DAFTAR ISI
Halaman PERSETUJUAN
i PERNYATAAN
ii PENGHARGAAN iii
ABSTRAK
v ABSTRACT
vi DAFTAR ISI
vii DAFTAR TABEL
ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 3
1.3.Tujuan 4
1.4.Manfaat 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cell House
5
2.2. Chlorine Treatment 6
2.2.1 Pendinginan dan Penyaringan 6
2.2.2 Pengeringan 7
2.2.3 Kompresi Klorin dan pendistribusian 8
2.2.4 Pencairan dan Penyimpanan 10
2.2.5 Penguapan klorin, Expansion tank dan prinsip pengaturan tekanan
12 2.3 Klorin dan Asam Sulfat
14 2.3.1. klorin
14 2.3.2 Asam Sulfat
15
BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan 17
3.1.1. Alat 17
3.1.2. Bahan 18
3.2. Prosedur kerja 19
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data 20
4.3. Pembahasan 25
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 26
5.2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman tabel
2.1 Sifat-sifat Fisika Asam Sulfat
17 4.1
Penggunaan H
2
SO
4
98 dalam pengeringan klorin 22
4.2 Data untuk Menemukan Persamaan Garis Regresi
23 Linier Sederhana antara Kadar klorin yang masuk
ke Drying Tower vs Laju Alir Asam Sulfat
Universitas Sumatera Utara
EFFECT OF FLOW RATE OF 98 H
2
SO
4
DRYING PROCESS CHLORINE GAS Cl
2
UNIT IN TOWER ON DRYING PROCESS CHLORINE TREATMENT IN CHEMICAL PLANT
PT. TOBA PULP LESTARI Tbk PORSEA
ABSTRACT
It has been observed in the PT. Toba Pulp Lestari Tbk on the effect of 98 sulfuric acid on the flow rate of the drying process chlorine, Chlorine is corrosive if it contains water, therefore it is
important to drying up of the chlorine to prevent corrosive of the equipment. In accordance, with the observations that have been made to the chlorine 90.62 it was needed 98 sulfuric acid
with flow rate of 2.2347 tons hour resulting chlorine 99. The smaller the concentration of chlorine that enters drying tower the 98 sulfuric acid was needed higher. When the chlorine
products was larger, the flow rate of 98 sulfuric acid must be enlarged to find out standard chlorine concentration
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai kemajuan industri pulp telah dapat dicapai antara lain peningkatan produktifitas Pulp yang dampak lingkungannya semakin tahun-ketahun dapat diperbaiki, dimana Pulp dan Kertas
adalah sarana penunjang kehidupan sehari-hari, yang tentunya dapat dirasakan manfaatnya untuk buku tulis, media informasi dan lain-lain. Karena itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan
manusia dalam meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri yang dapat juga dijadikan tolak ukur Dunia Modern suatu Masyarakat.
Dengan semakin banyaknya industri pulp di Indonesia kita dapat menggunakan salah- satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak terdapat di Indonesia. kayu tersebut dapat
menjadi Pulp Bahan Baku Kertas yang nantinya akan digunakan manusia di Dunia untuk dimanfaatkan sebagai buku tulis, majalah, koran dan lain sebagainya.
Oleh karena itu kayu sebagai bahan baku untuk membuat pulp harus ditata sedemikian rupa, agar hutan di Indonesia dapat digunakan secara berkesinambungan dan dijaga
kelestariannya. Secara umum proses pembuatan pulp terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Proses Mekanis
2. Proses Semi Kimia
Universitas Sumatera Utara
3. Proses Kimia
Di PT.Toba Pulp Lestari, proses pembuatan pulp dilakukan dengan proses Kimia. Proses ini menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan penunjang pada proses pembuatan pulp.
