BAB 13 SISTEM GERAK PADA MANUSIA

(1)

SISTEM GERAK

PADA MANUSIA


(2)

Kompetensi dasar:

Menjelaskan keterkaitan antara struktur,

fungsi dan proses serta kelainan/penyakit

yang dapat terjadi pada sistem gerak pada

manusia.


(3)

Gerak dapat terlaksana bila ada kerjasama

antara alat-alat gerak (tulang dan otot). Alat

gerak dibedakan menjadi:


(4)

(5)

1.

Susunan Tulang

a. Tulang tengkorak: bagian kepala (tulang: dahi, ubun-ubun, kepala belakang, baji, pelipis, tapis), bagian muka

(tulang: rahang atas, rahang bawah, pipi, langit-langit, hidung, air mata, lidah)

b. Tulang badan: ruas tulang belakang (tulang: leher, punggung, pinggang, kelangkang, ekor), tulang dada, tulang rusuk (tulang: rusuk sejati, palsu, melayang), tulang gelang bahu (tulang: belikat, selangka), tulang

panggul (tulang: usus, duduk, kemaluan).

c. Tulang anggota badan: tulang lengan (tulang: lengan atas, hasta, pengumpil, pergelangan tangan, telapak tangan, jari tangan), tulang tangkai (tulang: paha, tempurung lutut, kering, betis, pergelangan kaki, telapak kaki, jari kaki).


(6)

2.

Bentuk Tulang

a.

Tulang pipa

1) terdiri dari: bagian ujung (epifise) dan bagian

tengah yang berlubang (diafise).

2) diantara epifise dan diafise terdapat cakra epifise.

Cakra epifise tersusun atas tulang rawan, merupakan daerah pertumbuhan memanjang pada tulang (menyebabkan pertambahan tinggi badan).

3) pada diafise terdapat sumsum tulang (kumpulan

pembuluh darah dan saraf). Sumsum merah sebagai tempat pembentukan sel darah merah (eritrosit) dan sumsum kuning sebagai tempat pembentukan sel-sel lemak.


(7)

b. Tulang pipih

1) Bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang

kompak dan tulang spons, dan di dalamna berisi sumsum merah.

2) Contoh: tulang rusuk, tulang dada, tulang dahi dan


(8)

c.

Tulang pendek

1) Bentuk bulat pendek dan berisi sumsum merah.

2) Contoh: tulang pada pergelangan tangan dan kaki,


(9)

3.

Hubungan Antartulang (artikulasi/sendi)

a. Komponen penyusun sendi

1) Ligamen: jaringan ikat menghubungkan

antartulang yang membentuk persendian.

2) Kapsul sendi: lapisan serat yang berfungsi

membungkus persendian dengan

menghubungkannya antarkedua tulang.

3) Tulang rawan Hialin: untuk perlindungan terhadap

benturan yang keras.

4) Cairan sinovial: cairan pelumas yang mengisi

rongga sendi dan berada di sebelah dalam kapsul sendi, serta berfungsi mengurangi gesekan antartulang saat bergerak.


(10)

b. Berdasarkan sifat geraknya, sendi dibedakan menjadi:

1) Sendi mati (sinartosis): tidak memungkinkan

terjadinya gerakan karena hubungan antartulangnya hanya dihubungkan oleh jaringan ikat (sinartosis simfibrosis/hubungan antartulang tengkorak) atau jaringan tulang rawan (sinartosis sinkondrosis/hubungan antara tulang rusuk dengan tulang dada).

2) Sendi kaku (amfiartrosis): hanya memungkinkan

terjadinya gerakan yang terbatas karena sempitnya rongga sendi yang dibentuk oleh kapsul sendi dan sedikitnya cairan sinoval yang ada di dalamnya. Contoh: sendi antara tulang rusuk dengan tulang belakang.


(11)

3) Sendi gerak (diartrosis): memungkinkan terjadi gerak

secara bebas.

a. Sendi engsel (arah gerakan hanya satu arah): siku, lutut

dan tulang jari.

b. Sendi putar (tulang yang satu dapat memutari tulang yang

lain): tulang tengkorak dengan atlas, lengan atas dengan pengumpil.

c. Sendi pelana (tulang dapat bergerak dua arah): ibu jari,

antarmetakarpal, dan karpal).

d. Sendi peluru ( bergerak ke segala arah): tulang lengan

dengan belikat, tulang paha dengan tulang pinggul.

e. Sendi luncur/geser (hanya sedikit gerak pergeseran):

ruas-ruas tulang belakang.

f. Sendi kondiloid (gerak ke samping dan maju mundur tetapi


(12)

4.

