Survei Serangan Hama Lalat Buah (Bactrocera Dorsalis Complex.) Pada Pertanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Di Kabupaten Karo

SURVEI SERANGAN HAMA LALAT BUAH
(Bactrocera dorsalis Complex.) PADA PERTANAMAN CABAI
(Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH
LEGIONO
060302035
HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

SURVEI SERANGAN HAMA LALAT BUAH
(Bactrocera dorsalis Complex.) PADA PERTANAMAN CABAI
(Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN KARO


SKRIPSI

OLEH
LEGIONO
060302035
HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

(Ir. Fatimah Zahara)

(Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS)
Ketua

Anggota


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

RIWAYAT HIDUP

Legiono, lahir pada tanggal 27 Februari 1987 di Bandar Selamat dari Bapak
Sumarno dan Ibu Saminem. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
-

Lulus dari SD Negeri 010137 Bandar Selamat, Asahan tahun 2000

-

Lulus dari MTs Swasta Aek Songsongan, Asahan tahun 2003


-

Lulus dari SMA Negeri 1 Bandar Pulau, Asahan tahun 2006

-

Pada tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur SPMB.
Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu IMAPTAN

(Ikatan Mahasiswa Pelindung Tanaman) tahun 2006 – 2010 dan KOMUS
(Komunikasi Muslim HPT), menjadi Asiaten Virologi Tumbuhan tahun 2008,
Asisten Mikrobiologi OPT tahun 2009, pernah mengikuti seminar Nasional tentang
”Reformulasi Kehidupan Mahasiswa Dalam Dunia Kampus”, pernah mengikuti
seminar Internasional tentang ”Agricultural Biotechnology”.
Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.Perkebunan
Nusantara.IV(Persero) Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar pada tahun 2010 .

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
Adapun judul skripsi ini adalah “ Survei Serangan Hama Lalat Buah
(Bactrocera dorsalis Complex.) Pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Di Kabupaten Karo” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing yaitu: Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku ketua dan Ir. Fatimah
Zahara selaku anggota yang telah membantu, mengarahkan dan memberikan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan,

Februari 2011


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. ......... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4
Hipotesa Penelitian........................................................................................... 4
Kegunaan Penelitian......................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi dan Karekteristik Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)........................... 5

Gejala Serangan............................................................................................... 9
Pengendalian.................................................................................................. 10

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan.........................................................................14

Bahan dan Alat................................................................................................14
Metode Penelitian............................................................................................14
Pelaksanaan Penelitian
Survei.........................................................................................................15
Pemakaian Perangkap dengan Metil Eugenol……………..……….….…15
Analisis Data……………………………………………………………..17
Peubah Amatan
Jumlah Imago Lalat Buah yang Terperangkap…………..………….…...18
Persentase serangan....................................................................................19
Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Persentase Serangan...................19
Korelasi Lalat Buah dengan Kultur Teknis ……………………....……..19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Imago Lalat Buah yang Terperangkap…………..………….…...20

Persentase serangan....................................................................................20
Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Persentase Serangan...................20
Korelasi Lalat Buah dengan Kultur Teknis ……………………....……...25

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................30
Saran..........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor

Keterangan

Halaman

1.


Rataan Jumlah Imago Lalat Buah yang Terperangkap

18

2.

Rataan Persentase Serangan Lalat Buah Pada Pertanaman Cabai

19

3.

Simpangan Baku dan Rataan Populasi Lalat Buah

22

4.

Hasil Analisis Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap

Persentase Serangan

23

5.

Hasil Analisis Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Kultur
Teknis dengan 3 Parameter, yaitu Penggunaan Bibit,
Pemupukan dan Pengendalian Hama

25

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Keterangan

Halaman


1

Telur Lalat Buah

5

2

Larva Lalat Buah

6

3

Pupa Lalat Buah

6

4


Imago Lalat Buah

7

5

Gejala Serangan Hama Lalat Buah

8

6

Perangkap Lalat Buah

13

7

Petrogenol

14

8

Histrogram Persentase Serangan Lalat Buah Pada Pertanaman
Cabai

20

9

Histrogram Jumlah Imago Lalat Buah Yang Terperangkap

20

10

Pola Persebaran Teratur (Regular) Serangga

22

11

Grafik Regresi Linier Populasi Terhadap Persentase Serangan

23

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Keterangan

Halaman

1

Denah Pengambilan Sampel dan Pemasangan Perangkap
Pada Lahan Pengamatan Secara Diagonal

32

2

Kuisioner Wawancara Petani Pemilik Lahan

33

3

Jumlah Imago Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex.)
Yang Terperangkap

37

4

Persentase
Serangan
(Bactrocera dorsalis Complex.)

38

5

Data Karekteristik Petani Cabai

39

6

Distribusi Skor Responden Terhadap Kuisioner Variabel
Bebas x (Kultur Teknis)

40

7

Distribusi Skor Responden Terhadap Kuisioner Variabel
Bebas y (Populasi Lalat Buah)

40

8

Distribusi Jawaban
(Kultur Teknis)

Responden

Untuk

Variabel

x

41

9

Distribusi Jawaban Responden
(Populasi Lalat Buah)

Untuk

Variabel

y

42

10

Analisis Rank x (Kultur
(Populasi Lalat Buah)

Terhadap

y

43

11

Analisis Rank x1 (Penggunaan Bibit) Terhadap y
(Populasi Lalat Buah)

44

12

Analisis
Rank
x2
(Populasi Lalat Buah)

y

45

13

Analisis Rank x3 (Pengendalian Hama) Terhadap y
(Populasi Lalat Buah)

46

14

Analisis
Rank
x
(Persentase serangan)

47

15

Dokumentasi Kegiatan Survei

Lalat

Teknis)

(Pemupukan)

(Populasi)

Buah

Terhadap

Terhadap

y

48

ABSTRAK

Legiono “ Survei Serangan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex.)
Pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Di Kabupaten Karo” di bawah
bimbingan oleh Yuswani Pangestiningsih dan Fatimah Zahara. Penelitian dilakukan
dikebun cabai milik petani, Kabupaten Karo dengan ketinggian ± 1000 m dpl pada
bulan September 2010 sampai Oktober 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jumlah populasi dan serangan hama lalat buah (Bactrocera dorsalis
Complex.) pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.) di Kabupaten Karo serta
korelasi terhadap kultur teknis tanaman yang dilakukan petani. Penelitian dilakukan
dengan mengambil sampel buah, memasang perangkap dengan metil eugenol dan
melakukan wawancara kuisioner dengan petani. Pengambilan sampel buah dan
pemasangan perangkap dilakukan pada 5 titik sampel secara diagonal dan setiap titik
sampel terdiri dari 2 pohon.
Hasil penelitian menunjukkan populasi lalat buah berhubungan secara
signifikan dengan persentase serangan pada pertanaman cabai, penggunaan bibit
(rx1y), pemupukan (rx2y) dan pengendalian hama (rx3y) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap populasi lalat buah pada pertanaman cabai. Rataan persentase
serangan dan populasi lalat buah pada pertanaman cabai yaitu 25,68% dan 17,8 ekor.
Lalat buah masuk ke dalam sebaran reguler karena rataan ( ) lebih besar daripada
simpangan baku (S2).

