PERBEDAAN AKTUALISASI DIRI MAHASISWA DI TINJAU DARI KATEGORI AKTIFIS DAN NON AKTIFIS PADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(1)

i

PERBEDAAN AKTUALISASI DIRI MAHASISWA DI TINJAU

DARI KATEGORI AKTIFIS DAN NON AKTIFIS PADA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S-1)

Oleh : Rohman 08810105

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Perbedaan Aktualisasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Kategori Aktifis Dan Non Aktifis fakultas psikologi UMM

Nama Peneliti : Rohman

No Induk Mahasiswa : 08810105

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 20-29 juni 2012

Malang, 29 Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji dan dipertahankan didepan Dewan Penguji Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Pada Tanggal : 4 Agustus 2012

Dewan penguji

Ketua Penguji : Muhammad Shohib,S.Psi, M.Si ( .... ) Anggota Penguji :

1. Diantini,M.Si ( .... ) 2. Tri Muji Ingarianti,M.Psi ( .... )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rohman

Nim : 08810105

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbedaan Aktualisasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Kategori Aktifis Dan Non Aktifis Pada Fakultas Psikologi Univesitas Muhammadiyah Malang” Pertama bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Kedua hasil tulisan karya ilmiah /skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti dan non eksklusif, apabila digunakan sebagai daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 6 Agustus 2012

Ketua Program Studi Yang Menyatakan


(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala Puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan cinta, rahmat, kekuatan, dan kesabarannya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsinya.

Masih banyak hal yang harus dipelajari masih banyak rahasia di dunia yang belum bisa terpecahkan, setelah sekian lama berproses dalam dunia akademis maupun non akademis baru ini yang bisa penulis berikan. Banyak cerita yang terjadi ketika saya pertama kali duduk di bangku perkuliahan mulai dari keperdulian, kepercayaan, keteguhan dan lain sebagainya yang ditorehkan sepanjang perjalanannya. Mungkin saya bukan pelajar yang pintar, saya juga bukan pelajar yang taat dan rajin tapi saya akan terus belajar bukan untuk menjadi lebih baik saya belajar karena saya ingin belajar.

Tanpa memungkiri banyaknya kekurangan, penulis menyadari skripsi ini selesai tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Maka patut kiranya penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada :

1. Kedua orang tuaku H Dzajuli dan Hj Siti Komariyah yang tiada henti memberikan dukungan fisik dan non fisik serta adik-adiku tercinta siti fatimah dan ahmad hadi saputra, serta seluruh keluarga dan saudara yang selalu memberikan motivasi sehingga bisa menyelesaikan pembuatan skripsi ini. 2. Dra. Cahyaning Suryanignrum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan untuk kesempurnaan skripsi.

3. Dra. Djudiyah M.Si yang telah dengan sabar banyak meluangkan waktu dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi. Saran-saran, nasehat dan motivasi yang diberikan sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.


(6)

vi

4. Bpk Muhammad Shohib.S,Psi. M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah membantu memberikan arahan dan pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini.

5. Kepada seluruh dosen fakultas psikologi umm yang telah membantu penulis berproses dalam perkuliahan serta memberikan inspirasi untuk mengembangkan keilmuan psikologi.

6. Teman –teman kelas f angkatan 2008 yang luar biasa, teman teman kontrakan (Hendro, Takwim, Safri, Tec-tec, iyan, Aping, Ali, Indra,Zul ), Kawan-kawan HMI, career center UMM, teman-teman Pusat Layanan Psikologi, KKN 26 Ngantang, teman-teman lembaga intra maupun ekstra kampus, teman-teman goa gong gym,

7. Also thanks for everyone whose names cannot be mention here one by one

for their valuable contributions in the completing of this thesis.

Dengan bekal dan kemampuan yang terbatas penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan, meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin ya robbal alamin.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.


(7)

vii INTISARI

Rohman (2012). Perbedaan Aktualisasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Kategori Aktifis Dan Non Aktifis pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, pembimbing : (1) Dra. DjudiyahM,Si.(2) Muhammad Shohib S.Psi, M.Si. Kata kunci : Aktualisasi diri, Mahasiswa,Aktifis dan Non Aktfis

Mahasiswa secara kategorik adalah pemuda, tetapi pemuda yang memiliki kemampuan dan kelebihan intelektual dibandingkan dengan pemuda lainnya. Karena itu tidak heran masyarakat kemudian memberikan berbagai predikat seperti : man of

analysis, agent of change, the best of human, dan masih banyak lagi. Tidak berhenti

sampai disitu, mahasiswa pun dianggap sebagai salah satu elemen generasi, mudah terdidik dalam perguruan tinggi yang mempunyai posisi strategis dan perspektif untuk mewujudkan pembangunan masa depan. Namun karna posisinya yang secara strategis merupakan penerus bangsa munculah beragam perbedaan. Maslow yakin bahwa kebanyakan orang memiliki kemampuan untuk bersikap kreatif, spontan, penuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu, kemampuan untuk berkembang secara terus menerus serta semua ciri lain yang terdapat pada orang yang mengaktualiasikan diri. Orang yang berperilaku buruk menandakan bahwa ia tengah bereakasi terhadap perampasan atas kebutuhan dasarnya. Jika tingkah lakunya membaik mulailah ia mengembangkan kemampuan sejatinya serta menuju hidup yang lebih sehat dan wajar sebagai manusia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuanitatif. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UMM dengan jumlah sample 100 mahasiswa (50 aktifis dan 50 non aktifis) dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Analisa data menggunakan t-score sehingga diketahui subjek mana saja yag termasuk dalam kategori tinggi dan subjek manasaja yang termasuk kategori rendah. Instrumen yang dipakai adalah skala aktualisasi diri

