Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus
Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman
Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Endang Sulismini
A44102001

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
ENDANG SULISMINI. Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus
argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis
di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur Dan Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung. Dibimbing oleh ENDANG SRI RATNA dan R. YAYI MUNARA
KUSUMAH.
Larva Crocidolomia pavonana (F) (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan
hama penting pada pertanaman kubis yang dapat menimbulkan kerusakan yang

cukup besar sehingga menyebabkan gagal panen. Salah satu metode pengendalian
yang dapat dilakukan untuk menekan C. pavonana di lapang adalah dengan
menggunakan pengendalian secara hayati yaitu dengan memanfaatkan musuh
alaminya. E. argenteopilosus merupakan salah satu kelompok parasitoid yang
berperan sebagai endoparasitoid pada serangga hama C. pavonana. Akan tetapi
pada kenyatannya di lapang populasinya rendah. Rendahnya populasi diduga
akibat penggunaan insektisida oleh petani secara berlebih. Selain itu penggunaan
insektisida dapat menyebabkan penurunan kebugaran parasitoid akibat
iunromental stress.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi
Tumbuhan dan Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Maret
2006 sampai dengan Juli 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati
fekunditi dan fluktuasi asimetri sayap sebagai parameter kebugaran
E. argenteopilosus dari tiga tempat pengambilan contoh daerah Lembang dan
Cibodas.
Penangkapan sampel parasitoid E. argenteopilosus dilakukan di tiga lokasi
yaitu Cibodas datar, Cibodas lereng dan Lembang. Penangkapan dilakukan secara
acak dengan menggunakan jaring serangga. Waktu penangkapan parasitoid
dipisahkan ke dalam empat periode masing-masing setiap mulai dari pukul 08.0012.00 WIB. Parameter kebugaran yang diamati selama penelitian antara lain

populasi, luas sayap, fluktuasi asimetri (FA) dan produksi telur dalam ovari E.
argenteopilosus.
Imago parasitoid E. argenteopilosus yang terdapat di lahan pertanaman
kubis Cibodas lereng dan Lembang cenderung aktif terbang sekitar pukul 10.0011.00, dengan rerata jumlah 33,5 ± 0,72 ekor/jam nyata lebih tinggi dari jumlah
parasitoid yang tertangkap pada dua jam sebelumnya berturut-turut jam 08.0009.00 dan 09.00-10.00 serta jam 11.00-12.00 adalah 10,7 ± 0,21, 18,3 ± 0,38, dan
19,9 ± 0,71. Rerata jumlah parasitoid E. argenteopilosus di Cibodas daerah lereng
tertangkap lebih tinggi pada setiap jam penangkapan yaitu 57,3% dibandingkan
dengan parasitoid yang tertangkap di Lembang daerah lereng dan Cibodas daerah
datar yaitu berturut turut hanya 35,8% dan 6,9%. Cibodas datar menunjukkan
produksi telur paling tinggi yaitu 141 ± 40,1 dengan ratio 4,7:1 (betina:jantan),
sedangkan Cibodas lereng dan lembang menunjukkan produksi telur yang lebih
sedikit yaitu 121,6 ± 67,2 dan 133,1 ± 79,8 dengan rasio betina dan jantan hampir
sebanding yaitu 1:0,5 dan 1:0,8. Produksi telur di ketiga lokasi menunjukkan tidak
berbeda nyata.

Populasi parasitoid jantan di Cibodas daerah datar memiliki luas sayap
depan nyata lebih kecil yaitu sekitar 1,8 mm2 (FA= 0,20) dibandingkan dengan
luas sayap parasitoid yang tertangkap di Cibodas lereng (FA= 0,10) maupun
Lembang (FA= 0,17) yaitu sekitar 1,9 mm2. Sebaliknya luas sayap populasi
parasitoid betina yang diperoleh dari ketiga lokasi penangkapan masing-masing

tidak berbeda nyata yaitu sekitar 2,0-2,1 mm2 dengan nilai FA terkecil dimiliki
oleh sayap Cibodas datar. Fluktuasi asimetri sayap Cibodas datar dan Cibodas
lereng korelasi negatif terhadap produksi telur (r = -0,08; r = -0,11), sedangkan
FA sayap di lembang berkorelasi positif terhadap produksi telurnya (r = 0,27).

Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus
Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman
Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Endang Sulismini
A44102001

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

: Fluktuasi
Asimetri
Sayap
Parasitoid
Eriborus
argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae)
Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten
Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Nama Mahasiswa : Endang Sulismini
Judul Skripsi

NRP

: A44102001

Program Studi

: Hama dan Penyakit Tumbuhan


Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Endang Sri Ratna, PhD
NIP. 131124820

Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si
NIP. 131879332

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130422698

Tanggal lulus :


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mataram pada tanggal 14 Oktober 1983, sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan suami istri Muslimin dan Sunarti.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 08 Mataram pada
tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di
Madrasah Tsanawiayah Nurul Hakim Kediri Lombok Barat. Selanjutnya penulis
melanjutkan lagi di Madrasah Aliyah Nurul Hakim Kediri Lombok Barat dan
lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002, penulis mendapatkan
kesempatan untuk belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program studi Hama dan Penyakit
Tumbuhan.
Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah
aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA)
periode 2004-2005, dan menjadi asisten dosen dari mata kuliah Proteksi Tanaman
pada periode 2005-2006.

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul fluktuasi asimetri sayap parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron

(Hymenoptera:Ichneumonidae) di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan
kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Skripsi ini sebagai salah satu
kelengkapan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program
studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dra. Endang Sri
Ratna, PhD sebagai dosen pembimbing pertama dan Dr.Ir. R. Yayi Munara
Kusumah M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada Dr. Ir. Gede Suastika,
M.Sc sebagai dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan saran dan kritik
dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada mama dan ayahanda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, dan semangat untuk keberhasilan penulis.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada staf laboran (Pak Yusuf
dan Pak Agus), Mba Nana, Sahabat-sahabatku : Reyna, Mia, Dede, Ipunk, Lusie,
Leni, Warti, Aa, Dona, Hari, Widya, Tata, Ninit, Dewi dan temen-teman HPT’39,
dan tema n-teman WISMA Blobo serta pihak-pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini,
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi dunia ilmu pengetahuan dan pertanian. Penulis juga
berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan ridha-Nya.