ABSTRACT

Legiono "Survey of Fruit Fly Pest Attack (Bactrocera dorsalis Complex.) At
planting pepper (Capsicum annuum L.) in Karo District" under the guidance of
Yuswani Pangestiningsih and Fatimah Zahara. Research conducted chili plantation
house owned by farmers, Karo District with a height of ± 1000 m asl in September
2010 to October 2010. The purpose of this study was to determine the number of pest
populations and fruit fly (Bactrocera dorsalis Complex.) On the planting of chili
(Capsicum annuum L.) in Karo regency, and correlation of technical culture plants by
farmers. The study was conducted by taking samples of fruit, set traps with methyl
eugenol and questionnaire interviews with farmers. Fruit sampling and trapping
performed in 5 sample points diagonally and each sample point consists of 2 trees.
The results showed the fruit fly population is significantly associated with
percentage of attacks on planting chili, use of seeds (rx1y), fertilization (rx2y) and pest
control (rx3y) did not significantly affect the fruit fly population in the planting
peppers. Mean percentage of attacks and the fruit fly population in chili cultivation is
25.68% and 17.8 tail. Fruit flies get into the regular distribution because the average
( ) is greater than the standard deviation (S2).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak
dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan asalusulnya, cabai (hot papper) berasal dari Peru. Ada menyebutnya bahwa bangsa
Meksiko Kuno sudah menggemari cabai sejak tahun 7000, jauh sebelum Colombus
menemukan Amerika (1492). Christophorus Colombus kemudian menyebarkan dan
mempopulerkan cabai dari benua Amerika ke Spanyol pada tahun 1492. Pada awal
tahun 1500-an, bangsa portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao dan Goa,
kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki
Usmani menduduki wilayah Portugis di Hormuz, Teluk Persia. Disinilah orang Turki
mengenal cabai. Saat Turki menduduki Hongaria, cabai pun memasyarakat di
Hongaria. Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan cabai di bawa
masuk ke Indonesia (Prajnanta, 2007).
Permasalahan yang ada pada pertanaman cabai merah, tentu tidak
hanya terbatas pada masalah budidaya saja, tetapi bagaimana petani mengatasi
berbagai macam persoalan tentang cabai yang di tanam. Diantaranya bagaimana
mengatasi hama dan penyakit tanaman cabai merah (Setiadi, 1993).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal serta mengurangi biaya produksi
maka kita perlu mengetahui budidaya cabai secara tepat, meliputi varietas anjuran,
teknologi penanaman, pemeliharaan serta pemanenan (Harahap dan Khaidir, 2007).

Salah satu hama yang menyerang pertanaman cabe merah adalah hama lalat
buah yang ditemukan di Indonesia yaitu Dacus sp. Namun menurut klasifikasi
terakhir yang ditemukan oleh Drew pada tahun 1989 ternyata lalat buah yang banyak
di Indonesia adalah Bactocera sp. (Kuswadi, 2001).
Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell merupakan hama yang paling
potensial dan paling besar andilnya dalam menurunkan produksi pada tanaman cabe.
Hama ini banyak sekali memiliki tanaman inang alternatif jika tanaman utamanya
sedang tidak berbuah, tanaman alternatif lainnya seperti jambu biji, jambu air dan
buah belimbing (Triharso, 1994). Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell sering
menyerang tanaman cabe pada musim penghujan dimana lalat betina menusuk buah
untuk meletakkan telurnya. Gejala serangan pada buah cabe ditandai adanya titik
hitam pada pangkal buah jika buah di belah di dalamnya ditemukan larva yang hidup
di dalam buah sehingga buah busuk dan gugur (Pasaribu,dkk, 2007).
Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di
lingkungan sekitarnya). Faktor dalam yang turut menentukan tinggi rendahnya
populasi serangga antara lain: kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin,
sifat mempertahankan diri, siklus hidup dan umur imago. Sedangkan salah satu faktor
luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri
atas: suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi. Selanjutnya
dinyatakan bahwa tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu
merupakan hasil antara pertemuan dua faktor tersebut (Jumar, 2000).
Daerah penghasil cabai di Sumatera Utara

tersebar di berbagai daerah,

diantaranya adalah Kabupaten Karo. Produktivitas cabai di Kabupaten Karo

mencapai

97.17

kw/ha

dengan

luas

areal

pertanaman

5.865

ha.

(Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2001).
Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotik serta taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang
diwariskan oleh para leluhur dan dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses
pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo mengenal adanya motto idaman
dan

harapan

(sura-sura

pusuh

peraten)

yang

ingin

diwujudkan

adalah

pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah (menerima berkah dari
Tuhan Yang Maha Esa), Sangap (mendapat rezeki/ kemakmuran) dan Mejuah-juah
(sehat sejahtera lahir batin) (Ginting, 2008).
Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan baru-baru ini di Kabupaten
Karo, ternyata gejala serangan lalat buah banyak ditemukan pada pertanaman cabai.
Bahkan petani setempat menyatakan buah cabainya mengalami salah bentuk,
kemudian busuk dan rontok atau gugur sebelum masak sehingga menurunkan hasil
produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian survei serangan hama lalat buah
dan jumlah populasinya pada tanaman cabai di daerah tersebut.
Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jumlah populasi dan serangan hama lalat buah
(Bactrocera dorsalis Complex.) pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.) di
Kabupaten Karo serta korelasi terhadap kultur teknis tanaman yang dilakukan petani.