Unit khusus yang memproduksi bahan-bahan kimia penunjang pada proses pembuatan pulp adalah pabrik kimia chemical plant. Unit ini menghasilkan bahan-bahan kimia seperti : khlorin,
caustic soda, natrium hypo khlorit, oksigen dan sulfur dioksida. Pengolahan atau pengeringan klorin Cl
2
adalah merupakan salah satu bagian dari proses produksi di pabrik kimia yang menghasilkan klorin Cl
2
kering atau terbebas dari air. Gas klorin yang keluar dari cell panas, jenuh dengan uap air dan mengandung garam yang
terbawa dari ruang anoda. Dengan kondisi gas diatas pada perlakuan terhadap klorin atau chorine treatment adalah untuk
mengeringkan gas chlorine agar dapat ditangani dengan alat material yang lebih sederhana Beberapa tahapan proses yang dilakukan untuk tujuan diatas adalah :
1 Pendinginan
2 Penyaringan
3 Pengeringan
4 Kompressi
5 Pendistribusian
6 Pencairan
7 Penyimpanan
8 Penguapan evaporasi
9 Tangki ekspansi
Universitas Sumatera Utara
Pada unit pengolahan klorin tahap yang lebih menentukan adalah tahap pengeringan dimana klorin harus dibebaskan dari kandungan uap air karena bila tidak dibebaskan dari kandungan uap
air maka efeknya adalah peralatan dan perpipaan gas klorin akan mengalami korosif dan juga menimbulkan kerak scale. Bila hal ini dibiarkan maka suatu waktu peralatan dan perpipaan
akan mengalami penyumbatan dan terganggunya proses pengeringan klorin. Agar khlorin terbebas dari uap air maka diinjeksikan asam sulfat H
2
SO
4
dari puncak menara dan masuk ke dalam menara pengering Drying Tower karena asam sulfat yang bersifat
higroskopis yaitu sifat mudah menyerap air. Anonim, 2003
Perlakuan pengeringan terhadap gas klorin Cl
2
disesuaikan dengan jumlah Asam Sulfat H
2
SO
4
pada drying tower, Dimana semakin banyak khlorin yang masuk ke unit pengering maka jumlah Asam sulfat H
2
SO
4
juga semakin banyak digunakan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahasnya dimana hasil pembahasan
dimaksud diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul :
PENGARUH LAJU ALIR H
2
SO
4
98 TERHADAP PROSES PENGERINGAN GAS KHLORIN Cl
2
DI UNIT DRYING TOWER PADA PROSES CHLORINE TREATMENT DI CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
– PORSEA.
1.2 Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah: 1.
Bagaimana pengaruh laju alir H
2
SO
4
98 terhadap proses pengeringan gas klorin Cl
2
.
Universitas Sumatera Utara
2. Berapa besar laju alir H
2
SO
4
yang digunakan untuk menghasilkan konsentrasi klorin yang memenuhi standart di PT. Toba Pulp Lestari.
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam karya ilmiah ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh laju alir H
2
SO
4
98 terhadap proses pengeringan gas klorin Cl
2
.
1.4 Manfaaat
1. Memberikan informasi bagaimana hubungan antara laju alir Asam Sulfat H
2
SO
4
terhadap pengeringan gas klorin. 2.
Memberikan gambaran penerapan ilmu dan teknologi Kimia Industri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cell House
Tujuan dari cell electrolisa chlor alkali adalah untuk memproduksi caustic soda adalah larutan garam NaCl yang telah dimurnikan pure brine yang dipersiapkan oleh unit pengolahan dan
pemurnian garam. Larutan garam murni diinjeksikan kedalam ruang anoda dimana ion Natrium melewati
membrane sebagai arus menuju katoda dan bergabung dengan ion hidroksil membentuk NaOH, sementara ion klorida teroksidasi menjadi gas klorin, sedangkan caustic soda disirkulasikan
untuk mendapat penambahan volume dan konsentrasi dari ion Natrium Na
+
dan air demin H
2
O yang tereduksi menjadi ion hidroksil OH
-
dan gas Hidrogen H
2
yang berpindah dari ruang anoda, Sisa garam akan meninggalkan ruang anoda. Sisa garam akan meninggalkan ruang
anoda bersama gas klorin dan caustic soda meninggalkan ruang katoda bersama gas hidrogen. Langkah selanjutnya larutan dan gas akan dipisahkan untuk melalui proses selanjutnya.
