PENGARUH TINGKAT AKSES MATERI PORNOGRAFI DI INTERNET TERHADAP INTENSITAS BERPACARAN PADA REMAJA (Studi Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Malang)

(1)

i

PENGARUH TINGKAT AKSES MATERI PORNOGRAFI DI

INTERNET TERHADAP INTENSITAS BERPACARAN PADA

REMAJA

(Studi Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Malang)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

SKRIPSI

Oleh :

Eren Shanty Diafinta Nim. 08220376

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN………. ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN……… vi

ABSTRAKSI ... viii

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Pornografi ... 8

B. Pemahaman tentang Internet ... 10

a. Sejarah ... 10

b. Internet sebagai Media Transmisi ... 11

C. Materi Pornografi dalam Internet... 16

D. Pemahaman tentang Pacaran ……… 18

a. Pengertian Pacaran ... 18

b. Pacaran, Nafsu, dan Seks ... 19

c. Intensitas Berpacaran ... 20

E. Pemahaman tentang Remaja……….. 21

a. Pengertian Remaja ... 21

b. Tahap Perkembangan Remaja ... 23

F. Imitation Theory……….. ... 24

G. Reinforcement Theory ... 25

H. Definisi Konseptual……….. 26

I. Definisi Operasional………. 26

J. Hipotesis……… 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Tipe dan Dasar Penelitian ... 30

C. Tempat Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31


(6)

vi

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Data……… 35

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 38

A. Sejarah SMA Negeri 8 Malang ... 38

B. Visi dan Misi Sekolah ... 40

C. Indentitas Sekolah ... 41

D. Kesiswaan………. 42

E. Gambaran umum siswa kelas XI SMA Negeri 8 Malang…… 43

BAB V SAJIAN DAN ANALISA DATA ... 45

A. Identitas Responden... 45

1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……... 46

2. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia…. ... 46

B. Tingkat Akses Materi Pornografi ... 47

C. Intensitas Berpacaran………... 65

D. Uji Instrument Penelitian……….. 79

1. Uji Validitas………... 79

2. Uji Reliabilitas………... 81

3. Uji F………... 83

4. Koefisien Determinasi……….. 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(7)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 5.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia………. ... 44