Hipotesa Penelitian

Terdapat

populasi

dan

serangan

hama

lalat

buah

(Bactrocera dorsalis Complex.) sehubungan dengan perbedaan kultur teknis yang
dilakukan petani seperti penggunaan bibit, pemupukan dan pengendalian hama pada
pertanaman cabai (Capsicum annuum L.) di Kabupaten Karo.
Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian Sarjana di
Departemen

Hama

dan

Penyakit

Tumbuhan

Fakultas

Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Karekteristik Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Menurut Evans (1984), klasifikasi lalat buah adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Famili

: Tephritidae

Genus

: Bactrocera
Satu ekor lalat betina Bactrocera dorsalis Complex. menghasilkan telur 1200-

1500 butir. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
berkelompok 2-15 butir. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari
(Kalshoven, 1981).
Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva yang berwarna putih kekuningan
atan putih keruh, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Caput
berbetuk runcing dengan satu sampai dua bintik yang jelas, mempunyai alat kait
mulut. Stadia larva terdiri atas tiga instar (Kalshoven, 1981).

Gambar 1: Telur Lalat Buah
(Sumber: www. Oriental Fruit_fly_Eggs_.com)

Larva lalat buah berkembang melalui tiga tahap atau "instar", dengan 3
sampai 4 hari untuk setiap tahap. Larva dewasa mencapai sekitar 2 / 5 inci (10 mm)
panjang. Mereka adalah off-mulut hitam putih dengan kait dan cahaya spirakel
posterior cokelat. Pakan larva dan berkembang di dalam material host, sehingga tidak
layak untuk di konsumsi manusia. Larva makan biasanya menghasilkan buah drop
premature (Steck, 2007).

Gambar 2: Larva Lalat Buah
(Sumber: www. Oriental Fruit_fly_larva_.com)
Pupa berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya 5 mm, berada di
dalam tanah. Masa pupa adalah 4-10 hari (Kalshoven, 1981).

Gambar 3: Pupa Lalat Buah
(Sumber: www. Oriental Fruit_fly_Pupa_.com)
Lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Toraks berwarna oranye,
merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan memiliki sepasang sayap. Pada sayap
Bactrocera dorsalis Complex, biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang
sayap trasparan. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita
membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Ujung
abdomen lalat buah betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur yang

cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan pada lalat buah jantan
abdomennya lebih bulat. Daur hidup lalat buah dari telur sampai dewasa di daerah
tropis berlangsung 25 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah membutuhkan sumber
protein untuk makanannya dan persiapan bertelur (Kalshoven, 1981).

Gambar 4: Imago Lalat Buah
Aktivitas lalat buah dalam menentukan tanaman inang ditentukan oleh warna
dan aroma dari buah. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain melalui
feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada sayap. Lalat
buah aktif pada sore hari menjelang senja. Untuk Bactrocera spp., kopulasi biasanya
terjadi pada senja hari. Lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang, lalat buah
jantan mampu terbang 4-15 mil (6,44-24,14 km) tergantung pada kecepatan dan arah
angin. Lalat buah banyak beterbangan diantara pohon buah-buahan bila buah sudah
hampir matang atau masak (Kalie, 1999).
Vegetasi sekitarnya merupakan hunian saat tidak terjadi musim buah yang
sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan karena dapat memberikan
makanan serta media kehidupan yang sesuai, bebas dari suhu panas atau dingin, serta
hujan lebat yang menggangu aktivitas. Tingkat kerusakan buah tergantung kepadatan
populasi dan keragaman vegetasi (Kalie,1999). Intensitas serangan dan populasi lalat
buah akan meningkat pada keadaan iklim sesuai, pada saat suhu rendah berkisar
antara 260 C, dan kelembapan tinggi berkisar 90% akan baik bagi aktivitas lalat buah.

Aktivitas lalat buah akan lebih baik pada saat curah hujan rendah dari pada curah
hujan tinggi (Rukmana & Sugandi, 1997).
Kelakuan menggambarkan respon hewan terhadap lingkungan. Serangga
sangat sensitive terhadap variasi lingkungan dan serangga dapat berubah kelakuan
mereka dalam merespon naik turunnya kondisi lingkungan atau perubahan
lingkungan. Serangga, khususnya yang dapat terbang dapat berpindah untuk
menghindarinaik turunnya temperatur, kelembaban, zat kimia atau faktor abiotik
lainnya untuk menghindari dari kondisi yang merugikan (Schowalter, 1996).
Gejala Serangan

Gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau
di belah biji cabai berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok
(Parhusip, 2009).
Gejala serangan pada buah yang terinfestasi lalat buah ditandai dengan adanya
noda-noda kecil bekas tusukan ovipositornya. Rata-rata tingkat serangan lalat buah
pada cabai berkisar antara 20-25% (Wardani dan Purwandi, 2008).

Gambar 5: (kiri) buah abnormal dan (kanan) buah busuk karena serangan lalat buah
Lalat buah biasanya menyerang tanaman cabai pada waktu musim hujan.
Lalat betina menusuk buah cabai dengan alat peletak telur untuk menusukkan

telurnya ke dalam daging buah cabai . Telur akan menetas dan menjadi belatung yang
memakan buah cabai tersebut. Apabila buah cabai terdapat luka terdapat luka berupa
titik tusukan dan kemudian di belah maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam,
daging buah busuk dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Sehingga
kemudian belatung akan keluar dengan melentingkan diri dan masuk ke dalam tanah
untuk berubah menjadi pupa dan seterusnya menjadi lalat buah muda. Luka tusukan
lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk
buah, baik dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai
banyak yang busuk dan rontok. Lalat buah juga di kenal sebagai hama polifag
(Prajnanta, 2007).
Lalat buah biasanya akan mengincar buah yang mulai masak. Lalat betina
hinggap pada sasaran dan meletakkan telur dengan cara menusukkan ovipositornya
kedalam daging buah. Buah yang baru ditusuk akan sulit dikenali karena hanya
ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Setelah telur menetas larva akan
memakan daging buah bagian dalam sehingga kerusakan buah tidak dapat dilihat,
karena permukaan buah tetap mulus. Jika serangan sudah mendekati permukaan
buah, biasanya buah akan segera terlihat adanya perubahan warna pada daging buah
dan pada bagian yang terserang menjadi lembek (Hariyanto, 1992).
Pengendalian
Pengendalian secara kultur teknis
Penggunaan tanaman perangkap dapat didasarkan pada peringkat tanaman
yang di sukai lalat buah yaitu jambu biji, belimbing, mangga, jambu air, dan cabe
merah. Tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang rendah dapat dijadikan tanaman

