Penumbuhan film BaxSr1-xTio3 dan BaFeSrTio3 dan observasi sifat ferroelektriknya
PENUMBUHAN FILM Ba
xSr
1-xTiO
3DAN BaFeSrTiO
3DAN OBSERVASI SIFAT FERROELEKTRIKNYA
Oleh:
CUCU SUNANDAR
G 74101031
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(2)
PENUMBUHAN FILM Ba
xSr
1-xTiO
3DAN BaFeSrTiO
3DAN OBSERVASI SIFAT FERROELEKTRIKNYA
Oleh:
CUCU SUNANDAR
G 74101031
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(3)
ABSTRAK
CUCU SUNANDAR. Penumbuhan Film BaxSr1- xTiO3 dan BaFeSrTiO3 dan Observasi Sifat Ferroelektriknya. Dibimbing oleh HANEDI DARMASETIAWAN.
Hasil uji ferroelektrik menunjukkan bahwa semua sampel memiliki sifat ferroelektrik. Suhu
annealing mempengaruhi nilai polarisasi remanen dan medan koersif sampel. Semakin tinggi suhu
annealing maka nilai polarisasi remanen dan medan koersifnya akan semakin kecil karena ukuran
butir yang semakin kecil.
Suhu annealing memberikan pengaruh yang dominan terhadap nilai medan koersif dan
polarisasi remanen. Hal ini karena semakin tinggi suhu annealing, semakin besar grain size yang
dihasilkan menyebabkan medan koersif dan polarisasi remanennya sampel akan semakin tinggi. Suhu annealing yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan sampel men galami kerusakan yang
mengakibatkan menurunnya nilai medan koersif dan polarisasi remanen sampel.
Sampel film yang ditumbuhkan pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100), penambahan bahan pendadah menjadikan nilai medan koersif dan tegangan jatuh (breakdown volatge) film
meningkat. Sedangkan untuk substrat Si(100) tipe-p, penambahan bahan pendadah tidak terlihat jelas karena sampel telah mengalami kerusakan.
(4)
PENUMBUHAN FILM Ba
xSr
1 -xTiO
3DAN BaFeSrTiO
3DAN OBSERVASI SIFAT FERROELEKTRIKNYA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
CUCU SUNANDAR
G 74101031
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
(5)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Penumbuhan Film Ba
xSr
1-xTiO
3dan BaFeSrTiO
3dan Observasi Sifat
Ferroelektriknya
Nama : Cucu Sunandar
NRP : G74101031
Menyetujui
Pembimbing Utama
Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS
NIP 130 367 084
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS
NIP 131 473 999
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juli 1983 sebagai anak ke-4 dari 4 bersaudara dari pasangan Inan Fachrudin dan Nyai Sukaenah.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMA Negeri 47 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai staf Departemen Olah Raga dan Seni Badan Eksekutif Himpunan Mahasiswa Fisika IPB (BE HIMAFI) periode 2002 -2004. Penulis juga pernah menjadi asisten Fisika Dasar dan Fisika Umum pada tahun 2002-2005 dan asisten praktikum Eksperimen Fisika II pada tahun 2004. Selain itu, penulis juga aktif mengajar, baik pada lembaga ataupun privat.
(7)
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT, kebenaran mutlak alam semesta beserta isinya. Sholawat serta salam semoga tercurah kepad Rasulullah SAW. Dengan rahmat-Nya p enulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penumbuhan Film Tipis BaxS r1-xTiO3 dan BaFeSrTiO3 dan Observasi Sifat
Ferroelektriknya” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada
Departemen Fisika.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikannya, diantara:
§ Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan M.S. selaku dosen pembimbing atas kesabaran, keikhlasan dan arahannya dalam membimbing penulis.
§ Bapak Dr. Irzaman, Bapak Dr. Muhammad Hikam, Ibu Yovent, Kang Tedi, Mba Titis atas diskusi, bimbingan dan dorongan semangatnya pada penulis.
§ Bapak DR. Darsikin dan Bapak Dr. Ida Usman di Laboratorium Fisika Material (Fismatel) Departemen Fisika ITB.
§ Bapak Muhammad Nur Indro M.Sc. dan Ibu Mersi Kurniati M. Si sebagai penguji atas kritikan dan masukan yang telah diberikan.
§ Pak Musiran, Pak Firman, Pak Toni dan Pak Maulana atas bantuannya selama proses penelitian.
§ Bapak dan Mamah atas kasih sayang dan do’a tulusnya yang tak terbatas. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan-Nya...
§ Keluarga Irwan Kusmadi, Keluarga Wendi Ismayadi dan Keluarga Adi Wijaya atas do’a dan dukungannya, baik dukungan dana maupun nasihat-nasihatnya.
§ Ketiga keponakanku; Puput, Kaka dan Sheva at as kecerian yang tak ternilai.
§ Yayang ”syukron ala syaqotika wamusaaditika warojaika lii,anti hayaatii, anti
ashaabibi”
§ Keluarga Wa’ Dade, Keluarga Mang Ujang dan Keluarga Mang Pudin, terima kasih doanya.
§ Ibu Lilis Aisyah, atas doa dan dukungan morilnya. § Ainul, Yei, G_Ret Co., Mogie, Thanks for everythings..
§ D’ LuxStyle’ers dan D’ Warko’ers (Yogi, Joko Soe, Luki, Joe Wawe & Ricki), terima kasih atas malam-malam yang indah bersama…
§ MAFIA 38 atas kebersamaannya.
§ MAFIA 36, 37, 39, 40 dan Instek 39.