Tabel 5.3 Melihat gambar berciuman/deep kiss……….. 45

Tabel 5.4 Mengupload gambar berciuman/deep kiss …….. ... 46

Tabel 5.5 Mendownload gambar berciuman………. 47

Tabel 5.6 Melihat gambar bagian sensitive ... 47

Tabel 5.7 Mengupload foto bagian sensitive ... 48

Tabel 5.8 Mendownload gambar bagian sensitive ... 49

Tabel 5.9 Melihat gambar pria/wanita tanpa busana ... 50

Tabel 5.10 Mengupload gambar pria/wanita tanpa busana ... 50

Tabel 5.11 Mendownload gambar pria/wanita tanpa busana ... 51

Tabel 5.12 Melihat gambar hubungan seks ... 52

Tabel 5.13 Mengupload gambar/foto hubungan seks ... 53

Tabel 5.14 Mendownload gambar hubungan seks ... 53

Tabel 5.15 Membaca informasi tentang persetubuhan manusia ... 54

Tabel 5.16 Mengupload cerita bagaimana berhubungan seks ... 55

Tabel 5.17 Mendownload artikel proses berhubungan seks ... 56

Tabel 5.18 Melihat video beradegan ciuman ... 57

Tabel 5.19 Mendownload video beradegan ciuman ... 57

Tabel 5.20 Melihat video tarian erotis ... 58

Tabel 5.21 Mengupload video tarian erotis ... 59

Tabel 5.22 Mendownload video tarian erotis………. 59

Tabel 5.23 Melihat film seks ... 60

Tabel 5.24 Mengupload video hubungan seks……….. 61

Tabel 5.25 Mendownload video hububgan seks ... 61

Tabel 5.26 Mengobrol saat berpacaran di rumah ... 63

Tabel 5.27 Mengobrol saat berpacaran di luar rumah ... 64

Tabel 5.28 Mengobrol saat telp dan sms ... 65

Tabel 5.29 Bergandengan tangan saat di rumah ... 65

Tabel 5.30 Bergandengan tangan saat di luar rumah ... 66

Tabel 5.31 Berpelukan saat di rumah ... 67

Tabel 5.32 Berpelukan saat di luar rumah……….. . 68

Tabel 5.33 Deep kiss saat di rumah………... 68

Tabel 5.34 Deep kiss saat di luar rumah………. 69

Tabel 5.35 Necking saat di rumah……….. . 70

Tabel 5.36 Necking saat di luar rumah………... . 71

Tabel 5.37 Petting saat di rumah……… . 71

Tabel 5.38 Petting saat di luar rumah……… .. 72

Tabel 5.39 Oral sex saat di rumah……….. . 73


(8)

viii

Tabel 5.41 Intercourse saat di rumah………. . 74

Tabel 5.42 Intercourse saat di luar rumah……….. . 75

Tabel 5.43 Uji validitas variable……….. 77

Tabel 5.44 Uji reliabilitas………. 79

Tabel 5.45 Analisis Regresi Dengan Spss For Windows Ver 13.00………... . 80

Tabel 5.46 Uji F……… 82

Tabel 5.47 Koefisien Determinasi………... 83


(9)

ix

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Bungin, Buhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group.

De Fleur, Melvin dan Rokeach, Sandra Ball. 1982. Theories of Mass Communication. Amerika Serikat : Longman Inc.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Press. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga.

Killingstone, Patrick dan Cornellis, Margareth. 2008. Sex and Love Guide to Teenagers. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknk Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Madia Group.

Lesmana, Tjipta. 1995. Pornografi Dalam Media Massa. Jakarta : Puspa Swara. Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba

Humanika.

Muhyidin, Muhammad. 2005. Remaja Miskin Dilarang Pacaran. Yogyakarta : Binar Press.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori & Aplikasi). Bandung : Widya Padjajaran.


(10)

x Noniken, Erza. 2011. Hubungan Antara Intensitas Mengakses Erotika Media Internet dengan ikap Terhadap Seks Bebas Remaja. Malang : UM Skripsi (tidak diterbitkan).

Nurudin. 2007. Penagantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada. Reiss, Michai dan Halstead, J. Mark. 2006. Pendidikkan Seks Bagi Remaja.

Yogyakarta : Alenia Press.

Rivers, William L., Jensen, Jay W., Theodore Peterson. 2008. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta : Prenada Media Group.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Afabeta.

Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi. Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Grasindo

Wok, Saodah; Ismail, Narimah dan Hussain, Mohd. Yusof. 2003. Teori-Teori Komunikasi. Kuala Lumpur : PTS Proessional mPublishing.


(11)

xi Non Buku :

www.wikipedia.com (diakses pada Selasa,1 April 2012 pukul 19.00)

www.slideshare.net/alleyahanifa/seks-bebas (diakses pada Senin, 7 Mei 2012 pukul 11.10)

http://adhibaguspermana.blogspot.com/ (diakses pada Senin 7 Mei 2012 pukul 11.30)

http://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/06/10/intensitas-pacaran-dengan-waktu-yang-dibutuhkan-dalam-menyelesaikan-skripsi/ (diakses pada 9 Juni 2012 pikul 09.00)


(12)

1 Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini semakin tinggi. Informasi yang cepat dan mudah diakses dimanapun dan kapanpun saat ini dicari oleh seluruh warga masyarakat di seluruh belahan dunia. Berkembangnya media-media pemuas kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan praktis dari jaman ke jaman semakin pesat. Dan hingga saat ini media internet berkembang sangat pesat di kalangan masyarakat. Dengan internet semua orang dapat mengetahui semua kejadian yang ada di seluruh penjuru dunia. Konten atau materi dari internet itu sendiri juga berbagai macam. Mulai dari pendidikkan, berita, hiburan, info-info penting, jejaring sosial, hingga pornografi juga tersedia dengan lengkap.