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan aktualisasi diri yang sangat signifikan ( t = 5,882; P = 0,000 ) antara mahasiswa aktifis dan mahasiswa non aktifis di Universitas Muhammadiyah Malang, dimana mahasiswa aktifis memiliki aktualisasi lebih tinggi(mean158,66) di bandingkan mahasiswa non aktifis(mean 136,14). Namun tidak semua mahasiswa aktifis memiliki aktualisasi yang tinggi. Begitu pula dengan mahasiswa non aktifis tidak semuanya rendah dalam beraktualisasi diri.


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Intisari ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Aktualisasi Diri ... 10

1. Pengertian Aktualisasi Diri ... 10

2. Karakteristik Orang Yang mencapai Aktualisasi Diri ... 11

3. Hambatan Aktualisasi Diri... 12

4.Pencapaian Aktualisasi Diri ... 13

B. Mahasiswa ... 14

1. Pengertian Mahasiswa ... 14

2. Peran Mahasiswa ... 16

3. Kategori Mahasiswa ... 17

D. Perbedaan aktualisasi diri mahasiswa aktifis dan non aktifis ... 18

E. Kerangka Pemikiran ... 20


(9)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 22

B. Identifikasi Dan Definisi Oprasional Variabel Penelitian ... 22

C. Populasi Dan Sample Penelitian ... 23

D. Jenis Data Dan Instrumen Penelitian ... 24

E. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 28

F. Prosedur Penelitian ... 31

G. Metode Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 33

B. Analisis Data ... 34

C. Pembahasan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

1. Bagi Mahasiswa aktifis ... 38

2. Bagi Mahasiswa Non aktifis ... 38

3. Bagi peneliti selanjutnya ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Aktualisasi Diri... 27

Table 3.2 Teknik Penyekoran Skala ... 27

Tabel 3.3 Validitas butir skala aktualisasi diri ... 29

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Validitas Butir Skala Aktualisasi Diri ... 29

Tabel 3.5 Hasil analisis Reliabilitas Skala Aktualisasi Diri ... 30

Tabel 4.1 Deskripsi Data ... 33

Tabel 4.2 Uji T ... 34


(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi kepribadian. Malang. UMM Press.

Angheli, James. 2006. Self actualization point. http://self-actualization.com

Arikunto. S. 1988. Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek). Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifudin. 1997. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset

Azwar, Saifudin. 1999. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset

Azwar. S. 1998. Sikap manusia teori dan pengukuranya. Yogyakarta. Pustaka pelajar Fadjar & Effendy, 1998. Dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan. Malang: umm

press

Gibson. 1996. Perilaku organisasi, struktur, proses. jilid 1. Jakarta. Binarupa Aksara

Globe, Frank. 1987. Mahzab ketiga psikologi humanistik abraham maslow.

Yogyakarta. Kanisius

Heylighen, Francis. 1992. A cognitive reconstruction of maslow theory of self

actualization. Behavioral Science, Volume 37. Belgium. University of

Brussles.

Indriasti, K. 2000. Pengaruh keaktifan organisasi sekolah terhadap aktualisasi diri

remaja pengurus osis smu negeri 1 pekalongan. skripsi. Malang. Fakultas

Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang

Kerlinger, F.N. 2003. Asas-asas penelitian behavioral. Edisi keiga. Yogyakarta: gajah mada university press.

Koeswara, E, 2000. Teori-teori kepribadian. Bandung. PT.Ehesco Mapaire, A. 1983. Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha nasional.

Muhazdi. 1993. Pengaruh pendelegasian wewenang terhadap motivasi aktualisasi diri pada karyawan bagian produksi dan pemasaran PT Coca Cola

TIRTALINA BOTTLING Company Surabaya, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas


(12)

xii

Munandar, A.S. 2001. Psikologi industri dan organisasi. Depok. Penerbit Universitas Indonesia. Fakultas Psikologi.

Raudah. 1995. Perbedaan motivasi aktualisasi diri antara pegawai golongan II dan pegawai golongan III di lingkungan pelayanan pajak Banjarmasin

Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM.

Sarwono, S.W.(1978). Perbedaan antara pemimpin dan aktivis dalam gerakan

protes mahasiswa: Bulan Bintang.

Schultz, D.P and Schultz, S.E. 1994. Psychology and work today: an

intruduction to industrial and organizational psychology. sixth edition. New

York. Mac Milan Publishing Company

Setyawati, Try. 2002. Hubungan kepuasan dalam pemberian jaminan sosial dengan

aktualisasi diri pada karyawan di PT Percetakan Bhinex Samarinda. Skripsi.

Fakutas Psikologi. UMM

Suryabrata, S. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Syah, M.(2005). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rja grafindo persada.

Thoha, Miftah. 1983. Perilaku organisasi. Jakarta. Penerbit Grafindo.

Winarnusu,T. 2000. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang. UMM Press.