§ Semua pihak yang ikut berperan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan baik kritikan, saran maupun koreksi yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bogor, Juni 2006
(8)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PRAKATA ... ii
DAFTAR ISI... ... iii
PENDAHULUAN Tujuan Penelitian... ... 1
TINJAUAN PUSTAKA Bahan Ferroelektrik... ... 1
Domain ... 2
Polarisasi Spontan (Ps) ... 2
Polarisasi Remanen (Pr) ... 2
Medan Koersif (Ec)... 2
Bahan Barium Titanat (BaTiO3) ... 2
Bahan Barium Stronsium Titanat (BST)... ... 2
Bahan Pendadah... ... 3
Besi Oksida (Fe2O3)... ... 3
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 3
Bahan dan Alat... ... 3
Pembuatan Film 1. Pembuatan Larutan BST dan BFST ... ... 3
2. Persiapan Substrat... 4
3. Proses Penumbuhan Film... ... 4
4. Proses Annealing... ... 4
Karakterisasi... ... 4
X-Ray Diffraction (XRD)... ... 4
Uji Ferroelektrik ... ... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji XRD ... 5
Hasil Uji Ferroelektrik ... 5
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan ... 10
Saran... 10
DAFTAR PUSTAKA... ... ... 11
(9)
DAFTAR GAMBAR
1. Kurva histerisis ... 1
2. Struktur kristal BaTiO3 ... 2
3. Struktur kristal BaxSr1-xTiO3... 3
4. Proses annealing... 4
5. Struktur uji ferroelektrik... 4
6. Hasil XRD BST dan BFTS untuk: (a) substrat Pt (200)/SiO2/Si (100) dan (b) substrat Si (100) ... 5
7. Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Pt (200)/SiO2/Si (100) dengan suhu annealing (a) 900 oC (b) 950 oC (c) 1000 oC ... 6
8. Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Pt (200)/SiO2/Si (100) terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing... 7
9. Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Si (100) tipe-p dengan suhu annealing (a) 900 oC (b) 950 oC (c) 1000 oC ... 7
10. Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Si (100) terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing... 8
11. Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Pt (200)/SiO2/Si (100) dengan suhu annealing (a) 900 oC (b) 950 oC (c) 1000 oC ... 8
12. Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Pt (200)/SiO2/Si (100) terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing... 9
13. Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Si (100) tipe-p dengan suhu annealing (a) 900 oC (b) 950 oC (c) 1000 oC ... 9
14. Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Si (100) terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing... 10
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sampel yang dibuat dalam penelitian ... 5
Tabel 2 Hasil pehitungan parameter kisi sampel BST dan BFST ... 5
DAFTAR LAMPIRAN
1. Diagram Tahap Penelitian... 132. Data ICDD (International Centre for Diffraction Data) ... 14
3. Perhitungan parameter kisi BST-Pt-900... 15
4. Perhitungan parameter kisi BST-Pt-1000 ... 15
5. Perhitungan parameter kisi BFST-Pt-900 ... 16
(11)
+ EL1
-EL 1
PENDAHULUAN
Film tipis ferroelektrik banyak digunakan dalam aplikasi untuk piranti elektrooptik dan elektronik. Beberapa material film tipis ferroelektrik yang penting antara lain BaSrTiO3, PbTiO3, Pb(ZrxT i1-X)O3, SrBiTaO3, Pb(Mg1/3Nb2/3)O3 dan Bi4Ti3O12. Aplikasi-aplikasi film tipis ferroelektrik menggunakan sifat dielektrik, pyroelektrik, dan elektrooptik yang khas dari bahan ferroelektrik. Sebagian dari aplikasi elektronik yang paling utama dari film tipis ferroelektrik di antaranya:
non-volatile memori yang menggunakan
kemampuan polarisasi (polarizability) yang
tinggi , kapasitor film tipis yang menggunakan sifat dielektrik, dan sensor pyroelektrik yang menggunakan perubahan konstanta dielektrik karena suhu dan aktuator piezoelektrik yang menggunakan efek piezoelektrik yaitu timbulnya polarisasi akibat perubahan tekanan. Dalam beberapa tahun terakhir, film tipis ferroelektrik yang tersusun perovskite
banyak mendapat perhatian karena memiliki kemungkinan untuk menggantikan memori CMOS berbasis material SiO2 yang sekarang digunakan sebagai FRAM (Seo et al. 2004
& Dawber et al. 2005).
Di antara material film tipis ferroelektrik yang disebutkan di atas, BaxSr1-xTiO3 (BST) banyak digunakan sebagai FRAM karena memiliki konstanta dielektrik yang tinggi dan kapasitas penyimpanan muatan yang tinggi
(high charge storage capasity)
(Seo et.al 2004). Suatu ferroelektrik RAM,
jika bahan itu memiliki nilai polarisasi sekitar 10 µC.cm-2 maka ia mampu menghasilkan muatan sebanyak 1014 elektron per cm-2 untuk proses pembacaan memori (Lines et.al 1977).
Selain itu, BST dipilih karena pembuatannya dapat dilakukan di laboratorium dengan peralatan yang sederhana dan belum ada kelompok yang meneliti bahan BST dengan didadah seperti pada penelitian ini secara sistematik.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan film tipis BST yang didadah besi oksida (BaFeSrT iO3/BFST ) dengan metode
chemichal solution deposition (CSD) yang
kemudian diuji sifat ferroelektriknya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melakukan penumbuhan film BST
dan BFST di atas substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dan substrat Si (100) tipe-p dengan metode
chemichal solution deposition
(CSD).
2. Menguj i dan mempelajari sifat ferroelektrik struktur film yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan FerroelektrikFerroelektrik adalah gejala terjadinya perubahan polarisasi listrik secara spontan pada material tanpa gangguan medan listrik dari luar. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Valasek pada tahun 1921 dalam garam
Rochelle. Ferroelektrik merupakan kelompok
material dielektrik dengan polarisasi listrik internal yang lebar, serta mempunyai kemampuan untuk merubah sifat polarisasinya di dalam medan listrik yang sesuai. Material ferroelektrik dicirikan oleh kemampuannya untuk membentuk kurva histerisis yaitu kurva hubungan antara medan listrik dan polarisasi (Xu 1991).
Kurva hubungan antara polarisasi listrik (P) dan kuat medan listrik ekternal (E) ditunjukkan pada Gambar 1. Pada daerah EL1, jika kuat medan listrik ditingkatkan maka polarisasi akan meningkat cepat (OA). Namun setelah itu (E > EL1), polarisasinya naik secara perlahan hingga pada akhirnya tidak berubah lagi. Keadaan ini disebut saturasi (A B). Jika kuat medan listrik diturunkan hingga O, polarisasi listriknya tidak akan kembali ke titik O, tetapi cenderung mengikuti garis BC. Ketika medan listrik tereduksi menjadi nol, material akan memiliki polarisasi remanan (Pr) (OC). Untuk menghapus nilai polarisasi dari material dapat dilakukan dengan menggunakan sejumlah medan listrik pada arah yang berlawanan (negatif). Harga medan listrik untuk mereduksi nilai polarisasi menjadi nol disebut medan koersif (Ec). Jika pemberian medan listrik negatif tersebut dilanjutkan hingga –EL1, material akan kembali mengalami saturasi, hanya saja bernilai negatif (EF). Putaran kurva menjadi lengkap jika medan listrik dinaikkan lagi dan pada akhirnya didapatkan kurva hubungan polarisasi (P) dengan medan koersif (Ec) yang ditunjukkan loop histerisis (Xu 1991).
(12)
Domain
Dalam kristal ferroelektrik, terdapat suatu daerah yang memiliki orientasi dipol yang seragam, yang disebut domain. Struktur dan
sifat domain memegang peranan penting
dalam penentuan sifat bahan ferroelektrik (Xu 1991).
Polarisasi Saturasi (Ps)
Polarisasi saturasi tercapai pada saat seluruh arah orientasi domain searah dengan
medan listrik eksternal. Pada keadaan ini nilai polarisasinya tetap walaupun medan listrik eksternal bertambah besar.
Polarisasi Remanen (Pr)
Polarisasi remanen adalah nilai polarisasi yang tetap ada pada bahan ferroelektrik walaupun sudah tidak lagi dipengaruhi oleh medan listrik.