perangkap. Pengalaman di Bali dan Jawa Barat tanaman selasih dapat dijadikan
pohon perangkap. Lalat buah akan berkumpul di sekitar pohon selasih, lalu di jaring
(Deptan, 2007).
Sanitasi kebun bertujuan untuk memutus daur hidup lalat buah, sehingga
perkembangan lalat buah dapat di tekan. Buah yamg jatuh dikumpulkan kemudian
dimusnahkan dan di bakar atau dibenamkan di dalam tanah (Deptan, 2007).
Pengendalian secara mekanis
Penggunaan asap belerang dengan cara pengomposan dalam mengendalikan
hama lalat buah juga dianggap baik karena tidak mempunyai efek residu, dimana
dilakukan

berulang-ulang

untuk

hama

yang

edaran

hidupnya

pendek

(Mangundihardjo, 1978 dalam Yuswani, 1993).
Pemasangan mulsa plastik di dataran tinggi dan medium menekan gulma dan
memperlambat insiden virus dan penyakit serta menekan larva berubah menjadi pupa
didalam tanah (Duriat dan Sudarwohadi, 1994).
Pengendalian secara kimia
Bahan

kimia

yang

digunakan

untuk

mengendalikan

lalat

buah

(oriental fruit fly) telah digunakan sebagai toxican/ racun di umpan dan semprotan.
Atraktan cair protein dalam semprotan insektisida adalah metode yang disarankan
untuk mengendalikan populasi lalat buah dewasa di sekitar tanaman. Umpan
semprotan insektisida yang diterapkan untuk tanaman daun lebar yang berfungsi
sebagai refugia untuk lalat buah dewasa. Agar efektif umpan-insektisida semprotan

harus digunakan dalam kombinasi dengan praktek-praktek sanitasi yang baik (Mau &
Jayma, 1992).
Dengan menggunakan atraktan Metil Eugenol yang dikombinasikan Minyak
Melaleuca brachteata setiap dua minggu sekali, mampu menghasilkan tangkapan
lalat buah (Bactrocera spp) terbanyak sehingga mampu mencegah kerusakan buah
cabai akibat serangan hama tersebut. Lalat buah mulai menyerang pada umur
tanaman 51 hst. Pengaruh penggunaan ME maupun MMB mulai tampak pada umur
100 – 114 hst. Berdasarkan hasil tangkapan, ternyata atraktan MMB lebih efektif
dibandingkan dengan ME. Sedangkan pada hasil pengamatan jumlah Bactrocea spp
yang tertangkap, interval (lamanya) pergantian atraktan dua minggu sekali lebih
efektif dibandingkan 4 minggu sekali. Hal ini berarti baik daya tarik MMB maupun
ME akan menurun sejalan dengan berjalannya waktu. Makin lama atraktan tersebut
dipasang, makin berkurang pula kemampuan daya tangkapnya. Penggunaan Atraktan
MMB (Minyak Melaleuca Brachteata) dengan interval pergantian 2 minggu sekali,
mampu menghasilkan tangkapan lalat buah (Bactrocera spp) terbanyak dan dapat
menekan persentase kerusakan buah cabai akibat serangan Bactrocera spp tersebut
(Cropscience, 1997).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kebun cabai milik petani, Kabupaten Karo dengan
ketinggian ± 1000 m dpl. Penelitian di mulai pada bulan September 2010 sampai
Oktober 2010.
Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman cabai, kertas label, petrogenol
5 ml, kapas, tali plastik, kantong plastik dan bahan pendukung lainnya.
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian adalah botol air mineral 600 ml,
pisau, alat tulis dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei. Pengambilan sampel dilakukan
dengan sistem diagonal, terdapat 5 titik dalam satu lahan sampel, pada setiap titik
diagonal diambil 2 batang tanaman cabai, jadi dalam satu lahan pertanaman cabai
terdapat 10 sampel batang tanaman cabai, terdapat 10 lahan (kebun) sampel dan
seluruh tanaman sampel berjumlah 100 tanaman cabai yang telah di beri tanda. Denah
pengambilan sampel secara diagonal dapat di lihat pada Lampiran 1.
Pelaksanaan Penelitian

Survei

Survei terhadap persentase serangan hama lalat buah dilakukan pada lahan
pertanaman cabai yang terdapat di Kabupaten Karo. Pertanaman cabai yang diamati
adalah yang telah memasuki fase buah karena hama lalat buah menunjukkan gejala
serangan pada fase tersebut. Disamping itu juga dilakukan wawancara dengan petani
(responden) mengenai kultur teknis yang dilakukan. Pengamatan kultur teknis
diperoleh dengan cara melihat langsung areal tanaman cabai di lapangan dan
melakukan wawancara terhadap petani pemilik lahan. Jumlah responden 10 sesuai
jumlah kebun sampel dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner wawancara petani
pemilik lahan mengenai kultur teknis dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pemakaian Perangkap Dengan Metil Eugenol

Perangkap ini

terbuat dari botol air mineral 600 ml yang dimodifikasi,

sepertiga bagian kepala botol di potong, kemudian potongan dimasukkan ke botol
dengan mulut botol, di bagian dalam digantungkan kapas secukupnya dan di tetesi
metil eugenol sebanyak 3 tetes. Perangkap diletakkan secara diagonal. Lima botol
perangkap di pasang dalam setiap titik diagonal / lahan sampel dapat di lihat pada
Lampiran 1.

Gambar 6: (Kiri) Perangkap Lalat Buah dan (Kanan) Pemasangan Perangkap di
Pertanaman Cabai

Metil eugenol yang digunakan mengandung petrogenol 800 g/l merupakan senyawa
pemikat serangga terutama lalat buah. Metil eugenol merupakan zat yang bersifat
mudah menguap dan melepaskan aroma wangi. Susunan metil eugenol terdiri dari
unsur C,H, dan O (C12H24O2). Zat ini merupakan food lure atau yang dibutuhkan oleh
lalat buah jantan untuk dikonsumsi (Iwashashi, dkk, 1996).

