Analisis Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Menggunakan Metode DPPH

ANALISIS FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK DAUN SENGON (Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen) MENGGUNAKAN METODE DPPH

YAFET ELEANORE

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Fitokimia Dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen) Menggunakan Metode DPPH adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Yafet Eleanore
NIM G84070040

Abstrak
YAFET ELEANORE. Analisis Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Menggunakan
Metode DPPH. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.
Kedawung (famili Mimosaceae) telah terbukti memiliki kandungan
antioksidan yang tinggi. Oleh karena itu, daun sengon yang masih termasuk ke
dalam famili Mimosaceae diduga mempunyai potensi sebagai sumber antioksidan
alami. Pemanfaatan daun sengon sebagai suplemen makanan yang mempunyai
aktivitas antioksidan belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan menguji aktivitas antioksidan dan menganalisis komponen bioaktifnya.
Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH dan diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas antioksidan paling tinggi terdapat pada ekstrak etanol 96% daun
sengon yang dinyatakan dalam bentuk IC50, yaitu 2.76 ppm. Aktivitas antioksidan

ini ditimbulkan oleh kandungan metabolit sekunder pada daun sengon, yaitu
alkaloid, saponin, flavonoid, tanin dan fenolik, steroid dan triterpenoid. Hasil
analisis menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan, kandungan total fenolik
(275.74 GAE mg/g), dan total flavonoid (83.60 CE mg/g) daun sengon cukup baik
dan dapat dijadikan tolok ukur pemanfaatan daun sengon sebagai sumber
antioksidan alami.
Kata kunci: Antioksidan, daun sengon, DPPH, fenolik, flavonoid, IC50

Abstract
YAFET ELEANORE. Phytochemical Analysis and Antioxidant Activity of
Sengon Leaf Extract (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Using DPPH method.
Supervised by SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH.
Kedawung (Mimosaceae family) has been shown to have high antioxidant
content. Therefore, sengon leaf that belong to the Mimosaceae family is alleged to
have potential as a source of natural antioxidants. Utilization of sengon leaf as
food supplements with antioxidant activity has not been done. Therefore, this
study aims to examine and to analyze the antioxidant activity of bioactive
components. The antioxidant activity was determined by DPPH method and
measured with a spectrophotometer at a wavelength of 517 nm. The results
showed that the antioxidant activity is highest in the 96% ethanol extract of leaves

sengon expressed as IC50, specifically 2.76 ppm. The antioxidant activity was
caused by the content of secondary metabolites in the sengon leaf, such as
alkaloids, saponins, flavonoids, tannins and phenolics, steroids and triterpenoids.
The analysis showed that the antioxidant activity, total phenolic content (275.74
GAE mg/g) and total flavonoid (83.60 CE mg/g) sengon leaf are quite good and
can be used as benchmark for natural antioxidant source.
Keywords: Antioxidant, DPPH, flavonoids, IC50, phenolic, sengon leaf

ANALISIS FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK DAUN SENGON (Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen) MENGGUNAKAN METODE DPPH

YAFET ELEANORE

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Menggunakan
Metode DPPH
Nama
: Yafet Eleanore
NIM
: G84070040

Disetujui Oleh

drh. Sulistiyani, M.Sc., PhD.
Pembimbing I

Dr. Syamsul Falah, S. Hut, M. Si

Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr. I Made Artika, M. App. Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puja serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan limpahan karunia-Nya dan tetap menjadi motivasi terbesar bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga penulis dapat termotivasi dan
lancar dalam penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Fitokimia dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)
Menggunakan Metode DPPH.
Terima kasih juga penulis ucapkan pada drh. Sulistiyani, M.Sc., PhD. dan
Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si atas bantuan dan bimbingannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua penulis atas doa dan motivasinya untuk

kelancaran serta kesuksesan penulis.
Penulis sadar bahwa penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini
bermanfaat dalam bidang ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2013

Yafet Eleanore

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN



BAHAN DAN METODE



HASIL



Kadar Air dan Rendemen



Komponen Fitokimia




Konsentrasi Total Fenol dan Total Flavonoid



Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH



PEMBAHASAN



Kadar Air dan Rendemen



Komponen Fitokimia




Konsentrasi Total Fenol dan Total Flavonoid



Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH



SIMPULAN



DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN


12

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun sengon
2 Hasil uji fitokimia




DAFTAR GAMBAR
1 Diagram hasil pengukuran total fenolik dan flavonoid ekstrak daun
sengon
2 Hasil pengukuran IC50 antioksidan standar (larutan rutin) dan ekstrak
daun sengon



6

 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Kadar air simplisia daun sengon
Rendemen ekstrak
Hasil analisis fitokimia
Contoh grafik hubungan antara % penghambatan dan konsentrasi
Total fenolik ekstrak daun sengon
Total flavonoid ekstrak daun sengon