Bogor, September 2006

Endang Sulismini

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .............................................................................

vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

viii


PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ...........................................................................

1

Tujuan ........................................................................................

3

Manfaat Penelitian .....................................................................

3

Hipotesis .....................................................................................

3


TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

4

Eriborus argenteopilosus ...........................................................

4

Ukuran Sayap dan Fluktuasi Asimetri ......................................

6

Produksi telur .............................................................................

7

Kepadatan Populasi ....................................................................

9


BAHAN DAN METODE ......................................................................

10

Tempat dan Waktu .....................................................................

10

Metode Penelitian .......................................................................

10

Penetapan lahan dan pengambilan contoh serangga .......
Luas sayap dan fluktuasi asimetri sayap depan
parasitoid E. argenteopilosus ........................................

10
11

Produksi telur .................................................................

12

Analisis Data ..............................................................................

12

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

13

Populasi Parasitoid Larva E. argenteopilosus ............................

13

Ukuran Sayap Parasitoid Larva E. argenteopilosus ...................

16

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

20

Kesimpulan ................................................................................

20

Saran ...........................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

21

LAMPIRAN ...........................................................................................

25

DAFTAR TABEL

No

Halaman
Teks

1. Seks ratio dan jumlah telur Eriborus argenteopilosus yang tertangkap
di tiga lokasi penangkapan ...............................................................

16

2. Ukuran luas sayap depan dan fluktuasi asimetri (FA) sayap
E. argenteopilosus di tiga lokasi penangkapan ................................

17

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman
Teks

1.

Karakter sayap berdasarkan System Comstock-Needhanm, c-sc :
crossveins antara costa dan subcosta, r: crossvein yang
berdekatan dengan cabag radius, r-m: crossveins antara radius
dan media, m-cu : crossveins antara media dan cubitus.................

2.

6

Sistem reproduksi serangga betina; covd, saluran telur umum;
ovd, saluran telur; ovl, ovariol; ovy, ovarium; sl, ligamen
penggantung; spth, spermateka; spthg, kelenjar spermateka; vag,
vagina (Borror et al.(1996) ..........................................................

3.

Landmark titik pada venasi sayap depan parasitoid larva
Eriborus argentopilosus .............................................................

4.

6.

12

Jumlah Parasitoid Eriborus argenteopilosus yang tertangkap di
daerah Lembang dan Cibodas ....................................................

5.

8

13

Persentase Parasitoid E. argenteopilosus yang tertangkap di tiga
lokasi penangkapan .....................................................................

14

Korelasi jumlah telur dengan fluktuasi asimetri (FA) sayap .......

18

Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus
Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman
Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Endang Sulismini
A44102001

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
ENDANG SULISMINI. Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus
argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis
di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur Dan Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung. Dibimbing oleh ENDANG SRI RATNA dan R. YAYI MUNARA
KUSUMAH.
Larva Crocidolomia pavonana (F) (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan
hama penting pada pertanaman kubis yang dapat menimbulkan kerusakan yang
cukup besar sehingga menyebabkan gagal panen. Salah satu metode pengendalian
yang dapat dilakukan untuk menekan C. pavonana di lapang adalah dengan
menggunakan pengendalian secara hayati yaitu dengan memanfaatkan musuh
alaminya. E. argenteopilosus merupakan salah satu kelompok parasitoid yang
berperan sebagai endoparasitoid pada serangga hama C. pavonana. Akan tetapi
pada kenyatannya di lapang populasinya rendah. Rendahnya populasi diduga
akibat penggunaan insektisida oleh petani secara berlebih. Selain itu penggunaan
insektisida dapat menyebabkan penurunan kebugaran parasitoid akibat
iunromental stress.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi
Tumbuhan dan Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Maret
2006 sampai dengan Juli 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati
fekunditi dan fluktuasi asimetri sayap sebagai parameter kebugaran
E. argenteopilosus dari tiga tempat pengambilan contoh daerah Lembang dan
Cibodas.
Penangkapan sampel parasitoid E. argenteopilosus dilakukan di tiga lokasi
yaitu Cibodas datar, Cibodas lereng dan Lembang. Penangkapan dilakukan secara
acak dengan menggunakan jaring serangga. Waktu penangkapan parasitoid
dipisahkan ke dalam empat periode masing-masing setiap mulai dari pukul 08.0012.00 WIB. Parameter kebugaran yang diamati selama penelitian antara lain
populasi, luas sayap, fluktuasi asimetri (FA) dan produksi telur dalam ovari E.
argenteopilosus.
Imago parasitoid E. argenteopilosus yang terdapat di lahan pertanaman
kubis Cibodas lereng dan Lembang cenderung aktif terbang sekitar pukul 10.0011.00, dengan rerata jumlah 33,5 ± 0,72 ekor/jam nyata lebih tinggi dari jumlah
parasitoid yang tertangkap pada dua jam sebelumnya berturut-turut jam 08.0009.00 dan 09.00-10.00 serta jam 11.00-12.00 adalah 10,7 ± 0,21, 18,3 ± 0,38, dan
19,9 ± 0,71. Rerata jumlah parasitoid E. argenteopilosus di Cibodas daerah lereng
tertangkap lebih tinggi pada setiap jam penangkapan yaitu 57,3% dibandingkan
dengan parasitoid yang tertangkap di Lembang daerah lereng dan Cibodas daerah
datar yaitu berturut turut hanya 35,8% dan 6,9%. Cibodas datar menunjukkan
produksi telur paling tinggi yaitu 141 ± 40,1 dengan ratio 4,7:1 (betina:jantan),
sedangkan Cibodas lereng dan lembang menunjukkan produksi telur yang lebih
sedikit yaitu 121,6 ± 67,2 dan 133,1 ± 79,8 dengan rasio betina dan jantan hampir
sebanding yaitu 1:0,5 dan 1:0,8. Produksi telur di ketiga lokasi menunjukkan tidak
berbeda nyata.