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecendikiaan dan kebangsaan adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Masa-masa awal pendirian bangsa ini dipenuhi oleh fikiran fikiran segar para cendikia muda. Sebagian dari para cendikia muda tersebut nantinya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Pertanyaanya, apa yang membuat mereka mampu untu membuat creative minority yang menentukan bulat-lonjong ya bangsa ini. saya menduga kekuatan mereka terletak pada semangat. Semangat untuk memberdayakan diri mereka semaksimal mungkin (Somantri, 2009).

Mahasiswa sebagai salah satu elemen generasi muda, yang meskipun untuk sekarang ini tidak lagi sebagai elit yang amat ekslusif dibanding pada masa kebangkitan nasional dahulu, tapi kelompok ini masih tetap memiliki posisi strategis dan prospektif. paling tidak ada dua faktor yang dimiliki mahasiswa untuk bisa memainkan peranannya didalam menyongsong kebangkitan bangsa. Pertama, mereka adalah aset masa depan, karena merekalah yang yang paling mempunyai peluang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua. Mahasiswa adalah kelompok strategis yang memiliki peluang untuk mengembangkan idealismenya (Fadjar & Effendy, 1998).

Pada era orde baru kehidupan kampus lebih cenderung ke arah akademis, karena pemerintahan represif tehadap rakyatnya. Rakyat khususnya mahasiswa yang kritis akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Meskipun demikian perjuangan mahasiswa tidaklah berhenti. Gerakan bawah tanah (klandestain) pun terus dilakukan. Sebagai hasil perjuangan bawah tanah itu, mahasiswa berani menurunkan rezim suharto pada tahun 1998. kemudian munculah reformasi. Di era reformasi inilah mahasiswa bebas mengekspresikan segala potensinya. Ruang publik terbuka lebar, mimbar demokrasi terbuka seluas luasnya (Santoso, 2009).

Akan tetapi pada era ini tidak sedikit yang melemahkan semangat mahasiwa untuk berjuang membela kepentingan rakyat. Mahasiswa tidak mempunyai tantangan yang nyata sehingga mereka lebih cenderung mementingkan kehidupan pribadi, dengan hura-hura, ganja, narkotik, dan


(14)

2

minuman keras. Namun tidak sedikit dari mahasiswa yang masih mempunyai semangat mengusung kebenaran melalui usaha usaha akademis dan organisasi mereka. Mereka terus bergerak melakukan perubahan.

Era reformasi yang dicitakan ternyata masih belum sesuai yang di harapkan oleh mayarakat. kehidupan seperti itulah kemudian memunculkan dua tipe mahasiswa (Keniston dalam Sarwono, 1978) diantaranya adalah pertamatipe mahasiswa non aktifis. Mereka benar benar mementingkan kuliah, rajin kuliah, rajin ke perpustakaan, mengerjakan tugas tepat waktu, lulus cepat. Mereka belum mementingkan organisasi.golongan ini cedrung tidak kritis dan tidak merasaka suatu keresahan dalam melihat persoalan di masyarakat. Mereka hanya berfikir bahwa tugas mahasiswa hanyalah belajar saja (Sarwono, 1978).

Kedua, mahasiswa aktifis. mereka adalah orang orang yang tangguh memegang beberapa organsiasi, kehidupannya di penuhi dengan rapat-rapat, seminar dan kegiatan. Nilai kebangsaan epicentrum dinamika pertumbuhan suatu bangsa adalah oraganisasi, sementara salah satu bentuk terbaik kemajuan adalah modernisasi yang merupakan pra kondisi yang mengahasilkan dinamika baku dalam organisasi. Organisasi bersendikan vitalitas atas suatu usaha betapapun kecilnya sehingga segala potensi yang mungki ada dalam tubuh organisasi dapat digalang secara efisien, terpadu dan berkesinambungan. Mereka seolah-olah tidak mempunyai rasa lelah berorganisasi, halangan yang dihadapi tidak membuat merka putus asa. Biasanya mahasiswa seperti ini jarang kuliah bukan karena malas, tidak mengerjakan tugas kuliah karena banyak tugas organisasi yang harus diembannya untuk kepentingan orang banyak maka mahasiswa aktifis lebih bisa mengaktualisasikan dirinya secara maksimal karena memilki beragam kegiatan dalam kehidupanya (Sarwono,1978).

Sering diadakannya kegiatan-kegiatan keilmuan seperti diskusi, seminar, pelatihan atau bedah buku, memungkinkan para anggotanya memiliki wawasan yang luas, kemampuan berfikir baik dan ketajaman intelektualnya terkembangkan serta yang penting lagi memiliki kemampuan analisa dan daya kritis tinggi dalam melihat sebuah persoalan. Sehingga sangat wajar bila aktifis banyak yang berhasil menjadi cendekiawan, akademisi, politisi atau pengusaha (Fadjar & Effendy, 1998).


(15)

3

Dalam sebuah organisasi mahasiswa diajarkan kedisiplinan kehidupan organisasi yang harus sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Mahasiswa juga akan belajar bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan padanya. Mereka juga belajar memahami, mengerti dan menerima pendapat orang lain. Dalam kegiatan organisasinya, mahasiswa banyak sekali menghadapi berbagai permasalahan yang perlu dibahas dan didiskusikan dalam suatu forum organisasi. Disana mereka mengungkapkan pendapatnya dan berinteraksi dengan teman seorganisasinya maupun dengan organisasi yang lain dalam berbagai tingkat usia serta kematangan pribadi yang berbeda. Hal-hal yang dialami seseorang yang mengikuti sebuah organisasi atau menjadi aktifis adalah sebuah proses pembelajaran yang menjadikan mahasiswa terlatih dalam mengaktualisasikan dirinya dari berbagai permasalahan yang ada.