Fungsi Rangka Manusia

a. Sebagai kerangka tubuh yang menegakkan dan

memberi bentuk tubuh.

b. Tempat melekatnya otot rangka.

c. Sebagai alat gerak pasif.

d. Menghasilkan sel-sel darah merak, sel-sel darah putih

dan trombosit dalam sumsum merrah tulang tertentu.

e. Melindungi alat-alat tubuh dalam yang lemah.

f. Tempat menyimpan kalsium.

g. Imunologis, karena sumsum tulang membentuk

limfosit B yang dapat mensintesis antibodi untuk sistem kekebalan tubuh.


(13)

5.

Gangguan pada Tulang

a. Kelainan sejak lahir: kaki bentuk X, O atau sejajar.

b. Infeksi: nyeri pada tulang dan sendi, sendi kaku,

serangan virus polio.

c. Kerusakan tulang pada persendian: selaput tulang

rusak, memar, atau robek; uarai sendi (ujung tulang lepas dari bonggol), faktura (patah tulang), fisura (retak tulang).

d. Nekrosis: sel-sel tulang mati karena periosteum rusak.

e. Defisiensi: tulang bengkok dan keropos karena

kekurangan vitamin D dan kalsium.

f. Kebiasaan posisi yang salah: lordosis (tulang belakang

melengkung ke depan), kifosis (tulang belakang melengkung ke belakang), dan skoliosis (tulang belakang melengkung ke samping).


(14)

g. Layuh semu (tulang tidak bertenaga) disebabkan

rusaknya cakra epifisis akibat infeksi sifilis pada anak sejak dalam kandungan.

h. Osteoporosis: pengeroposan tulang karena proses

penuaan, kekurangan hormon, kurang kalsium dan vitamin D.

i. Kanker tulang: tumbuhnya jaringan abnormal pada


(15)

(16)

1.

Karakteristik Otot

a. Kontraktibilitas: kemampuan otot untuk memendek dari

ukuran semula (kontraksi).

b. Ekstensibilitas: kemampuan otot untuk memanjang dari

ukuran semula (relaksasi).

c. Elastisitas: kemampuan otot untuk dapat kembali pada


(17)

2.

Macam-macam Otot

a. Otot rangka (lurik): bentuk sel silindris, memanjang dan

mempunyai banyak inti yang letaknya tersebar. Serabut otot mudah terlihat karena tersusun secara serat lintang atau heterogen. Bekerja secara sadar sehingga reaksi terhadap rangsang sangat cepat.

b. Otot polos: bentuk bergelombang dengan kedua ujung

meruncing dan mempunyai satu inti yang letaknya di tengah pada tiap selnya. Dapat dijumpai pada organ-organ dalam seperti usus dan saluran pernapasan, serabut otot sukar terlihat karena tersusun sejajar atau homogen. Bekerja secara tidak sadar sehingga reaksi terhadap rangsang lambat.

c. Otot jantung: hanya terletak pada dinding jantung. Strukturnya

mirip otot lurik (mudah terlihat), tetapi berinti satu dan bekerja tidak sadar, sehingga reaksi terhadap rangsang ritmis dan otomatis tetapi lebih cepat dari otot polos. Selain itu,


(18)

3.

Pelekatan Otot dengan Tulang

Otot rangka melekat pada tulang. Sambungan antara otot dengan tulang disebut tendon. Berdasarkan cara melekatnya, tendon dibedakan menjadi:

a. Origo: ujung otot yang melekat pada tulang dan tidak

bergerak pada saat otot berkontraksi. Otot yang

berorigo dua disebut otot bisep dan berorigo tiga


(19)

b. Insersio: ujung otot yang melekat pada tulang dan

akan bergerak ketika otot berkontraksi. Berdasarkan tujuan kerjanya, otot dibedakan menjadi:

1) Otot Antagonis: dua otot atau lebih yang bekerja

berlawanan. Contoh: otot bisep pada lengan atas depan dengan otot trisep pada lengan atas belakang.

2) Otot Sinergis: dua otot atau lebih bekerja sama

untuk tujuan yang sama. Contoh: otot pronator

yang menimbulkan gerakan menengadah maupun menelungkupkan telapak tangan, otot antartulang rusuk yang membantu gerakan saat bernapas.


(20)

4.

Mekanisme Kontraksi

o Otot bekerja dengan dua cara, yaitu kontraksi

(memendek dan menebal) dan relaksasi

(mengendur/kembali ke bentuk semula).

o Mekanisme kontraksi otot dipengaruhi oleh aktivitas

protein aktin dan miosin, pergeseran filamen aktin

yang tipis pada filamen miosin yang tebal

menyebabkan otot berkontraksi.

o Aktivitas kontraksi otot dapat berlangsung disebabkan

adanya energi dari peristiwa-peristiwa peruraian ATP

dan Kreatinphospat yang tidak membutuhkan oksigen

sehingga disebut fase anaerob. Peruraian ATP dan

Kreeatin Phospat sebagai beikut: ATP (Adenosis Triphospat)  ADP (Adenosin Diphospat) + Phospat + Energi.