Populasi parasitoid jantan di Cibodas daerah datar memiliki luas sayap
depan nyata lebih kecil yaitu sekitar 1,8 mm2 (FA= 0,20) dibandingkan dengan
luas sayap parasitoid yang tertangkap di Cibodas lereng (FA= 0,10) maupun
Lembang (FA= 0,17) yaitu sekitar 1,9 mm2. Sebaliknya luas sayap populasi
parasitoid betina yang diperoleh dari ketiga lokasi penangkapan masing-masing
tidak berbeda nyata yaitu sekitar 2,0-2,1 mm2 dengan nilai FA terkecil dimiliki
oleh sayap Cibodas datar. Fluktuasi asimetri sayap Cibodas datar dan Cibodas
lereng korelasi negatif terhadap produksi telur (r = -0,08; r = -0,11), sedangkan
FA sayap di lembang berkorelasi positif terhadap produksi telurnya (r = 0,27).

Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus
Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman
Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Endang Sulismini
A44102001

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

: Fluktuasi
Asimetri
Sayap
Parasitoid
Eriborus
argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae)
Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten
Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Nama Mahasiswa : Endang Sulismini
Judul Skripsi

NRP

: A44102001

Program Studi

: Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Endang Sri Ratna, PhD
NIP. 131124820

Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si
NIP. 131879332

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130422698

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mataram pada tanggal 14 Oktober 1983, sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan suami istri Muslimin dan Sunarti.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 08 Mataram pada
tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di
Madrasah Tsanawiayah Nurul Hakim Kediri Lombok Barat. Selanjutnya penulis
melanjutkan lagi di Madrasah Aliyah Nurul Hakim Kediri Lombok Barat dan
lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002, penulis mendapatkan
kesempatan untuk belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program studi Hama dan Penyakit
Tumbuhan.
Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah
aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA)
periode 2004-2005, dan menjadi asisten dosen dari mata kuliah Proteksi Tanaman
pada periode 2005-2006.

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul fluktuasi asimetri sayap parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron
(Hymenoptera:Ichneumonidae) di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan
kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Skripsi ini sebagai salah satu
kelengkapan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program
studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dra. Endang Sri
Ratna, PhD sebagai dosen pembimbing pertama dan Dr.Ir. R. Yayi Munara
Kusumah M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada Dr. Ir. Gede Suastika,
M.Sc sebagai dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan saran dan kritik
dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada mama dan ayahanda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, dan semangat untuk keberhasilan penulis.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada staf laboran (Pak Yusuf
dan Pak Agus), Mba Nana, Sahabat-sahabatku : Reyna, Mia, Dede, Ipunk, Lusie,
Leni, Warti, Aa, Dona, Hari, Widya, Tata, Ninit, Dewi dan temen-teman HPT’39,
dan tema n-teman WISMA Blobo serta pihak-pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini,
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi dunia ilmu pengetahuan dan pertanian. Penulis juga
berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan ridha-Nya.

Bogor, September 2006

Endang Sulismini

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .............................................................................

vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

viii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ...........................................................................

1

Tujuan ........................................................................................

3

Manfaat Penelitian .....................................................................

3

Hipotesis .....................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

4

Eriborus argenteopilosus ...........................................................

4

Ukuran Sayap dan Fluktuasi Asimetri ......................................

6

Produksi telur .............................................................................

7

Kepadatan Populasi ....................................................................

9

BAHAN DAN METODE ......................................................................

10

Tempat dan Waktu .....................................................................

10

Metode Penelitian .......................................................................

10

Penetapan lahan dan pengambilan contoh serangga .......
Luas sayap dan fluktuasi asimetri sayap depan
parasitoid E. argenteopilosus ........................................

10
11

Produksi telur .................................................................

12

Analisis Data ..............................................................................

12

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

13

Populasi Parasitoid Larva E. argenteopilosus ............................

13

Ukuran Sayap Parasitoid Larva E. argenteopilosus ...................

16

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

20

Kesimpulan ................................................................................

20

Saran ...........................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

21

LAMPIRAN ...........................................................................................

25

DAFTAR TABEL

No

Halaman
Teks

1. Seks ratio dan jumlah telur Eriborus argenteopilosus yang tertangkap
di tiga lokasi penangkapan ...............................................................

16

2. Ukuran luas sayap depan dan fluktuasi asimetri (FA) sayap
E. argenteopilosus di tiga lokasi penangkapan ................................

17

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman
Teks

1.

Karakter sayap berdasarkan System Comstock-Needhanm, c-sc :
crossveins antara costa dan subcosta, r: crossvein yang
berdekatan dengan cabag radius, r-m: crossveins antara radius
dan media, m-cu : crossveins antara media dan cubitus.................

2.

6

Sistem reproduksi serangga betina; covd, saluran telur umum;
ovd, saluran telur; ovl, ovariol; ovy, ovarium; sl, ligamen
penggantung; spth, spermateka; spthg, kelenjar spermateka; vag,
vagina (Borror et al.(1996) ..........................................................

3.

Landmark titik pada venasi sayap depan parasitoid larva
Eriborus argentopilosus .............................................................

4.

6.

12

Jumlah Parasitoid Eriborus argenteopilosus yang tertangkap di
daerah Lembang dan Cibodas ....................................................

5.

8

13

Persentase Parasitoid E. argenteopilosus yang tertangkap di tiga
lokasi penangkapan .....................................................................

14

Korelasi jumlah telur dengan fluktuasi asimetri (FA) sayap .......

18

DAFTAR LAMPIRAN

No

Halaman
Teks

1.

Sidik ragam luas sayap depan parasitoid Eriborus argenteopilosus
jantan ............................................................................................

2.

Sidik ragam luas sayap depan parasitoid Eriborus argenteopilosus
betina ............................................................................................

3.

27

Rata-rata suhu udara (ºC) pada setiap jam di lapangan selama
penelitian .....................................................................................

7.

26

Sidik ragam Fluktuasi (FA) sayap Eriborus argenteopilosus betina
pada tiap perlakuan ........................................................................

6.

26

Sidik ragam Fluktuasi (FA) sayap Eriborus argenteopilosus jantan
pada tiap perlakuan ........................................................................

5.

26

Sidik ragam jumlah telur Eriborus argenteopilosus pada tiap
perlakuan ......................................................................................

4.