Berkembangnya media massa yang modern khususnya internet bukan berarti

tidak membawa resiko kepada siapa saja yang ‘mengkonsumsi’nya. Suatu perubahan

dan perkembangan media massa modern selalu membawa dampak negatif dan positif, seperti halnya dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Pada sisi lain internet mengenalkan masyarakat akan dunia luar, memberi informasi dari segala penjuru dunia, memberi pengetahuan dan informasi yang kita butuhkan dengan cepat, selain itu internet juga merangsang kita untuk berimajinasi, dan dengan adanya teknologi internet telah merubah gaya hidup masyarakat Indonesia yang primitif menuju


(13)

2 masyarakat modern. Namun dibalik manfaat yang positif, internet juga membawa dampak yang negatif terhadap seseorang. Diantaranya adalah sikap individu yang menjadi asosial, dan munculnya Hyper-Reality.

Hyper-Reality atau hiper-realitas itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana manusi dijebak pada satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka. Ruang realitas semu itu merupakan satu ruang antitesis dari representasi, atau seperti apa yang dikatan oleh Derrida, antitesis dapat disebut dengan dekonstruksi terhadap representasi realitas itu sendiri (Bungin, 2008 : 173).

Internet bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan apabila user dari internet itu dapat memilah milah dan tidak menyalagunakan internet dalam hal-hal negatif. Pelanggaran norma susila, penyebaran virus, pemerkosaan pada simbol dan gambar, sampai dengan kriminalitas, peperangan adalah beberapa bentuk kejahatan pada dunia maya, atau sering disebut dengan cybercrime (Bungin, 2008 : 172). Dan penyalahgunaan internet yang paling sering dilakukan adalah hal-hal yang berbau pornografi.

Tak terkecuali Indonesia, Indonesia adalah negara pengakses situs porno terbesar ke tiga setelah China dan Turki. Kendati pemblokiran situs erotis itu telah dilakukan oleh Menkominfo, situs yang mengumbar syahwat tersebut masih beredar dan dapat diakses secara mudah sekitar 10juta situs. Walaupun di Indonesia telah dikeluarkan UU Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi, penyebaran gambar, tulisan, bahkan video porno tetap berkembang secara pesat. Pornografi pada internet


(14)

3 tak hanya bermuara pada situs-situs porno saja. Bahkan pada situs legal yang berlatar belakang situs berita juga tedapat gambar-gambar atau tulisan yang bernafaskan pornografi. Tak hanya itu, erotisme juga mudah dijumpai pada Google, jejaring sosial seperti Facebook, Twitter hanya dengan mengtikkan keyword sex, porno,dan lain sebagainya.

Saat ini pengakses internet terbesar adalah remaja. Internet merupakan bagian dari hidup remaja masa kini, karena tidak hanya untuk mendapatkan informasi dan edukasi namun juga dapat berkomunikasi bersosialisasi melalui situs jejaring sosial yang tengah marak digunakan. Pada anak-anak dan remaja rata-rata mereka menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya kurang lebih 64 jam dalam sebulan. Tak terkecuali pornografi pada internet, riset terbaru Norton Online Family 2010 menunjukkan 96 % remaja Indonesia pernah membuka konten yang berbau pornografi di internet (Ansor, 2010).

Usia remaja menurut Monks, Knores & Hadinoto membedakan remaja menjadi empat bagian, yaitu (1) masa pra remaja atau pra- pubertas dikisaran umur 10-12 tahun, (2) masa remaja awal atau pubertas kisaran usia 12-15 tahun, (3) remaja pertengahan kisaran umur 15-18 tahun, (4) masa remaja akhir kisaran usia 18-21 tahun. Maka dapat dikatakan remaja yang berada pada bangku SMA memasuki tahap remaja pertengahan, pada usia seperti ini merupakan saat produksi hormon seksual sedang tinggi sehingga mudah terangsang oleh media – media yang menimbulkan gairah seksual.


