Kualitas Fisik Jeruk Mandarin
Hasil Analisis Kualitas Kimia Jeruk Mandarin
Tingkat Kesukaan Konsumen (overall attribute) pada Buah Jeruk
Berdasarkan Simulasi Penyimpanan Tingkat Pengecer

3
4
6
23
24
25
26
28
29

DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah Individu yang Dibutuhkan untuk Pengujian dengan Tingkat
Kematian Mendekati 100% dan Tingkat Kepercayaan 95%
2 Siklus Hidup Bactrocera spp.
3 Queensland Fruit Fly Dewasa
4 Mediteranian Fruit Fly
5 Bactrocera papayae
6 Bactrocera cucurbitae
7 Alur Pemanenan Telur
8 Penetrometer
9 LCD Digital Model Refractometer

9
10
11
12
13
14
18
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Rekomendasi Perlakuan Beberapa Buah Impor di Indonesia
Diagram Alir Uji Ketahan Stadia – Kualitas Buah
Diagram Alir Uji Tingkat Kesukaan Konsumen
Hasil Analisis Sidik Ragam Uji Kesukaan Konsumen

35
40
41
42

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karantina merupakan suatu cara pencegahan penyebaran serangga, virus,
atau makhluk biologis lainnya yang dapat membawa penyakit baru ke dalam suatu
Negara serta mencegah hama dan penyakit yang ada di dalam wilayah tersebut
untuk menyebar keluar, sehingga hal ini dinilai penting bagi suatu negara,
termasuk Indonesia. Kegiatan karantina buah dan sayur di Indonesia ini dilakukan
oleh Badan Karantina Pertanian RI yang telah bertugas dari tahun 1930, dengan
nama awalnya sebagai Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya.
Hingga saat ini karantina pertanian dilakukan pada 52 unit pelaksanaan teknis
dengan 393 titik pelayanan impor, ekspor dan antar area (domestik) yang tersebar
diseluruh Indonesia. Salah satu cara penyebaran hama dan penyakit pada tanaman
adalah melalui jual beli bahan pertanian seperti buah dan sayuran antar negara
atau dikenal dengan sebutan ekspor-impor.
Jeruk merupakan salah satu buah yang memiliki tingkat konsumsi tinggi.
Berdasarkan data BPS (2013), pada tahun 2012 jeruk menduduki peringkat
pertama untuk nilai impor buah di Indonesia, dengan nilai impor mencapai USD
227.300.473, dan jeruk yang paling populer diimpor adalah jenis Mandarin.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa tingginya jumlah impor buah
meningkatkan resiko masuknya organisme pengganggu tanaman khususnya lalat
buah dalam jeruk dari negara lain, yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan hama
dan penyakit tanaman baru di dalam negeri, maka pemerintah Indonesia
mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42 Tahun 2012 Tentang
Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah Segar dan Sayuran Buah
segar ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Salah satu syarat masuknya
buah impor adalah memiliki Sertifikat Phytosanitary yang merupakan jaminan
produk terbebas dari organisme pengganggu tanaman. Namun, untuk komoditas
jeruk hanya beberapa negara yang sudah melakukan sinkronisasi prosedur
phytosanitary dengan Indonesia, diantaranya adalah USA, Australia, Kanada, dan
New Zealand. Sedangkan negara lainnya masih dalam proses penyetaraan
prosedur phytosanitary. Tindakan karantina ini juga diperlukanuntuk menghadapi
pasar bebas ASEAN dimana jual beli antar negara, terutama produk negara-negara
ASEAN akan lebih mudah keluar dan masuk ke Indonesia.
Salah satu organisme pengganggu tanaman pada buah jeruk adalah lalat
buah seperti Bactrocera spp. Jika lalat buah tidak dikontrol dapat merusak hingga
100% dari beberapa tanaman buah (NSW Government 2012). Salah satu metode
karantina yang dapat dilakukan adalah perlakuan dingin. De Lima et al. (2007)
melakukan penelitian perlakuan dingin pada jeruk Mandarin yang diinfestasi oleh
lalat buah Bactrocera tryoni sebagai uji metode karantina dan hasilnya
menunjukkan bahwa untuk mematikan 100% Bactrocera tryoni dibutuhkan suhu
2oC atau 3oC selama 16 hari. Metode ini dinilai dapat diterapkan untuk
pencegahan masuknya organisme pengganggu tanaman pada buah impor,
terutama produk yang berasal dari negara yang belum mendapat sinkronisasi
prosedur penanganan buah impor dengan Indonesia.

2
Metode yang akan dilakukan di wilayah Indonesia belum diketahui secara
jelas efektivitas dan pengaruhnya terhadap kualitas buah. Oleh karena itu,
diperlukan pembuktian ilmiah dengan dilakukannya uji terap pada perlakuan
dingin. Pengujian tersebut menggunakan Bactrocera spp. yang ada di wilayah
Indonesia sebagai serangga model dari Bactrocera tryoni yang merupakan lalat
buah kategori A1 yaitu organisme pengganggu tumbuhan yang belum ada di
Indonesia dan dicegah keberadaanya untuk masuk ke wilayah Indonesia. Selain
itu, diperlukan analisis kualitas buah hasil perlakuan, analisis ini berfungsi untuk
menentukan kelayakan metode yang dilakukan, dalam arti tidak hanya efektif
mematikan serangga namun juga dapat mempertahankan kualitasnya yang
berhubungan dengan tingkat kesukaan konsumen.Pada penelitian ini, uji kualitas
buah meliputi kualitas fisik (warna dan kekerasan), kimia (kandungan gula dan
vitamin C) dan tingkat kesukaan konsumen pada buah hasil perlakuan dengan
melakukan simulasi penyimpanan di suhu gudang dan display tingkat pengecer.

