Pengembangan Oriented Strand Board Dari Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)

1

PENGEMBANGAN ORIENTED STRAND BOARD
DARI BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)

SAHRIYANTI SAAD

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

2

PERNYATAAN MENGENAI
TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Oriented Strand
Board dari Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008
Sahriyanti Saad
NIM E051060321

3

ABSTRACT
SAHRIYANTI SAAD. The Development of Oriented Strand Board from Betung
Bamboo (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne). Under the direction
of YUSRAM MASSIJAYA and YUSUF SUDO HADI.
The objective of this research was to find out the quality of Oriented
Strand Board (OSB) from betung bamboo (Dendrocalamus asper (Schult.f.)
Backer ex Heyne) produced at several board constructions and resin contents.
The target density of board samples was 0.75 g/cm3. Three-layer OSB were
manufactured using four face-core ratio levels, namely : 40:60, 50:50, 60:40 and
70:30. The resin contents of isocyanate used were 7%, 6%, 5% and 4% based on

the bamboo strand oven dry weight. OSB was made of three layer, with 30 x 30 x
0,9 cm size of board. In the making process, hot press was carried out at 150ºC
and pressure 25 kgf/cm² for 5 minutes. Determination of OSB physical and
mechanical properties is referred to JIS A 5908-2003 while the resistance of OSB
to subterranean termite tested with Modified Wood Block Test (MWBT) standard.
The research results show that physical and mechanical properties of OSB fulfill
JIS A 5908-2003 standard. The OSB mechanical properties are fulfill JIS A 59082003 standard. However, dry MOE widthwise, wet MOR lengthwise, screw
holding strenght failed to fulfill the standard. The highest quality OSB resulted
from face-core ratio 50:50 at 6% resin content. The resistance of the produced
OSB to the subterranean termite attack was better compared to those of bamboo.
Key words : bamboo, OSB, isocyanate, ratio, resin content

4

RINGKASAN
SAHRIYANTI SAAD. Pengembangan Oriented Strand Board dari Bambu
Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne). Dibimbing oleh
YUSRAM MASSIJAYA dan YUSUF SUDO HADI.
Semakin berkurangnya pasokan bahan baku kayu maka diperlukan
pengembangan produk-produk inovatif yang memanfaatkan jenis kayu yang

kurang digunakan dan bahan berlignoselulosa lain yang dapat mensubtitusi bahan
kayu seperti bambu. Oriented Strand Board merupakan komposit struktural yang
didesain untuk menggantikan kayu lapis.
Pada prinsipnya bagian terluar papan akan menerima beban terbesar
sehingga perlu diketahui konstruksi papan yang dapat menghasilkan kekuatan
optimal.
Untuk menanggulangi bahaya emisi formaldehida dan semakin
meningkatnya perhatian masyarakat dalam dan luar negeri terhadap masalah
lingkungan, maka penggunaan perekat non formaldehida yaitu isocyanate menjadi
sangat penting. Namun mengingat harga perekat isocyanate lebih mahal
dibandingkan perekat lainnya, maka kadar perekat optimal yang gunakan pada
penelitian ini juga perlu diteliti. Negara kita adalah surga bagi kehidupan rayap
dan rayap tanah diketahui merupakan rayap perusak dengan tingkat serangan
paling ganas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari
konstruksi papan dan kadar perekat terhadap kualitas OSB. Parameter kualitas
OSB yang dianalisis terdiri dari sifat fisis dan mekanis, serta ketahanan terhadap
rayap tanah.
Penelitian ini menggunakan bambu betung (Dendrocalamus asper
(Schult.f.) Backer ex Heyne) dan perekat isocyanate sebagai bahan baku. OSB
dibuat dengan empat tipe konstruksi (rasio face-core) yaitu 40:60, 50:50, 60:40,

dan 70:30 dengan kadar perekat 7%, 6%, 5% dan 4%. Papan dibuat 3 lapis
dimana arah strands pada lapisan face dan core saling tegak lurus. Kerapatan
sasaran ditentukan sebesar 0,75 g/cm3 dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 0,9 cm.
Pengempaan panas menggunakan suhu 150°C dengan tekanan 25 kg/cm² selama 5
menit. OSB dibuat dengan menggunakan tiga ulangan pada setiap tipe papan.
Setelah dikondisikan selama 2 minggu, OSB selanjutnya dibuat contoh uji untuk
dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis berdasarkan standar JIS A 5908-2003
untuk papan partikel tipe 24-10. Data yang terkumpul untuk setiap parameter pada
masing-masing jenis papan dirata-ratakan dan dibandingkan satu sama lain. Selain
itu dilakukan pula analisis statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap
percobaan faktorial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rasio face-core
mempengaruhi sifat fisis dan mekanis OSB dari bambu betung kecuali
pengembangan tebal 2 jam, pengembangan linier, internal bond dan kuat pegang
sekrup. Kadar perekat juga mempengaruhi sifat fisis dan mekanis OSB dari
bambu betung kecuali pengembangan tebal, pengembangan linier, internal bond
dan MOE pada kondisi kering. Berdasarkan hasil perangkingan, penggunaan
rasio face-core 50:50 dengan kadar perekat 6% menghasilkan OSB dari bambu
betung dengan kualitas terbaik. OSB dari bambu yang dihasilkan semuanya
memenuhi standar JIS A 5908-2003 untuk parameter sifat fisis. Untuk parameter


5

sifat mekanis, umumnya telah memenuhi standar kecuali OSB MOE kering sejajar
lebar OSB, MOR basah sejajar panjang OSB dan kuat pegang sekrup. Rasio facecore yang lebih besar akan meningkatkan kekuatan (MOE dan MOR) pada
pengujian sejajar panjang OSB sebaliknya akan menurunkan kekuatan pada
pengujian sejajar lebar OSB. Ketahanan OSB dari bambu terhadap serangan rayap
tanah lebih tinggi dari bambu

6

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7

PENGEMBANGAN ORIENTED STRAND BOARD
DARI BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)