12 
12 
12 
13 
14 
14 

PENDAHULUAN
Selama beberapa dasawarsa ini, radikal bebas telah diyakini sebagai musuh
terbesar manusia dalam kerusakan struktur seluler dan subseluler jaringan tubuh
yang berpengaruh terhadap kesehatan. Faktor penentunya berasal dari lingkungan
sekitar misal polutan, asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, dan zat kimiawi
dalam makanan. Radikal bebas tidak hanya diperoleh dari luar tubuh, tubuh pun
bisa membentuk radikal bebas secara alami. Ketika sel tubuh bermetabolisme,
molekul radikal bebas ikut dilepaskan dan pelepasan radikal bebas melebihi batas
akan ditangkap oleh antioksidan. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas
yang sifatnya kronis membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam prosesnya, misal
diabetes, jantung, darah tinggi, stroke, dan kanker (Steinberg 2009).
Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas
yang dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel,
pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit
(Subeki 1998). Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang
berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen (Rohdiana 2001).
Jaringan tidak mampu menghindari terjadinya stres oksidatif dan
mengontrol kerusakan pada jaringan jika kadar antioksidan tidak mencukupi. Jika
radikal bebas tidak diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak keseluruhan
makromolekul seluler, termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat.
Radikal bebas yang berlebihan dapat merusak sel-sel di dalam tubuh, dengan
adanya antioksidan sebagai salah satu sistem pertahanan tubuh, maka radikal
bebas yang ada akan ternetralisir. Sebagian besar manusia tidak mendapatkan
asupan antioksidan yang cukup dari makanan yang mereka konsumsi setiap hari.
Penuaan dan penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, penyumbatan pembuluh
darah yang meliputi hiperlipidemia, aterosklerosis, stoke, dan tekanan darah tinggi
serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stres oksidatif.
Banyak upaya yang dilakukan untuk mendapatkan antioksidan dari luar
tubuh (eksogen) guna mendukung antioksidan yang ada di dalam tubuh
(endogen). Salah satu antioksidan yang sering dijumpai adalah golongan fenolik
yang banyak ditemukan hampir di setiap tumbuhan. Berdasarkan Marinova et al
(2005) lebih dari 4000 jenis flavonoid ditemukan di berbagai tumbuhan tingkat
tinggi dan tingkat rendah. Kedawung yang termasuk famili Mimosaceae telah
terbukti memiliki kandungan antioksidan yang tinggi (Adaramola 2013). Oleh
karena itu, daun sengon yang masih termasuk ke dalam famili Mimosaceae
(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) diduga mempunyai potensi sebagai
sumber antioksidan alami.
Sejauh ini belum ada pemanfaatan daun sengon yang merupakan salah satu
dari tanaman limbah eksploitasi pohon sengon sebagai sumber antioksidan alami.
Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH serta mengukur total kadar fenol dan flavonoid. Pada penelitian ini
diharapkan air, etanol 70%, dan etanol 96% mampu mengekstraksi senyawa aktif
dari daun sengon yang diduga memiliki aktivitas antioksidan. Manfaat penelitian
ini ialah memberikan informasi awal mengenai kandungan daun sengon sebagai
antioksidan alami.

2

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sengon, akuades, etanol 70%,
etanol absolut, metanol 30%, metanol absolut, kloroform, kertas saring Whatmann
No.1, 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) buatan Sigma-Aldrich, amoniak, asam
asetat anhidrida, asam galat, pereaksi Follin Ciocalteu 10%, pereaksi Meyer,
pereaksi Wagner, pereaksi Dragendroff, Na2CO3 7.5% b/v, rutin, , H2SO4 2M,
H2SO4 pekat, NaOH 10%, NaNO2 5%, AlCl3 10%, FeCl3 1% b/v, dan katekin.
Alat yang digunakan adalah oven Eyela NDO-700, rotary evaporator Eyela
OSB-2100, shaker Eyela multishaker mms, dan spektofotometer UV-VIS
Genesys 10w Thermo Scientific.
Metode Penelitian
Ekstraksi Daun Sengon
Persiapan Sampel. Daun Sengon dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC
hingga kadar air kurang dari 10%. Hasil pengeringan digiling sampai berbentuk
serbuk berukuran 40-60 mesh.
Ekstraksi Air.Serbuk daun sengon sebanyak 160 g ditambahkan akuades
dengan perbandingan 1:10. Ekstraksi dengan air panas dilakukan pada temperatur
100oC selama 2 jam. Selanjutnya larutan ekstrak air panas disaring dan filtratnya
dikeringkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator pada suhu 60ºC
hingga diperoleh ekstrak kasar kering (Maydina 2012).
Ektraksi Etanol 70% dan Etanol 96% (BPOM 2005). Serbuk sengon
diekstraksi dengan perbandingan 1:10 menggunakan metode maserasi selama 6
jam sambil sekali-sekali diaduk dengan shaker orbital, kemudian ekstrak
didiamkan selama 24 jam. Maserat yang didapat difiltrasi dan proses diulangi 3
kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak
kental.
Analisis Fitokimia (Vinod et al. 2010)
Uji Alkaloid. Uji alkaloid dilakukan berdasarkan metode Meyer, Wagner,
dan Dragendroff. Sebanyak 50 mg ekstrak ditambahkan 3 mL kloroform dan 3
tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 10 tetes
H2SO4 2 M. Fraksi asam diambil, kemudian ditambahkan pereaksi Meyer,
Wagner, Dragendroff. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan
putih oleh pereaksi Meyer, endapan coklat oleh pereaksi Wagner, dan endapan
merah oleh pereaksi Dragendroff.
Uji Saponin. Sebanyak 50 mg ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala
kemudian ditambahkan 50 ml air panas dan didihkan selama 5 menit, setelah itu
disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji saponin dilakukan dengan
pengocokan 10 mL filtrat dalam tabung reaksi bertutup selama 10 detik kemudian
dibiarkan selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukan dengan terbentuknya buih
atau busa yang stabil.
Uji Flavonoid. Sebanyak 50 mg ekstrak ditambahkan metanol 30%
sampai terendam dan dipanaskan selama 5 menit. Setelah dipanaskan, ekstrak
disaring sehingga diperoleh filtratnya. Filtrat ekstrak kemudian ditambahkan 1