(21)

o Pada saat ralaksasi otot melakaukan aktivitas sintesis energi. Sintesis energi memerlukan oksigen sehingga

disebut fase aerob. Energi otot yang disintesis pada saat

relaksasi ini berasal dari simpanan glukosa di dalam otot yaitu glikogen. Skema pemecahan glikogen menjadi energi adalah sebagai berikut:

Glikogen  Laktasidogen

Laktasidogen  Asam laktat + Glukosa

Glukosa + O2  CO2 + H2O + Energi


(22)

5.

Gangguan dan Kelainan pada Otot

a. Atrofi: otot mengecil dan kehilangan kemampuan

kontraksi karena virus polio, sehingga penurunan ukrannya sampai 25%.

b. Hipertropi: otot menjadi lebih besar dan kuat karena

sering dilatih secara berlebihan.

c. Tetanus: kejang otot secara terus menerus yang

disebabkan oleh racun bakteri Clostridium tetani.

d. Ankilosis: sendi tak dapat digerakkan karena

seolah-olah tulang sendi menyatu.

e. Osteoartritis eksudatif: sendi terasa sakit karena


(23)

---***---f. Osteoartritis sika: sendi terasa sakit disebabkan oleh

berkuranggnya minyak sendi.

g. Miastema gravis: otot yang berangsur-angsur lemah dan

menyebabkan kelumpuhan penyebab menurunnya

kekebalan tubuh atau penurunan aktivitas kelenjar tiroid.

h. Hernia abdominal: terjadi jika dinding otot perut sobek


(1)

3.

Pelekatan Otot dengan Tulang

Otot rangka melekat pada tulang. Sambungan antara otot dengan tulang disebut tendon. Berdasarkan cara melekatnya, tendon dibedakan menjadi:

a. Origo: ujung otot yang melekat pada tulang dan tidak

bergerak pada saat otot berkontraksi. Otot yang

berorigo dua disebut otot bisep dan berorigo tiga


(2)

b. Insersio: ujung otot yang melekat pada tulang dan

akan bergerak ketika otot berkontraksi. Berdasarkan tujuan kerjanya, otot dibedakan menjadi:

1) Otot Antagonis: dua otot atau lebih yang bekerja

berlawanan. Contoh: otot bisep pada lengan atas depan dengan otot trisep pada lengan atas belakang.

2) Otot Sinergis: dua otot atau lebih bekerja sama

untuk tujuan yang sama. Contoh: otot pronator

yang menimbulkan gerakan menengadah maupun menelungkupkan telapak tangan, otot antartulang rusuk yang membantu gerakan saat bernapas.


(3)

4.

Mekanisme Kontraksi

o Otot bekerja dengan dua cara, yaitu kontraksi

(memendek dan menebal) dan relaksasi

(mengendur/kembali ke bentuk semula).

o Mekanisme kontraksi otot dipengaruhi oleh aktivitas

protein aktin dan miosin, pergeseran filamen aktin

yang tipis pada filamen miosin yang tebal

menyebabkan otot berkontraksi.

o Aktivitas kontraksi otot dapat berlangsung disebabkan

adanya energi dari peristiwa-peristiwa peruraian ATP

dan Kreatinphospat yang tidak membutuhkan oksigen

sehingga disebut fase anaerob. Peruraian ATP dan

Kreeatin Phospat sebagai beikut: ATP (Adenosis Triphospat)  ADP (Adenosin Diphospat) + Phospat + Energi.


(4)

o Pada saat ralaksasi otot melakaukan aktivitas sintesis

energi. Sintesis energi memerlukan oksigen sehingga disebut fase aerob. Energi otot yang disintesis pada saat relaksasi ini berasal dari simpanan glukosa di dalam otot yaitu glikogen. Skema pemecahan glikogen menjadi energi adalah sebagai berikut:

Glikogen  Laktasidogen

Laktasidogen  Asam laktat + Glukosa

Glukosa + O2  CO2 + H2O + Energi


(5)

5.

Gangguan dan Kelainan pada Otot

a. Atrofi: otot mengecil dan kehilangan kemampuan

kontraksi karena virus polio, sehingga penurunan ukrannya sampai 25%.

b. Hipertropi: otot menjadi lebih besar dan kuat karena

sering dilatih secara berlebihan.

c. Tetanus: kejang otot secara terus menerus yang

disebabkan oleh racun bakteri Clostridium tetani.

d. Ankilosis: sendi tak dapat digerakkan karena

seolah-olah tulang sendi menyatu.

e. Osteoartritis eksudatif: sendi terasa sakit karena


(6)

---***---f. Osteoartritis sika: sendi terasa sakit disebabkan oleh

berkuranggnya minyak sendi.

g. Miastema gravis: otot yang berangsur-angsur lemah dan

menyebabkan kelumpuhan penyebab menurunnya

kekebalan tubuh atau penurunan aktivitas kelenjar tiroid.

h. Hernia abdominal: terjadi jika dinding otot perut sobek