Perumusan Masalah
Nilai impor buah di Indonesia cukup tinggi, jeruk merupakan peringkat impor
buah nomor satu di Indonesia, dan setiap buah yang masuk ke Indonesia harus
terbebas dari seluruh organisme yang memiliki resiko penyebaran penyakit baru
di dalam negeri.Sebagian buah dan sayur impor belum memiliki jaminan terbebas
dari organisme pengganggu tanaman. Perlakuan dingin dinilai dapat membunuh
seluruh organisme pengganggu tanaman penyebab penyakit, namun kualitas dari
perlakuan dingin tersebut belum secara rinci diteliti, sehingga dibutuhkan bukti
ilmiah untuk memastikan bahwa perlakuan dingin aman bagi kualitas buah impor
hasil perlakuan metode karantina.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji perlakuan dingin sebagai
metode karantina Bactrocera spp. pada jeruk Mandarin impor dan mengetahui
kualitas fisik dan kimia dari buah hasil perlakuan, serta mengetahui tingkat
kesukaan konsumen dari buah hasil perlakuan yang disimpan dengan simulasi
penyimpanan di tingkat pengecer.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan perlakuan karantina bagi buah
impor, khususnya jeruk Mandarin agar terhindar dari keberadaan lalat buah yang
dapat merusak buah dan mencegah penyebaran lalat buah asing ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu, Perlakuan dingin dapat membunuh
100% spesies dan stadia Bactrocera spp. yang paling resisten pada perlakuan

3
dingin, terdapat kisaran suhu dan waktu tertentu yang dapat menekan
perkembangan Bactrocera spp. dengan menjaga kualitas buah tetap baik. Selain
itu, diduga adanya pengaruh perlakuan pendinginan pada kualitas buah secara
fisik dan kimia serta terdapat pengaruh kesukaan konsumen terhadap perbedaan
suhu penyimpanan selama 15 hari di tingkat pengecer

2 TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk
Tanaman jeruk adalah tanaman buahtahunan yang berasal dari Asia.Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang
lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan.
Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang
mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Italia. Sentra jeruk di
Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah),
Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak
(Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Serangan virus CVPD (Citrus
Vein Phloen Degeneration), menyebabkan beberapa sentra penanaman mengalami
penurunan produksi, serta diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk
yang saat ini tidak berlaku lagi.
Volume jeruk impor pada Januari-April 2011 sudah mencapai 50% dari
total impor sepanjang 2010. Menurut Badan Karantina Pertanian, impor jeruk
Mandarin pada kuartal pertama 2011 mencapai 77.502 ton, padahal untuk
keseluruhan tahun 2010 mencapai 96.489 ton. Hingga saat ini Indonesia termasuk
negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan
volume impor khususnya untuk jenis keprok atau mandarin, selama kurun waktu
2005 - 2010 mencapai 550.809 ton atau sekitar 91.802 ton per tahun dengan nilai
mencapai US $ 650.128.774 (Dirjen Hortikultura 2013). Data perkembangan
impor jeruk dari tahun 2007-2013 berdasarkan BPS (2014) disajikan pada Tabel
1, sedangkan daftar Negara pengimpor jeruk terbesar ke Indonesia berdasarkan
data 4 bulan pertama di 2012 (BPS 2012) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Data Impor Buah Jeruk Tahun 2007-2013
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Jumlah Impor (ton)
119.740
143.770
216.785
203.916
231.542
258.000
250.000

Berdasarkan hasil penelitian Rane Zab dan Bashkar (2012), ekstrak dari
bulir Citrus reticulata memiliki kandungan Maltol, 3,5-Dihydroxy-6-methyl-2,3dihydro-4H-pyran-4-one,
Glucerol,
5-hydroxy
methylfur
fural,

4
Nitrisobutylglucerol, haptamethoxyflavone dan sebagainya yang berfungsi sebagai
obat tradisional dan herbal. Pada obat tradisional China, bulir kering dari buah ini
digunakan untuk meningkatkan fungsi pencernaan, distensi abdominal,
mengurangi dahak, mengobati masalah kulit, hemiplegia, gigitan ular, demam,
kehilangan rasa, rematik kronis, sakit perut, pendarahan berlebih saat menstruasi,
pembengkakan limpa, edem, dan penyakit jantung, bronchitis, dan asma. Terdapat
tiga jenis flavonoid pada tanaman ini, yaitu flavonones, flavones dan
flavonols.Diantaranya, terdapat polymethoxyflavones (PMFs) yang menunjukkan
potensi chemopreventive pada sifat antimutagenik dan antitumor.Bulir buah ini
juga mengandung komponen bioaktif lainnya seperti asam phenolic, flavonoid,
limonoids, dan serat.
Tabel 2 Negara Pengimpor Jeruk ke Indonesia
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara Pengekspor
China
Pakistan
Mesir
USA
Spanyol
Turki
Taiwan
Thailand
Australia
Malaysia

Jumlah (ton)
130,900
10,200
2,000
1,500
458,1
187,5
166,4
141,4
120,6
92,8

Secara umum, kulit jeruk mengandung zat antioksidan yang tinggi
dibandingkan dengan daging buahnya.Bulir/ampas jeruk yang dihasilkan secara
kasar satu setengah dari masa buah, mengandung komponen bioaktiv termasuk
antioksidan alami seperti phenolic dan flavonoid (Li et al. 2006).Ampas kering
dari buah jeruk mandarin, tercatat sebagai obat di China untuk mengaktivasi
sirkulasi dan energi vital, menghilangkan kedinginan, mengurangi stagnansi fisik,
dan sebagainya.Unsur aktif utamanya adalah adrenergic amin seperti synephrine,
octopamine, dan tyramine serta flavonoid (flavonones, flavones dan flavonold),
dan phenolic acid (Xu et al. 2007).

