Total Fenolik dan Flavonoid serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon (Paraserianthes falctaria (L.))

TOTAL FENOLIK DAN FLAVONOID SERTA AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT KAYU SENGON
(Paraserianthes falcataria (L.))

MOHAMAD DAVIQ FAHRIZAL

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Total Flavonoid dan
Fenolik serta Aktivitas Antioksidan Kulit Ekstrak Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.)) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Penelitian ini didanai secara swadaya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Mohamad Daviq Fahrizal
NIM G84080047

ABSTRAK
MOHAMAD DAVIQ FAHRIZAL. Total Flavonoid dan Fenolik serta Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L.))
Dibimbing oleh HASIM dan SYAMSUL FALAH.

Pohon sengon merupakan salah satu pohon yang banyak digunakan dalam
industri kayu dan menghasilkan banyak limbah yang kurang dimanfaatkan. Daun
sengon adalah salah satu limbah yang terbukti memiliki khasiat antioksidan. Kulit
kayu sengon merupakan salah satu limbah industri kayu yang belum dimanfaatkan.
Penelitian tentang kulit kayu sengon yang selama ini dilakukan juga belum ada
yang mengarah pada potensi antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan
mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit kayu sengon. Analisis
fitokimia menunjukan ekstrak air, etanol 70%, etanol 96% kulit kayu sengon

bereaksi positif terhadap uji saponin, flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid,
dan hanya uji alkaloid yang menunjukan hasil yang negatif. Total fenolik dan
flavonoid tertinggi dari ekstrak kulit kayu sengon adalah dari pelarut etanol 70%
dengan nilai masing-masing 161.57 ± 3.93 GAE (mg/g) dan 64.46 ± 2.94 CE
(mg/g). Nilai IC50 tertinggi adalah ekstrak etanol 96% kulit kayu sengon dengan
nilai IC50 sebesar 40.17 ± 0.65 mg/L.
Kata kunci : kulit kayu sengon, fenolik, flavonoid, antioksidan

ABSTRACT
MOHAMAD DAVIQ FAHRIZAL. Total flavonoid, phenolic, and antioxidant
activity of (Paraserianthes falcataria (L.)) bark extract. Supervised by HASIM
and SYAMSUL FALAH.

(Paraserianthes falcataria (L)) is widely used in wood industry and resulted
many wastes. The leaf was found to have antioxidant activity, but the bark is still
reused. The researches about (Paraserianthes falcataria (L)) bark that have been
conducted was not studied to show potency of natural antioxidant. This research
was performed to determine the antioxidant activity of (Paraserianthes falcataria
(L)) bark extract. Phytochemical scavenging showed that aqueous, ethanol 70%,
and 96% bark extracts were positively reacted to saponin, flavonoid, tanin, steroid,

and triterpenoid test, while the only negative result was happened to alkaloid test.
The highest ammount of total phenolic and flavonoid was found in ethanol 70%
extract, those were 161.57 ± 3.93 GAE (mg/g) and 64.46 ± 2.94 CE (mg/g)
respectively. The highest IC50 value was found in ethanol 96% extract with value
of 40.17 ± 0.65 mg/L.

Keywords: (Paraserianthes falcataria (L)) bark, phenolic, flavonoid, antioxidant.

TOTAL FENOLIK DAN FLAVONOID SERTA AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT KAYU SENGON
(Paraserianthes falcataria (L.))

MOHAMAD DAVIQ FAHRIZAL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia


NAMA DEPARTEMEN
NAMA FAKULTAS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Total Fenolik dan Flavonoid serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Kulit Kayu Sengon (Paraserianthes falctaria (L.))
Nama
: Mohamad Daviq Fahrizal
NIM
: G84080047

Disetujui oleh

Dr. drh Hasim, DEA
Pembimbing I

Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir I Made Artika, M.App. Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penyusunan karya tulis penelitian yang berjudul Total Flavonoid dan Fenolik serta
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L.))
ini dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, kemudian Bapak
Dr. drh. Hasim, DEA dan Bapak Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Sc, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan banyak masukan berupa motivasi, saran,
kritik, dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan karya tulis ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada Vina, Novilia, Andal, Lia, Aji, Eni, Sisil
yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran bagi penulis. Semoga

penelitian ini mampu memberikan informasi dan manfaat bagi yang
memerlukan.

Bogor, April 2014
Mohamad Daviq Fahrizal

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

METODE

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Percobaan

2

HASIL PENELITIAN

4

Kadar Air dan Rendemen Kulit Kayu Sengon


4

Komponen Fitokimia Ekstrak Kulit Kayu Sengon

5

Total Fenolik Ekstrak Kulit Kayu Sengon

5

Total Flavonoid Ekstrak Kulit Kayu Sengon

6

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon

6

PEMBAHASAN


6

Kadar Air dan Rendemen Kulit Kayu Sengon

6

Komponen Fitokimia Ekstrak Kulit Kayu Sengon

7

Total Fenolik Ekstrak Kulit Kayu Sengon

8

Total Flavonoid Ekstrak Kulit Kayu Sengon

8

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon


9

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN


12

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR GAMBAR
1 Total fenolik ekstrak kulit kayu sengon
2 Total flavonoid ekstrak kulit kayu sengon

5
6

DAFTAR TABEL
1 Kadar air dan rendemen
2 Uji Fitokimia
3 Nilai IC50 rata-rata ekstrak kulit kayu sengon

5
5
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Gambaran umum penelitian
Kadar air dan rendemen hasil ekstraksi
Kandungan total fenolik ekstrak buah harendong
Kandungan total flavonoid ekstrak buah harendong
Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap % inhibisi