Medan Koersif (Ec)
Medan koersif pada bahan ferroelektrik adalah medan yang diperlukan untuk merubah polarisasinya dari nilai polarisasi remanen menjadi nol (P = 0). Nilai medan koersif dari suatu bahan bergantung dari banyak parameter diantaranya perlakuan suhu dan perlakuan listrik pada bahan.
Bahan Barium Titanat (BaTiO3)
Barium titanat (BaTiO3) adalah bahan yang bersifat ferroelektrik dan mempunyai struktur kristal perovskite (ABO3) yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan bahan ferroelektrik yang lain (Yusnafi 2001). Secara umum struktur perovskite
dengan bentuk ABO3 ditunjukkan seperti Gambar 2, dimana A dapat merupakan logam monovalen, divalen atau trivalen dan B dapat berupa unsur pentavalen, tetravalen atau trivalen sedangkan O adalah unsur oksigen (Irzaman 2005).
Ditinjau dari segi penggunaannya, bahan ini sangat praktis karena sifat kimia dan mekaniknya sangat stabil, mempunyai sifat ferroelektrik pada suhu ruang sampai di atas suhu ruang karena mempunyai suhu Curie (Tc) pada 120 0C (Yusnafi 2001). BaTiO3 telah digunakan sebagai material kapas itor permisivitas tinggi karena konstanta dielektriknya tinggi. Variasi pada komposisi kimianya menyebabkan perubahan drastis terhadap sifat fisikanya tetapi tidak merubah sifat piezoelektriknya (Aparna et al. 2001).
Gambar 2 Struktur kristal BaTiO3.
Bahan Barium Stronsium Titanat (BST)
Menurut ICDD (International Center for
Diffraction Data), BST memiliki sistem
kristal kubik dengan konstanta kisi
a = 3,947 Å untuk konsentrasi stronsium 50 %
dan a = 3,965 Å untuk konsentrasi stronsium
40 %. Giridharan et.all mendapatkan BST
dengan konstanta kisi a = 3,97 Å untuk
konsentrasi 30 % stronsium (Giridharan et al.
2001). Suhu Currie barium titanat murni adalah 130 oC dan dengan penambahan stronsium akan menurunkan suhu Currie menjadi suhu kamar yang akan sangat berguna untuk spesifikasi alat tertentu (Aparna et al. 2001). Selain itu, BST juga
memiliki konstanta dielektrik yang tinggi (er >> e SiO2) sehingga dapat diaplikasikan
untuk kapasitor. Beberapa penelitian juga berpendapat kalau BST memiliki potensi untuk mengganti film tipis SiO2 pada sirkuit MOS di masa depan. Dari penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, film tipis BST biasanya memiliki konstanta dilektrik yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan bentuk bulknya. Struktur mikro butir yang
baik, tingkat tekanan yang tinggi, kekosongan oksigen, formasi lapisan interfacial, dan
oksidasi pada bottom electrode atau Si
dipercaya menjadi faktor yang menyebabkan penurunan sifat listrik ini (Craciun et al.
2000). BST juga berpotensi untuk diaplikasikan untuk DRAM dan NVRAM karena kebocoran arus yang rendah (low
leakage current) dan ketahanan yang kuat
(Giridharan et al. 2001). Gambar 3
menunjukkan struktur kristal BaxSr1-xTiO3. Film tipis BST dapat dibuat dengan berbagai teknik di antaranya CSD, sputtering,
laser ablasi, MOCVD (Darmasetiawan 2005)
dan proses sol gel (Giridharan et al. 2001).
Ba2+ Ti4+ O2-
(13)
(a)
(b)
Gambar 3 Struktur kristal BaxSr1-xTiO3 (a) polarisasi ke bawah, (b) polarisasi ke atas.
Bahan Pendadah
Penambahan sedikit pendadah dapat menyebabkan perubahan parameter kisi, konstanta dielektrik, sifat elektrokimia, sifat elektrooptik dan sifat pyroelektrik dari keramik dan film tipis (Supriyatman 2004).
Bahan pendadah material ferroelektrik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu soft dopan
dan hard dopan. Ion soft dopan dapat
menghasilkan material ferroelektrik menjadi lebih soften, seperti koefisien elastis lebih
tinggi, sifat medan koersif yang lebih rendah, faktor kualitas mekanik yang lebih rendah dan kualitas listrik yang lebih rendah. Soft dopan
disebut juga dengan istilah donor dopan
karena menyumbang valensi yang berlebih pada struktur kristal BST (Uchino 2000 dan Irzaman 2005).
Ion hard dopan dapat menghasilkan
material ferroelektrik menjadi lebih hardness,
seperti loss dielectric yang rendah, bulk
resistivitas lebih rendah, sifat medan koersif lebih tinggi, faktor kualitas mekanik lebih tinggi dan faktor kualitas listrik lebih tinggi.
Hard dopan disebut juga dengan istilah
acceptor dopan karena menerima valensi yang
berlebih di dalam struktur kristal BST (Uchino 2000 dan Irzaman 2005).
Besi Oksida (Fe2 O3)
Material besi oksida (Fe2O3) merupakan material pendadah ion akseptor (acceptor
dopan) Fe3+. Fe2O3 (hematite) memiliki
struktur kristal rombohedral dengan konstanta
kisi a = 5,0329 ± 0.001 Å dan b = 13,7492 ± 0.001 Å. Rapat jenis F e2O3
adalah 5,24 g/ml dan titik lelehnya adalah 1565 oC (Lide 1962). Fe
2O3 tidak dapat larut dalam air namun dapat larut dalam asam (Lapedes 1978).
Penambahan ion dopan Fe3+ akan membentuk ruang kosong di posisi ion O2- (O
vacancy di diagonal bidang struktur perovskite
BST). Ion dopan Fe3+ memiliki valensi lebih dari 4+, maka kekurangan muatan positif (+) akan terjadi pada struktur perovskite dan
terbentuk ruang kosong di posisi ion oksigen sebagai kompensasi untuk menjaga kenetralan muatan (electroneutraly balance). Semakin
banyak penambahan ion Fe3+ maka akan mengakibatkan semakin banyak ion oksigen yang terlepas (Uchino 2000 dan Irzaman 2005).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika IPB dan Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA UI Depok dari bulan Juni 2005 sampai dengan bulan Mei 2006.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah timbangan Sartonius Model BL 6100,
seperangkat alat reaktor spin coating, gas
hidrogen, mortal, pipet, gelas ukur Py r ex
10 ml, tabung reaksi, setrika, pinset, gunting, spatula, stop watch, sarung tangan karet,
cawan petri, beaker glass, tissue dan isolasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk barium asetat [Ba(CH3COO)2, 99%], bubuk strontium asetat [Sr(CH3COO)2, 99%], titanium isopropoksida [Ti(C12O4H28), 99,999%], pelarut 2-metoksietanol [H3COCH2CH2OH, 99%], bubuk besi oksida [Fe2O3], substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dan substrat Si (100) tipe-p.