26

27

Rata-rata kelembaban udara (%) pada setiap jam di lapangan
selama penelitian ..........................................................................

28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis-kubisan digolongkan ke dalam famili Brassicaceae atau lebih dikenal
dengan nama Cruciferae. Tanaman kubis merupakan sayuran yang mempunyai
peran penting untuk kesehatan manusia karena banyak mengandung vitamin dan
mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kubis di Indonesia pada awalnya
hanya ditanam di daerah dataran tinggi yang bersuhu dingin, namun dalam
perkembangan saat ini kubis sudah mulai banyak ditanam di daerah bersuhu
sedang, bahkan di dataran rendah bersuhu panas (Pracaya 2001). Perkembangan
produksi dan luas panen kubis di beberapa wilayah di Indonesia mulai tahun
2000-2004 belum menunjukkan adanya peningkatan yang memuaskan bahkan
cenderung terus menurun (BPS 2005).
Penurunan produksi kubis ini diakibatkan oleh serangan organisme
pengganggu tanaman, diantaranya adalah hama. Kehilangan hasil yang
disebabkan oleh gangguan hama sangat besar nilainya, sehingga dapat
menyebabkan gagal panen di lapang. Menurut Permadi dan Sastrosiswojo (1993),
salah satu hama kubis yang banyak menimbulkan kerugian adalah ulat krop kubis
Crocidolomia pavonana (F) (Lepidoptera: Pyralidae). Ulat ini menyerang sejak
awal pembentukan krop hingga panen. Kehilangan hasil akibat serangan ulat C.
pavonana dapat mencapai 65,8% (Uhan 1993). Bahkan pada musim kemarau,
kehilangan hasil akibat serangan ulat C. pavonana bersama hama kubis lain yaitu
ulat Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae) dapat mencapai 100%
(Sastrosiswojo dan Setiawati 1993).
Hingga kini populasi hama di lapang tetap tinggi dan masih memerlukan
upaya pengendalian. Metode pengendalian hama secara kimiawi dengan
menggunakan insektisida masih digunakan oleh para petani (Rauf et al. 1993).
Suatu kenyataan bahwa sasaran penggunaan insektisida tidak hanya spesifik
mematikan hama, tetapi juga dapat menimbulkan dampak samping berupa
peracunan terhadap organisme lain di dalam ekosistem, diantaranya adalah musuh
alami (Van den Bosch 1973). Untuk mengatasi masalah tersebut, kiat
pengurangan atau penghentian penggunaan insektisida sangat dianjurkan dan

2
digantikan dengan pengendalian lain yaitu pemanfaatan parasitoid yang hidup
secara alami di habitat aslinya.
Penggunaan parasitoid pada praktek pengendalian hama merupakan
komponen

dasar

dari

pengendalian

hayati,

serta

merupakan

alternatif

pengendalian hama yang tetap melestarikan lingkungan. Peran dan potensi
parasitoid di lapangan dapat ditingkatkan dengan teknik konservasi agar dapat
menekan populasi hama di lapangan. Kiat pengendalian C. pavonana dengan
memanfaatkan parasitoid belum banyak dilakukan di Indonesia atau masih dalam
taraf penelitian. Tabuhan Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera:
Ichneumonidae) dilaporkan hidup di dalam inang ulat C. pavonana, dan perannya
dapat diandalkan untuk membunuh dan mengurangi populasi hama ini.
Endoparasitoid larva E. argenteopilosus potensial digunakan untuk
pengendalian hayati. Pada kenyataan di lapang populasi parasitoid tersebut
rendah. Hal ini diduga berkaitan dengan maraknya penggunaan insektisida oleh
petani pada pertanaman kubis dalam mengendalikan hama. Departemen kesehatan
RI tahun 1997 dalam Oginawati (2006) melaporkan bahwa penyemprotan
insektisida oleh petani telah mencapai 73,29% di lapangan. Musnanya populasi
hama dapat menyebabkan terputusnya kehidupan parasitoid yang hidup di dalam
tubuh inang hama. Speight et al. (1999) melaporkan bahwa dinamika populasi
musuh alami dan serangga inangnya dipengaruhi oleh kepadatan, mortalitas,
distribusi umur, pola pemencaran, serta potensi biotik dan abiotik. Dengan
demikian, keberadaan populasi parasitoid di lapangan akan mengikuti keberadaan
larva inangnya. Selain itu dampak langsung penggunaan insektisida dapat
menurunkan kebugaran parasitoid. Kebugaran parasitoid sebagai informasi dasar
penting diteliti untuk mendukung berjalannya program konservasi musuh alami
dalam pengendalian hayati.
Kemampuan terbang dan kapasitas reproduksi berpengaruh terhadap
kebugaran parasitoid. Kebugaran parasitoid dapat dikaitkan dengan variasi
morfologi sayap, produksi telur, tingkat parasitisasi dan lama hidup (Godfray
1994). Hoffmann and Shirriffs (2002) melaporkan bahwa perubahan bentuk sayap
meskipun kecil dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Contohnya parasitoid

3
telur Trichogramma yang dipelihara dalam laboratorium dengan di alam bisa
memiliki bentuk sayap yang berbeda (Kolliker-Ott et al. 2004). Pengaruh
pengukuran sayap terhadap kebugaran parasitoid di lapang dapat diketahui dengan
menggunakan suatu proses pengukuran yaitu fluktuasi asimetri (FA) sayap.
Analisis fluktuasi asimetri sayap memiliki potensi yang baik untuk memantau
lingkungan yang tercemar (Mpho et al. 2000). Kebugaran parasitoid E.
argenteopilosus asal lapang hingga kini belum pernah diteliti.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti fekunditi dan fluktuasi asimetri sayap
sebagai parameter kebugaran E. argenteopilosus dari tiga tempat pengambilan
contoh daerah Lembang dan Cibodas.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan sebagai
dasar pengetahuan untuk mendukung kegiatan konservasi parasitoid dalam
program pengendalian hayati hama kubis C. pavonana bila diperlukan.

Hipotesis


Sayap yang lebih luas memiliki fluktuasi asimetri sayap yang kecil.



