II - 32
2.8.5. Peraturan Operasional
Keberadaan taksi yang berada di kota Semarang pada saat ini telah diatur dengan peraturan operasionalnya yang meliputi ijin operasi, masa beroperasi dan
penentuan tarif. Menurut
Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 84 Tahun 1999, disebutkan bahwa wilayah operasi taksi adalah:
1. Meliputi wilayah administratif Kota, wilayah administratif Kabupaten, dan wilayah administratif Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Dapat melampaui wilayah administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah dalam hal:
a. Kebutuhan angkutan taksi semakin meningkat. b. Perkembangan wilayah perkotaan.
c. Tersedianya prasarana lahan. 3. Wilayah operasional taksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat
melampaui: a.
Wilayah administratif
KotaKabupaten dalam satu Propinsi. b.
Wilayah administratif
KotaKabupaten lebih dari satu Propinsi. c.
Wilayah administratif
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Wilayah operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 huruf a ditetapkan
oleh Gubernur. 5. Wilayah operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 huruf b dan c
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
2.8.6. Penentuan Jumlah Kebutuhan Taksi
Dalam menentukan jumlah kebutuhan taksi, variable yang terkait adalah: 1. Fungsi Kawasan Perkotaan
Adalah fungsi kawasan kota ditinjau dari aktifitasnya, meliputi: a.
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN b.
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW c.
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal PKL d.
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Khusus PKK
II - 33
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 2000, bahwa nilai dari fungsi kawasan perkotaan dapat dibedakan menjadi
a. Pusat Kegiatan Nasional PKN = 3 b. Pusat Kegiatan Wilayah PKW = 1
c. Pusat Kegiatan Lokal PKL = 0,33
d. Pusat Kegiatan Khusus PKK = 0,33 2. Sektor Unggulan
Adalah kegiatan utama yang mendukung perekonomian kota dalam: a. Kelompok I
: Jasa dan Perdagangan b. Kelompok II
: Pariwisata c. Kelompok III
: Industri dan Pertanian Dari masing – masing kelompok tersebut mempunyai besaran nilai yang
berbeda. Adapun pertimbangan penentuan nilai tersebut terlihat dalam :
Tabel 2.3. Kelompok Sektor Unggulan
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2000
2.8.7. Penentuan Formula Kebutuhan Taksi