Mahasiswa aktifis juga dinilai lebih banyak beraktualisasi diri karna cirinya yang memerlukan pengalaman sebelum menjadi sarjana dengan terjun dalam mengikuti kegiatan organisasi, sedangkan mahasiswa nonaktifis karna menganggap tidak perlunya pengalaman sebelum menjadi sarjana maka menjadi kurang latihan dalam beraktualisasi diri. Selain itu mahasiswa aktifis menganggap bahwa mahasiswa harus menjadi pelopor perubahan sosial, maka peningkatan kinerja dirinya merupakan hasil dari berbagai respons kompleks terhadap stimulus. Hal ini sangat berbeda dengan mahasiswa non aktifis yang melihat tugas mahasiswa hanyalah belajar saja (Syah, 2005).

Organisasi yang menjadi wadah positif untuk aktualisasi mahasiswa. Jika kita pandang dari sisi psikologi, berhubungan dengan aliran psikologi humanistik. Psikolog humanistik percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi-potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.

Meskipun banyak sekali organisasi kemahasiswaan namun dalam kenyataanya tidak semua mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan mengikuti atau perduli terhadap kegiatan organisasi mereka dengan berbagai macam alasan. Disisi lain tidak semua mahasiswa yang berada pada lingkungan universitas memiliki aktualisasi diri yang tinggi padahal


(16)

4

aktualisasi diri sangatlah penting untuk mengembangakan daya kreatifitas, sifat kritis dan sosialisasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vilanti (2011) tentang realita proporsi mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi. Tidak lebih dari 30% mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi yang aktif mengikuti organisasi, artinya sisanya 70% lebih cenderung menjadi mahasiswa non aktifis. Mahasiswa non aktifis akan cenderung utopis dalam menanggapi hal-hal yang berbau organisasi, mereka mungkin tidak tahu makna akan keberadaan Organisasi mahasiswa dalam kampus. Parahnya dan hal ini memang sering dan banyak terjadi, mahasiswa akademis banyak yang tidak mengenal ketua BEM atau bahkan ketua HMJ mereka sendiri. Sehingga pada masa pemilu ini mereka hanya terobang ambing dalam buaian janji para kandidat, karena mereka tidak mengerti tentang apa makna yang dikampanyekan oleh masing-masing kandidat. Akibat yang terparah pada saat pemilihan umum, siapa yang mereka pilih bukan karena mereka tahu akan kapabilitasnya tetapi banyak pemilih melakukan pilihannya hanya berdasarkan fisik. Hal ini dikarenakan mereka hanya berpikir sepintas saja, mengenal calonnya saja tidak, apalagi mengetahui peran dari Ketua HMJ, BEM,dan sebagainya. Maka hal termudah yakni dengan melihat penampilan fisik yang dapat dilihat melalui foto yang ada di poster kampanye dan hal ini benar-benar sering terjadi. Dan hal itu terjadi apabila mereka masih memiliki kesadaran sebagai anggota organisasi Kampus, karena terkadang, banyak juga mahasiswa non aktifis merasa malas untuk melakukan pemilihan, beberapa dari mereka beranggapan tidak ada gunanya, tidak bisa membuat Indeks prestasinya semakin tinggi.

"A Week in the Life of a Hong Kong Student" Project, mendeskripsi bagaimana mahasiswa menggunakan waktu dalam 1 minggu (168 jam). Belajar di kelas formal 15,7 jam; belajar mandiri 21,8 jam; berdiskusi dan bersosialisasi 33,2 jam; bekerja paruh waktu 3,8 jam; bepergian dan makan 27,3 jam; tidur 49 jam (7 jam per hari); lain-lain 17,2 jam. Tampak, waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk aktivitas belajar tidak kurang dari 11 jam perhari. Tentu disamping durasi waktu yang cukup besar, kualitas belajar mahasiswa di Hongkong juga berbeda dengan mahasiswa di Indonesia sebab terbukti, lulusan


(17)

5

mereka mampu mendorong negaranya menjadi negara maju. Di Amerika, hasil studi di beberapa universitas oleh National Survey of Student Engagement

menunjukkan, aktifitas belajar mahasiswa sangat bervariasi. Setiap aktivitas dikerjakan sedikitnya 61 % mahasiswa. Dalam laporan survey ditulis bahwa 87% melakukan penulisan paper berdasarkan berbagai informasi terbaru. 79% mahasiswa berkomunikasi dengan dosen berbasis e-mail .75 % aktif bertanya di kelas dan berkontribusi pada setiap diskusi di kelas, 66 % mahasiswa aktif mensosialisasikan hasil bacaan kepada sesama mahasiswa kelas sendiri atau kelas lain atau keluarga, 67 % mahasiswa memperoleh dorongan dan umpan balik dari sivitas akademika atas prestasi akademik secara lisan maupun tertulis, 61 % mahasiswa aktif terlibat dalam diskusi kelompok yang berbeda ras, suku, aliran politik, dan gender. Bandingkan dengan sebagian mahasiswa kita. Tugas kelompok cenderung hanya dikerjakan sendirian, sementara tugas mandiri dikerjakan secara berkelompok (Gultom, 2011).

Dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran

personoligis modern pertama psikoanalisa kedua behavioristik dan yang ketiga

humanistik. Dalam humanistik menggambarkan manusia sebagai makhluk yang

bebas dan bermartabat serta selalu bergerak kearah pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya. Maslow dengan jelas menggambarkan orientasi dari psikologi humanistik yang mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran modern mengenai tingkah laku manusia. (Koeswara, 2000)

Maslow yakin bahwa kebanyakan orang memiliki kemampuan untuk bersikap kreatif, spontan, penuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu, kemampuan untuk berkembang secara terus menerus serta semua ciri lain yang terdapat pada orang yang mengaktualiasikan diri. Orang yang berperilaku buruk menandakan bahwa ia tengah bereakasi terhadap perampasan atas kebutuhan dasarnya. Jika tingkah lakunya membaik mulailah ia mengembangkan kemampuan sejatinya serta menuju hidup yang lebih sehat dan wajar sebagai manusia (Goble,1987).

Aktualisasi diri adalah menggunakan seluruh bakat, kemampuan, potensi, dan lainya. Dengan kata lain individu–individu yang mengaktualisasikan diri memenuhi kebutuhan mereka untuk tumbuh, berkembang dan semakin menjadi


(18)

6

apa yang mereka bisa. Dalam hirarkinya Maslow membedakan antara kebutuhan dasar (basic-needs) dan kebutuhan tinggi (meta-kebutuhan atau meta-needs). Kebutuhan dasar mencakup kebutuhan tingkat kesatu sampai tingkat keempat. Sedangkan meta-kebutuhan adalah kebutuhan tingkat kelima (kebutuhan akan aktualisasi-diri). Meta-kebutuhan inilah yang menjadi motivasi utama bagi orang yang teraktualisasi-diri. Karena itu kebutuhan tingkat tertinggi ini disebut juga meta-motivasi (Feist&Feist, 2009).

Maslow percaya, masalah yang dialami oleh kebanyakan orang muda dewasa ini ialah bahwa mereka menginginkan perbaikan yang segera didunia, namun tidak mau bekerja demi perbaikan yang diinginkan itu. mereka menjadi kecut melihat permasalahan sosial yang dihadapi. Sementara individu yang yang mengakibatkan masalah sosial itu tampak tidak berpengharapan. Inilah bahaya yang nyata yang tergambarkan saat ini, khususnya pada generasi mahasiswa mereka tidak berdaya menghadapi perang dingin dan budaya konspirasi. Akibatnya mereka hanya memikirkan diri sendiri. Colin wilson (dalam Goble, 1987) berbicara tentang pilihan antara menjadi pahlawan atau menjadi cacing. Celakanya begitu banyak orang muda memilih menjadi cacing (Goble,1987).

Salah satu ciri yang menonjol dari para self-actualizer adalah memiliki kualitas sebagai agen perubahan sosial. Sepintas lalu mereka terlihat seperti orang yang tidak lazim di tengah lingkungannya. Itu karena mereka memiliki karakter individual yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan atau budaya di sekitarnya tetapi justru mempengaruhi. Dari awal mereka memiliki kesadaran bahwa dirinya dilahirkan untuk melakukan satu misi berharga bagi umat manusia. Kehidupannya diabdikan untuk melaksanakan misi tersebut sekalipun di tengah perjalanan banyak mengalami kekecewaan, guncangan, cercaan, atau harus berjalan sendirian karena ide-idenya memang kerap mendahului zaman dan susah dipahami orang lain (Boeree, 2006).

Dalam sebuah jurnal yang di tulis oleh davidson mengemukakan bahwa perbedaan individu dalam aktualisasi diri akan berkaitan dengan enam orientasi akademik yang mempengaruhi penyesuaian belajar mereka. Mahasiswa yang berjumlah 137 pria dan 311 perempuan (M umur = 21,1, SD = 4.8). Korelasi bivariat signifikan secara statistik antara skor yang diperoleh pada aktualisasi diri


(19)

7

dengan semua enam orientasi: ekspresi kreatif, membaca untuk kesenangan, kemanjuran akademik, ketergantungan struktur, apatis akademik, dan ketidakpercayaan dari instruktur. Analisis regresi menunjukkan bahwa empat orientasi yang independen terkait dengan aktualisasi diri skor. Peran keempat orientasi dalam mewujudkan penyesuaian siswa dibahas, dan implikasi ditarik tentang penafsiran nilai pada empat orientasi (Psychol Rep. 2007).

Selanjutnya Herckham dan laura mengukur dan membandingkan tingkat aktualisasi diri dari 199 guru sekolah menengah dan 195 siswa sekolah menengah dan untuk membandingkan sistem organisasi beroperasi di 20 sekolah menengah. Studi ini secara khusus memastikan sejauh mana aktualisasi diri kebutuhan guru dan siswa telah bersyukur dalam setiap jenis sistem organisasi. Personal Orientation Inventory digunakan untuk mengukur tingkat aktualisasi diri. Profil Sekolah yang digunakan untuk menentukan sistem manajemen dan sejauh mana pola otoriter atau partisipatif pemimpin dan perilaku kelompok yang bekerja. Dengan hipotesis sistem yang lebih semakin partisipatif pengelolaan sekolah maka semakin besar aktualisasi diri dari guru dan siswa. Hipotesis ini dikonfirmasi umumnya. Kesimpulanya adalah manajemen sekolah yang sukses, yang diukur dengan guru dan siswa aktualisasi diri, adalah bergantung tidak hanya pada pengalaman tetapi pada kemauan untuk memeriksa dan mengadopsi teknik manajemen baru dan gaya (American Educational Research Association, 1978).