13
13
14
15
15

PENDAHULUAN
Kehidupan masyarakat dalam situasi yg telah maju dan modern seperti saat
ini menstimulasi adanya perubahan gaya hidup masyarakat, terutama dalam hal
pola konsumsi makanan. Aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk
mengimbangi pola konsumsi antara lain dengan menyantap makanan siap saji.
Kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa ada bahaya yang dapat
ditimbulkan apabila makanan capat saji dikonsumsi terus-menerus. Makanan yang
beredar saat ini sudah banyak mengandung bahan kimia tambahan sintetik,
bahkan sudah terkontaminasi logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), dan
arsen (As), serta pupuk anorganik dan pestisida. Akumulasi dari gaya hidup yang
tidak sehat dan disertasi konsumsi makanan yang sembarangan tersebut dapat
meningkatkan jumlah radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh berperan dalam terjadinya
berbagai penyakit. Beberapa akibat yang terjadi dari proses oksidatif radikal bebas
diantaranya dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Keadaan lain
akibat dari proses oksidatif radikal bebas dalam tubuh adalah terjadinya kondisi
stress oksidatif, yaitu kondisi tidak seimbangnya antioksidan alami yang
terkandung di dalam tubuh, menyebabkan manusia tidak dapat bergantung pada
antioksidan alami yang sudah terkandung di dalam tubuhnya untuk mengatasi
radikal bebas (Campanellaet et al. 2006). Radikal memiliki tingkat reaktivitas
yang tinggi dan secara alami ada di dalam tubuh sebagai hasil dari reaksi biokimia
di dalam tubuh (Konishi et al. 2003).
Radikal bebas oksigen termasuk spesies oksigen reaktif (ROS), yaitu
spesies dengan kecenderungan oksidasi kuat, meliputi radikal alami (radikal
superoksida dan radikal hidroksil) dan bukan radikal alami (ozon dan hidrogen
peroksida). Radikal bebas yang berlebih dalam tubuh dapat mempercepat proses
penuaan dan menyebabkan bahaya patologis yang serius, seperti struk otak,
diabetes melitus, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, dan kanker. Dalam
beberapa tahun ini, upaya mengatasi pembentukan radikal bebas pada produk
farmasi dan bahan pangan diatasi oleh antioksidan dari bahan alami
(Campanellaet al. 2006). Pengertian dari antioksidan itu sendiri adalah zat yang
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas. Antioksidan alami tersebut
berupa polifenol,umumnya adalah kelompok flavanol yang dikenali sebagai
katekin dan tanin. Antioksidan ini berfungsi sebagai penangkal radikal bebas
(Suzuki et al.2003).
Departemen Kehutanan sejak program Pelita IV telah mulai menerapkan
kebijakan untuk melaksanakan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Salah satu jenis pohon yang terpilih untuk dijadikan HTI adalah pohon sengon
atau yang memiliki nama ilmiah Paraserianthes falcataria (L.)). Pemilihan pohon
sengon ini untuk pembangunan HTI dinilai cukup tepat karena memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya yaitu jenis pohon ini cepat tumbuh dan bernilai ekonomis
cukup tinggi. Pohon sengon merupakan salah satu pohon yang banyak digunakan
dalam industri kayu dan dari semua bagian pohon sengon hanya bagian kayunya
saja yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya yang berupa beberapa bagian pohon
sengon misalnya daun, kulit kayu dan akarnya biasanya dibuang sebagai limbah.
Bagian daun dari sengon ini telah terbukti secara ilmiah memiliki khasiat sebagai

2
antioksidan. Daun sengon telah menunjukkan aktivitas antioksidan secara in vitro
dengan metode DPPH dan memiliki nilai total fenolik dan flavonoid yang cukup
tinggi (Eleanore 2013).

METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang diteliti adalah kulit kayu sengon yang berasal dari daerah
Lebak-Banten. Bahan-bahan yang digunakan adalah pereaksi Meyers,
Dragendorf, Wagner, Folin ciocalteu 10%, NaOH10%, methanol 30%, FeCl3 1%,
7.5%, H2SO4 pekat, asam asetat anhidrat, metanol pro-analis, NaOH 1
M,
5%,
10%, asam galat, katekin hidrat, larutan DPPH, akuades.
Alat-alat yang digunakan adalah cawan porselin, neraca analitik, desikator,
vortex, oven Eyela NDO-700, blender, pipet mikro, rotary evaporator Eyela
OSB-2100, penangas air, spektrofotometer UV/Vis Genesys 10w Thermo
Scientific.

Prosedur Penelitian
Preparasi Sampel
Kulit kayu sengon sebanyak 1 kg dikeringkan dalam oven pada suhu
50˚C selama 24 jam hingga kadar air kurang dari 10%. Kulit kayu sengon yang
sudah dikeringkan kemudian digiling dengan menggunakan blender hingga
berbentuk serbuk dan disaring dengan saringan mekanik hingga berukuran 40-60
mesh. Selanjutnya serbuk kulit kayu sengon tersebut disebut simplisia kulit kayu
sengon. Sebelum dilakukan ekstraksi untuk mengeluarkan senyawa bioaktif dalam
sampel, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kadar air dari simplisia kulit kayu
sengon. Setelah diukur kadar airnya simplisia kulit kayu sengon kemudian
diekstrak dengan menggunakan beberapa pelarut yang berbeda. Ekstraksi kulit
kayu sengon dilakukan dengan metode maserasi (pelarut etanol 70% dan etanol
96%) dan perebusan (pelarut air).
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Cawan porselin yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu didalam oven
dengan suhu 1050C selama 30 menit, setelah itu didinginkan didalam desikator
selama 30 menit dan berat kosongnya ditimbang. Simplisia kulit kayu sengon
sebanyak 3 gram dimasukan kedalam cawan porselin. Sampel dan cawan porselin
tersebut dikeringkan pada suhu 1050C selama 3 jam didalam oven. Setelah
dikeringkan sampel dan cawan porselin didinginkan didalam desikator selama 30
menit. Setelah itu sampel dan cawannya ditimbang kembali. Prosedur dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan sampai didapatkan hasil yang tetap. Penentuan kadar air
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
=
a = bobot simplisia sebelum dikeringkan (g)