SAHRIYANTI SAAD

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008


8

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc

9

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Pengembangan Oriented Strand Board dari Bambu Betung
(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)
Sahriyanti Saad
E051060321


Disetujui
Komisi Pembimbing,

Prof.Dr. Ir. Muh.Yusram Massijaya, MS
Ketua

Prof.Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Iman Wahyudi, MS

Tanggal Ujian : 29 Agustus 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

10

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis ini
dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pengembangan Oriented Strand Board dari
Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)” dapat
diselesaikan berkat bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS dan Bapak Prof. Dr. Ir.
Yusuf Sudo Hadi, M.Agr sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing
yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan dan saran yang
terkait dengan penelitian ini. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc. sebagai
penguji luar komisi yang juga memberikan masukan dan saran demi
kesempurnaan tesis ini.
2. Staf di Laboratorium Bio-komposit, Laboratorium Kayu Solid, Laboratorim

Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Keteknikan Kayu yang telah banyak
memberikan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian, Bapak
Abdullah, Ibu Esti Prihatini, Bapak Kadiman, Bapak Amin Suroso, ST, Bapak
Supriatin.
3. Teman-teman Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan angkatan 2006,
terima kasih atas kebersamaan, dorongan dan bantuannya selama perkuliahan,
penelitian dan penyelesaian tesis ini. Ibu Syahidah yang menjadi teman
sekaligus Ibu selama di Bogor, Sahabatku Yuliana Susanti, Liana dan Diah
Mustika serta Muh. Asgaf, S. Hut, MP atas segala dukungan dan bantuannya.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc, Bapak Prof. Dr. Ir. Djamal Sanusi,
dan Bapak Ir. Beta Putranto, M.Sc yang telah memberikan rekomendasi untuk
melanjutkan studi di IPB.
5. Dosen-dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, terima kasih atas
dukungan dan dorongannya selama ini.
6. Ayahanda Amiruddin Saad, Ibunda Hj. Djahrah, Bapak Mertua H. Bohari,
terima kasih setulus hati penulis ucapkan atas doa yang tiada putusnya.
Saudara-saudaraku Muh. Sahriyuddin Saad dan Muh. Sahruddin Saad, kakakkakal ipar serta keluarga besar di Parepare dan Makassar atas segala doa dan
kasih sayangnya.
7. Suami tercinta Muh. Ansar Bohari, S.Hut, M.Si dan anakku tersayang yang
masih berada dalam kandungan dan berumur 5 bulan (Insya Allah lahir

dengan selamat dan sehat), terima kasih atas doa, kasih sayang, pengorbanan
dan dukungannya selama penulis menjalani studi selama 2 tahun dan
melaksanakan penelitian. Keberadaan mereka adalah anugerah terindah dalam
hidup penulis.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat dalam tesis ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

Sahriyanti Saad

1

PENGEMBANGAN ORIENTED STRAND BOARD
DARI BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)

SAHRIYANTI SAAD

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

2

PERNYATAAN MENGENAI
TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Oriented Strand
Board dari Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008
Sahriyanti Saad
NIM E051060321

3

ABSTRACT
SAHRIYANTI SAAD. The Development of Oriented Strand Board from Betung
Bamboo (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne). Under the direction
of YUSRAM MASSIJAYA and YUSUF SUDO HADI.
The objective of this research was to find out the quality of Oriented
Strand Board (OSB) from betung bamboo (Dendrocalamus asper (Schult.f.)
Backer ex Heyne) produced at several board constructions and resin contents.
The target density of board samples was 0.75 g/cm3. Three-layer OSB were
manufactured using four face-core ratio levels, namely : 40:60, 50:50, 60:40 and
70:30. The resin contents of isocyanate used were 7%, 6%, 5% and 4% based on
the bamboo strand oven dry weight. OSB was made of three layer, with 30 x 30 x
0,9 cm size of board. In the making process, hot press was carried out at 150ºC
and pressure 25 kgf/cm² for 5 minutes. Determination of OSB physical and
mechanical properties is referred to JIS A 5908-2003 while the resistance of OSB
to subterranean termite tested with Modified Wood Block Test (MWBT) standard.
The research results show that physical and mechanical properties of OSB fulfill
JIS A 5908-2003 standard. The OSB mechanical properties are fulfill JIS A 59082003 standard. However, dry MOE widthwise, wet MOR lengthwise, screw
holding strenght failed to fulfill the standard. The highest quality OSB resulted
from face-core ratio 50:50 at 6% resin content. The resistance of the produced
OSB to the subterranean termite attack was better compared to those of bamboo.
Key words : bamboo, OSB, isocyanate, ratio, resin content