Penelitian lainya mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang sangat

significant antara keaktifan mengikuti organisasi sekolah terhadap aktualisasi

dengan motif berprestasi (f = 49,947; p = 0,000 ) pada remaja pengurus OSIS SMU Negri pekalongan. Penelitian ini berkorelasi positif dimana semakin tinggi remaja aktif mengikuti organisasi sekolah maka semakin besar pula aktualisasi yang akan dicapai. Demikian pula semaikin tinggi motif berprestasi yang dimiliki oleh remaja maka semakin tinggi pula aktualisasi yang akan dicapai. Dapat dikatakan pula motif berprestasi dapat memprediksi aktualisasi diri (Indriasti, 2000).

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Morris menunjukan Korelasi skor pada skala I(Inner-support) dari Person Orientation Inventory yang


(20)

8

digunakan sebagai ukuran dari aktualisasi diri, dengan jumlah 205 mahasiswa laki-laki dan 206 mahasiswa perempuan. Korelasi parsial antara aktualisasi diri dan prestasi adalah negatif dan signifikan untuk tengah-kemampuan kelompok. Temuan ini mendukung kesimpulan dari Leib dan Snyder yang mengatakan bahwa aktualisasi diri dan prestasi saling berkaitan secara sekunder melalui hubungan terpisah dengan variabel lainnya (APA, 2012) .

Dari hasil penelitian selanjutnya mengatakan bahwa aktualisasi akan mendorong seseorang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya (Setyawati, 2002). Hal ini ditunjukan bahwa kebutuhan aktualisasi diri yang tinggi akan mendorong individu untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dengan kata lain profesional didasari oleh adanya kebutuhan aktualisasi yang tinggi. dalam penelitiannya Setyawati menjabarkan ada hubungan positif yang sangat significant (r= 0,683 ; p = 0,000) antara jaminan sosial dengan aktualisasi diri. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa kepuasan dalam pemberian jaminan sosial memberikan pengaruh terhadap aktualisasi diri sebesar 46,7%. Dapat disimpulkan, aktualisai diri juga mempengaruhi motif berprestasi, dan mendorong seseorang meningkakan profesionalisme kerja.

Di tengah kondisi diatas penulis memandang penting untuk membahas persoalan aktualisasi diri pada mahasiswa secara empiris. Mengingat urgensi dari fungsi mahasiswa itu sendiri sebagai kaum intelektual penerus bangsa dan harapan masyarakat dan tidak hanya berdasarkan fakta tersebut, upaya mendorong pengaktualisasian diri secara positif merupakan tanggung jawab kita bersama. Oleh karnanya penulis mengarahkan penelitian dengan judul Perbedaan Aktualisasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Kategori Aktifis Dan Non Aktifis.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan aktualisasi diri antara mahasiswa aktifis dan non aktifis pada Universitas Muhammadiyah Malang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktualisasi diri mahasiswa aktifis dan non aktifis di Universitas Muhammadiyah Malang.


(21)

9

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Dari segi teori ilmu pengetahuanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi mereka yang berkepentingan dalam keilmuan psikologi, terutama psikologi kepribadian yakni sebagai bahan informasi yang bermanfaat.

2. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk organisasi kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Malang sehingga dapat mengetahui perbedaan aktualisasi mahasiswa aktifis dan non aktifis serta mempermudah dalam memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya.


(1)

aktualisasi diri sangatlah penting untuk mengembangakan daya kreatifitas, sifat kritis dan sosialisasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vilanti (2011) tentang realita proporsi mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi. Tidak lebih dari 30% mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi yang aktif mengikuti organisasi, artinya sisanya 70% lebih cenderung menjadi mahasiswa non aktifis. Mahasiswa non aktifis akan cenderung utopis dalam menanggapi hal-hal yang berbau organisasi, mereka mungkin tidak tahu makna akan keberadaan Organisasi mahasiswa dalam kampus. Parahnya dan hal ini memang sering dan banyak terjadi, mahasiswa akademis banyak yang tidak mengenal ketua BEM atau bahkan ketua HMJ mereka sendiri. Sehingga pada masa pemilu ini mereka hanya terobang ambing dalam buaian janji para kandidat, karena mereka tidak mengerti tentang apa makna yang dikampanyekan oleh masing-masing kandidat. Akibat yang terparah pada saat pemilihan umum, siapa yang mereka pilih bukan karena mereka tahu akan kapabilitasnya tetapi banyak pemilih melakukan pilihannya hanya berdasarkan fisik. Hal ini dikarenakan mereka hanya berpikir sepintas saja, mengenal calonnya saja tidak, apalagi mengetahui peran dari Ketua HMJ, BEM,dan sebagainya. Maka hal termudah yakni dengan melihat penampilan fisik yang dapat dilihat melalui foto yang ada di poster kampanye dan hal ini benar-benar sering terjadi. Dan hal itu terjadi apabila mereka masih memiliki kesadaran sebagai anggota organisasi Kampus, karena terkadang, banyak juga mahasiswa non aktifis merasa malas untuk melakukan pemilihan, beberapa dari mereka beranggapan tidak ada gunanya, tidak bisa membuat Indeks prestasinya semakin tinggi.