3

tetes NaOH 10%. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna
merah pada filtrat setelah ditambahkan NaOH 10%.
Uji Tanin dan Fenol. Sebanyak 0.1 gram ekstrak ditambahkan 2 mL air
kemudian dididihkan selama 2 menit. Lalu disaring dan filtratnya ditambah 1 tetes
FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin.
Uji Steroid dan Triterpenoid. Sebanyak 50 mg ekstrak ditambah asam
asetat anhidrida sampai terendam dalam tabung reaksi dan dipanaskan selama 5
menit. Setelah dipanaskan, campuran ekstrak didinginkan dan kemudian
ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat melalui sisi tabung. Adanya steroid dan
triterpenoid ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna coklat pada dua lapisan
cairan. Warna hijau pada lapisan atas menunjukkan adanya steroid, sedangkan
warna merah pada lapisan bawah menunjukkan adanya triterpenoid.
Penentuan Bilangan Total Fenolik Ekstrak Daun Sengon (Javanmardi et al.
2003)
Sebanyak 0.2 mL ekstrak daun sengon dengan konsentrasi 100 mg/L, 2.5
mL reagen Folin-Ciocalteu 10%, dan 2 mL Na2CO3 7.5% dicampurkan dan
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 45oC. Absorban larutan diukur
menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 765 nm. Total fenolik
ekstrak daun sengon diekspresikan sebagai miligram (mg) asam galat ekuivalen
per gram bobot ekstrak kering (GAE mg/g ekstrak daun sengon). Sebagai standar
digunakan asam galat pada berbagai konsentrasi (0, 20, 40, 60, 80, 100 mg/L).
Penentuan Bilangan Total Flavonoid Ekstrak Daun Sengon (Jiang et al.
2009)
Sebanyak 0.5 ml ekstrak daun sengon dengan konsentrasi 1000 mg/L
dilarutkan ke dalam labu Erlemenyer yang berisi 5 ml akuades. Kemudian, 0.3 ml
NaNO2 5%ditambahkan ke dalam labu Erlenmeyer. Setelah lima menit reaksi, 0.6
ml AlCl3 10% ditambahkan dan enam menit kemudian 2 ml NaOH 1 M
ditambahkan. Absorban larutan diukur pada panjang gelombang 510 nm dan total
flavonoid ekstrak daun sengon diekspresikan sebagai milligram (mg) katekin
ekuivalen per gram ekstrak kering (CE mg/g ekstrak daun sengon). Sebagai
standar digunakan katekin pada berbagai konsentrasi (0, 20, 40, 60, 80, 100
mg/L).
Uji Antioksidan dengan Metode DPPH (Modifikasi dari Falah et al. 2008)
Sampel ekstrak yang diuji adalah, ekstrak air, ekstrak etanol 70%, dan
ekstrak etanol 96% daun sengon. Untuk ekstrak dari air dan etanol 70% sampel
dilarutkan dalam metanol absolut dengan konsentrasi 0, 5, 12.5, 20, dan 25 ppm
yang diambil dari stok 100 ppm. Untuk itu sebanyak 0.1 mL larutan ekstrak 100
ppm yang akan diuji ditambah 0.5 mL DPPH (4 mg/10 mL dalam metanol) dan
ditambah metanol absolut sampai volumenya 2 mL (konsentrasi 5 ppm).
Konsentrasi 12.5, 20, dan 25 ppm disiapkan dengan cara yang sama. Kontrol
positif yang digunakan adalah rutin. Sedangkan untuk rutin dan ekstrak dari etanol
96%, sampel dilarutkan dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm. Campuran
tersebut kemudian dihomogenkan menggunakan vortex, lalu diinkubasi selama 30
menit. Kemudian, diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri pada
panjang gelombang 517 nm. Pengujian juga dilakukan terhadap blanko (larutan
DPPH dengan pelarutnya). Nilai absorbansi yang diperoleh selanjutnya digunakan

4

untuk mendapatkan persen penangkapan radikal bebas dan digunakan untuk
mendapatkan persamaan regresi Y = a + b ln x. Nilai IC50 dihitung dengan
menggunakan rumus persamaan regresi tersebut. Nilai IC50 paling rendah
menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Adapun aktivitas persen
penangkapan radikal DPPH (%) dihitung dengan rumus:
Daya antioksidasi =
x 100%
Analisis Data (Mattjik 2002)
Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL) satu faktor dengan tiga kelompok perlakuan dan tiga kali ulangan. Analisis
data menggunakan ANOVA dengan model rancang sebagai berikut:
Yij = μ + αi + εij
Keterangan:
μ = Pengaruh rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3,4,5
εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1,2,3,4

