2. Pengukuran tidak langsung
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur standar, pembanding dan pembantu. Perbedaan dari nilai yang ditunjukkan oleh skala
alat ukur pembanding dengan ukuran standar dapat digunakan untuk menentukan dimensi dari benda kerja yang diukur. Contoh pengukuran tidak
langsung adalah pengukuran menggunakan blok ukur dan batang ukur. 3.
Pengukuran dengan kaliber batas Pengukuran dengan metode ini tidak menghasilkan nilai dari dimensi
benda yang diukur. Pengukuran dengan cara ini hanya menunjukkan apakah benda kerjanya masih di dalam atau di luar dari daerah toleransinya. Pengukuran
dengan kaliber batas untuk proses pemeriksaan yang cepat atas produk yang dibuat dalam jumlah yang sangat besar. Contohnya adalah pengukuran dengan
menggunakan metode Go No Gogauge. 4.
Pengukuran dengan bentuk standar Pengukuran dengan metode ini dimana bentuk suatu benda kerja yang
diukur dibandingkan dengan bentuk standar pada layar dari alat ukur proyeksi. Pengukuran dengan metode ini tidak menentukan dimensi dari objek ukur.
II.3 Melakukan pengukuran yang benar
Cara melakukan pengukuran dengan benar meliputi 3 cara antara lain sebagai berikut :
1. Disesuaikan dengan tempat atau negara kita berada karena tiap negara
memiliki standar ukuran yang berbeda-beda. 2.
Menggunakan alat ukur yang tepat guna. Alat yang digunakan harus sesuai dengan besaran apa yang akan diukur.
3. Alat ukur yang digunakan harus dimengerti secara internasional dan
umum untuk digunakan. 4.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat.
II.4 Kesalahan-kesalahan pada pengukuran
1. Kesalahan kasar
Kesalahan ini diakibatkan : 1.
Kurang hati-hati gegabah
II-2
2. Kurang pengalaman kurang perhatian
Contoh :
Salah baca
Salah mencatat
Salah mendengar Untuk menghindari kesalahan ini :
Pengukuran lebih dari satu kali
Pengukuran dengan model dan teknik tertentu
Pengukuran dilakukan dengan 2 orang atau lebih sesuai dengan porsi
tugasnya 2.
Kesalahan sistematik Umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alat-alat ukur sendiri
atau cara pengukuran yang tidak benar. Cara menghindari kesalahan :
Alat perlu dikalibrasi dahulu sebelum digunakan
Menggunakan cara-cara pengukuran tertentu pengamatan biasa dan luar
biasa dan hasilnya dirata-rata
Koreksi pada pengolahan data 3.
Kesalahan random tak terduga Kesalahan random terjadi karena hal-hal yang tidak terduga :
1. Getaran udara 2. Kondisi tanah tempat berdiri alat
3. Kecepatan udara atau kondisi atmosfer 4. Kondisi pengamat
Cara menghilangkan kesalahan ini : 1. Menggunakan alat presisi tinggi
2. Waktu pengambilan data sebaiknya pada pagi 07.00-11.00, dan sore 14.00-17.00, alat ukur dipayungi
II.5 Sifat umum alat ukur
1 Mampu usut rantai kalibrasi
Kemampuan dari alat ukur untuk dikalibrasikan atau disetel ulang. 2
Kepekaan atau Sensitivitas
II-3
Kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang kecil dari harga-harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur berkaitan erat dengan sistem
mekanisme dari pengubahnya. Makin teliti sistem pengubah mengolah syarat dari sensor maka makin peka pula alat ukurnya.
3 Kemudahan pembacaan
Kemampuan dari alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran oleh penunjuk.
4 Histerisis
Penyimpangan yang terjadi akibat pergerakan dua arah. 5
Pergeseran Penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada
skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan apa-apa. Biasanya dikarenakan komponen alat yang sudah tua.
6 Kestabilan nol
Kemampuan alat ukur untuk kembali ke titik nol. 7
Pengambangan Jarum penunjuk yang tidak tetap atau bergerak-gerak pada saat
melakukan pengukuran. 8
Kepasifan Jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi
perbedaan hanya yang sangat kecil. Dapat dikatakan isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum
penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur.
II.6 Ketelitian dan Ketepatan