Pelakuan Karantina Buah dan Sayuran Segar
Karantina buah dan sayuran dinilai penting bagi suatu negara, termasuk
Indonesia. Karantina merupakan suatu cara pencegahan penyebaran serangga,
virus, atau makhluk biologis lainnya yang dapat membawa penyakit baru ke
dalam suatu negara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu tindakan karantina
untuk setiap tanaman dan hewan yang masuk ke Indonesia. Tindakan karantina ini
diatur dalam sebuah peraturan menteri pertanian nomor 42 tahun 2012 tentang
persyaratan teknis dan tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan buahbuahan dan sayuran buah segar ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Intisari dari peraturan tersebut adalah mengharuskan buah-buahan dan
sayuran buah segar yang dimasukan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia,

5
wajib dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari
negara asal dan negara transit. Pemasukan buah-buahan dan atau sayuran buah
segar ke dalam wilayah negara Republik Indonesia dapat berasal dari area
produksi di negara asal yang bebas dari infestasi organisme pengganggu
tumbuhan karantina (pest free area) atau berasal dari area produksi di negara asal
yang tidak bebas dari infestasi organisme pengganggu tumbuhan karantina.
Pemasukan buah-buahan dan atau sayuran buah segar ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia yang berasal dari area produksi yang tidak bebas dari infestasi
organisme pengganggu tumbuhan karantina harus diberi perlakuan. Perlakuan
tersebut salah satunya dapat berupa pendinginan (cooling) dengan suhu sesuai
jenis buah, yang dinyatakan dalam kolom perlakuan pada phytosanitary certificate
yang disertakan dalam pemasukan produk (Kementrian Pertanian
2012).Rekomendasi perlakuan pada beberapa komoditi utama buah-buahan impor
yang masuk ke wilayah Republik Indonesia menurut Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia disajikan pada lampiran 1.
Terdapat beberapa metode desinfeksi untuk karantina, yaitu fumigasi
dengan methyl bromide, perlakuan dingin atau irradiasi (APHIS 2006).Methyl
bromide memiliki sifat phytotoxic pada jeruk dan memperpendek umur simpan,
penggunaannya pun telah dilarang di Australia karena menyebabkan penipisan
ozon dan dihapus dari protocol Montreal, sedangkan irradiasi tidak merusak buah
jeruk dan masih terus digunakan. Namun, permasalahan serangga yang menjadi
steril masih belum terselesaikan. Efek dari penyimpanan dingin dapat dikontrol
dan diperbolehkan untuk mendesinfeksi lalat buah pada buah yang akan dikirim
ke luar negri. Perlakuan yang diperbolehkan adalah 1oC selama 16 hari untuk
buah jeruk manis, jeruk mandarin, dan jeruk tangelos (Heather et al. 1996).
Hasbullah et al. (2013), melakukan metode desinfeksi lalat buah lainnya, yaitu
dengan vapour heat treatment (VHT), hasilnya menyatakan bahwa metode
tersebut dapat membunuh B. carambolae hingga 100% mortalitas pada suhu 43oC
selama minimal 30 menit, atau 46oC selama minimal 15 menit.
Perlakuan Dingin
Perlakuan dingin untuk kepentingan karantina ini telah diteliti mulai awal
abad ke-20, saat Back dan Pemberton pada tahun 1916 mempelajari tentang
pengaruh suhu dingin pada perkembangan stage yang berbeda dari C. capitata
pada buah persik dan apel, dan menyimpulkan bahwa larva instar ketiga adalah
yang paling toleran terhadap perlakuan dingin. Perlakuan dingin dapat dijadikan
salah satu metode karantina buah dan sayuran segar, karena diduga dapat
mematikan serangga atau hewan yang ikut terbawa di dalam buah asal luar negeri.
Perlakuan dingin dari buah jeruk memungkinkan untuk memperpanjang waktu
simpan yang berimbas pada perluasan market, transportasi yang memakan waktu
lama, dan dapat memenuhi aturan supply buah ke pasaran. Penyimpanan yang
direkomendasikan untuk buah jeruk mandarin adalah 5-8oC (Kader dan Arpaia
2002), meskipun pada kenyataannya kebanyakan penyimpanan buah diatur pada
suhu 2,22oC atau dibawahnya jika diberlakukan karantina untuk lalat buah (Burns
2004).

6
Santaballa et al. (2009) Melakukan penelitian perkembangan C. capitata
dalam jeruk clementine mandarin, membuktikan bahwa perkembangan serangga
target sama pada jenis jeruk lainnya dan lebih cepat perkembangannya pada
lemon. Tahap larva lebih resisten pada dingin dibandingkan dengan telur, tanpa
perbedaan yang signifikan antara larva muda dan tua.Setelah 14 hari perlakuan
dingin, kematian larva mencapai 100%. Perlakuan dingin pada 2oC selama 16 hari
pada skala industri menunjukkan efektivitas penghambatan total pada stadium C.
capitata yang paling toleran pada perlakuan dingin dan dapat menjadi jaminan
karantina pada treatment pencegahan lalat buah. Perlakuan refrigerasi, diikuti
dengan transportasi dan pemasaran produk tidak menimbulkan modifikasi
substansial pada sifat kualitatif buah, dan tidak ditemukan perbedaan fisiologikal
dan kebusukan yang disebabkan oleh Penicillium sp. yang biasanya terjadi pada
proses pemasaran.Tabel 3 merupakan beberapa penelitian atau studi pustaka
mengenai perlakuan dingin pada buah.
Tabel 3 Studi Pustaka Perlakuan Dingin pada Buah
Peneliti
De Lima
et al.
(2011)

Santaballa
et al.
(2009)

Khan et
al. (2007)