4

RINGKASAN
SAHRIYANTI SAAD. Pengembangan Oriented Strand Board dari Bambu
Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne). Dibimbing oleh
YUSRAM MASSIJAYA dan YUSUF SUDO HADI.
Semakin berkurangnya pasokan bahan baku kayu maka diperlukan
pengembangan produk-produk inovatif yang memanfaatkan jenis kayu yang
kurang digunakan dan bahan berlignoselulosa lain yang dapat mensubtitusi bahan
kayu seperti bambu. Oriented Strand Board merupakan komposit struktural yang
didesain untuk menggantikan kayu lapis.
Pada prinsipnya bagian terluar papan akan menerima beban terbesar
sehingga perlu diketahui konstruksi papan yang dapat menghasilkan kekuatan
optimal.
Untuk menanggulangi bahaya emisi formaldehida dan semakin
meningkatnya perhatian masyarakat dalam dan luar negeri terhadap masalah
lingkungan, maka penggunaan perekat non formaldehida yaitu isocyanate menjadi
sangat penting. Namun mengingat harga perekat isocyanate lebih mahal
dibandingkan perekat lainnya, maka kadar perekat optimal yang gunakan pada
penelitian ini juga perlu diteliti. Negara kita adalah surga bagi kehidupan rayap
dan rayap tanah diketahui merupakan rayap perusak dengan tingkat serangan
paling ganas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari
konstruksi papan dan kadar perekat terhadap kualitas OSB. Parameter kualitas
OSB yang dianalisis terdiri dari sifat fisis dan mekanis, serta ketahanan terhadap
rayap tanah.
Penelitian ini menggunakan bambu betung (Dendrocalamus asper
(Schult.f.) Backer ex Heyne) dan perekat isocyanate sebagai bahan baku. OSB
dibuat dengan empat tipe konstruksi (rasio face-core) yaitu 40:60, 50:50, 60:40,
dan 70:30 dengan kadar perekat 7%, 6%, 5% dan 4%. Papan dibuat 3 lapis
dimana arah strands pada lapisan face dan core saling tegak lurus. Kerapatan
sasaran ditentukan sebesar 0,75 g/cm3 dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 0,9 cm.
Pengempaan panas menggunakan suhu 150°C dengan tekanan 25 kg/cm² selama 5
menit. OSB dibuat dengan menggunakan tiga ulangan pada setiap tipe papan.
Setelah dikondisikan selama 2 minggu, OSB selanjutnya dibuat contoh uji untuk
dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis berdasarkan standar JIS A 5908-2003
untuk papan partikel tipe 24-10. Data yang terkumpul untuk setiap parameter pada
masing-masing jenis papan dirata-ratakan dan dibandingkan satu sama lain. Selain
itu dilakukan pula analisis statistik dengan menggunakan rancangan acak lengkap
percobaan faktorial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rasio face-core
mempengaruhi sifat fisis dan mekanis OSB dari bambu betung kecuali
pengembangan tebal 2 jam, pengembangan linier, internal bond dan kuat pegang
sekrup. Kadar perekat juga mempengaruhi sifat fisis dan mekanis OSB dari
bambu betung kecuali pengembangan tebal, pengembangan linier, internal bond
dan MOE pada kondisi kering. Berdasarkan hasil perangkingan, penggunaan
rasio face-core 50:50 dengan kadar perekat 6% menghasilkan OSB dari bambu
betung dengan kualitas terbaik. OSB dari bambu yang dihasilkan semuanya
memenuhi standar JIS A 5908-2003 untuk parameter sifat fisis. Untuk parameter

5

sifat mekanis, umumnya telah memenuhi standar kecuali OSB MOE kering sejajar
lebar OSB, MOR basah sejajar panjang OSB dan kuat pegang sekrup. Rasio facecore yang lebih besar akan meningkatkan kekuatan (MOE dan MOR) pada
pengujian sejajar panjang OSB sebaliknya akan menurunkan kekuatan pada
pengujian sejajar lebar OSB. Ketahanan OSB dari bambu terhadap serangan rayap
tanah lebih tinggi dari bambu

6

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7

PENGEMBANGAN ORIENTED STRAND BOARD
DARI BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)

SAHRIYANTI SAAD

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

8

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc

9

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Pengembangan Oriented Strand Board dari Bambu Betung
(Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)
Sahriyanti Saad
E051060321

Disetujui
Komisi Pembimbing,

Prof.Dr. Ir. Muh.Yusram Massijaya, MS
Ketua

Prof.Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Iman Wahyudi, MS

Tanggal Ujian : 29 Agustus 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

10

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis ini
dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pengembangan Oriented Strand Board dari
Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)” dapat
diselesaikan berkat bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS dan Bapak Prof. Dr. Ir.
Yusuf Sudo Hadi, M.Agr sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing
yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan dan saran yang
terkait dengan penelitian ini. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc. sebagai
penguji luar komisi yang juga memberikan masukan dan saran demi
kesempurnaan tesis ini.
2. Staf di Laboratorium Bio-komposit, Laboratorium Kayu Solid, Laboratorim
Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Keteknikan Kayu yang telah banyak
memberikan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian, Bapak
Abdullah, Ibu Esti Prihatini, Bapak Kadiman, Bapak Amin Suroso, ST, Bapak
Supriatin.
3. Teman-teman Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan angkatan 2006,
terima kasih atas kebersamaan, dorongan dan bantuannya selama perkuliahan,
penelitian dan penyelesaian tesis ini. Ibu Syahidah yang menjadi teman
sekaligus Ibu selama di Bogor, Sahabatku Yuliana Susanti, Liana dan Diah
Mustika serta Muh. Asgaf, S. Hut, MP atas segala dukungan dan bantuannya.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc, Bapak Prof. Dr. Ir. Djamal Sanusi,
dan Bapak Ir. Beta Putranto, M.Sc yang telah memberikan rekomendasi untuk
melanjutkan studi di IPB.
5. Dosen-dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, terima kasih atas
dukungan dan dorongannya selama ini.
6. Ayahanda Amiruddin Saad, Ibunda Hj. Djahrah, Bapak Mertua H. Bohari,
terima kasih setulus hati penulis ucapkan atas doa yang tiada putusnya.
Saudara-saudaraku Muh. Sahriyuddin Saad dan Muh. Sahruddin Saad, kakakkakal ipar serta keluarga besar di Parepare dan Makassar atas segala doa dan
kasih sayangnya.
7. Suami tercinta Muh. Ansar Bohari, S.Hut, M.Si dan anakku tersayang yang
masih berada dalam kandungan dan berumur 5 bulan (Insya Allah lahir
dengan selamat dan sehat), terima kasih atas doa, kasih sayang, pengorbanan
dan dukungannya selama penulis menjalani studi selama 2 tahun dan
melaksanakan penelitian. Keberadaan mereka adalah anugerah terindah dalam
hidup penulis.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat dalam tesis ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