HASIL
Kadar Air dan Rendemen
Data hasil pengukuran kadar air rata-rata dari ketiga ulangan sampel dapat
dilihat pada Tabel 1. Kadar air simplisia daun sengon sebesar 4.85% dapat
dikatakan sangat baik dan dapat disimpan dalam waktu yang lama karena kadar
air yang kurang dari 5% relatif tahan terhadap pencemaran mikroorganisme
(Pradana 2001).
Rendemen ekstrak merupakan bioaktif daun sengon yang terekstrak pada
pelarut yang digunakan. Untuk pelarut etanol 96% dari setiap gram simplisia daun
sengon akan didapat ± 90 mg bobot ekstrak. Berdasarkan pengujian, rendemen
ekstrak tertinggi didapat dari pelarut etanol 96% dan rendemen ekstrak terendah
didapat dari pelarut air (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa bioaktif daun
sengon terekstrak lebih banyak menggunakan pelarut etanol 96% dibandingkan
etanol 70% dan air.
Komponen Fitokimia
Berdasarkan hasil pengujian hanya senyawa alkaloid yang tidak ditemukan
pada pelarut air, sedangkan senyawa alkaloid positif terdapat pada ekstrak etanol
70% dan etanol 96% yang ditandai dengan adanya endapan putih pada pereaksi
Meyer, coklat pada pereaksi Wagner, dan merah oleh pereaksi Dragendroff.
Senyawa saponin positif terdapat pada semua ekstrak yang ditandai dengan
terbentuknya buih atau busa yang stabil. Senyawa flavonoid positif terdapat pada
semua ekstrak ditandai dengan terbentuknya filtrat yang berwarna merah
kecoklatan. Senyawa tanin dan fenol positif terdapat pada semua ekstrak ditandai
dengan terbentuknya filtrat berwarna hitam kehijauan. Senyawa steroid dan
triterpenoid positif terdapat pada ketiga ekstrak yang ditandai dengan
terbentuknya lapisan hijau dan merah pada uji steroid dan triterpenoid (Tabel 2).

5
Tabel 1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun sengon
Sampel

Kadar Air Simplisia (%)

Daun
Sengon

4.85

Pelarut

Rendemen Ekstrak (%)

Air

2.66

Etanol 70%

4.23

Etanol 96%

9.05

Konsentrasi Total Fenol dan Total Flavonoid
Gambar 1 memperlihatkan data hasil analisis terhadap kandungan fenol
dan flavonoid. Pada uji total fenol digunakan asam galat sebagai standar. Dari
data absorbansi diperoleh persamaan garis kurva standar fenol y = 0.018x – 0.034
dengan nilai r2 sebesar 99.3%. Berdasarkan hasil pengujian, total fenolik daun
sengon dengan pelarut yang berbeda menunjukkan perbedaan kuantitas. Hasil
menunjukkan bahwa konsentrasi total fenolik daun sengon yang paling rendah
terdapat pada ekstrak air sebesar 141.67 GAE mg/g dan yang paling tinggi
terdapat pada ekstrak etanol 70% yaitu sebesar 275.74 GAE mg/g.
Pada uji total flavonoid digunakan rutin sebagai standar. Berdasarkan data
absorbansi diperoleh persamaan garis kurva standar flavonoid y = 0.02x – 0.013
dengan nilai r2 sebesar 99.6%. Berdasarkan hasil pengujian, total flavonoid setiap
ekstrak daun sengon dengan pelarut yang berbeda menunjukkan perbedaan
kuantitas. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi total flavonoid daun sengon
yang rendah terdapat pada ekstrak etanol 70% sebesar 67.83 CE mg/g dan yang
paling tinggi terdapat pada ekstrak air yaitu sebesar 83.60 CE mg/g.
Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Uji aktivitas antioksidan digunakan rutin sebagai kontrol positif dimana
rutin memberikan nilai IC50 sebesar 0.66 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa rutin
dapat dikatakan sebagai senyawa yang memiliki aktivitas aktioksidan yang sangat
kuat. Nilai IC50 dari ekstrak dengan pelarut air, etanol 70%, dan etanol 96% juga
dapat dikatakan kuat, karena nilai IC50 yang masih di bawah 200 ppm (Hanani et
al 2005). Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan kemampuan antioksidasi yang
lebih baik dalam menangkal radikal bebas (Molyneux 2003).
Hasil menunjukkan bahwa nilai IC50 yang terbaik terdapat pada sampel
ekstrak dengan pelarut etanol 96% sebesar 2.76 ppm, dimana nilai IC50 dari
pelarut etanol 96% kurang lebih 4x lebih besar dari rutin. Hasil ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol 96% dapat menangkal sebanyak 50% radikal bebas dalam
sampel dengan konsentrasi 2.76 ppm, dimana rutin hanya memerlukan sebanyak
0.66 ppm untuk menangkal 50% radikal bebas dalam sampel. (Gambar 2).
Tabel 2 Hasil uji fitokimia
Jenis Uji

Ekstrak
Air

Etanol 70%

Etanol 96%

Alkaloid
Saponin
Flavonoid
Tanin dan Fenol

+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+

Steroid dan Triterpenoid

+

+

+

6

275.74

Konsentrasii (mg/g)
( / )

1
199.07
141.67

83.60

67.83

74.80

Airr
Etanol 700%
Etanol 96%
%
Gambar 1 Diiagram hasiil pengukurran total fen
nolik dan fllavonoid ekkstrak daun
seengon Flaavonoid (CE
E)
Fenoolik (GAE)

IC50 (ppm)

19.56

6.3
38
2.76
0
0.66

Ruttin

Air

Etanol 70%
7

Etaanol 96%

a
standar (ruutin) dan ekkstrak daun
Gambar 2 Haasil pengukkuran IC50 antioksidan
seengon.