Gambar 7. Petrogenol

Analisis Data

Untuk menganalisis data yang di peroleh, digunakan metode dengan analisis
kuantitatif korelasi. Penelitian ini mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala dan
mencari hubungan diantara berbagai faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab
atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas ( X ). Variabel yang
diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya
disebut variabel tidak bebas ( Y ).
Pemeriksaan korelasi antara variabel X dan variabel Y digunakan koefisien
korelasi rank Spearman`s sebagai berikut:
rs = 1 −

6.∑ D 2

N ( N 2 − 1)

keterangan:
rs

= Koefisien korelasi rank Spearman`s

N

= Jumlah sampel

∑ D2 = Jumlah perbedaan rangking pada setiap pasangan yang telah dikuadratkan
(Soepeno, 2002).
Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel
acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula.
Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
menjadi rendah (Sarwono, 2006).
Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan
uji signifikan dengan uji statistik-t, sebagai berikut:

t=

rs n − 2
1 − rs2

Keterangan:
t

= Nilai t hitung

rs

= Koefisien Korelasi

n

= Jumlah sampel

Untuk

menguji

apakah

korelasi

tersebut

signifikan

atau

tidak,

maka

dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t untuk tingkat signifikan = 0,5
(tingkat kepercayaan 95%), dengan ketentuan sebagai berikut:

t hitung > t tabel atau t hitung < − t tabel

: Ha diterima dan Ho ditolak

t hitung < t tabel atau t hitung > − t tabel

: Ho diterima dan Ha ditolak

(Adiningsih, 2001).

Peubah Amatan

1.Jumlah Imago Lalat Buah yang Terperangkap
Jumlah imago lalat buah di peroleh dengan menghitung imago lalat buah yang
terperangkap dalam botol. Pengamatan dilakukan pagi hari setelah sebelumnya
perangkap dipasang pada pagi hari. Pengamatan terhadap populasi lalat buah
dilakukan sekali,
2.Persentase Serangan
Untuk setiap tanaman sampel, persentase serangan di hitung
berdasarkan buah cabai yang terserang lalat buah (buah salah bentuk, kulit buah
menguning, dibelah biji cabai berwarna coklat kehitaman, buah menjadi busuk
dengan adanya tanda titik hitam pada bagian kulitnya) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
a
P=

x 100%
b

Dimana: P = Persentase serangan pada setiap tanaman sampel
a = Jumlah buah yang terserang pada setiap tanaman sampel
b = Jumlah buah keseluruhan pada setiap tanaman sampel
(Baharuddin dan Kurniati, 2004).

3.Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Persentase Serangan
Untuk menganalisis korelasi populasi lalat buah terhadap persentase serangan
pada pertanaman cabai ditentukan 2 variabel yaitu populasi lalat buah sebagai
variabel bebas ( x ) dan persentase serangan pada pertanaman cabai sebagai variabel
tak bebas ( y ).
4.Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Kultur Teknis dengan 3 parameter,
yaitu Penggunaan Bibit, Pemupukan dan Pengendalian Hama

Untuk menganalisis korelasi antara kultur teknis dengan tingkat populasi lalat
buah ditentukan 2 variabel yaitu kultur teknis sebagai variabel bebas ( x ) dan
populasi lalat buah sebagai variabel tidak bebas ( y ). Setiap variabel mencakup
beberapa parameter dan setiap parameter diukur melalui beberapa indikator.
Variabel bebas ( x ) yang terdiri dari 3 parameter: Penggunaan Bibit (x1), Pemupukan
(x2) dan Pengendalian Hama (x3).
Data yang di peroleh dari kuesioner di buat secara kuantitatif dengan bobot
nilai 1-3 dengan 3 alternatif jawaban, dimana keseluruhan jawaban terhadap kuisioner
diklasifikasikan dalam 3 kategori sebagai berikut:
Keterangan

Bobot Nilai

(a) angka 1 berarti tinggi

3

(b) angka 2 berarti sedang

2

(c) angka 3 berarti rendah

1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Imago Lalat Buah yang Terperangkap

Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rataan jumlah imago lalat
buah yang terperangkap di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu mencapai
17,8 ekor dan rataan jumlah imago tertinggi 33,8 ekor pada kebun 7.
Tabel 1. Rataan jumlah imago lalat buah yang terperangkap
Kebun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
Rataan

Ulangan (ekor/perangkap)
I
7
18
32
8
10
4
46
19
8
13
165
16.5

II
14
7
15
16
18
12
17
25
12
27
163
16.3

III
16
12
19
12
21
17
42
16
24
21
200
20.0

IV
35
4
16
15
7
9
26
31
16
18
177
17.7

Total

Rataan

92
51
96
69
71
56
169
114
76
115
890
89.0

18.4
10.2
19.2
13.8
14.2
11.2
33.8
22.8
13.4
21.0
178
17.8

V
20
10
14
18
15
14
38
23
7
26
185
18.5

Persentase Serangan Lalat Buah Pada Pertanaman Cabai

Dari penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase serangan lalat buah
pada pertanaman cabai yang terdapat di Kabupaten Karo yaitu 25,68 % dengan rataan
tertinggi adalah 23,36 % pada kebun 7 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Serangan Lalat Buah Pada Pertanaman Cabai
Kebun

Ulangan (%/tanaman)