Produk
Perlakuan
Hasil
(Citrus Sebanyak 5 varian jeruk Perlakuan dingin yang dapat
diberi perlakuan dingin mematikan hingga 100%
2oC dan 3oC untuk mortalitas yaitu:
mencegah
- Citrus limon : 2oC selama
perkembangan Ceratitis
16 hari atau 3oC selama
capitata dan Bactrocera
18 hari dapat mematikan
tryoni. Perlakuan harus
C. capitata dan 14 hari
mencapai
100%
mematikan
Bactrocera
mortalitas
pada
tryoni.
serangga
yang - Citrus reticulata dan
diinfestasikan sebanyak
Citrus sinensis:
2 oC
lebih dari 30.000 telur
selama 18 hari atau 3oC
lalat buah.
selama 20 hari dapat
mematikan C. capitata
dan 2oC atau 3oC selama
16 hari dapat mematikan
B. tryoni.
Clementine
Jeruk
mandarin Stadia telur merupakan yang
mandarin
diinfestasi dengan telur paling rentan pada perlakuan
C.
capitata
dan dingin. Tidak ada perbedaan
diinkubasi
hingga yang signifikan pada larva
mencapai stadia telur muda dan dewasa pada
dewasa, larva muda, dan ketahanannya terhadap suhu
larva dewasa. Disimpan rendah. Suhu 2oC selama 16
pada suhu dingin 2 ± hari adalah yang paling efektif
0,5oC sebagai metode untuk mematikakn 100% C.
karantina buah untuk capitata. Selain itu, tidak ada
keperluan
ekspor, perubahan sifat kualitatif dan
kemudian
diamati perbedaan fisiologis dari buah.
tingkat mortalitasnya.
Jeruk
manis Perlakuan pemanasan Terjadi peningkatan pada total
varian
Blood dan pendinginan pasca soluble solid (TSS) pada
Red
panen pada buah jeruk penyimpanan hari ke-45, dan
Jeruk
sp.)

7
dan
pengamatan
kualitasnya
selama
penyimpanan 60 hari di
suhu ruang.

Obenland
et al.
(2011)

Jeruk mandarin
varietas
Murcott
dan
Owari

Penyimpanan selama 0,
3 dan 6 minggu pada
0oC, 4oC, dan 8oC serta
penyimpanan 1 minggu
pada
suhu
20oC,
kemudian
dievaluasi
sifat
sensorisnya
sebagai
parameter
kualitas dan sifat aroma
volatilnya.

Gosalbes
et al.
(2004)

Mandarin
Penyimpanan pada suhu
varietas Fortune 1,5oC dan dilakukan
dan Hernandina analisis
terhadap
chilling injury (CI) pada
kupasan kulit melalui
gen oksigenase.

penurunan TSS pada hari ke60.
Kandungan
juice
meningkat seiring dengan
lamanya penyimpanan hingga
45 hari, namun menurun pada
beberapa perlakuan setelah 60
hari penyimpanan. Kehilangan
bobot terbesar yaitu pada
perlakuan dingin, namun
memiliki
perkembangan
warna dan TSS. Kandungan
juice terbesar asam organik
dan persen gula tertinggi
terdapat pada control yang
menurun
dengan
meningkatnya
waktu
pemanasan (15 menit, 50oC).
Chilling injury meningkat
dengan meningkatnya durasi
pendinginan (72 jam, 5oC).
Kualitas flavor berkurang pada
Owari. Selama 4 minggu
penyimpanan
off
flavor
meningkat. Semantara nilai
hedonikMurcott
menurun
setelah buah disimpan selama
7 minggu. Rasa pahit menurun
selama penyimpanan pada
kedua varietas tersebut yang
berhubungan
dengan
peningkatan rasio soluble solid
content (SSC) dan Titration
Acid (TA). Peningkatan kadar
alkohol dan ester terjadi
selama penyimpanan di kedua
varietas
tersebut
yang
berkontribusi pada hilangnya
kualitas flavor.
Penyimpnan pada suhu 1,5oC
menyebabkan
peningkatan
akumulasi mRNA Chillinginduced oxygenase (CIOX),
sebagai respon chilling injury.
Namun, gen ini tidak aktif
pada
Hernandina
yang
merupakan buah mandarin
yang tahan pada chilling
injury. Peningkatan Abcisis
acid
(ABA)
tidak
menyebabkan kerusakan pada
Mandarin Hernandina yang
disimpan pada suhu 1,5oC dan

8

Stanley et
al. (2013)

Sala Jose
M (1998)

Apricots

Clemenules,
Clementine,
Nova
dan
Fotune
Mandarin

Dilakukan penyimpanan
pada suhu 0oC dan
diperam pada suhu 20oC
atau diperam dari awal
pada suhu 20oC pasca
panen
kemudian
dianalisis
sifat
sensorinya.

Penyimpanan
dingin
2,5oC selama 4 minggu
dan dilakukan analisis
chilling
injury
berdasarkan perubahan
aktivitas
oxygen
scavanging
enzymes,
superoksida dismutase,
catalase, dan ascorbat
peroxidase.

mandarin
Fortune
yang
o
disimpan pada suhu 12 C, jadi
gen ini tidak diregulasi oleh
ABA tapi terekspresi oleh
kombinasi suhu rendah dan
ABA, yaitu kondisi yang
meningkatkan chilling injury
pada buah.
Umur kematangan saat panen
mempengaruhi
secara
signifikan kekerasan daging
buah dan beberapa factor
kualitas lain. Penampakan
kesan tepung dan gel hanya
terjadi pada buah yang
disiman
pada
0oC.
Pembentukan kesan tepung
berhubungan
dengan
kehilangan juiceness.Juiceness
menurun maka kesan tepung
dan
pembentukan
gel
meningkat.
Aktivitas katalase, ascorbat
peroxidase
dan
glutation
reduktase lebih tinggi pada
varian yang toleran dingin,
yaitu
Clemenules
dan
Clementine. Pada suhu rendah,
buah yang tahan dingin
memiliki
system
enzim
antioksidan yang lebih efisien.