Gas hidrogen dikemudian didinginkan dan tekanannya dikendalikan dengan membuang sebagian ke atmosfer dan sebagian di alihkan ke proses produksi larutan HCl. Larutan caustic
NaOH akan dikumpulkan dalam sebuah tangki yang disebut tangki Catholyte dan akan disirkulasikan kembali ke cell setelah suhu dan konsentrasinya disesuaikan dengan target melalui
alat penukar panas dan pengenceran dengan demin water. Sementara sebagian kecil larutan
Universitas Sumatera Utara
caustic NaOH akan dipindahkan ke tangki penyimpanan yang disebut Tangki Caustic 32 dengan tetap menjaga level pada tangki catholyte.
Larutan ini dikirim ke konsumen dalam konsentrasi 32 dan 10 baik untuk area sendiri seperti: Hypo plant, ClO
2
plant dan brine treatment plant maupun unit didepartemen yang lain seperti : bleaching, boiler feed water dan unit recaustisizing. Sementara itu gas klorin akan
mendapat perlakuan pendinginan dan penyaringan sebelum memasuki proses selanjutnya di area perlakuan chlorine dan larutan garam sisa anolyte akan dikembalikan ke unit pengolahan garam
untuk digunakan kembali. Anonim, 2003
2.2 Chlorine Treatment
Tujuan dari perlakuan terhadap chlorine treatment adalah untuk menyederhanakan peralatan penanganan klorin produk dikarenakan sifat korosif dan chlorine yang mengandung uap air.
Gas klorin yang keluar dari cell panas, jenuh dengan uap air dan mengandung garam yang terbawa dari ruang anoda. Dengan kondisi gas diatas pada perlakuan terhadap klorin atau chorine
treatment adalah untuk mengeringkan gas chlorine agar dapat ditangani dengan alat material yang lebih sederhana.
2.2.1 Pendinginan dan Penyaringan
Cara yang paling murah untuk memisahkan kandungan uap air adalah dengan cara kondensasi uap air melalui proses pendinginan dengan alat pendingin menggunakan air pendingin. Untuk
mencapai kandungan uap air yang rendah dilakukan dengan dua cara yaitu dengan air pendingin biasa dan chilled water. klorin dapat membentuk kristal hydrat pada suhu 9,8
C yang dapat
Universitas Sumatera Utara
memuai jiak terkena panas dan menghasilkan volume yang besar sehingga seperti meledak. Maka suhu minimum gas klorin tidak boleh mencapai temperatur tersebut dan dalam operasi
temperature setelah pendinginan tahap kedua dikendalikan pada target 18 C dan minimum 12
C. Diantara kedua tahap pendingin terdapat alat penyaring yang berfungsi untuk memisahkan
semua kristal padat yang terbawa terutama garam dengan cara menginjeksikan air pada gas yang termasuk sehingga kristal garam dapat tersangkut pada saringan berbentuk pipa dan larut dalam
air tersebut dan jatuh kebawah bersama air menuju Dechloronation Tank untuk proses selanjutnya.
Partikel padatan yang terkandung didalam chlorine akan disaring atau dipisahkan di candle Filter dan Mist eliminator. Air demin diinjeksikan kedalam Candle Filter dan Mist Eliminator
untuk melarutkan garam atau kristal garam yang terbawa bersama chlorine. Padatan yang terlarut dari sistem ini kemudian di drain ke dechlorination tank untuk selanjutnay dikembalikan ke salt
dissolver.