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

1

17.08

15.64

15.15

17.73

16.46

18.71

18.64

17.50

13.16

15.88

165.95

16.59

2

7.98

10.97

5.97

5.00

5.69

6.90

10.00

6.03

7.45

5.74

71.73

7.17

3

14.35

24.74

14.56

13.33

17.90

12.69

15.46

21.67

12.68

16.59

163.97

16.39

4

6.52

4.96

9.09

15.60

8.33

13.46

17.02

14.28

18.31

13.64

121.21

12.12

5

7.04

3.39

6.86

4.21

13.79

11.59

1.30

3.16

5.77

8.82

65.93

6.59

6

11.30

13.26

9.31

9.22

9.56

9.90

12.04

9.81

13.16

6.18

103.74

10.37

7

27.31

23.76

23.66

21.01

24.56

27.12

20.21

20.47

23.59

21.93

233.62

23.36

8

18.07

18.85

17.82

20.81

19.49

17.13

20.88

17.06

16.06

19.04

185.21

18.52

9

10.18

12.05

11.74

12.90

4.28

12.96

11.21

12.75

10.57

11.69

110.33

11.03

10

21.62

20.32

17.92

19.22

16.95

17.62

17.20

18.47

21.78

19.54

190.64

19.06

Total

141.45

147.94

132.08

139.03

137.01

148.08

143.96

141.20

142.53

139.05

1412.33

141.23

Rataan

14.14

14.79

13.21

13.90

13.70

14.81

14.39

14.12

14.25

13.90

256.78

25.68

Jumlah imago dan persentase serangan lalat buah pada pertanaman cabai di
Kabupaten Karo masih tergolong rendah, kemungkinan disebabkan asap belerang
dari erupsi Gunung Sinabung sekitar satu bulan sebelum penelitian dilakukan. Hal
tersebut sesuai pernyataan Mangundihardjo 1978 dalam Yuswani (1993) penggunaan
asap belerang dengan cara pengomplosan dalam mengendalikan hama lalat buah juga
dianggap baik karena tidak mempunyai efek residu.

Persentase Serangan (%)

25
20
15
10

Rataan Persentase
Serangan (%)

5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Kebun

Gambar 8. Histrogram persentase serangan lalat buah pada pertanaman cabai

Jumlah Imago Lalat Buah (ekor)

40
35
30
25
20
Rataan Jumlah Imago
Lalat Buah (ekor)

15
10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Kebun

Gambar 9. Histrogram jumlah imago lalat buah yang terperangkap
Dari gambar 8 dan gambar 9 dapat terlihat persentase serangan dan jumlah
populasi lebih tinggi pada kebun 7. Tingginya populasi searah dengan tinggi
persentase serangan karena tinggi rendahnya persentase serangan tergantung
populasi.

Menurut Untung (1996) setiap jenis serangga mempunyai sifat sebaran yang
khas dipengaruhi oleh sifat biologi serangga, jenis habitat, dan faktor lingkungan
lainnya. Terdapat 3 jenis sebaran spasial serangga, yaitu sebaran reguler (S2 <
sebaran random (S2=

) dan sebaran mengelompok (S2>

rataan dan simpangan baku menggunakan rumus berikut:

),

). Untuk menghitung

Keterangan:
= Rataan
S2 = Simpangan baku
xn = Jumlah imago lalat buah pada setiap sampel
n = jumlah sampel
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan lalat buah masuk ke dalam
pola persebaran reguler atau teratur karena rataan lebih besar daripada simpangan
baku atau S2 <

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan populasi lalat buah dan simpangan baku
Kebun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
Rataan

I
7
18
32
8
10
4
46
19
8
13
165
16.5

Ulangan (ekor/perangkap)
II
III
IV
14
16
35
7
12
4
15
19
16
16
12
15
18
21
7
12
17
9
17
42
26
25
16
31
12
24
16
27
21
18
163
200
177
16.3
20.0
17.7

V
20
10
14
18
15
14
38
23
7
26
185
18.5

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

Total

Rataan

(S2)

92
51
96
69
71
56
169
114
76
115
890
89.0

18.4
10.2
19.2
13.8
14.2
11.2
33.8
22.8
13.4
21.0
178
17.8

0
0
0
0.40
0.15
0
0
0
0
0
0.55
0.05

Gambar 10. Pola persebaran teratur (reguler) serangga

Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Persentase Serangan

Hasil analisis antara populasi lalat buah terhadap persentase serangan pada
pertanaman cabai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Korelasi Populasi Lalat Buah (x) Terhadap Persentase
Serangan (y) Pada Pertanaman Cabai
Hubungan Antar Variabel

Koefisien Korelasi

Nilai

rxy

0.855*

Populasi lalat buah terhadap
persentase serangan
*Korelasi sifnifikan pada taraf 0.05

Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi lalat buah berhubungan secara
signifikan terhadap persentase serangan pada pertanaman cabai dengan koefisien
korelasi sebesar 0.855* (Ha diterima dan Ho ditolak) dapat dilihat pada Lampiran 14.
Dari pengamatan

diperoleh bahwa tinggi rendahnya populasi lalat buah diikuti

dengan tinggi rendahnya tingkat serangan yang diakibatkan pada pertanaman cabai.
Hal tersebut sesuai pernyataan Kalie (1999) yang menyatakan bahwa tingkat

Persentase serangan/% (Y)

kerusakan buah tergantung kepadatan populasi dan keragaman vegetasi.

40

Ŷ=1,7 + 0,7 X

35
30
25
20
15
10
5
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

Populasi/ekor (X)

Gambar 11. Grafik regresi linier populasi terhadap persentase serangan

Dalam grafik regresi, koefisien b dinamakan koefisien arah regresi linier dan
menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap variabel X sebesar satu unit.
Perubahan ini merupakan pertambahan apabila b bertanda positif dan penurunan atau
pengurangan jika bertanda negatif. Persamaan regresiŶ=linier
a + b X
(Sudjana, 2002).
Dari gambar 11 menunjukkan untuk setiap X (populasi) bertambah dengan
seekor, maka rata-rata persentase serangan (Y) bertambah dengan 0,7%. Jika X=10
misalnya, dengan jalan memasukkan harga tersebut ke dalam persamaan regresi
Ŷ=1,7+0,7(10)=8,7. Diperkirakan rata-rata ada 8,7% untuk setiap 10 ekor populasi
yang masuk ke kebun tersebut.
Korelasi Populasi Lalat Buah Terhadap Kultur Teknis dengan 3 parameter,
yaitu Penggunaan Bibit, Pemupukan dan Pengendalian Hama
Hubungan antara populasi lalat buah terhadap kultur teknis dengan 3
parameter, yaitu penggunaan bibit, pemupukan dan pengendalian hama didasarkan
atas hipotesis operasional sebagai berikut:
Ha

: Terdapat hubungan yang signifikan antara populasi lalat buah

terhadap kultur teknis dengan 3 parameter, yaitu penggunaan bibit,
pemupukan dan pengendalian hama
Ho