PEMB
BAHASA
AN
Kadar Airr dan Rend
demen
Salah sattu tahapan penting
p
dalaam penelitiaan tentang senyawa
s
biooaktif pada
n kadar air bertujuan
b
m
menentukan
tumbbuhan adalaah penentuan kadar air.. Penentuan
proporsi atau peersentase aiir dalam sam
mpel yang diuji.
d
Pengeetahuan tenntang kadar
air menjadi
m
salaah satu indiikator pentiing mengen
nai kualitas tanaman oobat karena
air merupakan
m
s
senyawa
yanng bersifat potensial
p
baagi makhlukk hidup darri tingkatan
yangg paling renddah (prokarriot) hinggaa mahluk hidup tingkatt tinggi (eukkariot). Air
mem
megang peraan penting pada
p
metabbolisme di tingkat subsseluler. Kebbutuhan air
padaa mikroorgaanisme sepeerti bakteri yang habittatnya sesuaai dengan llingkungan

7

penyimpanan tanaman obat akan menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan
organisme tersebut. Informasi ini nantinya digunakan sebagai acuan untuk
menentukan lama penyimpanan, cara penyimpanan, cara pengolahan dan cara
pengemasan tanaman obat (Pradana 2001). Informasi ini diperoleh berdasarkan
aktivitas air yang terdapat dalam sampel tanaman obat, aktivitas air berkorelasi
negatif dengan tumbuhnya mikroorganisme yang mempunyai habitat yang sesuai .
Oleh karena itu, langkah ini dilakukan juga pada daun sengon. Kadar air sebesar
4.85% menunjukkan bahwa simplisia daun sengon dapat disimpan dalam waktu
yang lama karena kadar air yang kurang dari 5% bersifat tahan terhadap
pencemaran mikroorganisme (Pradana 2001). Selain itu, kualitas sampel simplisia
juga dapat dipengaruhi oleh nilai RH (relative humidity) tempat penyimpanan
sampel simplisia daun sengon.
Selain itu, tahapan ekstraksi juga merupakan langkah penting yang
dilakukan untuk mengidentifikasi bioaktif yang terdapat dalam sampel daun
sengon. Ekstraksi dilakukan dengan tiga pelarut, yaitu air, etanol 70% dan etanol
96%. Ekstraksi menggunakan air dilakukan pada titik didih air (1000C). Perlakuan
pada titik didih air diharapkan meningkatkan interaksi antara air dan komponen
bioaktif pada sampel karena air yang telah dididihkan mempunyai kalor yang
lebih tinggi untuk meningkatkan reaktivitas komponen bioaktif (Kresnawaty dan
Zainuddin 2009). Selanjutnya, komponen bioaktif tersebut akan berinteraksi
dengan molekul air berdasarkan kepolaran, dikarenakan air merupakan pelarut
yang lebih polar sehingga dapat berikatan dengan senyawa yang bersifat polar
seperti senyawa golongan fenolik dan polifenol. Sedangkan ekstraksi dengan
etanol 70% dan etanol 96% dilakukan pada suhu kamar karena bersifat volatil
(mudah menguap). Ekstraksi yang dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dapat
menyebabkan tingkat penguapan yang lebih tinggi, akibatnya hasil ekstraksi tidak
dapat diidentifikasi dengan baik. Tahapan selanjutnya adalah pengukuran
rendemen dari ketiga ekstrak (pelarut etanol 70%, etanol 96% dan air). Rendemen
merupakan bioaktif sampel daun sengon yang terekstrak pada pelarut yang
digunakan. Kuantitas rendemen dapat digunakan untuk menetapkan kemampuan
pemisahan bioaktif simplisia daun sengon oleh pelarut yang digunakan.
Pemisahan ini berlangsung berdasarkan interaksi analat (komponen bioaktif)
dengan senyawa yang berasal dari pelarut. Interaksi ini akan terjadi berdasarkan
polaritas masing-masing. Kepolaran analat dan pelarut yang hampir sama
menimbulkan interaksi tersebut dapat terjadi (Ayoola et al. 2008). Ikatan yang
berlangsung dapat berupa ikatan hidrogen, Van Der Waals, ikatan ionik dan
interaksi hidrofobik.
Hasil pengukuran menunjukkan nilai rendemen yang paling besar
diperoleh pada etanol 96% yaitu sebesar 9.05%. Hal ini menunjukkan bahwa
komponen yang terdapat pada daun sengon terekstrak lebih banyak menggunakan
pelarut etanol 96% dibandingkan etanol 70% dan air. Namun, relatif lebih kecil
jika dibandingkan dengan nilai rendemen untuk daun wungu (22.13%) yang
diperoleh dari hasil penelitian Hadi (2011). Kuantitas rendemen ini tidak dapat
digunakan untuk memperkirakan banyaknya jenis bioaktif yang terdapat di dalam
rendemen tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk pemilihan pelarut yang
tepat saat ekstraksi metabolit sekunder yang diharapkan (Kresnawaty dan
Zainuddin 2009).