(15)

4 Remaja adalah sasaran empuk target pasar dari media online ini, banyak juga efek negatif yang menerpa remaja diakibatkan mengakses konten pornografi dari internet. Salah satu dampak dari pornografi pada internet ini adalah semakin maraknya gaya hidup masyarakat barat yang menganut kebebasan termasuk juga dengan sex bebas. Hal ini ditunjukkan oleh hasil survei oleh BKKBN. Menurut penelitian BKKPN berdasarkan survei, 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% Di antaranya melakukan aborsi. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54 % remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah ( Yahdillah, 2008).

Seks bebas tidak hanya melanda kota-kota besar saja, namun kota kecilpun berpotensi untuk menyumbangkan semakin berkembangnya fenomena seks bebas d Indonesia. Seperti halnya di Kecamatan Junrejo Kota Batu – Malang, Jawa Timur telah ditemukan sebuah fenomena yang cukup mengejutkan. Dari 328 pendaftar pernikahan di KUA 60%telah mengalami hamil d luar nikah, dan oleh karena hal tersebut pihak KUA membatalkan pernikahan yang telah didaftarkan hingga bayi yang dikandung telah terlahir. Dan sebagian besar pelaku hamil pranikah itu adalah remaja. Pada usia remaja inilah fase seseorang mengalami suatu masa dimana ia memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi terhadap hal-hal baru yang telah ditemuinya dan cenderung untuk mencobanya, tak terkecuali internet dan pornografi.


(16)

5 Seks bebas terjadi karena adanya pacaran para remaja masa kini yang mulai terkontaminasi dengan bagaimana cara berpacaran ala masyarakat barat. Kehidupan di negara barat yang menganut liberalisme yaitu suatu kebebasan, dan tak terkecuali kebebasan dalm berhubungan seks sebelum nikah. Sedangkan Indonesia adalah negara yang memiliki adat ketimuran sangat kental yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat, norma, agama, dan hukum yang berlaku di Indonesia. Selain itu mengingat secara emosional remaja yang masih labil dan cenderung mudah terpengaruh.

Fenomena komunikasi diatas mayoritas remaja saat ini telah mengenal internet dan belum diketahui berapa besar pengaruh konten pornografi di internet terhadap intersitas dan cara berpacaran pada remaja.Maka dari itulah peneliti perlu melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi pornografi pada internet dan perilaku seks bebas. Dan dari uraian di atas peneliti mengambil judul penelitian

PENGARUH TINGKAT AKSES MATERI PORNOGRAFI DI INTERNET TERHADAP INTENSITAS BERPACARAN PADA REMAJA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dia atas yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah :

1. Adakah pengaruh tingkat akses materi pornografi di internet terhadap intensitas berpacaran pada remaja?

2. Seberapa besar pengaruh tingkat akses materi pornografi di internet terhadap intensitas berpacaran pada remaja?


(17)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dia atas yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat akses materi pornografi pada internet intensitas berparan pada remaja.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat akses materi pornografi di internet intensitas berpacaran pada remaja.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis

Untuk memperkaya penelitian di Jurusan Ilmu Komunikasi. Dan sebagai refrensi bagi penelitian sejenis.

2. Secara Praktis

a. Bagi remaja, agar hasil penelitian ini dapat mengarahkan para remaja untuk lebih selektif dalam memilih tontonan pada internet yang cocok sesuai dengan umur mereka.

b. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan memberi pengetahuan bahwa pada usia remaja dibutuhkan pengawasan dan perhatian dari orang tua secara ketat. Selain itu agar orang tua dapat mengkontrol media dan konten apa saja yang sedang diakses oleh sang anak


(18)

7 sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.


(1)

2 masyarakat modern. Namun dibalik manfaat yang positif, internet juga membawa dampak yang negatif terhadap seseorang. Diantaranya adalah sikap individu yang menjadi asosial, dan munculnya Hyper-Reality.