2.2.2 Pengeringan
Sisa uap air yang masih terbawa dalam gas chlorine diserap dengan menggunakan asam sulfat yang mempunyai sifat Hygroskopis yaitu sifat mudah menyerap air. Dalam proses penyerapan
ini terjadi pengenceran terhadap asam sulfat dimana kemampuan penyerapan airnya menurun seiring dengan turunnya konsentrasi asam sulfat.
Selain itu juga terjadi panas yang cukup besar sehingga dibutuhkan alat pendingin untuk menjaga temperature asam sulfat karena naiknya temperature juga mengurangi kemamuan
penyerapan air.
Universitas Sumatera Utara
Temperature proses penyerapan air ini terjadi disebut Drying Tower yang merupakan menara yang berisi packing yang terbuat dari material yang tidak bereaksi dan tahan terhadap
asam sulfat pada bagian atas dan tangki penampung pada bagian dasarnya. Asam sulfat dialirkan dari atas ke bawah dengan bantuan pompa sedangkan gas chlorine
masuk dari bagian bawah menuju keatas berlawanan arah sehingga asam sulfat yang memiliki konsentrasi lebih rendah bertemu dengan gas chlorine yang paling basah. Menara tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga Asam sulfat overflow secara gravitasi kemenara sebelumnya secara seri.Asam sulfat pekat segar diinjeksikan pada dasar menara dari Head tank dan overflow pada
lapisan atas larutan menuju menara sebelumnya.Pada menara terakhir larutan overflow ketangki penampung yang disebut spent acid tank. Kandungan klorin dalam spent acid tank ini
dipisahkan dengan injeksi udara yang menuju ke Hypo system sebelum digunakan untuk proses selanjutnya yang umumnya adalah pengaturan pH effluent. Semakin banyak menara yang ada
semakin efisien pemakaian asam sulfatnya dengan minimum dibutuhkan dua menara. Dalam operasi,asam sulfat tidak boleh dialirkan dalam jumlah berlebih yang dapat
menyebabkan terjadinya flooding sehingga aliran gas terhambat oleh cairan dalam menara . Pendistribusian yang baik dan merata sehingga packing menjaadi basah sehingga mendapat luas
kontak yang lebar tidak terjadi channeling. Semakin rendah suhu gas, semakin kecil volumenya sehingga dapat dialirkan menggunakan pipa carbon stell sehingga tahap perlakuan boleh
dikatakan sudah selesai.
2.2.3 Kompresi Klorin dan Pendistribusian
Universitas Sumatera Utara
Pada membrane cell yang dioperasikan pada tekanan Anolyte Catholyte yang rendah kompresi merupakan salah satu cara untuk menarik produk yang dihasilkan dengan melalui proses
pengeringan seperti yang telah kita pelajari diatas. Pengompresan ini dilakukan dengan menggunakan sebuah system compressor yang terdiri dari :
a Suction pot
b Acid cooler
c Sistem kontrol tekanan anolyte
d Acid dan mist separator
e Rotary liquid ring compressor
f Perpipaan yang berhubungan, instrument dan katup-katup
Rotary liquid ring compressor ini memanfaatkan Asam sulfat 98 sebagai cairannya untuk mengkompres gas klorin. Panas compressi ini diabsorpsi oleh Asam sulfat. Asam sulfat
dan gas chlorine hangat meninggalkan compressor yang dipisahkan oleh separator. Asam sulfat didinginkan dengan pendingin sebelum di kembalikan ke kompressor bersama dengan
gas chlorine. Konsentrasi asam sulfat ini sampai pada minimum konsentrasi 96,asam sulfat yang kemudian dinaikkan kembali konsentrasinay dengan mengganti sebagian asam sulfat
tersebut dengan yang baru. Asam sulfat yang ditukar dikirim ke spent acid tank, sedangkan gas klorin akan melanjutkan pemisahan mist asam sulfat sebelum menuju ke proses
selanjutnya. Discharge kompressor memiliki tekanan hingga 5 bar,sehingga dapat langsung disalurkan
di pemakaian yang lain dalam hal ini adalah HCl Burner dan Hypo reaktor system. Kelemahan
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ini adalah bila terjadi kegagalan dalam operasi konsumen maka tekanan balik dari konsumen akan menyebabkan naiknya tekanan Header dan berakibat kepada keseimbangan
tekanan recycle yang berpengaruh pada tekanan di anolyte di cell, sehingga system pencairan selalu dijalankan bersamaan sehingga dapat mengurangi dampaknya.
