Hal diatas menunjukkan betapa besar pengaruh sanitasi perumahan terhadap kejadian penularan penyakit Tuberkulosis, begitu juga untuk penyakit menular
lainnya apabila rumah tersebut tidak memenuhi syarat sanitasi. Di daerah-daerah pedesaan, masalah perumahan masih banyak yang belum
memenuhi syarat kesehatan sedangkan di kota-kota sudah ada kemajuan, tetapi di berbagai tempat masih terdapat perumahan yang sama sekali tidak memenuhi
persyaratan kesehatan, yang sering disebut dengan daerah kumuh slum area. Menurut Reksosoebroto 1978 yang dikutip oleh Rajagukguk 2008,
perumahan yang tidak sehat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : a.
Taraf sosial ekonomi yang masih rendah b.
Kurangnya pengertian tentang kesehatan c.
Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat d.
Kepadatan penghuni over crowding e.
Konstruksi bangunan yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan
Perumahan yang tidak memenuhi persyaratan fisik akan menimbulkan gangguan kesehatan antara lain yang erat kaitannya dengan penyebaran penyakit
Tuberkulosis paru adalah luas ruangan, ventilasi, konstruksi lantai dan pencahayaan sinar matahari yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
2.3.3. Luas Ruangan
Rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan psikologis meliputi privacy kebebasan, security keamanan, safety perlindungan, comfort kebahagiaan dan
kesenangan dan relax ketenangan, disamping itu juga harus memenuhi fisik yang
Universitas Sumatera Utara
meliputi konstruksi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang baik Reksosoebroto, 1978.
Salah satu syarat konstruksi yang harus diperhatikan sehubungan dengan penyakit Tuberkulosis Paru adalah luas ruangan rumah. Ada dua pendapat yang
representatif yang dikutip oleh James and Parkinson 1976 yaitu yang pertama ukuran luas ruangan suatu perumahan erat kaiatannya dengan terjadinya Tuberkulosis
Paru. Pendapat kedua dikemukakan oleh Asosiasi Pencegahan Tuberkulosis Paru
Brandbury yang membuat kesimpulan secara statistik bahwa kejadian Tuberkulosis Paru paling besar diakibatkan keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat pada luas
ruangannya. Ruangan suatu rumah juga berperan dalam meningkatkan jumlah bakteri, hal
ini terjadi apabila terdapat sumbernya misalnya adanya penderita Tuberkulosis Paru, sehingga kondisi ruangan yang memang mendukung perkembangan bakteri dan
mikroorganisme lain akan menyebabkan jumlah bakteri juga mengalami peningkatan jumlahnya yang membawa resiko bagi orang lain.
Menurut “ Regional Housing Centre “ seperti yang dikutip oleh Reksosoebroto 1978, suatu bangunan harus memenuhi ukuran luas yang layak
dengan perhitungan untuk setiap keluarga yang terdiri dari 5 anggota rata-rata. Di berbagai negara persyaratan luas ruangan perumahan biasanya ditentukan
berdasarkan banyaknya penghuni. Over crowing kepenuh sesakan dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental maupun moral.
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran penyakit menular seperti Tuberkulosis Paru cepat sekali terjadi pada rumah yang padat penghuninya.
Luas bangunan yang optimum menurut Notoatmodjo 1997 adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m² untuk tiap orang anggota keluarga. Menurut Lubis
1985 over crowing suatu perumahan apabila kondisi rumah terhadap jumlah penghuni sebagai berikut :
a. Dua individu dari jenis kelamin berbeda dan usia diatas 10 tahun yang bukan
suami isteri, tidur dalam satu kamar. b.
Jumlah penghuni dibandingkan dengan luas lantai melebihi ketentuan yang ditetapkan.
Di Indonesia ketentuan mengenai kepadatan hunian ruang tidur oleh keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829MenkesSKVII1999, yaitu luas ruang
tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun.
2.3.4. Ventilasi