Hyper-Reality atau hiper-realitas itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana manusi dijebak pada satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka. Ruang realitas semu itu merupakan satu ruang antitesis dari representasi, atau seperti apa yang dikatan oleh Derrida, antitesis dapat disebut dengan dekonstruksi terhadap representasi realitas itu sendiri (Bungin, 2008 : 173).

Internet bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan apabila user dari internet itu dapat memilah milah dan tidak menyalagunakan internet dalam hal-hal negatif. Pelanggaran norma susila, penyebaran virus, pemerkosaan pada simbol dan gambar, sampai dengan kriminalitas, peperangan adalah beberapa bentuk kejahatan pada dunia maya, atau sering disebut dengan cybercrime (Bungin, 2008 : 172). Dan penyalahgunaan internet yang paling sering dilakukan adalah hal-hal yang berbau pornografi.

Tak terkecuali Indonesia, Indonesia adalah negara pengakses situs porno terbesar ke tiga setelah China dan Turki. Kendati pemblokiran situs erotis itu telah dilakukan oleh Menkominfo, situs yang mengumbar syahwat tersebut masih beredar dan dapat diakses secara mudah sekitar 10juta situs. Walaupun di Indonesia telah dikeluarkan UU Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi, penyebaran gambar, tulisan, bahkan video porno tetap berkembang secara pesat. Pornografi pada internet


(2)

3 tak hanya bermuara pada situs-situs porno saja. Bahkan pada situs legal yang berlatar belakang situs berita juga tedapat gambar-gambar atau tulisan yang bernafaskan pornografi. Tak hanya itu, erotisme juga mudah dijumpai pada Google, jejaring sosial seperti Facebook, Twitter hanya dengan mengtikkan keyword sex, porno,dan lain sebagainya.

Saat ini pengakses internet terbesar adalah remaja. Internet merupakan bagian dari hidup remaja masa kini, karena tidak hanya untuk mendapatkan informasi dan edukasi namun juga dapat berkomunikasi bersosialisasi melalui situs jejaring sosial yang tengah marak digunakan. Pada anak-anak dan remaja rata-rata mereka menghabiskan waktunya untuk berselancar di dunia maya kurang lebih 64 jam dalam sebulan. Tak terkecuali pornografi pada internet, riset terbaru Norton Online Family 2010 menunjukkan 96 % remaja Indonesia pernah membuka konten yang berbau pornografi di internet (Ansor, 2010).

Usia remaja menurut Monks, Knores & Hadinoto membedakan remaja menjadi empat bagian, yaitu (1) masa pra remaja atau pra- pubertas dikisaran umur 10-12 tahun, (2) masa remaja awal atau pubertas kisaran usia 12-15 tahun, (3) remaja pertengahan kisaran umur 15-18 tahun, (4) masa remaja akhir kisaran usia 18-21 tahun. Maka dapat dikatakan remaja yang berada pada bangku SMA memasuki tahap remaja pertengahan, pada usia seperti ini merupakan saat produksi hormon seksual sedang tinggi sehingga mudah terangsang oleh media – media yang menimbulkan gairah seksual.


(3)

4 Remaja adalah sasaran empuk target pasar dari media online ini, banyak juga efek negatif yang menerpa remaja diakibatkan mengakses konten pornografi dari internet. Salah satu dampak dari pornografi pada internet ini adalah semakin maraknya gaya hidup masyarakat barat yang menganut kebebasan termasuk juga dengan sex bebas. Hal ini ditunjukkan oleh hasil survei oleh BKKBN. Menurut penelitian BKKPN berdasarkan survei, 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% Di antaranya melakukan aborsi. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54 % remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah ( Yahdillah, 2008).