8

Komponen Fitokimia
Tahapan penting dalam penelitian tentang analisis komponen kimia
tumbuhan adalah uji fitokimia. Uji fitokimia merupakan analisis kualitatif untuk
mengidentifikasi bioaktif pada tumbuhan (Pambayun et al. 2007). Analisis
kualitatif berupa identifikasi jenis-jenis senyawa bioaktif yang terdapat dalam
simplisia daun sengon. Uji fitokimia yang dilakukan berupa uji alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, fenol, steroid dan triterpenoid. Hasil uji fitokimia yang dilakukan
pada pelarut yang berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda dalam kekuatan
sinyal yang diidentifikasi, yaitu tingkat kepekatan berbeda pada setiap pelarut
(Egwaikhide dan Gimba 2007).
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa hanya pada
pelarut air tidak ditemukan adanya senyawa alkaloid. Hal ini dapat disebabkan
oleh sifat fisik senyawa alkaloid yang kurang tahan panas dan mempunyai
kelarutan yg kecil dalam air (Robinson 1995). Sedangkan pada ekstrak etanol
70% dan etanol 96% ditemukan adanya senyawa alkaloid . Hal ini dapat
disebabkan oleh sifat fisik dari senyawa alkaloid yang mempunyai kelarutan yang
lebih besar pada senyawa-senyawa yang bersifat dasar seperti alkohol dan eter
(Robinson 1995).
Senyawa saponin, flavonoid, tanin dan fenol, serta steroid dan triterpenoid
ditemukan pada ketiga pelarut. Hal ini dapat disebabkan oleh kepolaran dari
senyawa-senyawa tersebut karena adanya gugus hidroksil, dimana senyawa yang
cenderung lebih polar akan terekstrak dalam pelarut polar seperti etanol yang juga
mempunyai gugus hidroksil (Javanmardi et al. 2003).
Konsentrasi Total Fenol dan Total Flavonoid
Dari uji ini diperoleh total fenolik GAE ekstrak daun sengon yang paling
tinggi terdapat dalam ekstrak etanol 70%. Hasil ini diperoleh dengan
membandingkan total fenolik ekstrak daun sengon terhadap asam galat.
Perbandingan ini dinyatakan dalam bentuk GAE mg/g (galic acid equivalent).
Dengan kata lain, GAE mg/g menyatakan total fenolik dalam milligram total
fenolik ekuivalen asam galat setiap gram sampel daun sengon. Total fenolik GAE
ekstrak etanol 70% dari daun sengon sebesar 275.74 GAE mg/g (miligram total
fenol daun sengon ekuivalen asam galat setiap gram sampel daun sengon). Total
fenolik ekstrak daun sengon yang diperoleh cukup tinggi jika dibandingkan
dengan total fenolik daun salam (68.30 GAE mg/g), daun jati belanda (36.10 GAE
mg/g) yang diperoleh dari hasil penelitian Dewi (2012), dan total fenolik daun
selada (9.873 GAE mg/g) yang diperoleh dari hasil penelitian Raisandi (2012).
Berdasarkan hasil perhitungan, total flavonoid yang tertinggi terdapat pada
ekstrak air sebesar 83.60 mg/g yang dinyatakan dalam CE mg/g (catechin
equivalent). Satuan CE mg/g menyatakan bahwa total flavonoid CE ekstrak Air
dari daun sengon sebesar 83.60 CE mg/g (miligram total flavonoid daun sengon
ekuivalen katekin setiap gram sampel daun sengon). Total flavonoid daun sengon
yang diperoleh cukup tinggi apabila dibandingkan dengan total flavonoid daun
salam (24.96 mg/g), daun jati belanda (14.66 mg/g) yang diperoleh dari hasil
penelitian Dewi (2012), dan total flavonoid daun selada (10.681 mg/g) yang
diperoleh dari hasil penelitian Raisandi (2012). Seperti yang telah kita ketahui
fenol dan flavonoid sudah menjadi topik pembelajaran dan studi karena dari
berbagai penelitian dan data yang sudah ada dapat kita ketahui fungsi dan

9

kegunaan fenol sebagai anti-mikrob, menjaga kestabilan oksidatif, antioksidan,
antimutagenik, antikarsinogenik, dan memiliki kemampuan untuk memodifikasi
ekspresi gen (Marinova et al. 2005). Hasil ini menunjukkan bahwa daun sengon
dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pangan serta sebagai sumber
antioksidan alami.
Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Penentuan nilai IC50 dilakukan untuk menentukan efektivitas ekstrak daun
sengon dalam menangkal radikal bebas sebesar 50% (Molyneux 2003).
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh informasi bahwa ekstrak daun
sengon dengan IC50 paling baik adalah ekstrak etanol 96%. Hasil ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol 96% dengan nilai IC50 sebesar 2.76 ppm mampu menangkal
radikal bebas sebanyak 50% dalam sampel dengan konsentrasi 2.76 ppm. Nilai
IC50 yang semakin kecil menunjukkan kemampuan antioksidasi yang semakin
tinggi dalam menangkal radikal bebas (Molyneux 2003).
Aktivitas antioksidan bahan alam dapat dipengaruhi oleh kadar fenol dan
flavonoid yang dikandungnya (Zabri et al. 2008; Egwaikhide dan Gimba 2007).
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang mengandung gugus benzena yang
mengalami hidroksilasi. Sedangkan senyawa flavonoid merupakan senyawa yang
mempunyai gugus fenol yang lebih kompleks dengan derajat hidroksilasi yang
lebih tinggi. Keberadaan gugus hidroksil pada senyawa fenol dan flavonoid
menimbulkan aktivitas antioksidan (Egwaikhide dan Gimba 2007). Hal ini dapat
disebabkan karena atom oksigen pada gugus hidroksil mempunyai pasangan
elektron bebas yang cukup untuk menghambat reaktivitas atom reaktif penyusun
senyawa radikal bebas (Egwaikhide dan Gimba 2007).
Berdasarkan perolehan data secara keseluruhan dapat dilihat aktivitas
antioksidan yang paling besar terdapat pada sampel ekstrak dengan pelarut etanol
96% (IC50 terendah), namun hasil ini tidak konsisten dengan data fitokimia yang
menunjukkan bahwa total senyawa fenolik tertinggi terdapat pada sampel ekstrak
etanol 70% dan total flavonoid tertinggi terdapat pada sampel ekstrak air. Hal ini
disebabkan oleh metode DPPH yang bersifat antioksidan universal, dalam kata
lain metode DPPH memungkinkan untuk bereaksi dengan semua jenis senyawa
antioksidan yang ada dalam sampel (Prakash et al 2007). Oleh karena itu,
senyawa antioksidan yang tidak termasuk ke dalam golongan fenolik dan
flavonoid, seperti golongan saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid tidak akan
terdeteksi pada uji total fenol dan flavonoid. Hasil ini membuktikan bahwa daun
sengon mengandung banyak senyawa antioksidan yang lain selain fenol dan
flavonoid.