Hansen et al. (2007) melakukan penelitian perlakuan dingin untuk
mengontrol larva ngengat Cydia pomonella (Lepidoptera: Tortricidae) pada buah
apel yang akan diekspor. Penelitian ini dilakukan pada suhu 1,1oC. Hasilnya
menyatakan bahwa seluruh larva nondiapause (perkembangan hidup tidak
tergantung dengan lingkungan) mati selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan
larva diapause mati selama penyimpanan 7 minggu.Larva diapause lebih muda
dari nondiapause sehingga lebih rentan pada perlakuan dingin.
De lima et al. (2007) melakukan penelitian perlakuan dingin pada Citrus
spp. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti standar prosedur uji skala besar
ekspor, menggunakan 5 jenis kultivar Citrus pada 2oC dan 3oC dapat menghambat
Mediteranian Fruit Fly (MFF) (Ceratitis capitata) dan Queensland frui Fly (QFF)
(Bactrocera tryoni). Periode perlakuan dibutuhkan untuk mematikan secara
menyeluruh sebanyak >30.000 serangga. Untuk mematikan 100% MFF
dibutuhkan suhu 2oC selama 16 hari pada lemon (Citrus limon) dan 18 hari pada
jeruk manis (Citrus sinensis) dan Mandarin (Citrus reticulata), sedangkan pada
suhu 3oC dibutuhkan waktu selama 18 hari pada lemon dan 20 hari pada jeruk
manis dan mandarin. Untuk QFF, perlakuan yang dibutuhkan untuk mematikan

9
100% adalah 14 hari pada lemon dan 16 hari pada jeruk manis dan mandarin pada
suhu 2oC dan 3oC.

Gambar 1.Jumlah individu yang dibutuhkan untuk pengujian dengan tingkat
kematian mendekati 100% dan tingkat kepercayaan 95%. Dihitung
oleh Couey dan Chew 1986 ( Schortemeyer 2011).
Komoditi horticultural di USA sudah beberapa dekade mengaplikasikan
standar probit-9 untuk kontrol perlakuan lalat buah (Diptera: Terephtidae) atau
hama serupa. Probit-9 efektif untuk mematikan serangga hingga tingkat mortalitas
99,9968329% (sering dibulatkan menjadi 99.9968%) setelah perlakuan. Couey
dan Chew (1986) menghasilkan formula untuk menentukan jumlah serangga yang
dibutuhkan untuk pengujian dengan tujuan untuk mematikan seluruh serangga.
Hubungan antara target mortalitas dan jumlah indivdu yang dibutuhkan untuk
pengujian adalah eksponensial (Gambar 1).Analisis probit adalah jenis regresi
yang digunakan untuk variable respon binomial.Output dari analisis probit dapat
digunakan untuk membandingkan dosis (jumlah bahan kimia) yang dibutuhkan
untuk membuat respon yang sama untuk berbagai bahan kimia. Model regresi dari
analisis probit adalah metode garis lurus yang membandingkan hubungan antara
peubah respon atau peubah tidak bebas (Y) dengan peubah bebas (X), dimana a:
intercept, b: kemiringan garis (slope) dan e: galat. Secara matematika dapat
dituliskan dalam bentuk berikut, Y = a + bX + e.

Lalat Buah
Lalat buah Bactrocera spp. merupakan hama yang sangat mengganggu
dan merugikan banyak tanaman buah dan sayur, termasuk pada jeruk mandarin.
Bactrocera memiliki banyak spesies, misalnya Bactrocera tryoni, Bactrocera
papayae, Bactrocera cucurbitae, Bactrocera carambolae, dan masih banyak yang
lainnya. Siklus hidup hama ini dimulai dari stadia telur, larva instar 1, larva instar
2, larva instar 3, pupa, dan imago (lalat buah dewasa), siklus hidup Bactrocera
dijelaskan pada Gambar 2.

10

(a) Telur

(d) Imago

(b) Larva

(c) Pupa

Gambar 2 Siklus Hidup Bactrocera spp.
Sumber : Rochmawati (2016)

Lalat buah betina mempunyai ovipositor yang runcing pada ujung
tubuhnya yang berfungsi untuk memasukkan telur ke dalam buah.Jumlah telur
yang diletakkan per hari bervariasi antara 2-40 butir.Telur yang telah diletakkan
dalam daging buah kemudian berkembang menjadi larva. Larva ini akan
berkembang, makan dan hidup di dalam buah. Larva instar akhir akan
menjatuhkan dirinya ke tanah untuk membentuk pupa di dalam tanah, dan
selanjutnya akan berkembang menjadi lalat buah dewasa dan siap untuk
berkembangbiak.
Queensland fruit fly (QFF)
Queensland fruit fly (QFF) yang memiliki nama latin Bactrocera tryoni
(Gambar 3) merupakan lalat buah asli dari Queensland timur dan utara-timur New
South Wales. Ketersediaan host yang sesuai dan habitat di daerah perkotaan dan
produksi hortikultura di Queensland, New South Wales, Victoria dan Northern
Territory telah memungkinkan QFF untuk memperluas jangkauan alaminya. QFF
merupakan masalah bagi para tukang kebun rumahan dan petani buah dan
sayuran.Serangan QFF dapat mengakibatkan banyak kerusakan pada buah dan
sayuran.Host dari QFF merupakan buah yang matang pada musim panas seperti
buah stroberi, apel dan sayuran seperti tomat dan capsicums.Tanaman hias
berbuah seperti berbunga Prunus dan Manchuria pir dan buah tanaman asli seperti
pilly lilly host.Jika tidak dikontrol, lalat buah dapat merusak hingga 100% dari
beberapa tanaman buah.Lalat buah dewasa betina bertelur dalam daging dan buah
yang matang.Setelah telur menetas, larva mulai makan di dalam buah
menyebabkan buah matang sebelum waktunya.Kulit buah mungkin terlihat utuh
atau menunjukkan tanda sengatan tetapi di bawah kulit daging menjadi lembut,
lembek dan coklat dengan kehadiran belatung putih (NSW Government 2012).

