Pelaksanaan Tugas Kepala Objek Penelitian

4.1.2 Pelaksanaan Tugas Kepala

Satpol PP Dalam Mengumpulkan Informasi Terkait Penertiban PKL Di Kota Cimahi Mengumpulkan informasi merupakan suatu kegiatan didalam proses pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seorang pemimpin, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan. Informasi dapat berupa lisan maupun tulisan yang diperoleh baik secara langsug maupun tidak langsung. Pengumpulan informasi dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Kepala Satpol PP Kota Cimahi dalam menyelesaikan permasalahan PKL lewat program penertiban, sesuai dengan teori yang peneliti gunakan, merupakan suatu tahap lanjut dari perumusan masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Informasi yang dibutuhkan oleh Kepala Satpol PP Kota Cimahi menyangkut pelaksanaan kegiatan penertiban bagi para PKL, dapat diperoleh dengan cara mengamati secara langsung pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh para penyelenggara penertiban maupun dengan cara memberikan tugas kepada para aparaturnya untuk mengumpulkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan. Dari penerapan kebijakan dapat dilakukan dengan cara mengolah informasi tentang hasil yang dicapai oleh setiap unit, mempertanggung jawabkan hasil yang dicapai, dan menilainya mengevaluasi apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan sasaran atau tidak. Dengan tindak lanjut follow- up, kita dapat mengetahui sejauh mana penerapan kebijakan publik itu dicapai, apakah berhasil atau gagal. Jika berhasil, maka kebijakan tersebut dapat dilanjutkan, dan jika gagal, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mencari dimana letak kegagalan untuk kemudian dilakukan perbaikan. Selanjutnya, informasi-informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk bahan pengambilan keputusan tentang tindakan yang apa harus dilakukan. Kemudian hasil keputusan tersebut di informasikan kembali kepada anggota Satpol PP sebagai pelaksana di lapangan, sehingga anggota mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Hal ini ditujukan agar menerapkan kebijakan ketertiban umum yang dilaksanakan Satpol PP berhasil optimal. Dalam hal informasi, penulis berpendapat bahwa selain informasi- informasi yang telah diuraikan tersebut, Satpol PP juga membutuhkan informasi data tentang pelanggaran terhadap ketertiban umum. Data tersebut dapat diperoleh dari laporan-laporan yang diberikan oleh masyarakat baik secara lisan maupun tulisan. Dengan data ini Satpol PP dapat mengetahui lokasi- lokasi mana saja yang banyak terjadi pelanggaran ketertiban umum. Dengan begitu Satpol PP dapat menentukan lokasi mana saja yang akan dijadikan sasaran prioritas penertiban. Akan tetapi, data tentang pelanggaran ketertiban umum ini sulit diperoleh. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap arti pentingnya kebijakan ketertiban umum, sehingga mereka tidak respon terhadap setiap pelanggaran yang terjadi. Dari hasil wawancara, Kasie Tramtib menyebutkan: ”Sampai saat ini Satpol PP Kota Cimahi belum memiliki data pelanggaran ketertiban umum. Hal ini karena masyarakat masih enggan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pelanggaran ketertiban umum”. Informasi berkaitan erat dengan komunikasi, artinya tanpa adanya komunikasi mustahil seseorang atau kelompok orang memperoleh informasi. Dimana setiap komunikasi yang dilakukan dapat menjadi sebuah informasi bagi para pelaksana kebijakan. Seperti yang telah dibahas dalam indikator terdahulu yakni menyangkut kejelasan komunikasi, disebutkan bahwa ketidakjelasan pesan komunikasi akan menghambat keberhasilan penerapan. Berkaitan dengan hal ini Kasie Tramtib menjelaskan sebagai berikut : “Sebelum melaksanakan kegiatan Satpol PP selalu mencari informasi yang berkembang di lapangan. Informasi yang diperoleh tersebut kami gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil tindakan, sehingga setiap tindakan akan dilakukan berlangsung maksimal”. Dalam mencari informasi tersebut Satpol PP selalu berkoordinasi dengan instansi lain baik itu internal maupun eksternal. Untuk instansi internal, Satpol PP berkoordinasi dengan dengan Dinas Perhubungan Dishub, Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian Kadiskopindagtan dan Kasie Tramtib Kecamatan. Koordinasi internal ini dilakukan karena adanya kesamaan tujuan untuk mewujudkan visi Kota Cimahi yaitu menjadikan Cimahi kota yang maju, agamis, nyaman, tertib, aman dan produktif. Selanjutnya, informasi-informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk bahan pengambilan keputusan tentang tindakan yang apa harus dilakukan. Kemudian hasil keputusan tersebut diinformasikan kembali kepada anggota Satpol PP sebagai pelaksana di lapangan, sehingga anggota mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Hal ini ditujukan agar menerapkan kebijakan ketertiban umum yang dilaksanakan Satpol PP berhasil optimal. Dalam hal informasi, penulis berpendapat bahwa selain informasi- informasi yang telah diuraikan tersebut, Satpol PP juga membutuhkan informasi data tentang pelanggaran terhadap ketertiban umum. Data tersebut dapat diperoleh dari laporan-laporan yang diberikan oleh masyarakat baik secara lisan maupun tulisan. Dengan data ini Satpol PP dapat mengetahui lokasi- lokasi mana saja yang banyak terjadi pelanggaran ketertiban umum. Dengan begitu Satpol PP dapat menentukan lokasi mana saja yang akan dijadikan sasaran prioritas penertiban. Sedangkan untuk eksternal, Satpol PP berkoordinasi dengan unsur TNI dan Polri setempat. Koordinasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya perselisihan, karena dari hasil observasi di lapangan diketahui bahwa beberapa dari PKL modal dagangnya berasal dari oknum- oknum TNI maupun Polri. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala Satpol PP: “Ada beberapa PKL yang modal usahanya berasal dari oknum aparat TNI dan Polri, bahkan ada juga yang menjadi penyuplai barang. Oleh karena itu, jika di lapangan ditemukan kasus seperti ini maka kami berkoordinasi dengan unsur TNI atau Polri setempat”. Dari hasil pengamatan penulis, diketahui bahwa jika diperoleh informasi di lokasi yang akan menjadi sasaran penertiban terdapat PKL yang dilindungi oleh oknum TNI maupun Polri, maka pada saat pelaksanaan penertiban Satpol PP akan meminta bantuan unsur TNI atau Polri. Hal ini ditujukan untuk mengatasi perlawanan dari oknum tersebut, sehingga kegiatan dapat berjalan lancar. Selanjutnya, informasi- informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk bahan pengambilan keputusan tentang tindakan yang apa harus dilakukan. Kemudian hasil keputusan tersebut diinformasikan kembali kepada anggota Satpol PP sebagai pelaksana di lapangan, sehingga anggota mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya. Hal ini ditujukan agar penerapan kebijakan ketertiban umum yang dilaksanakan Satpol PP berhasil optimal. Dalam hal informasi, penulis berpendapat bahwa selain informasi- informasi yang telah diuraikan tersebut, Satpol PP juga membutuhkan informasi data tentang pelanggaran terhadap ketertiban umum. Data tersebut dapat diperoleh dari laporan-laporan yang diberikan oleh masyarakat baik secara lisan maupun tulisan. Dengan data ini Satpol PP dapat mengetahui lokasi- lokasi mana saja yang banyak terjadi pelanggaran ketertiban umum. Dengan begitu Satpol PP dapat menentukan lokasi mana saja yang akan dijadikan sasaran prioritas penertiban. Akan tetapi, data tentang pelanggaran ketertiban umum ini sulit diperoleh. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap arti pentingnya kebijakan ketertiban umum, sehingga mereka tidak respon terhadap setiap pelanggaran yang terjadi. Dari hasil wawancara, Kepala Satpol PP menyebutkan: ”Sampai saat ini Satpol PP Kota Cimahi belum memiliki data pelanggaran ketertiban umum. Hal ini karena masyarakat masih enggan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pelanggaran ketertiban umum”. Kondisi ini tentunya sangat berbanding terbalik jika pelanggaran yang terjadi bersifat pelanggaran kriminal, masyarakat tidak akan segan- segan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak kepolisian. Oleh karena itu, Satpol PP Kota Cimahi harus berupaya menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat tentang makna dari ketertiban umum. Pelanggaran ketertiban umum itu bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan tindakan kriminalanarkis, akan tetapi juga dapat berupa pelanggaran terhadap norma agama dan norma sosial yang dapat merugikan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi, data tentang pelanggaran ketertiban umum ini sulit diperoleh. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap arti pentingnya kebijakan ketertiban umum, sehingga mereka tidak respon terhadap setiap pelanggaran yang terjadi. Dari hasil wawancara, Kasie Tramtib menyebutkan: ”Sampai saat ini Satpol PP Kota Cimahi belum memiliki data pelanggaran ketertiban umum. Hal ini karena masyarakat masih enggan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pelanggaran ketertiban umum”. Kondisi ini tentunya sangat berbanding terbalik jika pelanggaran yang terjadi bersifat pelanggaran kriminal, masyarakat tidak akan segan- segan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak kepolisian. Oleh karena itu, Satpol PP Kota Cimahi harus berupaya menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat tentang makna dari ketertiban umum. Pelanggaran ketertiban umum itu bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan tindakan kriminalanarkis, akan tetapi juga dapat berupa pelanggaran terhadap norma agama dan norma sosial yang dapat merugikan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung Kondisi ini tentunya sangat berbanding terbalik jika pelanggaran yang terjadi bersifat pelanggaran kriminal, masyarakat tidak akan segan- segan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak kepolisian. Oleh karena itu, Satpol PP Kota Cimahi harus berupaya menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat tentang makna dari ketertiban umum. Pelanggaran ketertiban umum itu bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan tindakan kriminalanarkis, akan tetapi juga dapat berupa pelanggaran terhadap norma agama dan norma sosial yang dapat merugikan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut peneliti, berbagai macam informasi yang disampaikan oleh mitra kerja dari Satpol PP Kota Cimahi setidaknya akan memberikan kemudahan bagi Kepala Satpol PP Kota Cimahi untuk menangani permasalahan PKL, bilamana informasi yang diterima tersebut selanjutnya dapat diproses sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi oleh para PKL.

4.1.3 Pelaksanaan Tugas Kepala

Dokumen yang terkait

Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar)

13 168 124

Gaya Kepemimpinan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Cimahi

0 13 145

Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar)

2 12 124

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) DALAM KEWENANGAN PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG Peranan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Dalam Kewenangan Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

PENDAHULUAN Peranan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Dalam Kewenangan Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kabupaten Sukoharjo.

0 5 24

KINERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL-PP) KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PEMBINAAN DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SOLOBARU.

1 7 14

Cover Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora )

0 0 17

Abstract Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora )

0 0 2

Reference Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora )

0 0 2

Kebijakan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Karanganyar dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) - UNS Institutional Repository

0 0 9