Pembuatan Film BST dan BFST 1. Pembuatan Larutan BST dan BFST
Larutan BST dibuat dengan menggunakan barium asetat [Ba(CH3COO)2, 99%] + strontium asetat [Sr(CH3COO)2, 99%] + O2-
Ti4+
Ba2+ / Sr2+
(14)
Film BST / BFST Bidang
Kontak
Bidang Kontak
Substrat
Pt
Lapisan alumunium
Lapisan alumunium
Film BST/ BFST Bidang Kontak Lapisan alumunium Lapisan
alumunium Bidang
Kontak
Substrat Si
Waktu Suhu
To
15 jam Tann
100 oC/jam titanium isopropoksida [Ti(C12O4H28),
99,999%]+ Fe2O3 (jika BFST) sebagai
precursor dan 2-metoksietanol
[H3COOCH2CH2OH, 99,9%] digunakan sebagai bahan pelarut (Irzaman et al. 2001).
Setelah semua bahan dicampur, larutan dikocok selama 1 jam. Larutan yang didapat kemudian ditambahkan asam asetat lalu dikocok kembali selama 30 menit. Larutan kemudian dipanaskan agar bahan-bahannya lebih banyak tercampur. Setelah itu larutan disaring agar didapat larutan yang lebih homogen.
2.Persiapan Substrat
Substrat yang digunakan adalah substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dan substrat Si (100) tipe-p. Dalam penum buhan film, kebersihan
permukaan substrat merupakan syarat mutlak agar film tumbuh baik dan merata.
Proses pencucian substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dan substrat Si (100) tipe-p yaitu dengan merendam substrat dalam metil alkohol lalu digetarkan dengan ultra sonik selama kira-kira 5 menit (sampai substrat bersih) dan dikeringkan dengan gas nitrogen selama 1 menit (Irzaman 2005).
3.Proses Penumbuhan Film
Substrat diletakkan pada reaktor spin
coating yang telah ditempel dengan isolasi
pada posisi di tengah-t engah, kemudian substrat ditetesi larutan precursor sebanyak
1 tetes dan diputar dengan menggunakan reaktor spin coating dengan kecepatan putaran
3000 rpm selama 30 detik. Proses ini dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan agar didapat 5 lapisan pada substrat tersebut . Setelah itu substrat diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan pada permukaan setrika lalu dipanaskan selama 1 jam pada suhu kira-kira 120 oC.
4.Proses Annealing
Proses annealing dilakukan dengan
menggunakan furnace model Nebertherm
Type 27. Sedangkan untuk substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dan substrat Si (100) tipe-p, annealing dilakukan pada suhu 900 oC,
950 oC dan 1000 oC.
Proses annealing, dilakukan secara
bertahap. Awalnya suhu furnace diatur
dengan kenaikan suhu 100 oC per jam. Setelah itu, furnace diatur agar dapat menahan suhu
annealing selama 15 jam. Selanjutnya
dilakukan furnace cooling sampai suhu ruang.
Secara umum , proses annealing seperti
Gambar 4.
Gambar 4 Proses annealing.
Karakterisasi
X-Ray Diffraction (XRD)
Fungsi XRD adalah untuk menentukan sistem kristal (kubus, tetragonal, ortorombik, rombohedral, heksagonal, monoklin, triklin), menentukan kualitas kristal (single crystal, polysrystal, amorphous), menentukan simetri kristal, menentukan cacat kristal, mencari parameter kristal (parameter kisi, jarak antar atom, jumlah atom per unit sel), identifikasi campuran (misal pada alloy) dan analisis kimia. Semua pengamatan dilakukan dari sudut (2?) 400 sampai 600 dengan kenaikan sudut 0,020 setiap lima detik.
Uji Ferroelektrik
Tujuan uji ini adalah untuk menentukan sifat ferroelektrik film yang didapat. Dari uji ini diperoleh nilai polarisasi saturasi (Ps), polarisasi remanen (Pr) dan medan koersif (Ec) dari film. Dalam uji ini, film tipis dibentuk menjadi struktur seperti pada Gambar 5. Pada penelitian kali ini digunakan alat Radiant Technologi A Charge Ver.2.2.
(a)
(b)
Gambar 5 Struktur uji ferrolektrik
(a) uji ferroelektrik pada subst rat Pt(200)/SiO2/Si(100), (b) uji ferroelektrik pada substrat Si (100) tipe-p.
(15)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sampel yang dibuat dalam penelitian
Nama
Sampel Substrat Suhu Annealing (oC)
BST
Pt(200)/SiO2/Si(100)
900 950 1000 Si (100) tipe-p
900 950 1000
BFST
Pt(200)/SiO2/Si(100)
900 950 1000 Si (100) tipe -p
900 950 1000
Hasil Uji XRD
Pada penelitian ini, uji XRD dilakukan dengan sudut difraksi (2?) 20o sampai dengan 80o dengan kenaikan sudut 0,02o. Hasil uji XRD dapat dilihat pada Gambar 6.
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 Theta
Intensitas
BFST-900 BFST-950 BFST-1000 BST-900 BST-1000
BST (111)
Pt
BST (220)
(a)
0 50 100 150 200 250
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 Theta
Intensitas
BFST-900 BFST-950 BFST-1000 BST-900 BST-1000
Si
(b)
Gambar 6 Grafik XRD BST dan BFST untuk: (a) substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dan (b) substrat
Si (100) tipe -p.
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa penambahan suhu annealing menyebabkan
perbedaan sifat film. Semua sampel yang ditumbuhkan pada substrat Si(100) sudah mengalami kerusakan, seperti pada Gambar 6. Sedangkan tidak semua sampel yang ditumbuhkan pada susbstrat Pt(200)/SiO2/Si(100) mengalami kerusakan. Menurut Adem, Platina (Pt) sangat baik digunakan sebagai bottom electrode untuk
piranti film tipis ferroelektrik-dielektrik karena memiliki sifat konduktivitas termal yang tinggi (71,6 Wm-1K-1) stabilitas yang baik dalam suasana oksigen (Adem 2003).
Semakin tinggi suhu annealing, sampai
batas tertentu, dapat meningkatkan kualitas kristal. Namun suhu annealing yang terlalu
tinggi dapat merusak kristal. Hal ini terlihat pada sampel BFST yang ditumbuhkan pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) sampel telah mengalami kerusakan pada suhu annealing
yang semakin tinggi.
Penambahan bahan pendadah juga mempengaruhi sampel. Hal ini terlihat pada suhu annealing 1000 oC, untuk substrat
Pt(200)/SiO2/Si(100), film tipis BST bersifat kristal sedangkan film tipis BFST mengalami kerusakan.