"A Week in the Life of a Hong Kong Student" Project, mendeskripsi bagaimana mahasiswa menggunakan waktu dalam 1 minggu (168 jam). Belajar di kelas formal 15,7 jam; belajar mandiri 21,8 jam; berdiskusi dan bersosialisasi 33,2 jam; bekerja paruh waktu 3,8 jam; bepergian dan makan 27,3 jam; tidur 49 jam (7 jam per hari); lain-lain 17,2 jam. Tampak, waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk aktivitas belajar tidak kurang dari 11 jam perhari. Tentu disamping durasi waktu yang cukup besar, kualitas belajar mahasiswa di Hongkong juga berbeda dengan mahasiswa di Indonesia sebab terbukti, lulusan


(2)

mereka mampu mendorong negaranya menjadi negara maju. Di Amerika, hasil studi di beberapa universitas oleh National Survey of Student Engagement menunjukkan, aktifitas belajar mahasiswa sangat bervariasi. Setiap aktivitas dikerjakan sedikitnya 61 % mahasiswa. Dalam laporan survey ditulis bahwa 87% melakukan penulisan paper berdasarkan berbagai informasi terbaru. 79% mahasiswa berkomunikasi dengan dosen berbasis e-mail .75 % aktif bertanya di kelas dan berkontribusi pada setiap diskusi di kelas, 66 % mahasiswa aktif mensosialisasikan hasil bacaan kepada sesama mahasiswa kelas sendiri atau kelas lain atau keluarga, 67 % mahasiswa memperoleh dorongan dan umpan balik dari sivitas akademika atas prestasi akademik secara lisan maupun tertulis, 61 % mahasiswa aktif terlibat dalam diskusi kelompok yang berbeda ras, suku, aliran politik, dan gender. Bandingkan dengan sebagian mahasiswa kita. Tugas kelompok cenderung hanya dikerjakan sendirian, sementara tugas mandiri dikerjakan secara berkelompok (Gultom, 2011).

Dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personoligis modern pertama psikoanalisa kedua behavioristik dan yang ketiga humanistik. Dalam humanistik menggambarkan manusia sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak kearah pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya. Maslow dengan jelas menggambarkan orientasi dari psikologi humanistik yang mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran modern mengenai tingkah laku manusia. (Koeswara, 2000)

Maslow yakin bahwa kebanyakan orang memiliki kemampuan untuk bersikap kreatif, spontan, penuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu, kemampuan untuk berkembang secara terus menerus serta semua ciri lain yang terdapat pada orang yang mengaktualiasikan diri. Orang yang berperilaku buruk menandakan bahwa ia tengah bereakasi terhadap perampasan atas kebutuhan dasarnya. Jika tingkah lakunya membaik mulailah ia mengembangkan kemampuan sejatinya serta menuju hidup yang lebih sehat dan wajar sebagai manusia (Goble,1987).

Aktualisasi diri adalah menggunakan seluruh bakat, kemampuan, potensi, dan lainya. Dengan kata lain individu–individu yang mengaktualisasikan diri memenuhi kebutuhan mereka untuk tumbuh, berkembang dan semakin menjadi


(3)

apa yang mereka bisa. Dalam hirarkinya Maslow membedakan antara kebutuhan dasar (basic-needs) dan kebutuhan tinggi (meta-kebutuhan atau meta-needs). Kebutuhan dasar mencakup kebutuhan tingkat kesatu sampai tingkat keempat. Sedangkan meta-kebutuhan adalah kebutuhan tingkat kelima (kebutuhan akan aktualisasi-diri). Meta-kebutuhan inilah yang menjadi motivasi utama bagi orang yang teraktualisasi-diri. Karena itu kebutuhan tingkat tertinggi ini disebut juga meta-motivasi (Feist&Feist, 2009).

Maslow percaya, masalah yang dialami oleh kebanyakan orang muda dewasa ini ialah bahwa mereka menginginkan perbaikan yang segera didunia, namun tidak mau bekerja demi perbaikan yang diinginkan itu. mereka menjadi kecut melihat permasalahan sosial yang dihadapi. Sementara individu yang yang mengakibatkan masalah sosial itu tampak tidak berpengharapan. Inilah bahaya yang nyata yang tergambarkan saat ini, khususnya pada generasi mahasiswa mereka tidak berdaya menghadapi perang dingin dan budaya konspirasi. Akibatnya mereka hanya memikirkan diri sendiri. Colin wilson (dalam Goble, 1987) berbicara tentang pilihan antara menjadi pahlawan atau menjadi cacing. Celakanya begitu banyak orang muda memilih menjadi cacing (Goble,1987).

Salah satu ciri yang menonjol dari para self-actualizer adalah memiliki kualitas sebagai agen perubahan sosial. Sepintas lalu mereka terlihat seperti orang yang tidak lazim di tengah lingkungannya. Itu karena mereka memiliki karakter individual yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan atau budaya di sekitarnya tetapi justru mempengaruhi. Dari awal mereka memiliki kesadaran bahwa dirinya dilahirkan untuk melakukan satu misi berharga bagi umat manusia. Kehidupannya diabdikan untuk melaksanakan misi tersebut sekalipun di tengah perjalanan banyak mengalami kekecewaan, guncangan, cercaan, atau harus berjalan sendirian karena ide-idenya memang kerap mendahului zaman dan susah dipahami orang lain (Boeree, 2006).