SIMPULAN
Analisis kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan pada ekstrak daun
sengon dengan pelarut air, etanol 70% dan etanol 96% menunjukkan bahwa
senyawa saponin, flavonoid, tanin dan fenol, serta steroid dan triterpenoid terdapat
pada daun sengon. Sedangkan senyawa alkaloid hanya ditemukan pada ekstrak
dengan pelarut etanol 70% dan etanol 96%. Total fenolik GAE dan total flavonoid
CE yang paling tinggi pada daun sengon ditemukan pada ekstrak etanol 70% dan
ekstrak air. IC50 yang paling baik pada daun sengon ditemukan pada ekstrak

10

etanol 96% yang mempunyai nilai IC50 sebesar 2.76 ppm. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa daun sengon berpotensi sebagai salah satu
sumber antioksidan alami.

DAFTAR PUSTAKA
Adaramola TF, Ariwaodo JO, Adeniji KA. 2013. Distribution, phytochemistry
and antioxidant properties of the genus Parkia R.br. (Mimosaceae) in Nigeria.
International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research
4(4):172-178.
Ayoola et al. 2008. Phytochemical screening and antioxidant activities of some
selected medicinal plants used for malaria therapy in Southwestern Nigeria.
Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7(3):1019-1024.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta: BPOM RI.
Dewi R. 2012. Aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas metabolit sekunder daun
salam (Syzygium polyanthum Wight) dan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Egwaikhide PA, Gimba CE. 2007. Analysis of the phytochemical content and
anti-microbial activity of plectranthus glandulosis whole plant. Middle-East
Journal of Scientific Research 2(3-4):135-138.
Falah S, Suzuki T, Katayama T. 2008. Chemical constituents from Swietenia
macrophylla bark and antioxidant activity. Pakistan Journal of Biological
Sciences11(16):2007-2012.
Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam
spons Callyspongia sp dari kepulauan seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian2(3):127-133.
Javanmardi J, Stushnoff C, Lockeb E, Vivancob JM. 2003. Antioxidant activity
and total phenolic content of iranian ocimum accessions. Food Chemistry
83:547–550.
Jiang SH et al. 2009. Antioxidant properties of the extract and subfractions from
old leaves of Toona sinensis Roem (Meliaceae). J Food Biochem.33:425-441.
Kresnawaty I, Zainuddin A. 2009. Aktivitas antioksidan dan antibakteri dari
derivat metil ekstrak etanol daun gambir (Uncaria Gambir). Jurnal Littri.
15(4):145 – 151.
Marinova D, Ribarova , Atanassova M. 2005. Total phenolics and total
flavonoids in bulgarian fruits and vegetables. Journal of the University of
Chemical Technology and Metallurgy 40(3):255-260.
Maydina R. 2012. Karakterisasi dan aktivitas antioksidan nanopartikel ekstrak
kulit kayu mahoni (Swietenia macrophylla King.) tersalut kitosan [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Molyneux P. 2003. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. [artikel]. U.K: Polymer Chemistry,
Macrophile Associates.
Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, Rahayu K. 2007. Kandungan fenol dan
sifat antibakteri dari bbberbagai jenis ekstrak produk gambir (UncariaGambir
Roxb). Majalah Farmasi Indonesia 18(3):141 – 146.