Hasil perhitungan konstanta kisi menunjukkan bahwa semua sampel bersifat tetragonal. Hasil perhitungan konstanta kisi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil perhitungan parameter kisi sampel BST dan BFST
Nama sample Parameter kisi (Å) Bentuk kristal
a c c/a
BST-Pt-900 3,8469 4,1174 1,0703 tetragonal
BST-Pt-1000 3,8472 4,1137 1,0693 tetragonal
BST-Si-900 - - - rusak
BST-Si-1000 - - - rusak
BFST-Pt-900 3,8766 4,1389 1,0677 tetragonal
BFST-Pt-950 3.8280 4.0856 1.0673 tetragonal
BFST-Pt-1000 - - - rusak
BFST-Si-900 - - - rusak
BFST-Si-950 - - - rusak
(16)
Hasil Uji Ferroelektrik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang dibuat, baik itu BST 1 M maupun BFST 1 M 10 %, bersifat ferroelektrik. Hal ini dapat dilihat dari kurva histerisis yang terbentuk dari setiap sampelnya. Perlakuan perbedaan suhu
annealing, penambahan bahan pendadah dan
perbedaan substrat pun mempengaruhi nilai-nilai parameter yang didapat dari uji ferroelektrik. Pada penelitian ini uji ferroelektrik dilakukan dengan memberikan variasi tegangan dari 5 V sampai dengan 13 V.
Kurva Histerisis BST 1 M
Kurva histerisis film BST 1 M pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 7
-300 -200 -100 0 100 200 300
- 8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi (
µC.cm
-2 )
9 V 10 V 11 V 12 V
(a)
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 - 6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm- 1)
Polarisasi (
µ
C.cm
-2)
9 V 10 V 11 V 12 V
(b)
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1 )
Polarisasi (
µ
C.cm
-2)
9 V 10 V 11 V 12 V
(c)
Gambar 7 Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dengan suhu annealing
(a) 900 oC (b) 950 oC (c) 1000 oC.
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan yang diberikan maka bentuk kurvanya pun akan semakin melebar. Dalam kurva ini, lebar dari kurva menunjukkan kuat medan (kV.cm-2) yang terukur pada sampel. Hal ini karena kenaikan tegangan menyebabkan lebih banyak orientasi
domain yang sejajar sehingga kuat medannya
pun akan semakin bertambah (Adem 2003). Pada sampel film BST 1 M dengan suhu
annealing 950 OC dan 1000 OC, yang diberi
tegangan ekternal 12 V, kurva yang terbentuk tidak lagi sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa tegangan yang diberikan kepada sampel sudah melewati tegangan jatuh
(breakdown voltage) yang menyebabkan
sampel sudah tidak lagi berada pada keadaan ferroelektrik melainkan sudah menjadi paraelektrik yaitu keadaan dimana sampel tidak lagi memiliki polarisasi spontan (Adem 2003).
Gambar 8 menunjukkan kurva histerisis film yang divariasikan tegangan eksternal dan suhu annealing.
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -4 0 4 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi (
µ
C.cm
-2)
5 V 9 V 13 V
(17)
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1
) Polarisasi ( µ C.cm -2) 900 950 1000 (b)
Gambar 8 Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing.
Pada tegangan ekternal 5 V, kurva histerisis yang terbentuk belum sempurna. Hal ini disebabkan semua domain belum
terorientasi pada arah yang sama dengan medan eksternal.
Variasi tegangan ekternal dan suhu
annealing sedikit mempengaruhi polarisasi
saturasi sampel. Setelah tercapai kondis i jenuh, penambahan tegangan tidak menambah nilai polarisasi saturasi karena pada keadaan ini semua domain telah terorientasi pada arah
yang sama (Adem 2003). Setelah keadaan saturasi, pemberian tegangan ekternal yang semakin besar akan menyebabkan sampel kehilangan sifat ferroelektriknya.
Nilai polarisasi remanen sangat dipengaruhi oleh suhu annealing. Pada
penelitian ini semakin tinggi suhu annealing,
maka nilai polarisasi remanennya akan semakin rendah. Nilai polarisasi remanen yang semakin rendah disebabkan grain size
yang semakin kecil dan seragam (Adem 2003).
Suhu annealing pun menyebabkan
perbedaan nilai medan koersif sampel. Menurut Koutsaroff et al., suhu annealing
mempengaruhi grain size yang terbentuk pada
sampel. Semakin tinggi suhu, maka grain size
yang terbentuk pun akan semakin bertambah (Koutsaroff et al. 2002). Di bawah ukuran
critical grain size, terjadi transisi struktur
domain dari multi-domain menjadi mono
-domain yang lebih stabil. Jadi untuk
reorientasi domain dalam medan listrik
eksternal menjadi lebih sulit sehingga meningkatkan medan koersif (Ren et al 1996).
Pada sampel BST yang ditumbuhkan pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100), kenaikan suhu
annealing menyebabkan grain size semakin
kecil (hal ini dapat dilihat dari bentuk puncak hasil XRD) sehingga medan koersif sampel pun menurun.
Kurva histerisis film BST 1 M pada
substrat Si (100) tipe-p hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.
-300 -200 -100 0 100 200 300
- 8 -6 - 4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1
) Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (a) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (b) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1 ) Polarisasi ( µ C.cm -2 ) 9 V 10 V 11 V 12 V (c)
Gambar 9 Kurva histerisis BST 1 M pada substrat
Si(100) tipe-p dengan suhu annealing
(a) 900 oC (b) 950 oC (c) 1000 oC.
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan yang diberikan maka bentuk kurvanya pun akan semakin melebar. Hal ini karena penambahan tegangan menyebabkan semakin banyak domain yang
(18)
Pada sampel film BST 1 M dengan suhu
annealing 950 OC dan 1000 OC, pada
tegangan ekternal 12 V, kurva yang terbentuk tidak lagi sempurna. Hal ini disebabkan tegangan yang diberikan pada sampel sudah melewati tegangan jatuh (breakdown voltage)
sehingga sampel sudah tidak lagi berada pada keadaan ferroelektrik melainkan sudah menjadi paraelektrik.
Gambar 10 menunjukkan kurva histrisis film yang divariasikan tegangan eksternal dan suhu annealing.
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -4 0 4 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm- 1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 5 V 9 V 13 V (a) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi ( µ C.cm -2 ) 900 950 1000 (b)
Gambar 10 Kurva histerisis BST 1 M pada substrat Si(100) tipe-p terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing.
Pada tegangan ekternal 5 V, belum semua
domain terorientasi pada arah yang sama. Hal
ini dapat terlihat pada bentuk kurva yang terbent uk.
Variasi tegangan ekternal dan suhu
annealing sedikit mempengaruhi polarisasi
saturasi sampel. Setelah kondisi jenuh, penambahan tegangan ekternal tidak merubah nilai polarisasi saturasi karena semua domain
telah terorientasi pada arah yang sama (Adem 2003).