3
b = bobot simplisia setelah dikeringkan (g)
Ekstraksi Kulit Kayu Sengon (Handa et al. 2008)
Ekstraksi kulit kayu sengon menggunakan pelarut air dilakukan dengan
cara merebus simplisia kulit kayu sengon dengan perbandingan simplisia dan air
1:10 (b/v), kemudian direbus pada suhu 1000 C selama 2 jam. Hasil rebusan
simplisia kulit kayu sengon disaring dengan kertas saring dan filtratnya
ditampung dalam wadah plastik. Perebusan simplisia kulit kayu sengon dalam
air diulang hingga 3 kali. Filtrat hasil rebusan dikumpulkan dan kemudian
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapat ekstrak yang kering dan
diukur berat bersihnya.
Simplisia kulit kayu sengon diekstraksi menggunakan berbagai pelarut
(etanol 70% dan etanol 96%) dengan perbandingan 1:10 (b/v) dengan metode
maserasi selama 24 jam dengan pengadukan menggunakan shaker pada
kecepatan 150 rpm. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring dan
filtratnya ditampung dalam wadah plastik. Perlakuan maserasi diulang hingga
3 kali. Hasil maserasi dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapat
ekstrak yang kering. Ekstrak kemudian diukur berat bersihnya.
Analisis Fitokimia (Vinod et al. 2010)
Uji Alkaloid. Sebanyak 50 mg ekstrak kulit kayu sengon ditambahkan
dengan 3 mL kloroform dan 3 tetes amoniak. Fraksi kloroform yang muncul
kemudian dipisahkan dan ditambahkan dengan 10 tetes H2SO4 2 M. Fraksi asam
yang muncul setelah itu diambil, kemudian ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner,
Dragendroff. Hasil positif adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan
putih oleh pereaksi Meyer, endapan coklat oleh pereaksi Wagner, dan endapan
merah oleh pereaksi Dragendroff.
Uji Flavonoid. Sebanyak 50 mg ekstrak kulit kayu sengon ditambahkan
dengan metanol 30% sampai terendam, kemudian dipanaskan selama 5 menit.
Setelah dipanaskan, ekstrak disaring dan diambil filtratnya. Filtrat ekstrak
ditambahkan dengan 1 tetes NaOH 10%. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah pada filtrat setelah ditambahkan dengan NaOH 10%.
Uji Saponin. Sebanyak 50 mg ekstrak kulit kayu sengon ditambahkan
dengan 50 mL air panas di dalam gelas piala kemudian didihkan selama 5 menit,
setelah itu disaring dan diambil filtratnya. Uji saponin dilakukan dengan
pengocokan 10 mL filtrat dalam tabung reaksi bertutup selama 10 detik kemudian
dibiarkan selama 10 menit. Hasil positif adanya saponin ditunjukan dengan
terbentuknya buih atau busa yang stabil dalam tabung reaksi.
Uji Tanin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak kulit kayu sengon ditambahkan 2
mL air kemudian dididihkan selama 2 menit, setelah itu disaring dan diambil
filtratnya. Filtrat tersebut ditambahkan dengan 1 tetes FeCl3 1% (b/v). Hasil
positif adanya tanin ditunjukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hitam
kehijauan.
Uji Steroid dan Triterpenoid. Sebanyak 50 mg ekstrak kulit kayu sengon
ditambahkan dengan asam asetat anhidrida sampai terendam dalam tabung reaksi
dan dipanaskan selama 5 menit. Setelah itu campuran ekstrak tersebut didinginkan
dan kemudian ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat melalui sisi tabung. Hasil positif
adanya steroid dan triterpenoid ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna
coklat pada dua lapisan cairan. Warna hijau pada lapisan atas menunjukkan

4
adanya steroid, sedangkan warna merah pada lapisan bawah menunjukkan adanya
triterpenoid dalam ekstrak tersebut.
Pengukuran Total Fenolik Ekstrak Kulit Kayu Sengon (Singleton 1999)
Larutan ekstrak dibuat dengan konsentrasi 1000 mg/L yang berisi ekstrak
yang dilarutkan dalam metanol absolut. Setelah itu, sebanyak 0.5 mL larutan
ekstrak ditambah dengan 2.5 mL reagen Folin Ciocalteu 10% yang dilarutkan
dalam air, kemudian ditambah dengan 2.5 mL NaHCO3 7.5%. Sampel tersebut
kemudian didiamkan dalam penangas air pada suhu 450C selama 45 menit.
Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali dan pengukuran absorbansi dilakukan
pada panjang gelombang 765 nm. Prosedur yang sama dilakukan untuk membuat
kurva standar asam galat dalam berbagai konsentrasi. Total fenolik ekstrak
ditunjukan dalam asam galat ekuivalen (Galic Acid Equivalen (GAE) mg /g
ekstrak).
Penentuan Total Flavonoid Ekstrak Kulit Kayu Sengon (modifikasi Kim et
al. 2003)
Larutan ekstrak dibuat dengan konsentrasi 1000 mg/L yang berisi ekstrak
yang dilarutkan dalam metanol, lalu sebanyak 5 mL larutan ekstrak diambil dan
ditambah dengan 0.3 mL NaNO2 5%. Setelah itu, ditambahkan 0.3 mL AlCl3 10%
yang telah dilarutkan dengan metanol dan didiamkan pada suhu ruang selama 5
menit. Setelah didiamkan, tambahkan 2 mL NaOH 1 M dan volume larutan
tersebut dicukupkan hingga 10 mL dengan akuades. Pengukuran absorbansi
dilakukan pada panjang gelombang 510 nm. Pengukuran dilakukan 3 kali ulangan
dan penentuan total flavonoid dinyatakan dalam katekin ekuivalen (Catechin
Equivalen (CE) mg /g ekstrak).
Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (modifikasi Falah et al. 2008)
Sampel ekstrak yang akan diuji dilarutkan dalam metanol absolut dengan
beberapa konsentrasi yaitu 100, 200, 300, 400 dan 500 mg/L untuk ekstrak air, 50,
60, 70, 80, 90 dan 100 mg/L untuk ekstrak etanol 70 dan 96%, 10, 20, 30, 40, 50
dan 60 mg/L untuk katekin. Setelah itu, sebanyak 0.5 mL larutan ekstrak
ditambahkan dengan 0.5 mL DPPH (8 mg/40 mL dalam metanol) kemudian
ditambah dengan metanol absolut sampai dengan volumenya mencapai 2 mL.
Kemudian campuran tersebut dihomogenkan dengan vortex dan didiamkan dalam
suhu ruang selama 30 menit. Setelah didiamkan kemudian absorban larutan diukur
dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm.
Perlakuan tersebut diakukan juga untuk mengukur blanko. Kontrol positif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah katekin. Pengukuran absorban yang
dilakukan menghasilkan nilai absorbansi yang digunakan untuk mengukur nilai
IC50 yang menunjukan aktivitas antioksidan dari ekstrak yang telah diuji. Nilai
IC50 dihitung dengan menggunakan rumus persamaan regresi Y = a + b ln x.