Sahriyanti Saad

11

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parepare pada tanggal 5 Juli 1982 dari pasangan yang
berbahagia ayahanda Amiruddin Saad dan Ibunda Hj. Djahrah. Penulis adalah
anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan dasar penulis selesaikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Parepare
tahun 1994, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Parepare tahun 1997,
kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Parepare dan
lulus tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di
Jurusan Kehutanan, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian dan
Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar sejak September 2000 dan lulus
pada Maret 2005.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, penulis menjadi asisten dosen di
tempat yang sama dan penulis menjadi anggota Masyarakat Peneliti Kayu
Indonesia (MAPEKI). Penulis juga bergabung dengan PT. Properindo Jasatama,
Yayasan Ikatan Alumni Kehutanan Universitas Hasanuddin dan CV. Intranusa
EM untuk beberapa pekerjaan sebelum penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
(IPK) dengan Minat Teknologi Hasil Hutan pada tahun 2006.
Pada 19 Agustus 2007 penulis menikah dengan Muh. Ansar Bohari, S.Hut,
M.Si dan sekarang dikaruniai anak yang masih berada dalam kandungan dan
berumur 5 bulan. Semoga lahir dengan selamat, sehat dan tiada kekurangan
apapun, Amin.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan penulis menyusun tesis dengan judul
“Pengembangan Oriented Strand Board dari Bambu Betung (Dendrocalamus
asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Muh.
Yusram Massijaya, MS sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Yusuf
Sudo Hadi, M.Agr. sebagai anggota Komisi Pembimbing.
Selama mengikuti program S2, penulis membuat buku “Analisis Perekatan
Kayu” bersama tim (Prof. Dr.Ir.Surdiding Ruhendi, M.Sc., Desy Natalia Koroh,
Firda Aulya S, Hikma Yanti, Nurhaida, Tito Sucipto) yang telah diterbitkan tahun
2007.

12

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xii
xiii
xiv

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Perumusan Masalah ....................................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................
Manfaat Penelitian ......................................................................
Hipotesis Penelitian .....................................................................

1
1
3
3
3
4

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Oriented Strand Board ...............................................................
Perekat Isocyanate ......................................................................
Bambu.........................................................................................
Biodeteriorasi oleh Rayap ...........................................................

5
5
7
9
13

BAHAN DAN METODE .......................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................
Alat dan Bahan ............................................................................
Metodologi Penelitian .................................................................
Analisis Data ...............................................................................

17
17
17
17
30

HASIL DAN PEMBAHASAN... ............................................................
Karakteristik Bahan Baku ............................................................
Bambu Betung .......................................................................
Perekat...................................................................................
Sifat Fisis OSB ............................................................................
Kerapatan ..............................................................................
Kadar Air ..............................................................................
Pengembangan Tebal.............................................................
Pengembangan Linier ............................................................
Daya Serap Air ......................................................................
Sifat Mekanis OSB ......................................................................
Keteguhan Tarik Tegak Lurus Permukaan (Internal Bond) ....
Modulus Elastisitas (MOE) Kering Sejajar Panjang dan
Lebar OSB ............................................................................
Modulus Elastisitas (MOE) Basah Sejajar Panjang dan
Lebar OSB ............................................................................
Modulus Patah (MOR) Kering Sejajar Panjang dan
Lebar OSB ............................................................................
Modulus Patah (MOR) Basah Sejajar Panjang dan Lebar OSB
Kuat Pegang Sekrup ..............................................................
Retensi kekuatan (Strength Retention) OSB ...........................

32
32
32
33
33
33
35
36
38
39
40
40
43
45
46
47
48
50

13

Perbandingan Sifat Fisis dan Mekanis OSB ................................
Ketahanan OSB terhadap Rayap Coptotermes curvignathus
Holmgren ....................................................................................

51

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

58

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

59

LAMPIRAN ...........................................................................................

63

54

14

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Sifat fisis OSB dari bambu .................................................................
2 Sifat mekanis OSB dari bambu ...........................................................
3 Retensi kekuatan MOE dan MOR pada sejajar panjang dan
lebar OSB...........................................................................................
4 Perangkingan sifat fisis dan mekanis OSB berdasarkan JIS A
5908-2003 ..........................................................................................
5 Hasil perhitungan ketahanan OSB dari bambu ....................................

34
41
50
53
54

15

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Batang bambu betung di Kebun Raya Bogor .....................................

12

2 Rayap kasta pekerja (a); kasta prajurit (b); kasta reproduktif (c) ........

14

3 Sketsa konstruksi OSB dari bambu....................................................

18

4 Sketsa pembuatan dan strand yang dihasilkan ...................................

22

5 Pola pemotongan contoh uji OSB ......................................................

23

6 Pengujian keteguhan lentur (MOE) dan keteguhan patah (MOR) ......

26

7 Pengujian keteguhan rekat (Internal Bond)........................................

27

8 Bentuk skrup pengujian .....................................................................

28

9 Kotak dan contoh uji untuk pengujian ketahanan OSB terhadap
rayap tanah di laboratorium ...............................................................
10 Bentuk-bentuk kerusakan contoh uji keteguhan rekat pada rasio
face-core yang berbeda a) 40:60; b) 50:50; c) 60:40; d) 70:30. ..........

42

17 Contoh uji OSB yang sedang diserang rayap tanah ............................

56

29

16

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Hasil pengukuran berat jenis dan kadar air bambu betung ................

64

2

Hasil pengujian sifat mekanis bambu betung .....................................

65

3

Hasil pengukuran nisbah kelangsingan (slenderness ratio) dan
nisbah aspek (aspect ratio)................................................................

66

4

Hasil pengukuran sudut kontak pada strand bambu ...........................

68

5

Nilai solid content perekat isocyanate ...............................................

69

6

Nilai viscositas perekat isocyanate ...................................................

70

7

Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut kerapatan OSB ...................

71

8

Hasil analisis sidik ragam uji lanjut kadar air ....................................

72

9

Hasil analisis sidik ragam pengembangan tebal 2 jam .......................

73

10 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut pengembangan tebal 24 jam

74

11 Hasil analisis sidik ragam pengembangan linier 2 jam ......................

75

12 Hasil analisis sidik ragam pengembangan linier 24 jam .....................

76

13 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut daya serap air 2 jam.............

77

14 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut daya serap air 24 jam...........