2.2.4 Pencairan dan Penyimpanan
Untuk dapat disimpan dalam wadah secara ekonomis, maka chlorine perlu dicairkan dengan alat
pencair. Pada tekanan 5 barg maka titik cair chlorine adalah sekitar 10 C dan semakin rendah
tekanan akan makin rendah titik cairnya. Pencairan dilakukan dalam sebuah unit pendingin yang menggunakan Freon dimana
klorin yang dicairkan mengalir secara gravitasi menuju storage tank. Tidak semua gas yang masuk dicairkan tetapi sebagian dibakar ke HCl burner atau hypo plant bersama dengan
impurities yang terkandung seperti gas oksigen, karbon dioksida, dan sedikit hydrogen. Bila pembuangan ini tidak dilakukan secara continiue maka dapat menurunkan effisiensi pencairan
dan lebih buruk lagi dapat mengumpulkan gas hidrogen yang dapat membentuk campuran explosive dengan chlorine pada kandungan 4.
Tujuan mencairkan gas klorin adalah untuk memperkecil volume klorin yang hendak disimpan bila terdapat kelebihan produk.
Proses pencairan gas chlorine dilakukan di Cl liquiefier unit, alat ini bekerja dengan prinsip “ekspansi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah akan menyebabkan turunnya temperature” dan
“perubahan bentuk dari cair menjadi gas atau sebaliknya akan menyerap dan melepaskan energi
”. Sebagai media pendingin digunakan gas Freon yang mempunyai sifat mudah menguap dan
mencair. Gas Freon yang decompress setelah diturunkan temperaturnya pada tekanan yang sama
Universitas Sumatera Utara
di ekspansikan ke ruang Evaporator sehingga temperature gas Freon akan turun sampai titik cairnya, pada ruangan ini terjadi proses perpindahan panas dimana gas Freon yang dingin akan
mendinginkan gas klorin, panas yang dikandung gas klorin akan diserap sehingga temperaturnya turun sampai titik cairnya sehingga chlorine mencair sebaliknya gas Freon yang menerima panas
dari gas klorin akan menguap menjadi gas untuk selanjutnya diisap kembali oleh compressor, pada proses ini terdapat perbedaan tekanan yang tinggi antara discharge dan suction compressor.
Demikian proses ini berlangsung secara terus menerus sehingga tujuan pencair gas chlorine tercapai. Selanjutnya klorin yang cair disimpan di chlorine storage tangki penyimpanan klorin
cair. Tiga buah tangki klorin tersedia, dua berisi klorin, sebagai penerima dan pengirim
sedangkan satu lagi selalu dijaga kosong dengan tekanan rendah sebagai tangki cadangan kalau terdapat peristiwa yang bersifat emergency. Misalnya ada klorin yang bocor pada satu tangki
maka chlorine tersebut harus dipindahkan ke tangki yang kosong tersebut. Tangki klorin dilengkapi dengan sistem perpipaan yang cukup standart yaitu :
a Liquid chlorine inlet dari liquefier, yang terletak pada manhole
b Liquid chlorine outlet menuju evaporator, dimana pipa ini masih sampai kedasar
tangki dekat mangkok yang ada pada dasar tangki. c
Pipa vent gas yang mengarah baik ke 550 header header distribution dan 5 NAOH tank. Pipa vent ini pun masuk kedalam sebagian sebagain pembatas level
maksimum klorin cair d
Pipa padding udara yaitu untuk memasukkan udara padding yang bermanfaat unuk: 1.