Kapasitas telur di dalam alat reproduksi parasitoid betina tinggi
menunjukkan fekunditi dan kebugaran yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA
Eriborus argenteophilosus
Parasitoid larva Eriborus argenteopilosus (Cameron) tergolong dalam ordo
Hymenoptera,

subordo

Apocrita,

superfamili

Ichneumonidea,

famili

Ichneumonidae, genus Eriborus (CPC 2002). Parasitoid ini merupakan salah satu
kelompok musuh alami serangga hama yang paling banyak diintroduksikan untuk
pengendalian serangga hama. Salah satu inangnya yang menjadi hama penting
pada

tanaman

kubis-kubisan

adalah

Crocidolomia

pavonana

(Zell.)

(Lepidoptera: Pyralidae). E. argenteopilosus bersifat soliter dan dilaporkan dapat
hidup di dalam inang C. pavonana, Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae),
S. exigua (Lepidoptera: Noctuidae) dan Helicoverpa armigera (Hubner)
(Lepidoptera: Noctuidae) (Kalshoven 1981).
Telur parasitoid E. argenteopilosus berukuran mikroskopis yaitu, mulai
0,18 x 0,004 mm sampai 0,52 x 0,11 mm (Othman 1982). Telur ini berwarna
putih dan berbentuk seperti kacang buncis, diletakkan secara tunggal di dalam
tubuh larva inang. Masa inkubasi telur parasitoid ini hampir sama dengan spesies
famili Ichneumonidae pada umumnya yaitu relatif pendek, berkisar 1-3 hari
dengan rata-rata persentase penetasan telur parasioid 96,1%. Larva berwarna
keputih-putihan dan dapat dibedakan antara kepala dan ruas abdomen terakhir.
Stadium larva membutuhkan waktu 10 sampai 13 hari atau rata-rata 9,3 hari
(Hadi 1985). Imago parasitoid mempunyai toraks yang berwarna hitam dan
abdomen berwarna coklat kemerahan. Ukuran tubuh imago jantan umumnya lebih
kecil dari imago betina (Sahari 1999). Panjang tubuh imago betina 7-8 mm
dengan rentang sayap 11-13 mm. Panjang tubuh jantan 5,5-8,5 mm dan rentang
sayap 9-12 mm (Othman 1982).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya keragaman tingkat parasitisasi
yang berdeda di laboratorium pada perlakuan pemaparan dengan jumlah inang
tertentu. Tingkat parasitisasi ini ditunjukkan dengan kemampuan seekor parasitoid
meletakkan telur pada inangnya. Parasitisasi pada larva C. pavonana instar II
dapat mencapai 79%, dan pada S. litura mencapai 86% (Sahari 1999). Tingkat
parasitisasi pada inang lain yaitu larva H. armigera dapat mencapai 80%

5
(Utami 2001). Keberhasilan parasitoid dalam melakukan oviposisi tergantung
pada kemampuan parasitoid untuk menemukan habitat, menemukan inang,
penerimaan inang dan kesesuaian inang. Penemuan habitat inang oleh parasitoid
biasanya didasarkan pada jenis tanaman, dan kondisi lingkungan habitat inang
(Quicke 1997; Gordh et al. 1999). Di dalam aktivitas penemuan habitat inang,
biasanya parasitoid menggunakan indera penerima rangsang kimia, visual, suara
dan panas. Satu contoh adalah senyawa kimia kairomon dihasilkan oleh tanaman
yang dapat memikat serangga parasitoid untuk menentukan tanaman tempat
serangga inang hidup. Habitat inang digunakan oleh serangga parasitoid untuk
mengetahui keberadaan inangnya (Godfray 1994; Quicke 1997).
Proses penemuan habitat inang dengan menggunakan indera penglihatan dan
penciuman oleh parasitoid E. argenteopilosus dinyatakan bahwa parasitoid
tertarik pada lekuk-lekuk dan tepi daun kubis serta bagian daun yang berlubang
bekas gigitan ulat, serta bau bahan kimia yang berasal dari faeses yang
dikeluarkan larva. Dalam pengendalian hayati, pemilihan jenis inang untuk
peletakkan telur sangat penting diperhatikan, karena akan mempengaruhi kualitas
parasitoid yang berkembang di dalam tubuhnya. Faktor-faktor yang menentukan
kualitas inang adalah jenis inang, umur inang, ukuran inang dan kandungan nutrisi
inang (Godfray 1994).
Setelah parasitoid menemukan inang, belum tentu parasitoid akan menerima
inang dan parasitisme belum tentu terjadi tanpa suatu rangsangan tertentu.
Rangsangan berupa bau, lokasi, ukuran, bentuk atau gerakan inang dapat
mempengaruhi perilaku parasitoid terhadap penerimaan inang (Hadi 1985). Dalam
hal ini parasitoid akan berusaha untuk menemukan inang yang spesifik (Utami
2001).
Kemamp uan terbang parasitoid dalam menemukan habitat dan inang
dipengaruhi oleh kebugaran. Menurut Godfray (1994), kebugaran parasitoid
berhubungan dengan kemampuan reproduksi yaitu dan eksistensi serangga, yaitu
keperidian yang tinggi atau potensi produksi telur, efisiensi mencari inang,
kemampuan berkompetisi, dapat mengkoloni dengan cepat, spesifik terhadap
inang tertentu, kemampuan beradaptasi dan sinkron dengan inangnya.

6
Ukuran Sayap dan Fluktuasi Asimetri
Sayap pada serangga dewasa merupakan alat gerak atau embelan yang
potensial terutama dalam aktivitas pemencaran suatu populasi spesies
(Meyer 2005). Pada serangga parasitoid, sayap digunakan untuk terbang terutama
berkaitan dalam potensi penemuan habitat inang dan penemuan inang. Umumnya
serangga memiliki dua pasang sayap yaitu sayap depan yang berpangkal di bagian
dorsal mesotoraks dan sayap belakang berpangkal di bagian dorsal metatoraks.
Fungsi sayap pada setiap individu atau kelompok spesies dapat bervariasi,
sebagai contohnya adalah fungsi adaptasi terhadap lingkungan sekitar atau
melindungi diri yaitu pada serangga ordo Coleoptera dan Dermaptera,
mengumpulkan

panas

(Lepidoptera),

mengatur

keseimbangan

(Diptera),

menghasilkan suara (Orthoptera), atau sebagai isyarat pendengaran untuk
mengenal spesies dan jenis sex serangga lain (Lepidoptera). Pembuluh darah
(veins) ini merupakan perpanjangan dari system sirkulasi tubuh. Sistem ini diisi
dengan hemolymph dan diisi oleh sebuah pembuluh trakea dan sebuah saraf.
Dalam membran sayap, pembuluh darah menyediakan kekuatan selama terbang.
Bentuk sayap, tekstur dan venansi merupakan suatu kekhususan, oleh karena itu
dapat digunakan untuk identifikasi. Pembuluh darah merupakan nama yang sesuai
untuk menemukan sebuah sistem dari John Comstock dan George Needham.
Sistem Comstock-Needhanm : Costa (C), Subcosta (Sc), Radius (R), Media (M),
Cubitus (Cu), Anal veins (A1,A2,A3).