Dalam sebuah jurnal yang di tulis oleh davidson mengemukakan bahwa perbedaan individu dalam aktualisasi diri akan berkaitan dengan enam orientasi akademik yang mempengaruhi penyesuaian belajar mereka. Mahasiswa yang berjumlah 137 pria dan 311 perempuan (M umur = 21,1, SD = 4.8). Korelasi bivariat signifikan secara statistik antara skor yang diperoleh pada aktualisasi diri


(4)

dengan semua enam orientasi: ekspresi kreatif, membaca untuk kesenangan, kemanjuran akademik, ketergantungan struktur, apatis akademik, dan ketidakpercayaan dari instruktur. Analisis regresi menunjukkan bahwa empat orientasi yang independen terkait dengan aktualisasi diri skor. Peran keempat orientasi dalam mewujudkan penyesuaian siswa dibahas, dan implikasi ditarik tentang penafsiran nilai pada empat orientasi (Psychol Rep. 2007).

Selanjutnya Herckham dan laura mengukur dan membandingkan tingkat aktualisasi diri dari 199 guru sekolah menengah dan 195 siswa sekolah menengah dan untuk membandingkan sistem organisasi beroperasi di 20 sekolah menengah. Studi ini secara khusus memastikan sejauh mana aktualisasi diri kebutuhan guru dan siswa telah bersyukur dalam setiap jenis sistem organisasi. Personal Orientation Inventory digunakan untuk mengukur tingkat aktualisasi diri. Profil Sekolah yang digunakan untuk menentukan sistem manajemen dan sejauh mana pola otoriter atau partisipatif pemimpin dan perilaku kelompok yang bekerja. Dengan hipotesis sistem yang lebih semakin partisipatif pengelolaan sekolah maka semakin besar aktualisasi diri dari guru dan siswa. Hipotesis ini dikonfirmasi umumnya. Kesimpulanya adalah manajemen sekolah yang sukses, yang diukur dengan guru dan siswa aktualisasi diri, adalah bergantung tidak hanya pada pengalaman tetapi pada kemauan untuk memeriksa dan mengadopsi teknik manajemen baru dan gaya (American Educational Research Association, 1978).

Penelitian lainya mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang sangat significant antara keaktifan mengikuti organisasi sekolah terhadap aktualisasi dengan motif berprestasi (f = 49,947; p = 0,000 ) pada remaja pengurus OSIS SMU Negri pekalongan. Penelitian ini berkorelasi positif dimana semakin tinggi remaja aktif mengikuti organisasi sekolah maka semakin besar pula aktualisasi yang akan dicapai. Demikian pula semaikin tinggi motif berprestasi yang dimiliki oleh remaja maka semakin tinggi pula aktualisasi yang akan dicapai. Dapat dikatakan pula motif berprestasi dapat memprediksi aktualisasi diri (Indriasti, 2000).

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Morris menunjukan Korelasi skor pada skala I(Inner-support) dari Person Orientation Inventory yang


(5)

digunakan sebagai ukuran dari aktualisasi diri, dengan jumlah 205 mahasiswa laki-laki dan 206 mahasiswa perempuan. Korelasi parsial antara aktualisasi diri dan prestasi adalah negatif dan signifikan untuk tengah-kemampuan kelompok. Temuan ini mendukung kesimpulan dari Leib dan Snyder yang mengatakan bahwa aktualisasi diri dan prestasi saling berkaitan secara sekunder melalui hubungan terpisah dengan variabel lainnya (APA, 2012) .

Dari hasil penelitian selanjutnya mengatakan bahwa aktualisasi akan mendorong seseorang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya (Setyawati, 2002). Hal ini ditunjukan bahwa kebutuhan aktualisasi diri yang tinggi akan mendorong individu untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dengan kata lain profesional didasari oleh adanya kebutuhan aktualisasi yang tinggi. dalam penelitiannya Setyawati menjabarkan ada hubungan positif yang sangat significant (r= 0,683 ; p = 0,000) antara jaminan sosial dengan aktualisasi diri. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa kepuasan dalam pemberian jaminan sosial memberikan pengaruh terhadap aktualisasi diri sebesar 46,7%. Dapat disimpulkan, aktualisai diri juga mempengaruhi motif berprestasi, dan mendorong seseorang meningkakan profesionalisme kerja.

Di tengah kondisi diatas penulis memandang penting untuk membahas persoalan aktualisasi diri pada mahasiswa secara empiris. Mengingat urgensi dari fungsi mahasiswa itu sendiri sebagai kaum intelektual penerus bangsa dan harapan masyarakat dan tidak hanya berdasarkan fakta tersebut, upaya mendorong pengaktualisasian diri secara positif merupakan tanggung jawab kita bersama. Oleh karnanya penulis mengarahkan penelitian dengan judul Perbedaan Aktualisasi Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Kategori Aktifis Dan Non Aktifis.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan aktualisasi diri antara mahasiswa aktifis dan non aktifis pada Universitas Muhammadiyah Malang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktualisasi diri mahasiswa aktifis dan non aktifis di Universitas Muhammadiyah Malang.


(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Dari segi teori ilmu pengetahuanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi mereka yang berkepentingan dalam keilmuan psikologi, terutama psikologi kepribadian yakni sebagai bahan informasi yang bermanfaat.

2. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk organisasi kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Malang sehingga dapat mengetahui perbedaan aktualisasi mahasiswa aktifis dan non aktifis serta mempermudah dalam memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya.