Sanitasi Perumahan dan Hubungannya dengan Tuberkulosis Paru

2. Tidak memberi kesempatan serangga nyamuk dan lalat, tikus dan binatang lainnya bersarang di dalam atau di sekitar rumah. 3. Pembuangan kotoran tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan. 4. Pembuangan sampah pada tempat yang baik, kuat dan higienis. 5. Luas kamar tidur maksimal 3,5 m² per orang dan tinggi langit-langit maksimal 2,7 m. Ruangan yang terlalu luas akan menyebabkan mudah masuk angin, tidak nyaman secara psikologis gamang, sedang apabila terlalu sempit akan menyebabkan sesak napas dan memudahkan penularan penyakit karena terlalu dekat kontak. 6. Tempat masak dan menyimpan makanan harus bersih dan bebas dari pencemaran atau gangguan serangga lalat, semut, lipas dll dan tikus serta debu. d. Perumahan harus memenuhi keamanan untuk terjadinya kecelakaan.

2.3.2. Sanitasi Perumahan dan Hubungannya dengan Tuberkulosis Paru

Menurut Departemen Kesehatan RI 1997, sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit untuk melenyapkan, mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit. Menurut Ehlers dan Steel yang dikutip oleh Rajagukguk 2008 adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit. Universitas Sumatera Utara Jadi berdasarkan kedua definisi diatas, disimpulkan inti dari sanitasi adalah pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan untuk menghindari penularan penyakit dari satu orang kepada orang lain. Bila dihubungkan dengan perumahan sebagai faktor lingkungan, sanitasi tersebut meliputi kegiatan usaha yang sasarannya adalah segala aspek yang berkaitan dengan rumah sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan penghuninya. Penyehatan perumahan dan lingkungan perlu dilakukan karena erat kaitannya dengan masalah kesehatan masyarakat. Untuk menunjukkan bahwa kondisi perumahan yang tidak sehat sangat berpengaruh dalam penularan penyakit dilihat dari data-data penelitian yang sudah ada. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga SKRT pada tahun 1980 didapatkan hasil sebagai berikut : 1. 35,8 rumah tidak mempunyai kamar tidur terpisah. 2. 34 rumah mempunyai lubang penghawaan, pencahayaan, lantai, dinding dan atap yang buruk. Menurut berbagai penelitian, penyakit saluran pernafasan dan tuberkulosis dapat dicegah dengan terpenuhinya suatu rumah dari pencahayaan, ventilasi, tidak lembab, tidak padat penghuni minimal 10 m³ per orang, mempunyai kamar lebih dari satu, asap dapur tidak dapat masuk ke kamar tidurruang tamu Kerjasama MUI, Depkes, Depag dengan UNICEF Indonesia, 1993. Universitas Sumatera Utara Hal diatas menunjukkan betapa besar pengaruh sanitasi perumahan terhadap kejadian penularan penyakit Tuberkulosis, begitu juga untuk penyakit menular lainnya apabila rumah tersebut tidak memenuhi syarat sanitasi. Di daerah-daerah pedesaan, masalah perumahan masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan sedangkan di kota-kota sudah ada kemajuan, tetapi di berbagai tempat masih terdapat perumahan yang sama sekali tidak memenuhi persyaratan kesehatan, yang sering disebut dengan daerah kumuh slum area. Menurut Reksosoebroto 1978 yang dikutip oleh Rajagukguk 2008, perumahan yang tidak sehat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Taraf sosial ekonomi yang masih rendah b. Kurangnya pengertian tentang kesehatan c. Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat d. Kepadatan penghuni over crowding e. Konstruksi bangunan yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan Perumahan yang tidak memenuhi persyaratan fisik akan menimbulkan gangguan kesehatan antara lain yang erat kaitannya dengan penyebaran penyakit Tuberkulosis paru adalah luas ruangan, ventilasi, konstruksi lantai dan pencahayaan sinar matahari yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi.

2.3.3. Luas Ruangan