Gambar 1

Karakter sayap berdasarkan System Comstock-Needhanm, c-sc:
crossveins antara costa dan subcosta, r: crossvein ya ng berdekatan
dengan cabag radius, r-m: crossveins antara radius dan media, mcu: crossveins antara media dan cubitus

Tofilski (2004) melaporkan bahwa ada sebuah pembuluh darah pada sayap
serangga. Pola tersebut biasanya spesifik dari tiap spesies dan digunakan sebagai

7
identifikasi taksonomi. Sebagai contoh titik koordinat dari beberapa karakteristik
pola sayap yang digunakan untuk membandingkan pola pembuluh darah.
Karakteristik-karakterintik tersebut sering merupakan persimpangan atau akhir
dari pembuluh darah. Gambaran suatu sayap serangga digunakan untuk
menentukan batas luar dari sayap dan pembuluh darah. Kerangka dari pembuluh
darah didapat dengan menggunakan suatu algoritma. Sumber dari program
tersebut tersedia dalam GNU General Public License. Berdasarkan penelitiannya
program tersebut secara otomatis diperoleh ukuran sayap serangga berdasarkan
angka. Hal tersebut meliputi gambar dari sayap serangga yang tersusun oleh titiktitik koordinat pada persimpangan pembuluh darah dan diagram sayap yang dapat
digunakan sebagai uraian hasil. Titik koordinat pada persimpangan pembuluh
darah dihasilkan oleh program dari gambar sayap yang telah berhasil digunakan
untuk membedakan Dolichovespula sylvestris dan D. saxonica.
Kolliker-Ott et al. (2003) melaporkan bahwa Telenomus brassicae dan
Telenomus pretiosum dengan ukuran sayap lebih besar dan bentuk sayap relatif
berbeda dengan populasi perbanyakan massal memiliki kemampuan menemukan
inang lebih baik. Variasi pada bentuk sayap kemungkinan berhubungan dengan
kemampuan terbang sehingga perubahan kecil pada bentuk dan ukuran sayap akan
mempengaruhi kemampuan parasitoid.
Anggara (2005) melaporkan bahwa kemampuan mencari inang Telenomus
remus di lapangan terbukti cukup baik dan potensial dikembangkan sebagai agens
pengendali hayati. Meskipun beragam ukuran sayapnya, setiap individu T. remus
memiliki kemampuan terbang, mencari, menemukan dan mengoviposisi inangnya
di lapangan. Parasitoid populasi tangkapan memiliki ukuran sayap lebih seragam
daripada parasitoid populasi perbanyakan massal dan mengumpul pada ukuran
kecil hingga sedang.
Produksi Telur
Lama waktu parasitoid larva Eriborus argenteopilosus tidak mendapatkan
inang ternyata mempengaruhi kemampuan reproduksi parasitoid. Pemuasaan
parasitoid yang lama terhadap inang menyebabkan jumlah telur yang diletakkan
relatif rendah, begitu juga dengan sisa telur dalam ovari E. argenteopilosus

8
dimana makin lama parasitoid tersebut tidak menemukan inangnya makin sedikit
telur yang diproduksi (Heriano 2000).
Parasitoid yang sejak kemunculannya dari inang sudah dilengkapi dengan
sejumlah sel telur. Pada spesies yang bersifat proovigenik jumlah sel telur tidak
akan bertambah selama hidupnya sedangkan parasitoid yang bersifat sinovigenik
jumlah sel telur dapat bertambah dan pematangan telur terjadi selama hidupnya
(Godfray 1994; Heimpel dan Rosenheim 1998). Potensi produksi telur parasitoid
merupakan jumlah sel telur (oosit) yang diproduksi oleh imago betina (Bounchier
1993). Parasitod yang bersifat sinovigenik biasanya merupakan parasitoid
idiobion, yaitu parasitoid yang memiliki inang yang tidak berkembang bila
terparasit; dan parasitoid yang bersifat proovigenik biasanya merupakan sebagian
dari parasitoid koinobion, yaitu parasitoid yang memiliki inang yang masih dapat
berkembang walaupun terparasit (Quicke 1997; Johnson 2000).

Gambar 2

Sistem reproduksi serangga betina; covd, saluran telur umum; ovd,
saluran telur; ovl, ovariol; ovy, ovarium; sl, ligamen penggantung;
spth, spermateka; spthg, kelenjar spermateka; vag, vagina (Borror
et al. 1996)

Kebugaran parasitoid berhubungan dengan kemampuan reproduksi dan
eksistensi serangga, yaitu keperidian yang tinggi, efisiensi mencari inang,
kemampuan berkompetisi, dapat mengkoloni dengan cepat, spesifik terhadap
inang tertentu, kemampuan beradaptasi dan sinkron dengan. Serangga yang
berukuran besar cenderung hidup lebih lama, dan memiliki potensi produksi telur

9
yang besar, tetapi keberhasilan reproduksi lebih dipengaruhi oleh ketersediaan
nutrisi dan inangnya (Godfray 1994).