HASIL PENELITIAN
Kadar Air dan Rendemen Kulit Kayu Sengon
Kadar air rata-rata simplisia kulit kayu sengon yang diperoleh adalah
sebesar 5.34% ± 0.33. Berdasarkan dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa

5
rendemen ekstrak yang terendah adalah dari pelarut air yaitu sebesar 2.84%,
sedangkan rendemen ekstrak tertinggi adalah dari pelarut etanol 70% yaitu
sebesar 4.44%. (Tabel 1).
Tabel 1 Rendemen ekstrak kulit kayu sengon
Pelarut
Air
Etanol 70%
Etanol 96%

Bobot simplisia
(gram)
30
30
30

Rendemen
Ekstrak (gram)
0.85
1.33
0.99

Rendemen
Ekstrak (%)
2.84
4.44
3.32

Komponen Fitokimia Ekstrak Kulit Kayu Sengon
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari uji fitokimia yang telah
dilakukan, menunjukan bahwa semua ekstrak kulit kayu sengon bereaksi positif
terhadap uji saponin, flavonoid, tannin, steroid dan triterpenoid, dan hanya uji
alkaloid yang menunjukan hasil yang negatif dengan semua ekstrak kulit kayu
sengon. (Tabel 2).
Tabel 2 Uji fitokimia ekstrak kulit kayu sengon
Uji
Ekstrak Air Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Etanol 96%
Alkaloid
Flavonoid
+
+
+
Saponin
+
+
+
Tanin
+
+
+
Steroid
+
+
+
Triterpenoid
+
+
+
Keterangan : (+) = mengandung senyawa fitokimia yang diuji
(–) = tidak mengandung senyawa fitokimia yang diuji
Total Fenolik Ekstrak Kulit Kayu Sengon
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol 70% kulit kayu sengon
memiliki kandungan fenolik tertinggi yaitu sebesar 161.57 ± 3.93 GAE (mg/g)
(galic acid equivalent). (Gambar 1). Kandungan fenolik terendah adalah ekstrak
air kulit kayu sengon, yaitu sebesar 156.02 ± 16.09 GAE (mg/g). Hasil yang
ditunjukan dari pengujian menunjukan bahwa perbedaan kandungan fenolik
ekstrak air dan ekstrak etanol 96% kulit kayu sengon tidak terlalu besar.
[VALUE] ± 3.93

Total Fenolik GAE
(mg/g)

162
160
158

[VALUE] ± 6.07
[VALUE] ± 16.09

156
154
152
Ekstrak Air

Ekstrak Etanol 70%

Ekstrak Etanol 96%

Gambar 1 Total fenolik ekstrak kulit kayu sengon

6
Total Flavonoid Ekstrak kulit kayu sengon
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol 70% kulit kayu sengon
memiliki kandungan flavonoid tertinggi yaitu sebesar 64.46 ± 2.94 CE (mg/g)
(catechin equivalent). (Gambar 2). Kandungan flavonoid terendah adalah ekstrak
etanol 96% kulit kayu sengon, yaitu sebesar 43.19 ± 1.68 CE (mg/g). Total
flavonoid dari ekstrak air dan ekstrak etanol 96% menunjukan perbedaan yang
tidak terlalu besar.
[VALUE] ± 2.94

Total Flavonoid CE (mg/g)

70
60
50

[VALUE] ± 1.68

[VALUE] ± 8.50

40
30
20
10
0
Ekstrak Air

Ekstrak Etanol 70%

Ekstrak Etanol 96%

Gambar 2 Total flavonoid ekstrak kulit kayu sengon
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon
Aktivitas antioksidan yang dianalisis dinyatakan dalam bentuk IC50 yaitu
konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat radikal bebas sebanyak 50%.
Semakin kecil nilai IC50, maka aktivitas antioksidan tersebut semakin baik
(Rohman & Riyanto 2005). Penelitian ini menggunakan katekin yang bertindak
sebagai kontrol positif. Nilai IC50 rata-rata dari katekin tersebut adalah sebesar
12.12 ± 0.34 mg/L. Nilai IC50 tertinggi yang diperoleh adalah dari ekstrak etanol
96% kulit kayu sengon yaitu sebesar 40.17 ± 0.65 mg/L. Nilai IC50 terendah
adalah dari ekstrak air yaitu sebesar 188.34 ± 5.41 mg/L. (Tabel 3).
Tabel 3 Nilai IC50 rata-rata ekstrak kulit kayu sengon
Ekstrak
Air
Etanol 70%
Etanol 96%
Katekin

IC50 rata-rata (mg/L)
188.34 ± 5.41
56.58 ± 1.70
40.17 ± 0.65
12.12 ± 0.34

PEMBAHASAN
Kadar Air dan Ekstraksi Kulit Kayu Sengon
Penentuan kadar air dalam suatu simplisia bertujuan untuk mengetahui
berapa banyak air yang masih terkandung dalam simplisia tersebut. Proses
penentuan kadar air sangat penting dilakukan dalam tahap awal sebuah penelitian
karena apabila kadar air dalam suatu sampel yang akan diuji terlalu tinggi,
dikhawatirkan hasil yang diperoleh tidak terlalu baik karena masih terlalu banyak
air dalam sampel tersebut. Rendahnya kadar air dapat mencegah pencemaran
mikroorganisme sehingga mutu simplisia terjaga (Suharmiati & Maryani 2003).