78

15 Hasil analisis sidik ragam internal bond ...........................................

79

16 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOE kering sejajar panjang

80

17 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOE kering sejajar lebar.....

81

18 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOE basah sejajar panjang .

82

19 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOE kering sejajar lebar.....

83

20 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOR kering sejajar panjang

84

21 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOR kering sejajar lebar ....

85

22 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOR basah sejajar panjang .

86

23 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut MOR basah sejajar lebar .....

87

24 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut kuat pegang sekrup..............

88

25 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat OSB ...............................

89

26 Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut mortalitas rayap ...................

90

27 Data hasil pengujian sifat fisis OSB bambu .......................................

91

28 Data hasil pengujian sifat mekanik OSB bambu ................................

93

29 Data ketebalan OSB yang dihasilkan .................................................

95

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu cara mengatasi kekurangan bahan baku kayu adalah
pengembangan produk-produk inovatif yang menggunakan jenis kayu yang belum
dimanfaatkan serta bahan berlignoselulosa lain yang dapat mensubtitusi bahan
kayu yang selama ini digunakan.

Produk komposit kayu sangat potensial

dikembangkan karena produk komposit kayu tidak mensyaratkan mutu bahan
baku yang tinggi dan memiliki sifat unggul yaitu flexibel dalam ukuran, kerapatan
papan dapat dibuat sesuai tujuan penggunaannya dan bersifat homogen
dibandingkan dengan kayu solid. Menurut Youngquist (1999), bentuk-bentuk
produk komposit kayu diantaranya adalah papan serat, papan partikel, wafer
board, flake board, Oriented Strands Board (OSB) dan com-ply.
OSB merupakan komposit struktural dan salah satu produk panel-panel
kayu yang didesain untuk menggantikan kayu lapis (Nishimura et al. 2004). OSB
dapat digunakan secara luas seperti untuk dinding, panel atap, sub-lantai, pelapis
lantai, lantai, panel penyekat, lantai I-joint, papan dan OSB merupakan produk
pilihan yang ekonomis dan ramah lingkungan (SBA 2005).
Bahan berlignoselulosa lain yang memiliki potensi yang cukup besar dan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif adalah bambu. Kelebihan dari
penggunaan bambu adalah batangnya lurus, elastis, kuat, cepat tumbuh,
ketersediaannya banyak dan penyebarannya luas, sehingga memungkinkan untuk
produksi secara massal dan kontinu. Dengan demikian bambu sangat potensial
digunakan sebagai bahan baku untuk produk OSB disamping itu dapat
meningkatkan nilai tambah bambu. Dari beberapa jenis bambu yang tumbuh di
Indonesia, bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)
merupakan salah satu jenis bambu yang umum digunakan untuk bahan bangunan,
jembatan dan bahan dasar perabotan serta banyak dijumpai di alam.
Meskipun banyak penelitian yang memanfaatkan bambu sebagai bahan
baku untuk komposit, namun sangat sedikit yang mencoba untuk membuat
komposit yang berbahan strands.

Penelitian mengenai OSB bambu telah

2

dilakukan Sumardi et al. (2005) yang meneliti pengaruh kerapatan dan struktur
lapisan terhadap sifat mekanis OSB dari bambu. Hasilnya menunjukkan bahwa
sifat mekanis dan stabilitas dimensi struktur OSB tiga lapis yang saling tegak
lurus pada tiap lapisannya lebih baik dibanding struktur yang acak dan yang
arahnya seragam. Nilai MOE dan MOR meningkat dengan semakin tingginya
kerapatan.
Konstruksi yang umum digunakan dalam pembuatan OSB adalah
1/3:1/3:1/3 pada tiap lapisannya.

Pada prinsipnya bagian terluar papan akan

menerima beban terbesar. Dalam hal ini, pada saat digunakan untuk memikul
beban-beban lentur, bagian terluar papan akan menerima beban tarik dan beban
tekan maksimal sehingga untuk menghasilkan produk yang memiliki kekuatan
yang optimal, maka lapisan face dan core harus dibuat dengan perbandingan
tertentu.
Dalam pembuatan OSB, perekat yang umumnya digunakan adalah phenol
formaldehida (PF) dan isocyanate/polymeric diphenylmethane diisocyanate. PF
adalah perekat yang mengandung senyawa formaldehida yang mudah lepas ke
udara dan dapat mengganggu kesehatan. Untuk menanggulangi bahaya emisi
formaldehida dan semakin meningkatnya perhatian masyarakat dalam dan luar
negeri terhadap masalah lingkungan, maka penggunaan perekat non formaldehida
yaitu isocyanate menjadi sangat penting.

Penelitian OSB dalam skala

laboratorium di Indonesia telah beberapa kali dilakukan dengan berbagai bahan
baku kayu dan perekat, namun penggunaan perekat isocyanate baru dilakukan
oleh Nuryawan (2007) yang merekomendasikan penggunaan perekat isocyanate
sebanyak 7% untuk kayu cepat tumbuh. Mengingat harga perekat ini lebih mahal
dibandingkan jenis perekat berbasis formaldehida, maka kadar perekat optimal
yang digunakan pada penelitian ini juga perlu diteliti.
Negara kita adalah surga bagi kehidupan rayap. Kelembaban yang tinggi
dan suhu yang hangat sepanjang tahun merupakan lingkungan yang digemari
rayap. Rayap tanah diketahui merupakan rayap perusak dengan tingkat serangan
paling ganas. Oleh karena itu selain mengamati kualitas OSB dari parameter sifat

3

fisis dan mekanis, ketahanan OSB terhadap serangan rayap tanah juga perlu
diketahui.
Perumusan masalah
Bambu dapat menjadi bahan subtitusi bagi kayu untuk dapat dibuat OSB.
Dari penelitian OSB yang telah dilakukan, belum tersedia informasi mengenai
kualitas OSB dari bambu dan informasi mengenai pengaruh rasio face-core papan
terhadap kualitas OSB dari bambu juga belum tersedia. Selain itu informasi
mengenai kadar perekat isocyanate optimum yang menghasilkan OSB dari bambu
dengan kualitas yang memenuhi standar juga belum tersedia. Seperti halnya
dengan kayu, bambu sangat rentan terserang organisme perusak dan daya tahan
produk OSB terhadap organisme perusak masih jarang dilaporkan.

