digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat untuk menghentikan motor induksi. Cara menghentikan motor seperti ini
disebut juga dengan plugging.
2.8 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Untuk menentukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga phasa, pertama-tama perhatikan keadaan stator.
Gambar 2.12. Rangkaian ekivalen stator Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh
tegangan pada impedansi bocor stator, sehingga dinyatakan dengan persamaan
= +
+ j Volt……………………………2.10
Dimana : = Tegangan terminal stator Volt
= ggl lawan yang dihasilkan oleh fluksi celah udara resultan Volt = arus stator Ampere
R
1
= resistansi efektif stator Ohm
Universitas Sumatera Utara
X
1
= reaktansi bocor stator Ohm
Kedua perhatikan rangkaian ekivalen pada rotor sebagai berikut :
Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen rotor = R
2
+ R
2
1 ...........................................................................2.11 Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas,
maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing- masing phasanya.
Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen motor induksi dari sisi stator
Untuk mempermudah perhitungan dapat dilihat dari sisi stator,rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa akan dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
2.15. Rangkaian ekivalen pendekatan motor induksi Atau seperti gambar berikut :
2.16. Rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa Dimana :
X’
2
= X
2
R’
2
= R
2
V
1
fasa = tegangan masuk motor fasa
R
1
= tahanan stator X
1
= reaktansi stator R
2
= tahanan rotor X
2
= reaktansi rotor R
c
= tahanan rangkaian magnetasi motor X
m
= reaktansi rangkaian magnetisasi motor
Universitas Sumatera Utara
= menggambarkan tahanan yang mewakili beban yang
merupakan fungsi dari S Nilai parameter rangkaian ekivalen motor diperoleh dari hasil pengukuran
laboratorium. Contoh penggunaan rangkaian ekivalen ini misalnya untuk menghitung efisiensi, daya keluaran dan lain-lain.
2.9 Slip
Perbedaan kecepatan putaran rotor N
r
terhadap kecepatan medan putar stator N
s
disebut dengan slip. Berubahnya kecepatan motor dapat mengakibatkan berubahnya besar lip 100 pada saat start sampai 0 pada saat
diam N
r
= N
s
. karena terjadi slip maka kecepatan relative medan putar stator terhadap putaran rotor adalah S x N
s
. frekuensi tegangan yang terinduksi pada rotor sebanding dengan putaran relative medan putar stator terhadap putaran rotor.
Hubungan antar frekuensi slip dapat dilihat dari persamaan berikut : Bila f
1
= frekuensi N
s
= atau
f
1
=
pada rotor berlaku hubungan f
2
=
bila f
2
= frekuensi arus rotor f
2
= x
Universitas Sumatera Utara
karena S = dan f
1
=
maka f
2
= f
1
. S karena pada saat start S = 100 , jadi f
2
= f
2
dengan demikian terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar, frekuensi arus rotor sama dengan frekuensi arus stator. Dalam keadaan rotor
berputar, frekuensi arus rotor di pengaruhi oleh slip f
2
= f
1
. S . Karena tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka besarnya
juga di pengaruhi oleh slip. E
2
= 4,44. f
2.
N
2
.
m
E
2s
= 4,44. S. f
1
. N
2. m
E
2s
= S. E
2
X
2
= 2 . . L
2s
X
2s
= . S. . L
2s
X
2s
= S. X
2
Dimana : E
2
= Tegangan induksi pada saat rotor diam start E
2s
= Tegangan induksi pada saat rotor berputar N
2
= Jumlah lilitan rotor m
= Fluks putaran maksimal X
2
= Reaktansi pada saat rotor diam start X
2s
= Reaktansi pada saat rotor berputar L
2s
= Induktansi rotor
Universitas Sumatera Utara
2.10 Daya Motor Induksi