7
Kadar air yang diperoleh setelah dilakukan pengujian dalam simplisia kulit kayu
sengon adalah sebesar 5.341%. Hasil yang diperoleh ini cukup baik karena kadar
air dalam simplisia kulit kayu sengon cukup rendah karena hasil yang didapat
kurang dari 10%. Rendahnya kadar air sampel menunjukan bahwa kulit kayu
sengon yang digunakan dapat disimpan dalam waktu panjang tanpa adanya
kerusakan.
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen atau zat aktif dari suatu
campuran padatan atau cairan dengan menggunakan pelarut tertentu. Kontak
antara pelarut dan bahan secara intensif, menyebabkan komponen aktif pada
campuran akan berpindah ke dalam pelarut (Gamse 2002). Ekstraksi pada
penelitian ini menggunakan teknik maserasi, yaitu merendam sampel yang
akan diekstrak dengan pelarutnya. Maserasi merupakan metode yang cukup
sederhana karena tidak memerlukan pemanasan sehingga dapat mencegah
rusaknya kandungan senyawa metabolit sekunder yang tidak tahan terhadap suhu
tinggi. Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan kesempurnaan ekstraksi. Pelarut yang digunakan selama ekstraksi
harus dapat menarik komponen aktif dari campuran dalam sampel. Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut di antarnya selektivitas,
kemampuan pelarut untuk mengekstraksi, tidak bersifat racun, mudah
diuapkan dan relatif murah (Gamse 2002). Pelarut yang digunakan ketika
ekstraksi dapat menembus pori-pori bahan padat sehingga bahan yang ingin
diekstrak dapat dengan mudah tertarik.
Pada penelitian ini digunakan tiga jenis pelarut yang berbeda yaitu air,
etanol 70% dan etanol 96%. Prinsip dari ekstraksi adalah like dissolves like,
artinya suatu pelarut akan mengisolasi komponen yang memiliki sifat yang
sama dengan pelarutnya. Berdasarkan hasil perhitungan rendemen ekstrak dari
beberapa pelarut yang digunakan diperoleh data rendemen yang tertinggi adalah
ekstrak dengan pelarut etanol 70% yaitu sebesar 4.443% dan rendemen yang
terendah adalah ekstrak dengan pelarut air yaitu sebesar 2.843%. (Tabel 1). Hal
ini menunjukan bahwa senyawa bioaktif kulit kayu sengon lebih banyak
terekstrak dengan etanol 70% dibandingkan dengan pelarut yang lain. Hal ini
dapat disebabkan sifat senyawa bioaktif dalam kulit kayu sengon tersebut lebih
tertarik kepada etanol 70% yang cukup banyak mengandung air jika dibandingkan
dengan etanol 96%. Rendemen ekstrak kulit kayu sengon relatif lebih kecil
dibandingkan dengan rendemen dari ekstrak daun sengon hasil penelitian
Eleanore (2013). Perbedaan nilai rendemen dalam penelitian ini dapat
disebabkan oleh perbedaan jenis pelarut yang digunakan. Pelarut yang
berbeda akan melarutkan senyawa-senyawa yang berbeda tergantung tingkat
kepolarannya. Senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat
polar, sedangkan senyawa yang bersifat nonpolar akan larut dalam pelarut
yang bersifat nonpolar. Hal ini sesuai dengan konsep like dissolve like yakni zat
akan terlarut dan terekstrak dengan baik apabila pelarut yang digunakan
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Oleh sebab itu, jumlah ekstrak yang
dihasilkan dari suatu bahan, tergantung jenis pelarut yang digunakan.
Komponen Fitokimia Ekstrak Kulit Kayu Sengon
Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui keberadaan senyawasenyawa kimia yang bersifat spesifik seperti alkaloid, fenol, steroid, saponin,