Pada sampel BST 1 M yang ditumbuhkan di substrat Si (100) tipe-p, kenaikan suhu
annealing menyebabkan nilai polarisasi
remanen dan medan koersif sampel menurun. Hal ini karena kondisi sampel yang sudah mengalami kerusakan.
Kurva Histerisis BFS T 1 M
Kurva histerisis film B FST 1 M 10 % pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 - 2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm- 1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (a) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm- 1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (b) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 - 4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm- 1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (c)
Gambar 11 Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100) dengan suhu annealing
(19)
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan yang diberikan maka bentuk kurvanya pun akan semakin melebar karena semakin banyak domain yang memiliki
orientasi yang sama (Adem 2003).
Pada sampel film BST 1 M yang didadah dengan Fe2O3 10 %, dari semua tegangan eksternal yang diberikan (9V - 12V), pada semua suhu annealing sampel masih berada
pada keadaan ferroelektrik. Hal ini karena penambahan ion pendadah acceptor dapat
menaikan sifat kelistrikan film tipis ferroelektrik (Uchino 2000).
Gambar 12 menunjukkan kurva histrisis film yang divariasikan tegangan eksternal dan suhu annealing.
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -4 0 4 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 5 V 9 V 13 V (a) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 900 950 1000 (b)
Gambar 12 Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100). terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing.
Pada tegangan ekternal 5 V, kurva histerisis yang terbentuk belum sempurna karena belum tercapai saturasi. Hal ini disebabkan semua domain belum terorientasi
pada arah yang sama dengan medan eksternal. Variasi tegangan ekternal dan suhu
annealing sedikit mempengaruhi polarisasi
saturasi sampel. Setelah tercapai kondisi saturasi, penambahan tegangan eksternal tidak akan mempengaruhi nilai polarisasi (Adem 2003).
Nilai polarisasi remanen dan medan koersif sampel BSFT dipengaruhi adanya tambahan bahan pendadah besi (Fe, valensi III). Akibat pendadahan Fe terjadi cacat kristal dalam sturktur BFST dan membuat
multi-domain ”sedikit acak” karena terjadi
kekosongan (vacancy) ion O (O2-) yang
akhirnya menyebabkan nilai Ps maupun medan koersif berubah (Uchino 2000).
Kurva histerisis film BST 1 M yang didadah Fe2O3 10 % pada substrat Si(100) tipe-p hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 13. -300 -200 -100 0 100 200 300
- 8 - 6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1 ) Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (a) -300 -200 -100 0 100 200 300
- 8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1 ) Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (b) -300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi ( µ C.cm -2) 9 V 10 V 11 V 12 V (c)
Gambar 13 Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Si(100) tipe-p dengan suhu annealing
(20)
Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan yang diberikan maka bentuk kurvanya pun akan semakin melebar karena semakin banyak domain yang memiliki
orientasi yang sama (Adem 2003).
Pada sampel film BFST 1 M dengan suhu annealing950 OC dan 1000 OC, pada tegangan eksternal 12 V, kurva yang terbentuk tidak lagi sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa tegangan yang diberikan kepada sampel sudah melewati tegangan jatuh (breakdown voltage)
yang menyebabkan sampel sudah tidak lagi berada pada keadaan ferroelektrik melainkan sudah menjadi paraelektrik yaitu keadaan dimana sampel tidak lagi memiliki polarisasi spontan (Adem 2003).
Gambar 14 menunjukkan kurva histrisis film yang divariasikan tegangan eksternal dan suhu annealing.
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -4 0 4 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi (
µ
C.cm
-2)
5 V 9 V 13 V
(a)
-300 -200 -100 0 100 200 300
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Kuat Medan Listrik (kV.cm-1)
Polarisasi (
µ
C.cm
-2)
900 950 1000
(b)
Gambar 14 Kurva histerisis BFST 1 M 10 % pada substrat Si(100) tipe -p terhadap variasi (a) tegangan eksternal dan (b) suhu annealing.
Pada tegangan ekternal 5 V, kurva histerisis yang terbentuk belum sempurna. Hal ini disebabkan semua domain belum
terorientasi pada arah yang sama dengan medan eksternal.
Variasi tegangan ekternal dan suhu
annealing sedikit mempengaruhi polarisasi
saturasi sampel. Penambahan tegangan eksternal setelah kondisi saturasi tidak akan mempengaruhi nilai polarisasi (Adem 2003) .
Nilai polarisasi remanen dan medan koersif sampel yang ditumbuhkan pada substrat Si(100) tipe-p mengalami penurunan penurunan dengan meningkatnya suhu
annealing. Hal ini terjadi karena bentuk
sampel y ang semakin rusak.
Penambahan bahan pendadah Fe2O3 pada film BST yang ditumbuhkan pada substrat Si (100) tipe-p tidak dapat terlihat jelas karena sampel sudah mengalami kerusakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanFilm BST murni dan dengan bahan pendada h Fe2O3 memiliki sifat ferroelektrik, hal ini terlihat dari kurva histerisis yang dihasilkan berdasrkan uji ferroelektrik.
Suhu annealing memberikan pengaruh
yang dominan terhadap nilai medan koersif dan polarisasi remanen. Hal ini karena semakin tinggi suhu annealing, semakin besar
grain size yang dihasilkan menyebabkan
medan koersif dan polarisasi remanennya sampel akan semakin tinggi . Suhu annealing
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan sampel mengalami kerusakan yang mengakibatkan menurunnya nilai medan koersif dan polarisasi remanen sampel.
Setelah tercapai kondisi saturasi, pemberian tegangan ekternal yang semakin besar akan menyebabkan hilangnya sifat ferroelektrik sampel.
Sampel film yang ditumbuhkan pada substrat Pt(200)/SiO2/Si(100), penambahan bahan pendadah menyebabkan nilai medan koersif dan tegangan jatuh (breakdwon
voltage) film meningkat. Sedangkan untuk
substrat Si(100) tipe-p, penambahan bahan pendadah tidak terlihat jelas karena sampel telah mengalami kerusakan.
Untuk aplikasi memori, sampel BST 1 M dengan suhu annealing 1000 oC adalah yang
paling baik karena memiliki polarisasi remanen yang tinggi dan medan koersif yang rendah.
Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penumbuhan film dengan suhu yang lebih rendah agar mendapatkan hasil film dengan kristalitas yang lebih baik
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Adem U. 2003. Preparation of
BaxSr1-xTiO3 Thin Films by Chemical
Solution Deposition and Their Electrical
Characterization [Tesis]
Aparna M , Bhimasankaram T, Suryanarayana SV, Prasad G, Kumar GS. 2001. Efect of Lantalum Doping on Electrical and Electromechanical Properties of Ba1-xLaxTiO3. Bull Mater Sci., Vol 24,
No. 5. Page 497-504.