Ke padatan Populasi
Islamiah (2003) melaporkan bahwa parasitisasi larva di pertanaman kubis
Cibodas memiliki kecendrungan lebih tinggi pada pola monokultur dibandingkan
tumpang sari. Hal ini mununjukkan bahwa perbedaan kondisi fisik lingkungan asli
dan lingkungan perlakuan dari parasitoid larva E. argenteopilosus diduga
menyebabkan rendahnya tingkat parasitisasi. Sehingga setiap individu parasitoid
memiliki kemampuan beradaptasi yang berbeda-beda (Umayah 2003).
Abduchalek (2000) melaporkan bahwa keberadaan larva Crocidolomia
binotalis dan Helicoverpa armigera di areal pertanaman selama musim hujan
menunjukkan

adanya

hubungan

positif

dengan

kerapatan

populasi

E. argenteopilosus. Jumlah populasi larva inang yang semakin sedikit,
mengakibatkan menurunnya persentasi keberhasilan hidup E. argenteopilosus.
Persentase keberhasilan hidup parasitoid larva E. argenteopilosus betina di
lapangan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan parasitoid jantan (Heriyano
2000).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di dua lahan pertanaman kubis petani di Desa
Rarahan, Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan satu lahan pertanaman
kubis di Desa Cibedug, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Penimbangan
bobot tubuh dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi, dan
pengukuran serta pengambilan foto sayap dilakukan di Laboratorium Bioekologi
Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, mulai dari bulan Maret sampai Juli 2006.

Metode Penelitian

Penetapan Lahan dan Pengambilan Contoh Serangga
Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan letak topografis habitat
imago parasitoid E. argenteopilosus di pertanaman kubis petani Cibodas dan
Lembang (sebelumnya didahului dengan survei lapangan). Penangkapan imago
parasitoid di desa Rarahan ditetapkan di dua tempat yaitu lahan pertanaman kubis
berlereng curam dan lahan pertanaman kubis dengan permukaan datar, sedangkan
penangkapan parasitoid di Lembang dilaksanakan di lahan pertanaman kubis
berlereng. Luas area tempat penangkapan parasitoid secara umum berukuran ±
3000 m², dan di area tersebut tanaman kubis mulai berumur 8 MST sampai 10
MST. Di setiap area pengambilan parasitoid dilakukan pengukuran garis lintang
dan ketinggian tempat dengan menggunakan alat Global Position System (GPS).
Selain itu suhu serta kelembaban lingkungan diukur dengan menggunakan termohygrometer.
Parasitoid E. argenteopilosus yang sedang terbang di atas permukaan kanopi
tanaman ditangkap secara acak dengan menggunakan jaring serangga. Waktu
penangkapan parasitoid dipisahkan kedalam empat periode masing-masing setiap
satu jam mulai dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Parasitoid yang tertangkap
dikelompokkan dalam satu tabung untuk setiap waktu penangkapan. Parasitoid

11
tersebut diberi pakan madu encer 70% selama berada dalam kurungan di
lapangan, kemudian dibawa ke laboratorium untuk diteliti.
Parasitoid E. argenteopilosus yang tertangkap sari lapang segera di data
untuk di hitung persentase tangkapan . Perhitungan persentase jumlah tangkapan
E. argenteopilosus dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

PJT =

n
x 100%
N

Keterangan:
PJT = persentase jumlah tangkapan
n

= jumlah tangkapan setiap jam

N = total tangkapan

Luas

Sayap

dan

Fluktuasi

Asime tri

Sayap

Depan

Parasitoid

E. argenteopilosus
Parasitoid hasil tangkapan di lapang dibunuh dengan cara dimasukkan ke
dalam freezer. Bagian sayap depan parasitoid jantan maupun betina dicabut dan
diisolasi untuk diukur, sedangkan sisa bagian tubuh parasitoid betina direndam di
dalam larutan fisiologi Ringer dingin untuk diamati jumlah telur yang dikandung
di dalam abdomen.
Proses pembuatan preparat morfologi sayap dimulai dengan mencabut sayap
parasitoid kiri dan kanan parasitoid, kemudian dilekapkan pada permukaan atas
gelas objek yang telah ditempeli dobel selotip. Pencabutan sayap dilakukan
dengan hati-hati agar sayap tidak rusak, yaitu menggunakan sepasang pinset halus
di bawah mikroskop binokuler. Sayap yang sudah ditempelkan ditutup dengan
gelas preparat, kemudian disimpan dan dikoleksi di dalam kotak koleksi dan siap
untuk diambil fotonya.
Foto preparat sayap diambil dengan menggunakan kamera mikroskop
Olympus DP 11D. Selanjutnya luas sayap diukur dengan menentukan 13 titik
tertentu pada venasi sayap hasil pemotretan melalui program analisis morfometri
tpsutil2 dan tps digg (Gambar 1) ( Rohlf 1998 ). Acuan program diperoleh dengan

12
cara

mengutip

program

dari

jaringan

http:/life.bio.sunysb.edu/morph/morph.hmtl

internet

(Benet

&

dengan

alamat

Hoffmann

1998).

Pengukuran setiap titik landmark secara otomatis dirubah dalam program tersebut
ke dalam koordinat x dan y (pada tahap digitasi) dalam bentuk lembaran data bmp
di dalam microsoft excel software program sehingga dapat diketahui masingmasing jarak antar titik tersebut. Data luas sayap dan fluktuasi asimetri sayap
disimpan di dalam file microsoft excel software program.

Gambar 3 Landmark titik pada venasi sayap depan parasitoid E. argentopilosus

Produksi Telur
Bagian abdomen yang telah diambil sayapnya seperti diuraikan di atas
dibedah di dalam media Ringer dengan menggunakan pinset tajam dan halus
(jarum mikro) yang sudah dibersihkan dengan ethanol 70% di bawah mikroskop
binokuler. Bagian ovari diisolasi dan dipindahkan di atas gelas objek yang telah
ditetesi larutan Ringer. Jumlah seluruh telur yang berada di saluran kaliks dan
telur di dalam setiap ovariol (T-1) dihitung dan dicatat.