8
glikosida, triterpenoid, tanin dan flavonoid. Senyawa-senyawa ini merupakan
hasil metabolit sekunder pada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut
untuk bahan obat. Senyawa metabolit sekunder memiliki jumlah dan jenis
yang bervariasi untuk setiap tumbuh-tumbuhan. Senyawa-senyawa fitokimia
memiliki aktivitas farmakologi yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya
adalah tanin yang merupakan salah satu senyawa fenolik telah diketahui
memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba. Saponin yang dikenal dengan
zat busa atau yang memiliki sifat seperti deterjen biasa digunakan sebagai obat
untuk hiperkolesterolemia, hiperglikemia, antioksidan, antikanker, dan
antiinflamasi. Steroid yang terdapat pada tanaman diketahui memiliki aktivitas
kardiotonik dan antibakteri (Sermakkani & Thangapandian 2010).
Analisis fitokimia ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui
jenis komponen bioaktif yang terkandung pada masing-masing ekstrak
sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Hasil pengujian dinyatakan secara
kualitatif untuk membuktikan keberadaan senyawa kimia aktif tertentu yang
dapat dideteksi dalam ekstrak sampel. Berdasarkan data yang telah diperoleh
dari uji fitokimia yang telah dilakukan menunjukan hasil positif untuk senyawa
saponin karena ketika direaksikan terdapat buih atau busa yang cukup stabil. Hasil
positif juga ditemukan untuk senyawa flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid.
Senyawa alkaloid ternyata tidak ditemukan dalam ekstrak kulit kayu sengon,
karena setelah dilakukan pengujian tidak ditemukan endapan apapun. (Tabel 2).
Komponen fitokimia untuk ekstrak kulit kayu sengon ini relatif sama dengan
komponen daun sengon (Eleanore 2013). Hal ini dapat disebabkan karena
senyawa alkaloid tersebut kadarnya terlalu rendah, sehingga tidak terdeteksi pada
saat pengujian atau dapat juga disebabkan karena senyawa alkaloid yang terdapat
pada kulit kayu sengon tidak terekstrak dengan sempurna oleh pelarut-pelarut
yang digunakan.
Total Fenolik dan Total Flavonoid Ekstrak Kulit Kayu Sengon
Komponen polifenol pada tanaman diketahui memiliki sifat
multifungsi seperti pereduksi, menyumbangkan atom hidrogen sebagai
antioksidan dan peredam terbentuknya singlet oksigen. Flavonoid dan
turunannya merupakan golongan polifenol yang banyak dan sangat penting pada
tanaman. Sifat yang penting dari golongan polifenol adalah kemampuannya
bertindak sebagai antioksidan. Penentuan kandungan total fenol pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteau.
Metode ini berdasarkan kekuatan mereduksi dari gugus hidroksi fenolik. Semua
senyawa fenolik dapat bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteau. Adanya inti
aromatis pada senyawa fenol (gugus hidroksi fenolik) dapat mereduksi
fosfomolibdat fosfotungstat menjadi molibdenum yang berwarna biru
(Pratimasari 2009).
Menurut Bettuzi (2009), senyawa dari golongan polifenol memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Aktivitas antioksidan komponen
polifenol ditandai dengan aktivitas yang relatif tinggi sebagai donor hidrogen
atau elektron dan kemampuan dari turunan radikal polifenol untuk
menstabilkan dan memindahkan elektron yang tidak berpasangan, serta
mengkelat transisi logam (Sandrasari 2008).

9
Pemilihan pelarut sangat mempengaruhi terhadap jumlah senyawa
fenolik yang terekstrak. Pelarut polar seperti air dan etanol sangat efektif untuk
mengekstraksi senyawa fenolik dan flavonoid. Kandungan total fenolik ekstrak
kulit kayu sengon yang tertinggi didapatkan dari ekstrak etanol 70% yaitu sebesar
161.57 ± 3.93 GAE (mg/g) (galic acid equivalent). (Gambar 1) Kandungan total
flavonoid tertinggi diperoleh dari ekstrak etanol 70% kulit kayu sengon yaitu
sebesar 64.46 ± 2.94 CE (mg/g) (catechin equivalent). (Gambar 2). Hal ini
berbanding lurus dengan besarnya rendemen dari hasil ekstraksi kulit kayu sengon
yang menunjukan bahwa rendemen yang tertinggi didapatkan dari etanol 70%.
Hal ini dapat menunjukan bahwa senyawa fenolik dan flavonoid yang paling
banyak terekstrak adalah pada pelarut etanol 70%. Hasil total fenolik dan total
flavonoid dalam ekstrak kulit kayu sengon menunjukan nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan total fenolik dan total flavonoid dalam ekstrak daun sengon
yaitu 275.74 GAE mg/g untuk total fenolik dan 83.60 CE mg/g untuk total
flavonoid (Eleanore 2013).
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Kayu Sengon
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak kulit kayu sengon dilakukan
dengan metode DPPH. Masing-masing ekstrak diuji aktivitas antioksidannya
berdasarkan kemampuannya meredam radikal bebas DPPH. Pada prinsipnya,
atom hidrogen dari suatu senyawa antioksidan akan membuat larutan DPPH
menjadi tidak berwarna yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer akibat
terbentuknya DPPH tereduksi (DPPH-H) (Sharma dan Bhat 2009). Metode DPPH
mengukur kemampuan suatu senyawa antioksidan dalam menangkap radikal
bebas. Kemampuan penangkapan radikal berhubungan dengan kemampuan
komponen senyawa antioksidan dalam menyumbangkan elektron atau
hidrogen. Setiap molekul yang dapat menyumbangkan elektron atau hidrogen
akan bereaksi dan akan memudarkan warna DPPH. Intensitas warna DPPH akan
berubah dari ungu menjadi kuning oleh elektron yang berasal dari senyawa
antioksidan. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksi antara radikal bebas
DPPH dengan satu atom hidrogen yang dilepaskan senyawa yang terkandung
dalam bahan uji untuk membentuk senyawa 1,1-diphenil-2-pikrilhidrazil yang
berwarna kuning.
Hasil perhitungan menunjukan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi
diperoleh dari ekstrak etanol 96% dengan nilai IC50 rata-rata sebesar 40.17 ±
0.65mg/L. (Tabel 3). Hal ini berarti bahwa dengan konsentrasi ekstrak etanol 96%
sebesar 40.17 ± 0.65 mg/L dapat menghambat 50% radikal bebas. Nilai IC50 dari
ekstrak yang lain juga menunjukan aktivitas antioksidan yang cukup baik. Ekstrak
air kulit kayu sengon memiliki nilai IC50 sebesar 188.34 ± 5.41 mg/L merupakan
hasil yang sangat rendah dibandingkan semua sampel yang telah diujikan. Nilai
IC50 katekin sebagai kontrol positif adalah 12.12 ± 0.34 mg/L lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ekstrak etanol 96% kulit kayu sengon yang memiliki IC 50
tertinggi, namun nilai IC50 daun sengon lebih tinggi dibandingkan katekin dan
ekstrak etanol 96% yaitu sebesar 2.76 mg/L (Eleanore 2014). Walaupun nilai IC50
ekstrak etanol 96% kulit kayu sengon tidak terlalu tinggi tetapi masih tetap
berpotensi sebagai antioksidan alami karena nilai IC50 ekstrak etanol 96% kulit
kayu sengon masih dibawah 50 mg/L. Menurut Blois (2005) suatu senyawa
memiliki antioksidan sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 50

10
mg/L, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 mg/L, sedang apabila nilai IC50
antara 100-150 mg/L, dan lemah IC50 antara 150-200 mg/L. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan nilai IC50 ekstrak etanol 96% merupakan yang
tertinggi dibandingkan pelarut yang lain, padahal dari pengujian total fenolik dan
flavonoid menunjukan ekstrak etanol 70% yang memiliki nilai tertinggi. Hal ini
dapat disebabkan karena penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
ini bersifat umum untuk semua senyawa yang bersifat antioksidan, sehingga
senyawa-senyawa yang bersifat antioksidan yang tidak termasuk ke dalam
golongan fenolik dan flavonoid, seperti golongan saponin, tanin, steroid, dan
triterpenoid terdeteksi dengan pereaksi DPPH yang digunakan dalam penelitian
ini (Prakash et al 2007).