Cole MW, Geyer RG. 2004. Novel Tuneable Acceptor Doped BST Thin Film for High
Quality Microwaves Devices.Revista
Mexicana de Fisica Vol 50(3) Page 232-238.
Craciun VJ, Howard M, Lambers ES, Singh RK. 2000. Low Temperature Growth of Barium Stronsium Titanate Films by Ultraviolet-Assisted Pulsed
Laser Depoasition. Mat. Res. Soc. Symp.
Vol 617. Materials Research Society. Darmasetiawan H. 2005. Optimasi
Penumbuhan Film Tipis BaTiO3 yang didadah Indium dan Vanadium (BIVT) serta penerapannya sebagai Sel Surya. IPB.
Giridharan NV, et al. 2001. Structural, Mor pholgical and Electrical Studies on Barium Stronsium Titanate Thin Film
Prepared by Sol-Gel Technique. Crystal
Research Technology Vol 36(1) Page 65-72.
Irzaman, Darmasetiawan H, Indro MN, Sukaryo SG, Hikam M, Na Peng Bo, Barmawi M. 2001. Electrical Properties
of Crystaline Ba0,5Sr0,5TiO3 Thin Film.
Irzaman. 2005. Studi Lapisan Tipis Pyroelektrik PbZr0,52T i0,48O3 (PZT) yang Didadah Tantalum dan Penerapannya Sebagai Infra Merah [Disertasi].
Koutsaroff et al,. 2002. Dielectric Properties
Of (Ba,Sr)TiO3 MOD Films Grown on
Various Substrates. Procededings of The
13th IEEE Inmternational Symposium on Aplications of Ferroelectric 2002. Kotecki et al,. 1999. (Ba,Sr)TiO3 Dielectrics
for Future Stacked-Capasitor DRAM.
IBM Journal of Research and Development. Volume 43. No 3.
Lapedes DN, 1978. McGraw-Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms Second
Edition. McGraw -Hill Inc.
Lide DR. 1962. Handbook of Chemistry and
Physics 71st Edition. Chemichal Rubber
Publishing Company. USA
Lines M E, Glass AM. 1977. Principles and Applications of Ferroelectrics and
Related Materials. Clarendon Press.
Great Britain.
Ren et al,. 1996. Size-Related
Ferroelctric-Domain-Structure transition in a
polycrystalin PbTio3 Thin Film. Rhysical
Review B, Vol 54, No 20, Page 337 -340 Seo JY, Park SW. 2004. Chemical
Mechanical Planarization Characteristic of Ferroelectric Film for FRAM
Applications. Journal of Korean Physical
Society, Vol 45, No. 3, Page 769-772. Supriyatman. 2004. Uji Sifat Listrik struktur
Kapasitor Film Tipis Bahan PbZrxT i1- xO3 Doping In2O3 [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Uchino K. 2000. Ferroelectric Devices.
Marcel Dekker, Inc. USA.
Xu Y. 1991. Ferroelectric Material and Their
Applications. North-Holland. Netherland.
Yusnafi. 2001. P embuatan Keramik Barium Titanat Untuk Peralatan Elektronik. Elektro Indonesia Nomor 35 Tahun VI.
(22)
(23)
Lampiran 1. Diagram Tahap Penelitian
2-metoksietanol [H3COOCH2CH2OH,
99.9 %]
Berhenti
Barium asetat [Ba(CH3COO)2,
99%]
Dilakukan
spin coating
pada 3000 rpm selama 30 detik per lapis
pada substrat Si(100) tipe-p, Pt(200)/SiO
2/Si(100) yang berukuran 5mm x 5mm
sebanyak 5 kali pelapisan
Annealing
pada suhu 900
oC, 950
oC dan 1000
oC selama
15 jam pada kondisi udara atmosfer di Furnace Model Nebertherm Type 27
untuk mendapatkan film
precursor
BST / BFST
Dikocok selama 1 jam
Ditambah asam asetat dan dikocok lagi selama 30 menit
Analisis dan karakterisasi : struktur dan kristanilitas film (XRD Diano type 2100E),
Uji histerisis dengan ”
radian t a charge” Ver. 2.2
Film
BST / BFST
Strontium asetat [Sr(CH3COO)2,
99 %]
Titanium isopropoksida [Ti(C12O4H28),
99.999 %]
Dipanaskan
Disaring
Bahan pendadah Fe2O3 / Nb2O5
(24)
(25)
Å
Å
Å
Å Lampiran 3. Perhitungan parameter kisi
BST-Pt-900
No 2θ d value h k l
1 39.680 2.2696 1 1 1
2 46.140 1.9658
3 68.954 1.3601 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 68.954 d = 1.3601 hkl = (220)
8469 . 3 8 3601 . 1 2 2 3601 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.680 d = 2.2696 hkl = (111)
1174 . 4 8469 . 3 2 2696 . 2 1 1 1 8469 . 3 1 1 2696 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0703 . 1 8469 . 3 1174 . 4 = = a c a c
Lampiran 4. Perhitungan parameter kisi BST-Pt-1000
No 2θ d value h k l 1 39.690 2.2691 1 1 1 2 46.195 1.9636 3 68.990 1.3602 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 68.990 d = 1.3602 hkl = (220)
8472 . 3 8 3602 . 1 2 2 3602 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.690 d = 2.2691 hkl = (111)
1137 . 4 8472 . 3 2 2691 . 2 1 1 1 8472 . 3 1 1 2691 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0693 . 1 8472 . 3 1137 . 4 = = a c a c
(26)
Å
Å
Å
Å Lampiran 5. Perhitungan parameter kisi
BFST -Pt-900
No 2θ d value h k l 1 39.395 2.2854 1 1 1 2 45.830 1.9783 3 68.390 1.3706 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 68.390 d = 1.3706 hkl = (220)
8766 . 3 8 3706 . 1 2 2 3706 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.395 d = 2.2854 hkl = (111)
1389 . 4 8766 . 3 2 2854 . 2 1 1 1 8766 . 3 1 1 2854 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0677 . 1 8766 . 3 1389 . 4 = = a c a c
Lampiran 6. Perhitungan parameter kisi BFST-Pt-950
No 2q d value h k l 1 39.920 2.2565 1 1 1 2 46.460 1.9530 3 69.385 1.3534 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 6 9.385 d = 1.3534 hkl = (220)
8280 . 3 8 3534 . 1 2 2 3534 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.920 d = 2.2565 hkl = (111)
0856 . 4 8280 . 3 2 2565 . 2 1 1 1 8280 . 3 1 1 2565 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0673 . 1 8280 . 3 0856 . 4 = = a c a c
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Adem U. 2003. Preparation of BaxSr1-xTiO3 Thin Films by Chemical
Solution Deposition and Their Electrical Characterization [Tesis]
Aparna M , Bhimasankaram T, Suryanarayana SV, Prasad G, Kumar GS. 2001. Efect of Lantalum Doping on Electrical and Electromechanical Properties of Ba1-xLaxTiO3. Bull Mater Sci., Vol 24, No. 5. Page 497-504.