Dengan

penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan tersebut di
atas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh rasio face-core terhadap kualitas OSB dari bambu
2. Menganalisis pengaruh kadar perekat terhadap kualitas OSB dari bambu
3. Menganalisis ketahanan OSB dari bambu terhadap serangan rayap tanah
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai data dasar dalam
rangka pengembangan industri OSB di Indonesia dan sebagai promosi bambu
sebagai salah satu alternatif bahan baku industri pengolahan kayu. Penelitian ini
juga diharapkan dapat meningkatkan diversifikasi pemanfaatan bambu dan
menjadi salah satu upaya pengembangan komposit ramah lingkungan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Rasio face-core berpengaruh nyata terhadap sifat fisis mekanis OSB dari
bambu.

4

2. Kadar perekat berpengaruh nyata terhadap sifat fisis mekanis OSB dari
bambu.
3. OSB dari bambu lebih tahan terhadap serangan rayap tanah dibanding bambu.

TINJAUAN PUSTAKA

Oriented Strands Board (OSB)
Oriented Strands Board (OSB) merupakan panel untuk penggunaan
struktural terbuat dari strands kayu tipis yang diikat bersama menggunakan
perekat resin tahan air (waterproof) dan dikempa panas (Lowood 1997).
Youngquist (1999) melengkapi bahwa OSB dibuat dari strands kayu yang tipis,
panjang dan sempit yang diarahkan sejajar satu sama lain, direkat dengan resin
waterproof dibawah panas dan tekanan.
OSB merupakan panel tiga lapis, terbuat dari strandss dengan lapisan
permukaan ditempatkan sejajar searah produksi panel sementara bagian intinya
tegak lurus.

Konstruksi OSB mirip dengan kayu lapis, karena itu sifat-sifat

kekuatan lengkung (bending), kekakuan (MOE) dan stabilitas dimensinya juga
hampir sama dengan kayu lapis (Tsoumis 1991). OSB bisa dibuat dengan arah
serat sejajar dan tidak sejajar. OSB dengan arah tidak sejajar dapat berupa OSB
lapisan luar sejajar sedangkan lapisan tengahnya acak, atau lapisan luar tegak
lurus dengan lapisan tengah. Berdasarkan jumlah lapisannya, OSB terdiri dari
satu lapis, tiga lapis atau lebih (Blomquist et al. 1983).
OSB merupakan perkembangan dari waferboard yaitu suatu produk panel
yang pertama kali dibuat di Amerika Utara pada tahun 1954. Dibandingkan
dengan kayu lapis, waferboard mempunyai banyak keunggulan diantaranya dapat
menggunakan bahan baku dari jenis yang kurang dikenal, sifat kekuatannya tinggi
sehingga sangat cocok digunakan sebagai subtitusi terhadap kayu lapis dalam
beberapa aplikasi (Walter 1993). Saat ini waferboard sudah dieliminasi dan
digantikan oleh OSB yang termasuk golongan panel struktural bersama kayu lapis
(Bowyer et al. 2003).
Ukuran dimensi strands menurut Marra (1992) adalah panjang 0,5-3 inchi
(1,27-7,62 cm), lebar 0,25-1 inchi (0,64-2,54), dan tebal 0,010-0,025 inchi (0,020,06 cm). Strands pada OSB itu sendiri memiliki dimensi panjang paling sedikit
tiga atau empat kali lebih besar dibanding lebarnya. Perbandingan ini mendukung

6

pelurusan strands-strands dalam rangka usaha pembentukan lembaran (Koch
1985).
Dua perbandingan yang harus dipertimbangkan dalam hal pengarahan
partikel.

Yang pertama adalah slenderness ratio (rasio kelangsingan) yaitu

perbandingan antara panjang partikel dengan tebalnya.

Partikel dengan nilai

perbandingan yang lebih dari satu akan mempunyai dimensi panjang yang lebih
besar dari tebalnya dan dengan demikian, partikel akan mudah untuk diarahkan.
Nilai perbandingan yang lebih tinggi berarti partikel lebih langsing. Perbandingan
yang kedua adalah aspect ratio yaitu perbandingan antara panjang partikel dengan
lebarnya. Nilai perbandingannya satu berarti partikelnya persegi empat dengan
demikian tidak dapat diarahkan. Aspect ratio minimal bernilai tiga agar diperoleh
arah yang cukup baik (Maloney 1993).
Dari hasil penelitian Nishimura et al. (2004) luasan strands yang besar
dengan aspect ratio yang tinggi menghasilkan OSB dengan orientasi strands dan
sifat mekanis yang optimum. Youngquist (1999) menyarankan agar menghasilkan
OSB dengan kekuatan lengkung (bending) dan kekakuan yang lebih besar, maka
strands kayu yang dibuat harus memiliki aspect ratio paling sedikit tiga.
Pada umumnya bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan OSB, kayu yang memiliki berat jenis 0,35-0,65 lebih disukai dan
disarankan (Tambunan, 2000). Menurut Caesar (1997), OSB dapat diproduksi
dengan menggunakan kayu berkerapatan rendah yang berkisar 350-700 kg/m3.
Kayu yang mempunyai kerapatan kurang dari 350 kg/m3 tidak cukup hanya
dimampatkan untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sedangkan kerapatan papan
yang sangat tinggi dapat menyebabkan blow, karena uap pada bagian uap air
bagian dalam papan yang dihasilkan selama proses pengempaan tidak dapat
dilepaskan.
OSB telah dikembangkan secara luas untuk bahan konstruksi perumahan
dan bangunan komersial utamanya adalah untuk keperluan dinding, atap dan
lantai pada bangunan rumah tinggal (Lowood 1997). OSB dapat digunakan untuk
komponen rumah dari lantai yang paling dasar hingga ke bagian atasnya seperti
dinding, panel atap, sub-lantai, lantai berlapis tunggal, pelapis, panel insulasi
struktural, papan sisi dan lantai joint (Youngquist 1999).