SIMPULAN
Simpulan
Simplisia kulit kayu sengon memiliki kadar air sebesar 5.34 % ± 0.33. Total
fenolik dan flavonoid tertinggi dari ekstrak kulit kayu sengon adalah dari pelarut
etanol 70% dengan nilai masing-masing 161.57 ± 3.93 GAE (mg/g) dan 64.46 ±
2.94 CE (mg/g). Nilai IC50 tertinggi adalah ekstrak etanol 96% kulit kayu sengon
dengan nilai IC50 sebesar 40.17 ± 0.65 mg/L. Ekstrak etanol 96% kulit kayu
sengon memiliki aktivitas antioksidan yang baik dan berpotensi berperan sebagai
antioksidan alami.
Saran
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak kulit
kayu sengon yang lebih murni dan pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan
secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemist.
Bettuzzi S. 2009. Inhibition of human prostate cancer progression by
administration of green tea cathecins: from the bench to the clinical trial.
Di dalam: The 3rdworld congress on tea and health nutraceutical &
pharmacuetical applications. ISANH. Dubai.
Blois MS. 2005. Antioxidant determination by the use of stable free radical.
Nature 181:1191-1200.
Campanella L, Martini E, Rita G, Tomasseti M. 2006. Antioxidant capacity of dry
extracts checked by voltammetric method. J Food Agric Environ4:135-144.

11
Eleanore Y. 2013. Analisis Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Menggunakan Metode DPPH
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Falah S, Suzuki T, Katayama T. 2008. Chemical constituents from Swietenia
macrophylla bark and their antioxidant activity. Park J Biol Sci 11: 20072012.
Gamse T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-liquid extraction. Institute of
Thermal Process and Environmental Engineering. Graz University of
Technology.
Handa SS, Khanuja SPS, Longo G, Rakesh DD. 2008. Extraction
Technology for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste: United Nations
Industrial Development Organization and the International Centre for
Science and High Technology.
Kim DO, Jeong SW, Lee CY. 2003. Antioxidant capacity of phenolic
phytochemicals from various cultivars of plums. Food Chemistry 81:321-326.
Konishi Y, Kobayashi S, Shimizu M. 2003. Tea polyphenols inhibit tea transport
of dietary phenolic acid mediated by tea monocarboxylic acid transporter
(MCT) in intestinal caco-2 cell monolayers. J Agric Food Chem 51:72967302.
Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2007. Antioxidant activity. [artikel]. Minnesota :
Medallion Labs Analytical Progress.
Pratimasari D.2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica papaya
L.Dengan Metode Dpph dan Penetapan Kadar Fenolik serta Flavonoid
Totalnya. [Tesis]. Surakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Rohman A, Riyanto S. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol daun kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi
Indonesia 16(3): 136-140.
Sandrasari DA. 2008. Kapasitas Antioksidan dan Hubungannya dengan Nilai
Total
Fenol
Ekstrak Sayuran Indegenous. Bogor (ID) : Sekolah
Pascasarjana IPB.
Sermakkani M, Thangapandian V. 2010. Phytochemical screening for active
compounds in Pedalium murex L. J Rec Res Sci Tech 2: 110-114.
Singleton VL, Orthofer R, Lamuela-Raventos RM. 1999. Analysis of total
phenols and other oxidation substrates and antioxidants by means of Folin
Ciocalteu reagent. Methods Enzymol. 299:152-178.
Sharma OP, Bhat TK. 2009. DPPH antioxidant assay revisited. Food Chemistry
113: 1202-1205.

12
Suharmiati, Maryani H. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belada si Pelangsing
Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Jakarta (ID): Agro Media.
Vinod KS, Raghuveer I, Alok S Himanshu G. 2010. Phytochemical investigation
and chromatographic evaluation of the ethanolic extract of whole plant extract
of Dendrophthoe falcata (L.F.) Ettingsh. Int J Pharm Sci Res. 1:39-45.

13

LAMPIRAN

14
Lampiran 1 Gambaran umum penelitian
Kulit Kayu Sengon
Pengukuran Kadar Air Simplisia

Ekstrak dengan
pelarut air

Uji aktivitas
antioksidan
dengan
metode
DPPH

Ekstrak dengan
pelarut etanol 70%

Analisis
Fitokimia

Ekstrak dengan
pelarut etanol 96%

Penentuan
bilangan total
Fenolik

Penentuan
bilangan total
Flavonoid

Lampiran 2
Contoh perhitungan kadar air simplisia kulit kayu sengon
x 100%

Kadar air =
=
= 4.9542%

x 100%

Contoh perhitungan rendemen ekstrak kulit kayu sengon
Ekstrak air :
x 100%
%Rendemen ekstrak =
=
x 100% =2.8435%
Lampiran 3 Total fenolik ekstrak kulit kayu sengon

15

Kurva Standar Asam Galat
0,9
y = 0,0101x - 0,1666
R² = 0,9912

0,8
0,7

Absorban

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0

20

40

60

80

100

120

Konsentrasi (ppm)

Ulangan

Absorban
1
2
3

Total
fenolik
rata-rata
(mg/L)
Total
Fenolik
GAE
(mg/g)