: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara populasi lalat buah

terhadap kultur teknis dengan 3 parameter, yaitu penggunaan bibit,
pemupukan dan pengendalian hama
Hasil analisis antara populasi lalat buah terhadap kultur teknis dengan 3
parameter, yaitu penggunaan bibit, pemupukan dan pengendalian hama dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis korelasi populasi lalat buah terhadap kultur teknis dengan 3
parameter, yaitu penggunaan bibit, pemupukan dan pengendalian hama
Hubungan Antar Variabel

Koefisien Korelasi

Nilai

Kultur teknis dengan populasi lalat buah

rxy

-0,130

Penggunaan bibit dengan populasi lalat
buah

rx1y

-0,257

Pemupukan dengan populasi lalat buah

rx2y

0,409

Pengendalian hama dengan populasi lalat
buah

rx3y

0,115

Tabel 5 menunjukkan bahwa kultur teknis yang dilakukan petani tidak
berhubungan secara signifikan terhadap populasi lalat buah dengan koefisien korelasi
adalah -0,130 (Ho diterima dan Ha ditolak) dapat dilihat pada Lampiran 10. Hal ini
menunjukkan pemeliharaan yang kurang baik dapat menyebabkan populasi hama
tinggi, tetapi juga dipengaruhi lingkungan, baik suhu maupun kelembaban. Menurut
Jumar (2000) perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni
faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di
lingkungan sekitarnya), salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan
serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas: suhu, kelembaban/hujan,
cahaya/warna/bau, angin dan topografi. Selanjutnya dinyatakan bahwa tinggi
rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara
pertemuan dua faktor tersebut.
1.Korelasi Penggunaan Bibit (x1) dengan Populasi Lalat Buah (y)
Hasil analisis korelasi antara penggunaan bibit (x1) tidak berhubungan secara
signifikan dengan populasi hama (y) dengan koefisien korelasi adalah - 0,257 dapat

dilihat pada Tabel 5 (Ho diterima dan Ha ditolak) dapat dilihat pada Lampiran 11.
Penggunaan varietas memberi banyak manfaat terutama mengurangi ketergantungan
pada pestisida. Berkurangnya pencemaran dan meningkatkan keragaman spesies
serangga. Semua pengaruh positif yang dihasilkan dari penggunaan varietas tahan
hama akan sangat besar dukungannya terhadap upaya merealisasikan program
pertanian berkelanjutan.
Hasil survei terhadap petani cabai

di Kabupaten Karo diketahui 40%

memakai bibit cabai kemasan varietas keriting dan 60% memakai bibit cabai lokal
varietas keriting (Lampiran 8 kuisioner no. 1).
2.Korelasi Pemupukan (x2) dengan Populasi Lalat Buah (y)
Hasil analisis korelasi antara pemupukan (x2) tidak berhubungan secara
signifikan dengan populasi hama (y) dengan koefisien korelasi adalah 0,409 dapat
dilihat pada Tabel 5 (Ho diterima dan Ha ditolak) dapat dilihat pada Lampiran 12.
Menurut Flint dan Robert (1981) akibat sampingan dari pemakaian pupuk yang
banyak, dia juga menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi lebih besar dan tumbuh
cepat sehingga memiliki daya saing yang lebih kuat . Tanamannya mungkin juga
menarik lebih banyak serangga hama.
Hasil survei terhadap petani cabai

di Kabupaten Karo diketahui 10%

melakukan pemupukan sesuai dosis dan anjuran yang tertera pada label dan 90%
melakukan pemupukan dengan perkiraan (Lampiran 8 kuisioner no.4).
3.Korelasi Pengendalian Hama (x3) dengan Populasi Lalat Buah (y)
Hasil analisis korelasi antara pengendalian hama (x3) tidak berhubungan
secara signifikan dengan populasi hama (y) dengan koefisien korelasi adalah 0,115
dapat dilihat pada Tabel 5 (Ho diterima dan Ha ditolak) dapat dilihat pada Lampiran

13. Penggunaan pestisida selalu digunakan petani cabai di Kabupaten Karo. Menurut
Wudianto (2006) gunakan pestisida bila populasinya telah mencapai tingkat
kerusakan atau ambang ekonomi, berspektrum sempit, mempunyai selektivitas tinggi
dengan konsentrasi dosis yang tepat,pada saat hama berada pada titik lemah dan bila
cara pengendalian lain sudah tidak efektif dan efisien lagi.
Hasil survei terhadap petani cabai

di Kabupaten Karo diketahui 50%

melakukan pengendalian terhadap lalat buah secara kimia dan 50% tidak pernah
melakukan pengendalian terhadap lalat buah (Lampiran 8 kuisioner no.14).
Penerapan PHT oleh petani cabai di Kabupaten Karo belum terlaksana.
Dukungan pemerintah, peneliti dan petani sangat diperlukan dalam penerapan dan
pengembangan PHT. Flint dan Robert (1981) mendefenisikan PHT adalah strategi
pengendalian hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor
mortalitas alami seperti musuh alami dan cuaca serta mencari taktik pengendalian
yang menggunakan faktor-faktor ini seminimal mungkin. PHT memanfaatkan
pestisida, tetapi hanya setelah dilakukan pemantauan sistematik terhadap populasi
hama dan faktor pengendali hama menunjukkan perlunya penggunaan pestisida. Hasil
survei terhadap petani cabai di Kabupaten Karo diketahui 10% mengetahui tentang
PHT, 20% kurang mengetahui dan 70% tidak pernah mengetahui tentang PHT
(Lampiran 8 kuesioner no.6).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Rataan persentase serangan lalat buah pada pertanaman cabai sebesar 25,68%,
sedangkan rataan populasi lalat buah pada pertanaman cabai sebesar
17,8 ekor.
2. Populasi lalat buah berhubungan secara signifikan dengan persentase serangan
pada pertanaman cabai dengan koefisien korelasi sebesar 0.855*.
3. Penggunaan bibit (rx1y), pemupukan (rx2y) dan pengendalian hama (rx3y) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap populasi lalat buah pada pertanaman
cabai ( rx1y = -0,257, rx2y = 0,409, dan rx3y = 0,115).
4. Lalat buah masuk ke dalam pola persebaran reguler/teratur karena rataan (

)

lebih besar daripada simpangan baku (S2).
5. Pengendalian menggunakan pestisida cenderung menjadi pilihan terbaik bagi
para petani di Kabupaten Karo untuk memperoleh hasil yang memuaskan
tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.

Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pola persebaran pada beberapa tanaman inang lalat buah seperti jeruk, jambu, cabai,
tomat di Kabupaten Karo.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2001. Statistik. BPFE, Yogyakarta.
Cropscience. 1997. Kombinasi Metil Eugenol dan Minyak Melaleuca brachteata
Lalat Buah Cabai pun Kabur. Jurnal Puslitbang Hortikultura Dinas
Pertanian. Jakarta.
Baharuddin, N dan A. Kurniati, 2004. Pengamatan Penyakit Penting Pada
Beberapa Fase Perkembangan Tanaman Transgenik di Lahan Sawah
dan Lahan Kering. Jurnal Sains dan Teknologi.
Deptan (Departemen Tanaman). 2007. Laporan Pelaksanaan Koordinasi
Kelompok Kerja (POKJA) Penanggulangan Hama Lalat Buah Bali,
21-22 Mei, Availableat. http:/ditlin.hortikultura.go.id/berita_2007/pokja_llt_
buah.html. Diunduh pada 25 April 2010.
Dinas Pertanian Sumatera Utara. 2001. Pertanian Dalam Angka Propinsi
Sumatera Utara 2001. Laporan Tahunan.
Duriat, A.S dan S. Sastrosiswojo. 1994. Makalah Pada Seminar Agribisnis Cabai,
Jakarta 27-28 Juli 1994: Pengendalian Hama Penyakit Terpadu Pada
Agribisnis Cabai. Bali Penelitian Hortikultura Lembang. Bandung.
Evans, Haword Ensign. 1984. Insect Biology A Text Book Of Entomology.
Colorado State University. Addison-Wesley Publising Company.
Flint, M.L and R. van den Bosch. 1981. Introduction to Intergrated Pest
Management. Plenum Press. New York.
Ginting, M. 2008. Bagi Hasil Tanah Pertanian Pada Masyarakat Karo. Pustaka
Bangsa Press. Medan.
Harahap,S.M dan J.Khaidir. 2007. Budidaya Tanaman Cabai. Agro Inovasi. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.
Hariyanto, B. 1992. Jambu Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
Iwashashi, O; Subahar, SST; Sastrodihardjo, S. 1996. Attactivenes of Metyhl
Eugenol to the Fruit Flies Bactrocera Carambola (Diptera: Teprytidae)
in Indonesia. College of Agriculture. University of the Ryukyus. Nishihara.
Okinawa. Japan.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised and Traslated by Van
der Loan. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.

Kuswadi. 2001. Panduan Lalat buah Bractocera sp. di Lapangan. Panduan Teknis
Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta.
Mau, Ronald F.L & Jayma L. Matin. 1992. Bactrocera dorsalis (Hendel). Updated
by: J.M. Diez April 2007. Department of Entomology Honolulu, Hawaii.
http://www.extento.hawaii.edu/Kbase/Crop/Type/bactro_d.htm.
Diunduh pada 04 Mei 2010.
Mangundihardjo, S. 1978 dalam Yuswani Pangestiningsih, 1993. Laporan
Penelitian: Pengaruh Beberapa Insektisida Botani Terhadap Serangan
Lalat Buah (Dacus dorsalis Hend.) Pada Tanaman Jambu Biji. Lembaga
Penelitian .USU.
Rasahan, C.A, Nasrun, H, Ngentem, M.S, Rudi,W, Sjarifuddin, M, Subagyono, D,
Sutarto, A, Tom, E.M. N dan M. Winarno. 1999. Repleksi Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Ritonga, A. Rahman. 1997. Statistika Untuk Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Rukmana, R & U,Sugandi. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.
Kanisius. Yogyakarta.
Saleh, S.1996. Statistik Nonparametrik. Edisi 2. BPFE, Yogyakarta.
Sarwono. 2006. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis
www.sarwono.info/korelasi.com .Diunduh pada 10 April 2010.

Korelasi

Schowalter, T.D. 1996. Insect Ecology an Ecosystem Approach. Academic Press.
New York.
Setiadi. 1993. Bertanam Cabe. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soepeno, B. 2002. Statistik Terapan (Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial &
Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Steck

GJ.
2007.
Oriental
Fruit
Fly
Information.
FDACS-DPI.
http://doacs.state.fl.us/pi/enpp/ento/off.html . Diunduh pada 02 Mei 2010.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press.
Yogyakarta.
Pasaribu, Ojak B.M., R.Astuti., Azwana., Maimunah., dan H. Zahara. 2007.
Pengaruh Metil Eugenol Dari Bahan Tanaman Selasih Terhadap
Perkembangan Populasi Serangan Pada Serangga Pada Tanaman Cabe
Merah Organik.. Balai Besar Karantina Tumbuhan Belawan.

Parhusip, D. 2009. Informasi Teknologi Pertanian Untuk Penyuluh Pendamping,
Penyelia Mitra Tani, Petani dan Pengguna Lainnya. Agro Inovasi. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.
Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wardani, N dan J.H.Purwandi. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Agro
Inovasi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Wudianto, R. 2006. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lampiran 1: Denah Pengambilan Sampel dan Pemasangan Perangkap Pada Lahan
Pengamatan Secara Diagonal

10 meter
X X

X X
1
0

5 meter

m
e
t
e
r

X X

X X

X X

Keterangan:
X X

: Tanaman Sampel (1)

X X

: Tanaman Sampel (2)

X X

: Tanaman Sampel (3)

X X
X X

: Tanaman Sampel (4)
: Tanaman Sampel (5)
: Pemasangan Perangkap
Jumlah pohon sampel =10 pohon (2 pohon/titik sampel)
Jumlah perangkap = 5 (1/titik sampel)
Luas areal sampel 10 m x 10 m = 100 meter

Lampiran 2. Kuisioner Wawancara Petani Pemilik Lahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

SURVEI SERANGAN HAMA LALAT BUAH
(Bactrocera dorsalis Complex.) PADA PERTANAMAN CABAI
(Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN KARO

DATA PRIBADI
NAMA

:

ALAMAT

:

UMUR

:

JENIS KELAMIN

: 1. PRIA
2. WANITA

PENDIDIKAN

: 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PERGURUAN TINGGI

DATA KEBUN/ TANAMAN
LUAS KEBUN

:

UMUR TANAMAN

:

TOPOGRAFI KEBUN

:

I. Kultu