Menaikkan tekanan tangki sebagai inlet bila tekanannya terlalu rendah kurang dari 4 kgcm
2
Universitas Sumatera Utara
2. Menaikkan tekanan tangki sebagai tangki yang menuju ke evaporator
sehingga tekanannya harus lebih tinggi dari 550 header. Semakin tinggi beda tekanannya semakin besar aliran yang dapat terjadi dan diatur dengan
bukaan katup diinlet evaporator. Tekanan untuk fungsi ini adalah 6,5 – 7,0
kgcm
2
. 3.
Untuk melakukan pembuangan gas klorin sisa yang ada sebelum tangki dibuka dan pembuangan uap air setelah tangki klorin ditutup kembali
manhole dari inspection. e Pipa equalizing ini berfungsi untuk menyamakan tekanan antar tangki dan
mempunyai hubungan ke bagian sniff dari liquefier dan cylinder unloading system.
F Instrumentasi yang ada pada tangki chlorine terdiri dari pressure gauge local, pressure transmitter yang keduanya terletak pada manhole. Sedangkan level
transmitter sistem pelampung dan temperature sensor ada pada bagian badan tangki. Instrumentasi lainnya adalah pengukur berat isi tangki yang ada pada
bagian bawah dari tangki. g katup relief valve yang berfungsi untuk melepaskan tekanan tangki klorin bila
berlebih ke 5 NaOH tank terdapat dua. Katup ini akan bekerja bila tekanan mencapai 8 dan tertutup kembali pada tekanan 6,5 kgcm
2
. h Sebuah nozzle cadangan berukuran inci terdapat pada bagian manhole.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Penguapan klorin, Expansion tank dan Prinsip pengaturan tekanan
Klorin selalu digunakan dalam bentuk gas, sehingga bila klorin yang dibutuhkan dari storage maka perlu dipanaskan agar menguap. Klorin cair dapat dikeluarkan dari tangki dengan cara
memberikan tekanan pada tangki sehingga dengan beda tekanan antara tangki dan tekanan distributor cairan klorin mengalir melalui pipa yang menjulur didalam tangki hingga mendekati
dasar menuju alat penguap. Alat penguap yang kita miliki adalah sistem bak air panas yang dibuat dengan air dicampur steam.
Expansion tank adalah sebuah tangki kecil yang berfungsi sebagai alat penampung ekspansi berlebihan dari klorin cair yang terjebak di dalam perpipaan antara dua buah katup,
yaitu : a.
Pipa klorin cair dari chlorine liquefier ke storage tank b.
Pipa klorin cair dari tangki ke evaporator c.
Pipa klorin unloading dari silinder klorin ke tangki klorin Jadi terdapat tiga buah jalur yang menuju expansion tank dengan dibatasi oleh suatu
alat yang disebut bursting disc yang akan pecah bila melebihi tekanan tertentu. Pada expansion tank terdapat sebuah alat pengukur tekanan yang akan menunjukkan bila ada bursting disc yang
pecah dengan kenaikan tekanan. Tanpa kejadian ini tidak akan terdapat tekanan karena alat penunjukan tekanan sekarang tidak ada maka harus dilakukan pembuangan tekanan secara
teratur ke 5 tank. Padding air juga terdapat pada tangki ini dengan fungsi untuk mengusir chlorine gas yang terdapat dalam bila dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
klorin sebagai gas mengikuti kaidah bahwa gas akan berpindah dari yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah sedangkan sebagian cairan mengikuti kaidah cairan yang bergerak dari
tempat yang tinggi ketempat yang rendah. Bila dua buah tangki chlorine divent bersamaan ke distributor gas maka tangki yang
bertekanan lebih tinggi akan lebih dulu menurunkan tekanan nya akan mencapai kesetimbangan untuk ketiga tempat tersebut. Tetapi bila konsumen yang mendapat suplai gas dari distributor
akan naik dan jumlah gas akan meningkat ke konsumen yang lain tetapi apabila tidak maka tekanan distributor akan naik.