7

Perekat Isocyanate
Perekat tahan air seperti phenol formaldehyde (PF), isocyanate dan
melamin urea formaldehyde (MUF) dapat digunakan sebagai perekat pada
pembuatan OSB karena umumnya aplikasi OSB untuk bangunan dan penggunaan
exterior (Caesar 1997).

Tipe dan jumlah resin perekat yang dipakai akan

berpengaruh terhadap kualitas OSB yang diproduksi.

Perekat yang umum

digunakan dalam produksi OSB adalah resin PF dan Metane diisocyanate (MDI)
(SBA 2005).
Perekat berbasis isocyanate memainkan peran yang relatif kecil

dari

jumlah total perekat yang digunakan di dunia, akan tetapi isocyanate serbaguna
karena dapat diaplikasikan pada kempa panas maupun kempa dingin (Weaver dan
Owen 1992). Perekat isocyanate telah menarik perhatian yang luas dalam
pembuatan kayu komposit. Hal tersebut disebabkan oleh reaktifitas yang tinggi,
kekuatan ikatan yang tinggi, daya tahan yang tinggi, serta merupakan perekat
yang tidak berbasis formaldehida (Kawai et al. 1998).
Polymeric methylene diphenyl diisocyanat (pMDI) dikembangkan sebagai
perekat kayu dengan kekuatan yang tinggi dan tahan lama. Perekat ini sekarang
digunakan secara luas dalam pembuatan produk komposit (Vick 1999).
Perekat isocyanate tersebut berbasis pada reaktifitas yang tinggi dari
radikal isocyanate, -N = C = O. Ikatan dengan polaritas yang kuat dari senyawa
yang membawa radikal ini tidak hanya mempunyai potensi daya rekat yang baik
tetapi juga potensial untuk membentuk ikatan kovalen dengan substrat yang
mempunyai gugus hidrogen reaktif. Jika molekul memuat 2 radikal isocyanate
seperti dalam diisocyanate, kombinasi perekat akan memiliki kemampuan untuk
membentuk ikatan kohesi melalui polimerisasi. Reaksi bifungsional isocyanate
dengan bifungsional alkohol menghasilkan molekul-molekul linear, dimana
molekul-molekul tri- dan tetrafungsional memungkinkan terjadinya ikatan silang.
Sifat material ini dapat bervariasi dengan kisaran yang luas dari elastomer ke
rigid, yang memungkinkannya untuk dibuat berbagai macam produk (Marra
1992).

8

Ikatan kayu dengan isocyanate tidak sama dengan resin PF dan UF.
Kebanyakan resin kayu konvensional mengalir pada permukaan kayu yang kasar
dan mengeras. Segera setelah mengeras, dia akan melekat secara mekanis dan
mengeras untuk menarik permukaan kayu yang lebih luas. Ini serupa dengan
velcro (bahan untuk fastening pakaian, yaitu terdiri dari 2 strip nilon, satu kasar
dan satunya halus dimana akan melekat satu sama lain ketika dikempa bersamasama) dimana terjadi adhesi tetapi tidak ada interaksi kimia. Tipe adhesi demikian
disebut adhesi mekanik. Pada isocyanate disamping terjadi adhesi mekanik, juga
terjadi ikatan kimia. Secara kimia isocyanate bereaksi dengan hydroxyl group
yang terdapat dalam kayu membentuk ikatan poliuretan diantara partikel kayu.
Secara fisik, isocyanate bereaksi dengan air yang terdapat dalam kayu membentuk
lem (glue) poliurea yang membentuk ikatan fisik dengan partikel kayu (Galbraith
and Newman 1992).
Gugus hydroxyl pada kayu berikatan secara kimia dengan sistem ikatan
yang menghasilkan ikatan yang sangat baik. Ikatan tersebut tahan terhadap air,
cairan asam, dan liquors (Maloney 1993).
Massijaya (1997) menyatakan bahwa kadar perekat yang umum digunakan
untuk perekat isocyanate sekitar 4%, namun demikian berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukannya pada pembuatan papan partikel limbah kertas koran,
kadar perekat 2% menghasilkan keteguhan lentur yang lebih besar dari perekat
urea formaldehida dan phenol formaldehida dengan kadar 10%. Fenomena ini
disebabkan oleh perbedaan mekanisme ikatan antara PF dan UF dengan
isocyanate. PF dan UF berikatan secara mekanik dengan partikel kertas koran
sementara pada perekat isocyanate, disamping terjadi ikatan secara mekanis juga
terjadi ikatan secara kimia.
Menurut Marra (1992) keuntungan menggunakan perekat isocyanate
dibandingkan dengan perekat lain adalah dibutuhkan dalam jumlah sedikit saja
untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang sama, dapat menggunakan suhu
yang lebih rendah, memungkinkan penggunaan kempa yang lebih cepat, lebih
toleran pada partikel berkadar air tinggi, energi untuk pengeringan lebih sedikit
dibutuhkan, stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil dan tidak ada

9

emisi formaldehida.