11

Gambar 3 Queensland Fruit Fly Dewasa
Sumber : NWS Government 2012

Mediterarian Fruit Fly
Mediteranian fruit fly (Medfly) yang memiliki nama latin Ceratitis
capitata (Gambar 4) merupakan hama tanaman terbesar dan dianggap hama
pertanian yang paling penting di dunia. Tercatat telah menginfestasi 300 buah,
kacang dan sayuran, membuat tidak layak dikonsumsi oleh manusia. Banyak
tumbuhan di California terancam oleh keberadaan hama ini, termasuk apel,
apricot, alpukat, paprika, ara, anggur, jeruk, lemon, jeruk nipis, melon, nektarin,
persik, pir, kesemek, plum, delima, jeruk, tomat dan walnut. Keberadaan hama ini
dapat mengakibatkan kerugian ekonomi secara langsung melalui kerusakan buah,
meningkatkan penggunaan pestisida, kehilangan pendapatan karena adanya
pembatasan ekspor pada buah baik domestik maupun internasional, dan dampak
buruk pada tanaman asli melalui penghancuran buah mereka. Infestasi permanen
Medfly akan menghasilkan estimasi kerugian tahunan sebesar $ 1,3 hingga US $
1,8 miliar. Medfly ini berasal dari Afrika, namun telah menyebar ke beberapa
bagian dunia termasuk Eropa selatan, Australia, dan Dunia tropis baru.Siklus
hidup Medfly dimulai ketika betina dewasa melubangi kulit buah dan sayur
kemudian menelurkan satu hingga sepuluh telur per buah.Telur menetas dan
berkembang menjadi larva, yang memakan daging buah. Setelah membusuk, buah
yang terinfestasi biasanya jatuh ke tanah dan larva akan meninggalkan buah dan
masuk ke tanah untuk membentuk pupa. Medfly dewasa akan muncul dari tanah
dan kawin, menyempurnakan siklus. Imago dewasa dapat hidup hingga 2 bulan.
Total waktu dari telur hingga dewasa dapat bervariasi dari lima minggu hingga
lima bulan tergantung suhu (CFDA 2008).

Gambar 4 Mediteranian Fruit Fly
Sumber : CFDA 2008

Bactrocera papayae

12
Lalat buah pepaya Asia, B. papayae(Gambar 5) dilaporkan telah
menginfestasi sebanyak 209 tanaman pada 51 famili tanaman termasuk jambu
(Rwomushana et al. 2008). Infestasi serangga dewasa dan larvanya secara
langsung menurunkan kualitas dan kuantitas buah.Beberapa studi intensif dalam
taksonomi dan variasi genetik telah dipelajari di Malaysia sejak 1986. Larva B.
papayae memiliki 3 stadia instar. Menurut Chang et al. (2007), mayoritas larva
akan mati setelah mencapai instar ketiga. Hasil penelitian Noor et al. (2011)
menunjukkan bahwa ketahanan larva B. papayae menurun dari satu instar ke
instar yang lain. Persentase larva yang dapat bertahan menurun dari 74,01%
(instar satu) menjadi 54.96% (instar dua). Walaupun presentase penetasan telur
tinggi (96.03%), hanya 26.39% yang sukses mencapai larva hingga instar tiga,
karena adanya infestasi bakteri ke dalam telur atau ke dalam buah yang
dikonsumsi oleh B. papayae, atau ketidaktahanan perubahan lingkungan saat
dipindah ke laboratorium.

Gambar 5Bactrocera papayae
Sumber : Noor et al. (2011)

Bactrocera carambolae
Lalat buah carambola, Bactrocera carambolae tercatat dapat
menginfestasi lebih dari 151 jenis buah dan sayuran termasuk jambu mete
(Anacardium occidentale), mangga (Mangifera indica), gula palem (Arenga
pinnata), alpukat (Persea americana), nangka (Artocarpus heterophyllus), jambu
biji (Psidium guajava), lemon (Citrus paradisi), jeruk mandarin (Citrus
reticulata), jeruk manis (Citrus sinensis), tomat, sawo (Manilkara zapota), Cherry
India barat (Malpighia punicifolia), almond tropis (Terminalia cattapa) dan cabai.
Spesies ini merupakan hama yang serius, yang dapat menyerang buah dari umur
muda (Van Sauers-Muller 1991). Serangan lalat buah ini dapat menurunkan
produksi tanaman, meningkatkan penggunaan insektisida dalam sistem
pemeliharaan yang memiliki pengaruh sekunder seperti toksisitas pada pekerja
yang terpapar bahan kimia pertanian, masalah keamanan pangan, dan lain-lain
(Jeyasankar 2009).Spesies ini pernah menyerang secara besar-besaran di Amerika
Selatan pada pertengahan 1970an, menjadikan spesies ini masalah global (Schutze
et al. 2011).
Bactrocera cucurbitae

13
Bactrocera cucurbitae (Gambar 6) dikenal dengan sebutan lalat Melon,
merupakan lalat buah polyfagus yang menginfestasi sebanyak 125 species
tumbuhan, yang sebagian besar merupakan cucurbitae dan Solanaceae (Dhillon et
al. 2005). Lalat buah ini dilaporkan telah menjadi hama dari Bangladesh,
Pakistan, Nepal, China, New Guinea, Filipina, Mariana, Hawaii, dan sebagian
besar Asia tenggara. Spesies ini juga dilaporkan keberadaannya di Mesir, Kenya
dan Tanzania (Weems dan Heppner 2001). Di area infestasi, sayuran bisa secara
menyeluruh atau sebagian dirusak nilai komersialnya berdasarkan tingkat
infestasi, maka spesies lalat ini dianggap serangga hama yang serius dan
dikategorikan sebagai subjek organisme yang terlarang di area karantina.
Kerugian yang diakibatkan oleh lalat ini diestimasikan mencapai 10-30% dari
produksi pertanian di suatu Negara (Naqvi 2005).

Gambar 6Bactrocera cucurbitae
Sumber : Laskar (2013)

Kualitas Buah
Kualitas Fisik
Warna diperoleh dari pigment alami dalam buah, banyak terjadi perubahan
karena proses pertumbuhan tanamannya, misalnya waktu kematangan dan saat
menjadi matang. Pigmen utama yang menentukan kualitas warna dan larut lemak
adalah klorofil (hijau), karotenoid (kunig, orange dan merah), sedangkan yang
larut air adalah antosianin (merah dan biru), flavonoid (kuning), dan betalain
(merah). Sebagai tambahan, reaksi pencoklatan enzimatis dan non enzimatis dapat
dihasilkan dari pembentukan pigmen yang larut air seperti warna kuning, abu-abu
dan hitam.Enzim yang terlibat dalam reaksi pencoklatan adalah polyphenol
oxidase, yang mengkatalis oksidasi dari komponen polyphenolic, dan
phenylalanine ammonialyase yang mengkatalis sintesis precursor dari substrat
phenolic (Barret et al. 2010).

14
Warna dapat diukur secara instrumental menggunakan colorimeter atau
spectrophotometer.Colorimeter dapat memberikan hasil pengukuran warna yang
dapat dikorelasikan dengan persepsi mata-otak manusia dan memberikan
tristimulus nilai secara langsung, yaitu L, a dan b. Colorimeters biasanya
merupakan ukuran kasar dan diinginkan untuk pengukuran rutin pengendalian
kualitas.Sedangkan spectrophotometer menyediakan panjang gelombang spectrum
analisis dari sifat refleksi dan atau transmisi objek, dan biasanya digunakan di
laboratorium penelitian dan pengembangan (HunterLab 1995).
Barret et al. (2010), menyatakan bahwa parameter tekstur buah dapat
dinilai dari rasa saat menyentuh buah saat dipegang oleh tangan, berada di mulut
hingga dikunyah. Hal ini kebalikan dari attribute flavor. Tekstur dapat dengan
mudah diukur menggunakan alat. Kebanyakan bahan tanaman dibalut dengan
membrane semi-permebale dan dinding sel. Tekstur dari buah ditentukan dari
tekanan turgor dan komposisi dinding selnya, dan “lem” lamella tengah yang
menyambungkan antar sel. Dinding sel terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pectin,
protein dan pada beberapa tanaman terdapat lignin.
Masalah fisiologis, seperti chilling injury adalah masalah yang diakibatkan
oleh suhu rendah yang menyebabkan kehilangan kualitas dan material saat pasca
panen. Gejala chilling injury pada jeruk manis termasuk penghilangan biji,
timbulnya embun basah, noda cokelat dan peningkatan kerentanan penyakit
berkembang setelah buah keluar dari penyimpanan dingin, hal ini jarang sekali
diamati. Penyimpanan buah jeruk di Pakistan biasanya pada suhu 0-5oC, suhu ini
dapat menurunkan kualitas karena sensitifitas dingin sehingga tidak dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama (Couey 1986). Sebaliknya, perlakuan
dingin selama 48 jam meningkatkan warna namun saat diaplikasikan selama 72
jam menghasilkan penurunan perkembangan warna, dengan 72 jam pendinginan
mengindikasikan kemungkinan bahwa buah mengalami chilling injury (Shahbake
1994) dan karenanya menjadi sulit mengembangkan warna secara utuh (Schirra et
al. 1997).

Kuaitas Kimia
Buah dan sayur merupakan sumber makronutrien seperti serat dan
karbohidrat, serta mikronutrien seperti vitamin C, B komplek (thiamin, riboflavin,
B6, niacin, dan folat), A, E, mineral, dan sedikit komponen polyphenolic,
karotenoid, dan glukosinolat.Nutrien dikelompokkan menjadi nutrien larut air dan
larut lemak. Nutrien yang larut air meliputi vitamin C, B komplek, polyphenolics,
dan glucosinolates. Nutrien yang larut lemak meliputi vitamin A, E, dan
karotenoid lainnya seperti lycopene dan beta karoten. Vitamin C adalah vitamin
yang paling sensitive, dapat terdegradasi dengan cepat karena panas, cahaya dan
oksigen (Barret et al. 2010)
Gohar et al. (2007), melakukan penelitian pada buah jeruk dengan
perlakuan dingin dan panas, diamati efeknya selama penyimpanan. Hasil
menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut memliki efek yang signifikan pada
kualitas jeruk, kandungan total padatan terlarut meningkat selama penyimpanan
45 hari, dan menurun setelah 60 hari penyimpanan. Total gula dan asam organik
menurun terus menerus seiring lamanya waktu penyimpanan hingga mencapai 60