Apabila sumber gas tersebut berasal dari : a.
Bypas liquifier maka kompressor akan ikut merasakan efek tekanan balik tersebut dan mempengarhi tekanan anolyte yang sedang dikontrolnya.
b. Vent tangki penerima tersebut akan naik dan mempengaruhi tekanan snift gas liquifier
dan mempengaruhi tekanan discharge compressor dan seterusnya. Tetapi bila liquifier mempunyai kapassitas yang cukup besar untuk membuat gas cair pada suhu yang lebih
rendah maka akan ada kemungkinan tekanan dapat bertahan. Hal ini dikarenakan gas klorinyang ada di vent dari tangki penerima adalah gas yang menguap,tekanan tangki
klorin akan stabil bila jumlah klorin cair yang masuk seimbang dengan jumlah volume gas yang digantiikan dan juga besarnya yang menguap. Bila tidak seimbang maka akan
terjadi kenaikan tekanan tangki penerima dan bila berlebih maka tekanan ntangki penerima akan dapat turun.
Universitas Sumatera Utara
c. Bila klorin berasal dari evaporator maka dengan mengurangi atau menutup inlet
evaporator akan dapat mengendalikan tekanannya. Anonim, 2003
2.3 Klorin dan Asam Sulfat
2.3.1 Klorin
Klorin Cl
2
merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain
membentuk garam natrium klorida NaCl atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia, klorin memegang peranan penting yaitu banyak benda-benda yang kita
gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah tangga,alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi, pendingin, semprotan pembersih,pelarut, dan berbagai produk
lainnya. Klorin pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Wilhem Scheele pada tahun 1774. Pada saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas
tersebut. Pada tahun 1810 Sir Humphrey Davy, seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa gas kuning kehijauan pada percobaan Scheele adalah sebuah unsur dan menamakannya Chlorine,
berasal dari bahasa Yunani Khloros yang berarti hijau. Pada tahun 1994, Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk gas,
termasuk unsure golongan halogen Golongan VII, sangat reaktif dan merupakan oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur. Pada suhu -34
C, klorin berbebtuk cair dan pada suhu -103
C berbentuk padatan Kristal kekuningan.Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah relative jauh lebuh besar dibandingkan ion-ion halogen lainnya.
Anonim, 2003
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan asam kuat, karena asam sulfat mudah menyumbang sebuah proton pada air untuk membentuk ion hidronium H
3
O
+
dan ion bisulfat HSO
4 -
. Asam sulfat adalah asam yang dapat digunakan untuk melarutkan logam dan oksida logam, menetralkan basa, dan
membersihkan permukaan logam yang terkorosi. Keenan, Kleinfelter Wood,1999
Asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan pendehidrasi, lebih-lebih terhadap senyawa organic. Aksi dehidrasinya sangat penting dalam menyerap air yang terbentuk dalam
konversi kimia sperti nitrasi, sulfonasi, dan esterifikasi, sehingga hasilnya menjadi lebih besar. George T. Austin, 1996
Sifat-sifat Fisika Asam Sulfat Sifat
Nilai Titik Leleh
C Titik Didih
C Gravitasi Spesifik
Uap Densitas Kadar bahaya untuk kesehatan mgm
3
Titik Beku C
Viskositas pada 25 C, P
Indeks Refraksi pada 25 C
Konduktivitas Elektrik pada 18,33 C
3 280
1,8 air-1 3,4air-1
80 4,44 konsentrasi 98
31konsentrasi 96 1,384konsentrasi 98
500konsentrasi 98
Kirk-Othmer, 1979
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PERCOBAAN