Kelemahannya hanyalah harganya yang relatif mahal

dibandingkan perekat sintesis lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Brochmann et al. (2004) tentang pengaruh
jenis resin dan tebal flake terhadap sifat OSB menunjukkan bahwa kombinasi
perekat PF sebagai perekat face dan back serta isocyanate sebagai perekat core
menghasilkan stabilitas dimensi terbaik. Hal ini terjadi karena persentase resin
solid yang rendah pada PF dapat memplastisasi permukaan strands yang
memperbaiki ikatan permukaan dan sedikit meningkatkan sifat hidrophobik.
Penelitian Wang et al. (2005) mengenai pengaruh kombinasi MDI dan PF
bubuk terhadap performa OSB menunjukkan bahwa sistem bider dengan
kombinasi MDI dan MDI/PF bubuk (50:50) lebih toleran terhadap variasi kadar
air dibandingkan PF bubuk saja.
Penelitian yang dilakukan oleh McElart (1992) dalam Nuryawan dan
Massijaya (2006) melaporkan bahwa MDI berpotensi dapat memaksimalkan sifat
fisis penampilan panel OSB, mengefisienkan proses, dan menguntungkan dalam
hal : 1) lebih cepat pengempaannya karena lebih cepat matang (curing) dan terikat
(bonding), 2) memperbaiki penampilan fisik papan, 3) biaya produksi (energi)
lebih rendah, 4) mengurangi emisi VOC (volatile organic compound) selama
pengeringan dan pengempaan, dan 5) tidak mengandung formaldehida.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Nuryawan (2007) tentang
sifat fisis dan mekanis OSB dari kayu Akasia, Ekaliptus,dan Gmelina berdiameter
kecil menunjukkan bahwa penggunaan PF cair dan PF bubuk pada bagian face
dan back serta isocyanate pada bagian core meningkatkan sifat fisis (stabilitas
dimensi) OSB, namun akan menurunkan sifat mekanis (kemampuan menahan
beban) jika dibandingkan dengan menggunakan PF bubuk saja atau PF cair saja.
Bambu
Bambu telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kebutuhan
seperti perabot rumah tangga, bahan bangunan, kerajinan tangan bahkan makanan.
Menurut Wijaya et al. (2004), bambu memiliki keanekaragam jenis di dunia
sekitar 1250 – 1500 jenis sedangkan Indonesia memiliki sekitar 154 jenis bambu.

10

Bambu pada umumnya hidup mengelompok membentuk suatu rumpun
yang rapat. Batang terdiri atas ruas-ruas berongga yang menyerupai tabung
dengan diameter 2-30 cm dan panjangnya mencapai 3-15 m. Batang ini umumnya
berongga dan terbagi atas internode yang dibatasi oleh buku (node) dan rongga
antar buku yang dipisahkan oleh diafragma. Panjang, garis tengah, dan ketebalan
dinding dari bambu tergantung dari umur bambu (Sastrapradja 1980).
Menurut Janssen (1980), bambu memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan jika digunakan sebagai bahan bangunan. Kelebihan bambu antara lain
a) pertumbuhannya sangat cepat, dapat diolah dan ditanam dengan cepat sehingga
dapat memberikan keuntungan secara kontinyu, b) memiliki sifat mekanis yang
baik, c) hanya memerlukan alat yang sederhana, d) kulit luar yang mengandung
silika yang dapat melindungi bambu. Sedangkan kelemahannya antara lain a)
keawetan bambu relatif rendah sehingga memerlukan upaya pengawetan, b)
Bentuk bambu yang tidak benar-benar silinder melainkan taper, c) sangat rentan
terhadap resiko api, d) bentuknya silinder sehingga menyulitkan proses
penyambungan.
Bambu sebagai bahan baku dapat berbentuk buluh utuh, buluh belahan,
bilah dan partikel. Bahan ini digunakan untuk komponen kolom, kuda-kuda,
kaso, reng, rangka, jendela/pintu dan balok lamina. Semua komponen bangunan
yang biasanya dari kayu dapat dibuat dari bambu. Jenis-jenis bambu yang biasa
digunakan untuk bahan bangunan adalah bambu betung (Dendrocalamus asper
(Schult.f.)

Backer

ex

pseudoarundunaceae),

Heyne),
bambu

bambu

ater

andong/gombong,

(Gigantochloa

atter),

(Gigantochloa
bambu

hitam

(Gigantochloa atroviolaceae) dan bambu tali (Gigantochloa apus) (Surjokusumo
1997).
Bambu betung memiliki tinggi mencapai 20-30 m (batang berbuluh tebal
dan tebal dinding batang 11-36 mm) diameter batang 8-20 cm (jarak buku 10-20
cm dari bagian bawah dan 30-50 cm di bagian atas), warna batang coklat tua.
Bambu ini tumbuh mulai dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dan tumbuh di
semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah berdrainase baik.

Batangnya

digunakan untuk bahan bangunan (perumahan dan jembatan), peralatan masak,
bahkan juga untuk penampungan (PT. Bambu Nusantara 2003).

11

Batang bambu betung baik untuk furniture dan industry chopstick. Batang
bambu betung sangat tebal dan kuat sehingga sering dipakai sebagai bahan
bangunan atau jembatan (Dransfield dan Widjaja 1995). Menurut Surjokusumo
(1994) bambu betung dan sembilang memiliki sifat fisis mekanis yang lebih baik
dari pada jenis bambu lainnya sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi
komponen struktural maupun sebagai bahan bangunan.
Selain untuk bahan bangunan, batangnya sering dipakai untuk tempat
mengambil air, saluran air di desa-desa, penampungan air aren yang disadap,dan
untuk pipa penyulingan air aren menjadi saguer atau sopi. Selain itu buluhnya
juga dipakai untuk membuat dinding rumah yang dianyam atau dibelah. Baik
juga untuk bahan anyaman misalnya keranjang dan tempat makanan atau tempat
beras (Sastrapradja 1980).
Batang bambu terdiri atas sekitar 50% parenkim, 40% serat dan 10% sel
penghubung (pembuluh dan sieve tubes). Parenkim dan sel penghubung lebih
banyak ditemukan pada bagian dalam dari kolom, sedangkan serat lebih banyak
ditemukan pada bagian luar. Sedangkan susunan serat pada ruas penghubung antar
buku memiliki kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara
parenkimnya berkurang. Sifat anatomi dari batang bambu betung yaitu panjang
serat 2,78 mm, diameter 19 µm, diameter lumen 7 µm, tebal dinding seratnya 6
µm (Dransfield dan Widjaja 1995).
Penelitian terhadap sifat fisis dan mekanis