0.715
0.578
0.571

Pelarut Air
Total
fenolik
174.574
147.446
146.026

Pelarut Etanol 70%
Total
Absorban
Fenolik
0.683
168.238
0.648
161.306
0.617
161.571

Pelarut Etanol 96%
Total
Absorban
Fenolik
0.629
155.762
0.611
153.98
0.668
165.268

156.026

161.571

158.337

156.026

161.571

158.337

Contoh perhitungan :
Total fenolik ekstrak
Persamaan kurva standar asam galat : y=0.0101x-0.1666
0.715 = 0.0101x-0.1666
Total fenolik =
= 82.287 mg/L x faktor pengenceran
= 82.287 mg/L x 2
= 156.026 mg/L
Total fenolik GAE
Total fenolik GAE (C) = c (V/m)
Keterangan:
c = konsentrasi total fenolik dari kurva standar
V = volume ekstrak
m = berat ekstrak
Total fenolik GAE (C) = 156.026 mg/L (0.025 L/0.025 g)
= 156.026 mg/g

16
Lampiran 4 Total flavonoid ekstrak kulit kayu sengon
Kurva standar flavonoid
Absorbansi

0,8
0,6
0,4
y = 0,0126x + 0,0989
R² = 0,995

0,2
0
0

10

20

30

40

50

60

katekin

Ulangan

Absorban

1
2
3
Total fenolik
rata-rata
(mg/L)
Total Fenolik
GAE (mg/g)

0.383
0.362
0.375

Pelarut Air
Total
flavonoid
45.095
41.762
43.825

Pelarut Etanol 70%
Total
Absorban
flavonoid
0.491
62.238
0.498
63.349
0.626
67.794

Pelarut Etanol 96%
Total
Absorban
flavonoid
0.354
40.492
0.328
36.365
0.431
52.714

43.561

64.460

43.190

43.561

64.460

43.190

Contoh perhitungan :
Total fenolik ekstrak
Persamaan kurva standar asam galat : y=0.0126x-0.0989
0.383 = 0.0126x-0.0989
Total fenolik =
= 22.548 mg/L x faktor pengenceran
= 22.548 mg/L x 2
= 45.095 mg/L
Total flavonoid
Total fenolik CE (C) = c (V/m)
Keterangan:
c = konsentrasi total fenolik dari kurva standar
V = volume ekstrak
m = berat ekstrak
Total fenolik CE (C) = 45.095 mg/L (0.025 L/0.025 g) = 45.095 mg/g
Lampiran 5 Pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap % inhibisi
Ekstrak air

Ulangan 1

Ulangan 2

Ulangan 3

80

80

80

60

60

y = 23,582ln(x)
- 74,272
R² = 0,9542

40
20
0

y = 24,778ln(x) 79,578
R² = 0,853

40
20
0

0

1000

0

500

1000

% inhibisi

100

% inhibisi

100

% inhibisi

100

60
40

y = 23,833ln(x) 74,289
R² = 0,8871

20
0
0

Konsentrasi (mg/L)

Konsentrasi (mg/L)

500

1000

Konsentrasi (mg/L)

17
Ekstrak etanol 70%
Ulangan 1

Ulangan 2

80

80

70

70

60

60

60

50

50

50

y = 42,581ln(x) 120,42
R² = 0,9942

30
20

% inhibisi

40

40

20

10
50

30
20
10

0

0

100

0

Konsentrasi (mg/L)

50

y = 41,413ln(x) 118,18
R² = 0,982

40

10

0
0

y = 41,491ln(x) 117,74
R² = 0,931

30

% inhibisi

80

70

% inhibbisi

Ulangan 3

0
50
100
Konsentrasi (mg/L)

100

Konsentrasi (mg/L)

Etanol 96%

y = 42,402ln(x) 106,76
R² = 0,9039
0

50

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 42,801ln(x) 108,65
R² = 0,897
0

100

Konsentrasi (mg/L)

50

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

% inhibisi

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Ulangan 3

Ulangan 2

% inhibisi

% inhibisi

Ulangan1

y = 41,048ln(x)
- 100,86
R² = 0,9314
0

100

Konsentrasi (mg/L)

100

Konsentrasi (mg/L)

Katekin

Ulangan 2
90

80

80

70

70

60

60

50
40
30

y = 23,541ln(x) 7,9784
R² = 0,9572

20
10
0

Ulangan 3

50
40
30

y = 24,803ln(x) 12,163
R² = 0,9718

20
10
0

0

50

100

Konsentrasi (mg/L)

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

% inhibisi

90

% inhibisi

% inhibisi

Ulangan 1

0

20

40

Konsentrasi (mg/L)

60

y = 25,697ln(x) 14,65
R² = 0,9869
0

50

Konsentrasi (mg/L)

100

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Propinsi Banten, 13 November 1990
dari ayah Mohamad Tasrik dan Ibu Sri Retno Widiantini. Penulis merupakan
putra pertama dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SDN
1 Malingping Utara, Provinsi Banten, melanjutkan pendidikan ke SMPN 1
Malingping, Provinsi Banten tahun dan menyelesaikan pendidikan menengah atas
di SMAN 1 Malingping, Provinsi Banten. Penulis meneruskan pendidikan di
Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Pada tahun 2012, penulis melakukan praktik lapang di Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dengan judul laporan
“Analisis Kadar Resorsinol Pada Biji Mangga Rucah yang Telah Disemprot Asam
Salisilat Sebelum Dipanen”.
Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kampus sebagai
anggota divisi divisi Biomolekul CREBs (Community of Reasearch and
Education in Biochemistry) tahun 2011-2012. Penulis juga pernah mengikuti
berbagai kepanitiaan seperti Lomba Karya Ilmiah Populer (LKIP) tahun 2010 dan
2011, Seminar Akademik Dosen dan Mahasiswa tahun 2011-2012, Masa
Pengenalan Departemen tahun 2011, Seminar Kesehatan tahun 2011.