Analisis Data
Rancangan percobaan di dalam penelitian ini digunakan rancangan acak
kelompok dengan tiga perlakuan pengambilan contoh yaitu Cibodas datar,
Cibodar berlereng, dan Lembang dengan jumlah ulangan yang tidak sama.
Analisis keragaman data digunakan program Statistical Analysis System (SAS)
for windows V6.12 dan nilai beda nyata rerata antar perlakuan dianalisa dengan
uji selang ganda Duncan pada taraf a = 5 %. Sedangkan hubungan antara luas
sayap, dan produksi telur dilihat dengan korelasi menggunakan Spearman Rank
Correlation pada statistik versi 6.0.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Parasitoid Larva Eriborus argenteopilosus
Imago parasitoid Eriborus argenteopilosus yang terdapat di lahan
pertanaman kubis Cibodas dan Lembang cenderung aktif terbang sekitar pukul
10.00-11.00. Rerata jumlah parasitoid yang tertangkap pada pukul 10.00-11.00
adalah 33,5 ± 12,8 ekor/jam nyata lebih tinggi dari jumlah parasitoid yang
tertangkap pada dua jam sebelumnya berturut-turut jam 08.00-09.00 dan 09.0010.00 serta jam 11.00-12.00 adalah 10,7 ± 3,7, 18,3 ± 6,8, dan 19,9 ± 12,6
(Gambar 4). Jumlah parasitoid yang diperoleh pada masing-masing tiga waktu
penangkapan pertama, kedua dan terakhir tidak berbeda nyata. Aktivitas terbang
imago parasitoid E. argenteopilosus pada waktu tersebut diduga berkaitan erat
dengan perilaku mencari makan dan mencari inang untuk meletakkan telurnya

rerata jumlah parasitoid
(ekor/jam)

(Borror and De Long, 1954).
40
35
30
25
20
15
10
5
0
08.00-09.00

09.00-10.00 10.00-11.00
waktu penangkapan (jam)

11.00-12.00

Gambar 4 Jumlah Parasitoid Eriborus argenteopilosus yang tertangkap di daerah
Lembang dan Cibodas
Meningkatnya jumlah tangkapan pada setiap jam dan kemudian mengalami
penurunan setelah meningkat pada jam 10.00-11.00 diduga karena adanya
aktifitas E. argenteopilosus dimana pada pagi hari mereka lebih memilih berada
dalam semak-semak atau tanaman liar untuk melindungi dari embun pagi.
Tingginya jumlah tangkapan pada jam 10.00-11.00 diduga karena kondisi
lingkungan yang mulai stabil, sehingga memudahkan parasitoid untuk terbang
mencari inang, makan dan kawin.

14
Apabila ditinjau dari hasil tangkapan parasitoid di setiap areal contoh maka
rerata 57,3% parasitoid E. argenteopilosus di Cibodas daerah lereng tertangkap
lebih tinggi pada setiap jam penangkapan dibandingkan dengan parasitoid yang
tertangkap di Lembang daerah lereng dan Cibodas daerah datar yaitu berturut
turut hanya 35,8% dan 6,9%. Perbedaan persentase hasil tangkapan di tiga lahan
pertanaman pada setiap jam diduga dipengaruhi oleh keberadan populasi larva
serangga inang Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae). Van Driesche &
Thomas (1996) melaporkan bahwa keberadaan populasi parasitoid di lapangan
akan mengikuti keberadaan larva serangga inangnya. Islamiah (2003) melaporkan
bahwa rata-rata persentase instar larva C. pavonana yang ditemui di lokasi
pertanaman kubis monokultur Cibodas lebih banyak dibandingkan pertanaman
kubis tumpangsari Cibodas dan tumpangsari pertanian organik Cisarua. Selain itu
dilaporkan juga bahwa tingkat parasitisme E. argenteopilosus pada larva
C. pavonana di lokasi pertanaman kubis monokultur Cibodas lebih tinggi
dibandingkan pertanaman kubis tumpangsari Cibodas dan tumpangsari pertanian
organik Cisarua.

% penangkapan

25
20
15
10
5
0
08.00-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

waktu penangkapan (jam)
Cibodas datar

Gambar 5

Cibodas lereng

Lembang

Persentase Parasitoid E. argenteopilosus yang tertangkap di tiga
lokasi penangkapan

Pada saat pengukuran suhu dan kelembaban diketahui bahwa rata-rata suhu
dan kelembaban di Cibodas datar, Cibodas berlereng, dan Lembang berturut-turut
adalah 33,9oC, 55,1%; 33oC, 63% dan 25oC, 76%. Dari hasil pengukuran tersebut

15
terlihat bahwa suhu dan kelembaban di Cibodas datar dan Cibodas berlereng
memiliki suhu dan kelembaban yang sama, tetapi persentase jumlah serangga
yang tertangkap berbeda-beda yaitu b

Dokumen yang terkait

Interaksi polidnavirus simbion (Pdv) dan Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera:Pyralidae) dalam penekanan enkapsulasi parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron)(Hymenoptera: Ichneumonidae)

0 6 76

Kepadatan Populasi Parasitoid Larva Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) pada Dua Jenis Inang di Pertanaman Brokoli dan Tomat Petani di Daerah Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

0 15 74

Functional Response of the Parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron) to Crocidolomia pavonana (Fabricius) under Different Temperature

0 7 6

Penghambatan Enkapsulasi Pradewasa Parasitoid Eriborus Argenteopilosus (Cameron) Oleh Larva Crocidolomia pavonana (F.) Menggunakan Rokaglamida

1 9 7

Sebaran Parasitoid dan Ekspresi Ukuran Sayap Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) di Areal Pertanaman Kubis

0 11 105

Populasi Parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymcnoptera: Ichncumonidae) dan Pengaruh Residu Insektisida Oiafentiuron dan Emamektin Benzoat terhadap Efisiensi Parasitisme

0 4 18

Tingkat Enkapsulasi Parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron) pada Inang Crocidolomia pavonana (Fabricius) yang Diberi Enam Jenis Pakan.

0 3 58

Aktivitas Insektisida Rokaglamida Terhadap Larva Crocid%mia pavonana (F.) dan Imago Betina Parasitoid Eriborus argenteopilosus (Cameron)

0 3 10

PENGARUH PERBEDAAN LANSEKAP ASAL PARASITOID ERIBORUS ARGENTEOPILOSUS CAMERON (HYMENOPTERA: ICHNEUMONIDAE) TERHADAP FAKTOR KEBUGARANNYA.

0 0 1

KLASIFIKASI BUNGA KRISAN CRHYSANTIMUM (1)

0 0 9