15
hari penyimpanan, sedangkan perkembangan warna, total padatan terlarut, dan
kandungan juice berada dalam kondisi maksimum pada perlakuan dingin.
Menurut Schirra et al. (1997), pada perlakuan dingin total padatan terlarut
meningkat dari 5,33 menjadi 6,16 sedangkan nilai maksimalnya 6,83 disimpan
pada suhu 5oC selama 24 atau 48 jam, saat penyimpanan diperpanjang menjadi 60
hari, persentase total padatan terlarut paling rendah berada pada kontrol
sedangkan persentase tertinggi pada jeruk dengan suhu 5oC selama 24 atau 48
hari.
Seperti yang telah diketahui bahwa jeruk mandarin kaya akan zat
antioksidan seperti flavonoid dan phenolic. Berdasarkan hasil penelitian (Tumbas
2010), komponen flavonones tertinggi dalam jeruk mandarin adalah hesperidin,
mencapai 80,9%. Komponen ini merupakan komponen fungsional utama yang
berlimpah, selain itu komponen lain yang memiliki konsentrasi tinggi adalah
narirutin. Magda et al. (2008) menemukan bahwa bulir buah mandarin dapat
mencegah proksidasi lipid pada biskuit. Penambahan bulir sebanyak 10%,
menunjukkan tidak adanya efek buruk pada sifat organoleptik dari biskuit
tersebut. Keberadaan komponen polyphenolic pada bulir buah jeruk yaitu
hesperidin dan narirutin, memiliki aktivitas menyerap radikal bebas dan
menghambat lipid peroksidasi, sehingga bulir jeruk mandarin dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan dengan aktivitas antoiksidan.

Kualitas Sensori/ Organoleptik
Obenland et al. (2011), melakukan penelitian terhadap perubahan sifat
sensori dengan parameter kualitas dan profil aroma volatile jeruk mandarin jenis
Owari dan Murcott pada penyimpanan dingin suhu 0oC, 4oC dan 8oC selama 0, 3
dan 6 minggu serta suhu 20oC selama 1 minggu. Kualitas flavor pada jenis Owari
menurun setelah penyimpanan selama 4 minggu dan terjadi peningkatan offflavor, sedangkan jenis Murcott skor hedonik menurun setelah penyimpanan
selama 7 minggu. Panelis juga mencatat bahwa terjadi penurunan ketajaman rasa
selama penyimpanan. Hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya rasio total
padatan terlarut dengan asam tertitrasi. Selain itu, terjadi peningkatan yang tinggi
pada alkohol dan ester selama penyimpanan.
Selain itu, menurut Obenland et al. (2011), pada suhu dimana jeruk
mandarin disimpan, tidak mempengaruhi parameter sensori yang dihitung, juga
tidak ada perubahan yang signifikan pada komposisi padatan terlarut atau Soluble
Solid Content (SSC), titrasi asam atau Titratable Acidity (TA), rasio SSC/TA atau
volatilitas karena suhu penyimpanan. Hasil uji panelis yang dilakukan pada
Murcott, yaitu buah yang disimpan pada suhu 8oC lebih disukai dibandingkan
dengan buah yang disimpan pada suhu 0-4oC, hal ini kemungkinan berkaitan
dengan persepsi dari off flavor yang lebih rendah dan berkurangnya rasa pahit. Hal
ini dikarenakan buah yang disimpan pada suhu 8oC memiliki rasio SSC/TA yang
lebih tinggi dibandingkan penyimpaan 0-4oC, meskipun perbedaan SSC/TA
sangat kecil. Konsentrasi aroma volatile tidak menjadi faktor perbedaan flavor
pada penyimpanan karena hasilnya tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar
alkohol dan ester menjadi faktor yang paling bertanggungjawab untuk kehilangan
kualitas flavor selama penyimpanan.

16
Flavor dideskripsikan sebagai aroma (odor) dan rasa (taste). Komponen
aroma merupakan zat yang volatile, zat tersebut dapat tercium oleh hidung,
sedangkan reseptor rasa terdapat di mulut, dan akan lebih terasa saat makanan
dikunyah. Dalam evaluasi flavor buah, sangat penting untuk mempertimbangkan
“off-flavor” sebagai hal yang diinginkan. Off flavor ini diproduksi melalui
aktivitas enzim seperti lipoxygenase atau peroxidase, yang berasal dari radikal
bebas yang reaktif dan hidroperoksida yang mengkatalis oksidasi komponen lipid.
Saat reaksi ini mucul, akan menghasilkan perkembangan flavor yang tidak
diinginkan yang disebut dengan ketengikan (rancid, cardboard, oxidized, atau wet
dog). Bagaimanapun, terdapat reaksi enzim katalis yang menghasilkan flavor
yang tidak diinginkan.Sebagai contoh, hydroperoxidelyase mengkatalis produksi
flavor pada tomat (Anthon and Barret 2003). Flavor dapat dievaluasi dengan
instrument ataupun metode sensori, namun sebagian besar dari peneliti akan
menyetujui metode sensori sebagai metode yang paling kritis untuk mengevaluasi
atribut ini. Teknik instrument, akan menetukan 10 atau 100 jenis komponen yang
ada dalam produk buah atau sayuran. Namun, metode tersebut tidak dapat
mengukur kontribusi komponen spesifik kecuali komponen tersebut disertai
dengan pengukuran sensori pada aktivitas bau atau flavor.Dengan alasan inilah,
flavor merupakan atribut kualitas yang paling menantang dalam pengukuran dan
hubungannya dengan penerimaan konsumen.

3 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan secara bertahap, meliputi uji pemilihan serangga
dan ketahanan stadia, uji skala besar, uji kualitas buah dan uji tingkat kesukaan
konsumen. Penelitian ini dilakukan di beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium
infestasi serangga Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman
(BBPOPT) Jatisari, Cikampek untuk infestasi serangga, inkubasi buah terinfestasi
dan uji kualitas fisik buah; Laboratorium Balai Uji Terap Teknik dan Metode
Karantina Pertanian (BUTTMKP) di Cikarang Barat, Bekasi untuk perlakuan
dingin; Laboratorium Balai Pasca Panen Cimanggu untuk uji kualitas kimia dan
Laboratorium Sensori Ilmu dan teknologi Pangan IPB untuk uji kesukaan
konsumen. Penelitian ini berlangsung dari Bulan Juni hingga Desember 2014.

Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jeruk impor jenis
Mandarin, varietas Murcott asal Australia.Jeruk ini didapatkan dari r