Cole MW, Geyer RG. 2004. Novel Tuneable Acceptor Doped BST Thin Film for High Quality Microwaves Devices.Revista Mexicana de Fisica Vol 50(3) Page 232-238.
Craciun VJ, Howard M, Lambers ES, Singh RK. 2000. Low Temperature Growth of Barium Stronsium Titanate Films by Ultraviolet-Assisted Pulsed Laser Depoasition. Mat. Res. Soc. Symp. Vol 617. Materials Research Society. Darmasetiawan H. 2005. Optimasi
Penumbuhan Film Tipis BaTiO3 yang didadah Indium dan Vanadium (BIVT) serta penerapannya sebagai Sel Surya. IPB.
Giridharan NV, et al. 2001. Structural, Mor pholgical and Electrical Studies on Barium Stronsium Titanate Thin Film Prepared by Sol-Gel Technique. Crystal Research Technology Vol 36(1) Page 65-72.
Irzaman, Darmasetiawan H, Indro MN, Sukaryo SG, Hikam M, Na Peng Bo, Barmawi M. 2001. Electrical Properties of Crystaline Ba0,5Sr0,5TiO3 Thin Film. Irzaman. 2005. Studi Lapisan Tipis
Pyroelektrik PbZr0,52T i0,48O3 (PZT) yang
Didadah Tantalum dan Penerapannya Sebagai Infra Merah [Disertasi].
Koutsaroff et al,. 2002. Dielectric Properties Of (Ba,Sr)TiO3 MOD Films Grown on Various Substrates. Procededings of The 13th IEEE Inmternational Symposium on
Aplications of Ferroelectric 2002. Kotecki et al,. 1999. (Ba,Sr)TiO3 Dielectrics
for Future Stacked-Capasitor DRAM. IBM Journal of Research and Development. Volume 43. No 3.
Lapedes DN, 1978. McGraw-Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms Second Edition. McGraw -Hill Inc.
Lide DR. 1962. Handbook of Chemistry and Physics 71st Edition. Chemichal Rubber Publishing Company. USA
Lines M E, Glass AM. 1977. Principles and Applications of Ferroelectrics and Related Materials. Clarendon Press. Great Britain.
Ren et al,. 1996. Size-Related Ferroelctric-Domain-Structure transition in a polycrystalin PbTio3 Thin Film. Rhysical Review B, Vol 54, No 20, Page 337 -340 Seo JY, Park SW. 2004. Chemical
Mechanical Planarization Characteristic of Ferroelectric Film for FRAM Applications. Journal of Korean Physical Society, Vol 45, No. 3, Page 769-772. Supriyatman. 2004. Uji Sifat Listrik struktur
Kapasitor Film Tipis Bahan PbZrxT i1- xO3
Doping In2O3 [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Uchino K. 2000. Ferroelectric Devices. Marcel Dekker, Inc. USA.
Xu Y. 1991. Ferroelectric Material and Their Applications. North-Holland. Netherland. Yusnafi. 2001. P embuatan Keramik Barium Titanat Untuk Peralatan Elektronik. Elektro Indonesia Nomor 35 Tahun VI.
(2)
(3)
Lampiran 1. Diagram Tahap Penelitian
2-metoksietanol [H3COOCH2CH2OH,
99.9 %]
Berhenti
Barium asetat[Ba(CH3COO)2,
99%]
Dilakukan
spin coating
pada 3000 rpm selama 30 detik per lapis
pada substrat Si(100) tipe-p, Pt(200)/SiO
2/Si(100) yang berukuran 5mm x 5mm
sebanyak 5 kali pelapisan
Annealing
pada suhu 900
oC, 950
oC dan 1000
oC selama
15 jam pada kondisi udara atmosfer di Furnace Model Nebertherm Type 27
untuk mendapatkan film
precursor
BST / BFST
Dikocok selama 1 jam
Ditambah asam asetat dan dikocok lagi selama 30 menit
Analisis dan karakterisasi : struktur dan kristanilitas film (XRD Diano type 2100E),
Uji histerisis dengan ”
radian t a charge” Ver. 2.2
Film
BST / BFST
Strontium asetat[Sr(CH3COO)2,
99 %]
Titanium isopropoksida [Ti(C12O4H28),
99.999 %]
Dipanaskan
Disaring
Bahan pendadah Fe2O3 / Nb2O5
(4)
(5)
Å
Å
Å
Å Lampiran 3. Perhitungan parameter kisi
BST-Pt-900
No 2θ d value h k l
1 39.680 2.2696 1 1 1
2 46.140 1.9658
3 68.954 1.3601 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 68.954 d = 1.3601 hkl = (220)
8469 . 3 8 3601 . 1 2 2 3601 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.680 d = 2.2696 hkl = (111)
1174 . 4 8469 . 3 2 2696 . 2 1 1 1 8469 . 3 1 1 2696 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0703 . 1 8469 . 3 1174 . 4 = = a c a c
Lampiran 4. Perhitungan parameter kisi BST-Pt-1000
No 2θ d value h k l 1 39.690 2.2691 1 1 1 2 46.195 1.9636 3 68.990 1.3602 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 68.990 d = 1.3602 hkl = (220)
8472 . 3 8 3602 . 1 2 2 3602 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.690 d = 2.2691 hkl = (111)
1137 . 4 8472 . 3 2 2691 . 2 1 1 1 8472 . 3 1 1 2691 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0693 . 1 8472 . 3 1137 . 4 = = a c a c
(6)
Å
Å
Å
Å Lampiran 5. Perhitungan parameter kisi
BFST -Pt-900
No 2θ d value h k l 1 39.395 2.2854 1 1 1 2 45.830 1.9783 3 68.390 1.3706 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 68.390 d = 1.3706 hkl = (220)
8766 . 3 8 3706 . 1 2 2 3706 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.395 d = 2.2854 hkl = (111)
1389 . 4 8766 . 3 2 2854 . 2 1 1 1 8766 . 3 1 1 2854 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0677 . 1 8766 . 3 1389 . 4 = = a c a c
Lampiran 6. Perhitungan parameter kisi BFST-Pt-950
No 2q d value h k l 1 39.920 2.2565 1 1 1 2 46.460 1.9530 3 69.385 1.3534 2 2 0
2 2 2 2 2 2 1 c l a k h d + + = Untuk
2θ = 6 9.385 d = 1.3534 hkl = (220)
8280 . 3 8 3534 . 1 2 2 3534 . 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = = + = + = + = + + = a a k h d a a k h d c l a k h d
2θ = 39.920 d = 2.2565 hkl = (111)
0856 . 4 8280 . 3 2 2565 . 2 1 1 1 8280 . 3 1 1 2565 . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 = − = + + = + + = c c c c l a k h d Jadi, 0673 . 1 8280 . 3 0856 . 4 = = a c a c