Seks bebas tidak hanya melanda kota-kota besar saja, namun kota kecilpun berpotensi untuk menyumbangkan semakin berkembangnya fenomena seks bebas d Indonesia. Seperti halnya di Kecamatan Junrejo Kota Batu – Malang, Jawa Timur telah ditemukan sebuah fenomena yang cukup mengejutkan. Dari 328 pendaftar pernikahan di KUA 60%telah mengalami hamil d luar nikah, dan oleh karena hal tersebut pihak KUA membatalkan pernikahan yang telah didaftarkan hingga bayi yang dikandung telah terlahir. Dan sebagian besar pelaku hamil pranikah itu adalah remaja. Pada usia remaja inilah fase seseorang mengalami suatu masa dimana ia memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi terhadap hal-hal baru yang telah ditemuinya dan cenderung untuk mencobanya, tak terkecuali internet dan pornografi.


(4)

5 Seks bebas terjadi karena adanya pacaran para remaja masa kini yang mulai terkontaminasi dengan bagaimana cara berpacaran ala masyarakat barat. Kehidupan di negara barat yang menganut liberalisme yaitu suatu kebebasan, dan tak terkecuali kebebasan dalm berhubungan seks sebelum nikah. Sedangkan Indonesia adalah negara yang memiliki adat ketimuran sangat kental yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat, norma, agama, dan hukum yang berlaku di Indonesia. Selain itu mengingat secara emosional remaja yang masih labil dan cenderung mudah terpengaruh.

Fenomena komunikasi diatas mayoritas remaja saat ini telah mengenal internet dan belum diketahui berapa besar pengaruh konten pornografi di internet terhadap intersitas dan cara berpacaran pada remaja.Maka dari itulah peneliti perlu melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi pornografi pada internet dan perilaku seks bebas. Dan dari uraian di atas peneliti mengambil judul penelitian

PENGARUH TINGKAT AKSES MATERI PORNOGRAFI DI INTERNET

TERHADAP INTENSITAS BERPACARAN PADA REMAJA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dia atas yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah :

1. Adakah pengaruh tingkat akses materi pornografi di internet terhadap intensitas berpacaran pada remaja?

2. Seberapa besar pengaruh tingkat akses materi pornografi di internet terhadap intensitas berpacaran pada remaja?


(5)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dia atas yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat akses materi pornografi pada internet intensitas berparan pada remaja.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat akses materi pornografi di internet intensitas berpacaran pada remaja.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis

Untuk memperkaya penelitian di Jurusan Ilmu Komunikasi. Dan sebagai refrensi bagi penelitian sejenis.

2. Secara Praktis

a. Bagi remaja, agar hasil penelitian ini dapat mengarahkan para remaja untuk lebih selektif dalam memilih tontonan pada internet yang cocok sesuai dengan umur mereka.

b. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan memberi pengetahuan bahwa pada usia remaja dibutuhkan pengawasan dan perhatian dari orang tua secara ketat. Selain itu agar orang tua dapat mengkontrol media dan konten apa saja yang sedang diakses oleh sang anak


(6)

7 sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Knalitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Siswa Sebagai Pengguna Jasa Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Medan

0 22 79

Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)

0 19 180

PENGARUH PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP AKHLAK REMAJA SISWA-SISWI KELAS XI Pengaruh pendidikan islam dalam keluarga terhadap akhlak remaja siswa-siswi kelas xi sekolah menengah atas negeri i salatiga.

0 0 12

PENDAHULUAN Pengaruh pendidikan islam dalam keluarga terhadap akhlak remaja siswa-siswi kelas xi sekolah menengah atas negeri i salatiga.

0 0 25

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA REMAJA : Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

0 2 45

HUBUNGAN INTENSITAS AKSES PORNOGRAFI DI INTERNET DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK N EGERI 8 SURAKARTA.

0 0 17

PENGARUH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN INTENSITAS AKSES PORNOGRAFI DI INTERNET TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH (Studi Pada Siswa SMK Bhinneka Karya Surakarta).

0 2 12

Pengaruh Assesment for Learning pada Materi Plantae Terhadap Kemampuan Berargumentasi Siswa Sekolah Menengah Atas BAB 0

0 0 16

PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 YOGYAKARTA.

0 1 194

HUBUNGAN AKSES MEDIA PORNOGRAFI INTERNET DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Akses Media Pornografi Internet dengan Sikap Seksual Pranikah pada Remaja Ke

0 0 12