11

Pradana D. 2001. Inventarisasi hasil-hasil penelitian sengon (Paraserianthes
falcatarian (L) Neielsen) di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2007. Antioxidant activity. [artikel]. Minnesota :
Medallion Labs Analytical Progress.
Raisandi MR. 2012. Penentuan fenolik, vitamin C dan aktivitas antioksidan
tanaman selada (Lactuca sativa L.) yang dirawat dengan ekstrak tanaman
terfermentasi [skripsi]. Riau (ID): Universitas Riau.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4.
Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID): ITB Press.
Rohdiana D. 2001. Radical scavengers activity of tea polyphenol. Majalah
Farmasi Indonesia 12(1):53-58.
Steinberg D. 2009. The LDL modification hypothesis of atherogenesis. Journal of
Lipid Research 50:376-381.
Subeki. 1998. Pengaruh cara pemasakan terhadap kandungan β-karoten beberapa
macam sayuran serta daya serap dan retensinya pada tikus percobaan [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Vinod KS, Raghuveer I, Alok S Himanshu G. 2010. Phytochemical investigation
and chromatographic evaluation of the ethanolic extract of whole plant extract
of Dendrophthoe falcata (L.F.) Ettingsh. Int J Pharm Sci Res. 1:39-45.
Winata H. 2011.Aktivitas antioksidan dan kandungan kimiawi ekstrak daun
wungu (Graptophyllum pictum L.Griff.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Zabri H, Kodjo C, Benie A, Bekro JM, Bekro YA. 2008. Phytochemical screening
and determination of flavonoids in Secamone afzelii (Asclepiadaceae) extracts.
African Journal of Pure and Applied Chemistry 2(8):080-082.

12

Lampiran 1 Kadar air simplisia daun sengon
Contoh Perhitungan:
Kadar air=
.

B

x 100%
.

=
= 4.835%

.

.

x 100%

Lampiran 2 Rendemen ekstrak
Contoh Perhitungan:
%Rendemen ekstrak =

x 100%
.

x 100%
=
= 2.66%

Lampiran 3 Hasil analisis fitokimia

+
+
+

Etanol
70%
+
+
+
+

Etanol
96%
+
+
+
+

+

+

+

Jenis Uji

Air

Alkaloid
Saponin
Flavon
Tanin dan Fenol
Steroid dan Triterpenoid

13

Lampiran 4 Contoh grafik hubungan antara % penghambatan dan konsentrasi 

100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00

Air Rata-rata (ppm)
% Penghambatan

% Penghambatan

Rutin Rata-rata (ppm)

y = 1.682x3 ‐ 18.41x2 + 
65.52x + 14.12
R² = 0.991
1

2

3

4

80.00
60.00
40.00
y = 2.126x + 8.423
R² = 1

20.00
0.00
5

5

12.5

20

25

Kurva Standar rutin

Kurva ekstrak daun sengon dengan pelarut air

Etanol 70% Rata-rata (ppm)

Etanol 96% Rata-rata (ppm)

150.00
100.00
50.00

y = 32.662ln(x) ‐ 10.512
R² = 0.973

0.00
5

12.5

20

25

Kurva ekstrak daun sengon dengan pelarut
etanol 70%

% Penghambatan

% Penghambatan

 

80.00
60.00
40.00
y = 23.170ln(x) + 26.469
R² = 0.989

20.00
0.00
1

2

3

4

5

Kurva ekstrak daun sengon dengan pelarut
etanol 96%
 

14

Lampiran 5 Total fenolik ekstrak daun sengon
Contoh Perhitungan :
Ekstrak Air
Persamaan garis kurva standar asam galat: y = 0.018x - 0.034
A rata-rata =

=

.

.

.

= 0.221

Y (absorban) = 0.018x(Total fenol)-0.034
0.221= 0.018(x)-0.034
0.018x= 0.255
Total fenolik kurva standar (x) = 14.167 mg/L
Total Fenolik GAE (C)= c. (V/m)
C= konsentrasi total fenolik dari kurva standar
V= volume ekstrak
M = berat ekstrak
C = 14.167 mg/L (0.0002 L/0.02 mg)
= 0.14167 mg/mg GAE = 141.667 mg/g GAE

Lampiran 6 Total flavonoid ekstrak daun sengon
Contoh perhitungan:
Ekstrak air
Persamaan garis kurva standar katekin: y = 0.02x - 0.013
A rata-rata =

=

.

.

.

= 0.139
Y (absorban) = 0.02x (Total flavonoid)-0.013
0.139= 0.02(x)-0.013
0.152= 0.02(x)
X= 7.6 mg/L
Total flavonoid (x) = 7.6
Total flavonoid CE (C)= c. (V/m). FP
C= konsentrasi total flavonoid dari kurva standar
V= volume ekstrak
M = berat ekstrak
C = 7.6 mg/L (0.0005L/0.5g). 11
= 0.0836 mg/mg CE = 83.6 mg/g CE

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukasari, Bogor pada tanggal 02 September 1989 dari
ayah Irwan Musidy dan ibu Nathalia. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Pendidikan penulis dimulai dari SD Mardi Yuana Bogor dan dilanjutkan
pendidikan ke SMP Mardi Yuana Bogor. Penulis lulus tahun 2007 dari SMA
Mardi Yuana Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui
Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih mayor Departmen Biokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Biokimia Umum, Struktur Fungsi Subseluler, Metabolisme dan Struktur Fungsi
Biomolekuler. Penulis pernah melakukan Praktik Lapangan (PL) di Balai Besar
Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP), Rawa Mangun, Jakarta selama
periode Juli 2009 hingga September 2009 dengan judul Isolasi dan Deteksi
Salmonella sp. pada Saluran Pencernaan Day Old Chick (DOC) Broiler.
Kepanitiaan yang diikuti penulis selama perkuliahan yakni Seminar Kanker
Nasional tahun 2009, Seminar dan Ekspo Biokimia tahun 2010, Seminar
Kesehatan tahun 2011. Kegiatan lain penulis yakni menjadi atlet sepakbola pada
IPB Olympic (OMI) 2008, atlet volly pada SPIRIT 2011, atlet basket pada
SPIRIT 2011.