Ketelitian dan Ketepatan Jangka sorong

Kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang kecil dari harga-harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur berkaitan erat dengan sistem mekanisme dari pengubahnya. Makin teliti sistem pengubah mengolah syarat dari sensor maka makin peka pula alat ukurnya. 3 Kemudahan pembacaan Kemampuan dari alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran oleh penunjuk. 4 Histerisis Penyimpangan yang terjadi akibat pergerakan dua arah. 5 Pergeseran Penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan apa-apa. Biasanya dikarenakan komponen alat yang sudah tua. 6 Kestabilan nol Kemampuan alat ukur untuk kembali ke titik nol. 7 Pengambangan Jarum penunjuk yang tidak tetap atau bergerak-gerak pada saat melakukan pengukuran. 8 Kepasifan Jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi perbedaan hanya yang sangat kecil. Dapat dikatakan isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur.

II.6 Ketelitian dan Ketepatan

1. Ketelitian Ketelitian atau kesaksamaan adalah tingkat kedekatan dari nilai-nilai ukuran terhadap nilai sebenarnya. Apabila nilai ukuran semakin mendekati nilai sebenarnya, maka semakin tinggi pula tingkat ketelitiannya. Suatu instrumen atau alat ukur menunjukan deviasi atau penyimpangan terhadap masukan yang diketahui. Misalnya : pengukur tekanan 100 kPa yang mempunyai ketelitian 1 artinya tingkat ketelitiannya sekitar kurang lebih 1 . II-4 2. Ketepatan Ketepatan atau presisi adalah tingkat kedekatan dari nilai-nlai pengukuran yang pertama terhadap pengukuran-pengukuran selanjutnya. Contoh : suatu instrumen mengukur tegangan 100 Volt. Dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran yang didapatkan hasilnya adalah 104, 103, 105, 103 dan 105 V. Terlihat bahwa tingkat presisinya +- 1 karena deviasi maksimum dari harga rata-rata 104 V adalah 1 V.

II.7 Jangka sorong

Bagian-bagian dari jangka sorong dapat dilihat pada gambar II.1 sebagai berikut : Gambar II.1 Bagian-bagian Jangka Sorong Sumber : http:happynetku.files.wordpress.com201208jangka4.jpg?w=300, 12 November 2014 Cara menggunakan jangka sorong yang benar dan baik dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Langkah pertama, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser, pastikan rahang geser bekerja dengan baik. Jangan lupa untuk mengecek ketika rahang tertutup harus menunjukkan angka nol pada skala. Jika tidak menunjukkan angka nol, maka harus dilakukan kalibrasi terrlebih dahulu. 2. Cara menggunakan jangka sorong selanjutnya yaitu membersihkan permukaan benda dan permukaan rahang agar tidak ada benda yang menempel yang bisa menyebabkan kesalahan pengukuran. 3. Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur. Pastikan posisi bendanya sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil. Lalu tinggal membaca skala yang ditunjukkan jangka sorong. II-5 Untuk membaca hasil pengukuran pada jangka sorong, dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat di depan titik nol skala nonius. 2. Bacalah skala nonius yang berimpit dengan skala utama. 3. Hasil pengukurannya dipaparkan dengan persamaan hasil = skala utama + skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong.

II.8 Mikrometer sekrup