BAB II DASAR TEORI
BAB II
DASAR TEORI
Pengukuran adalah suatu aktivitas dasar yang berhubungan dengan
kegiatan pengecekan yang dilakukan untuk memastikan benda kerja yang
dihasilkan sesuai dengan bentuk atau spesifikasi produk yang telah ditetapkan.
Tujuan dilakukan pengukuran untuk mendapatkan dimensi dari benda kerja yang
dihasilkan melalui proses produksi. Pengukuran dapat diartikan pula sebagai
kegiatan membandingkan besaran tertentu yang diukur dengan besaran standar
yang merupakan gabungan dari besaran dasar meliputi panjang, massa, waktu,
temperatur, arus listrik, jumlah zat, dan intensitas cahaya.
II.1
Standardisasi dan Toleransi
Standardisasi merupakan hal yang penting dalam proses manufaktur
suatu produk. Standardisasi dapat diartikan sebagai ukuran standar atau ukuran
yang menjadi patokan pada pengukuran benda kerja dimana benda kerjanya
tidak boleh melebihi atau kurang dari ukuran patokan yang telah dibuat. Ukuran
standar sering diberi toleransi yaitu penyimpangan yang tidak diinginkan tetapi
diizinkan pada produk dari ukuran yang diinginkan. Toleransi perlu diberikan
karena ketika industri melakukan duplikasi produk, tidak akan mungkin produk
yang satu memiliki ukuran sama persis dengan produk selanjutnya. Memberikan
toleransi berarti menentukan bata-batas maksimum dan minimum dimana
penyimpangan produk harus terletak. Dalam hal spesifikasi geometrik mencakup
toleransi atas ukuran, bentuk, posisi serta kekasaran permukaan produk.
II.2
Macam-macam jenis pengukuran
Jenis
pengukuran
dapat
dibagi
menjadi
4
berdasarkan
cara
pengukurannya :
1.
Pengukuran langsung
Hasil dari pengukuran dapat langsung dibaca pada skala yang telah
dikalibrasi pada alat ukur. Contoh pengukuran dengan metode ini adalah
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
II-1
BAB II DASAR TEORI
2.
Pengukuran tidak langsung
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur standar,
pembanding dan pembantu. Perbedaan dari nilai yang ditunjukkan oleh skala
alat ukur pembanding dengan ukuran standar dapat digunakan untuk
menentukan dimensi dari benda kerja yang diukur. Contoh pengukuran tidak
langsung adalah pengukuran menggunakan blok ukur dan batang ukur.
3.
Pengukuran dengan kaliber batas
Pengukuran dengan metode ini tidak menghasilkan nilai dari dimensi
benda yang diukur. Pengukuran dengan cara ini hanya menunjukkan apakah
benda kerjanya masih di dalam atau di luar dari daerah toleransinya. Pengukuran
dengan kaliber batas untuk proses pemeriksaan yang cepat atas produk yang
dibuat dalam jumlah yang sangat besar. Contohnya adalah pengukuran dengan
menggunakan metode Go No Gogauge.
4.
Pengukuran dengan bentuk standar
Pengukuran dengan metode ini dimana bentuk suatu benda kerja yang
diukur dibandingkan dengan bentuk standar pada layar dari alat ukur proyeksi.
Pengukuran dengan metode ini tidak menentukan dimensi dari objek ukur.
II.3
Melakukan pengukuran yang benar
Cara melakukan pengukuran dengan benar meliputi 3 cara antara lain
sebagai berikut :
1.
Disesuaikan dengan tempat atau negara kita berada karena tiap negara
memiliki standar ukuran yang berbeda-beda.
2.
Menggunakan alat ukur yang tepat guna. Alat yang digunakan harus
sesuai dengan besaran apa yang akan diukur.
3.
Alat ukur yang digunakan harus dimengerti secara internasional dan
umum untuk digunakan.
4.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang tepat.
II.4
Kesalahan-kesalahan pada pengukuran
1.
Kesalahan kasar
Kesalahan ini diakibatkan :
1.
Kurang hati-hati/ gegabah
II-2
BAB II DASAR TEORI
2.
Kurang pengalaman / kurang perhatian
Contoh :
Salah baca
Salah mencatat
Salah mendengar
Untuk menghindari kesalahan ini :
Pengukuran lebih dari satu kali
Pengukuran dengan model dan teknik tertentu
Pengukuran dilakukan dengan 2 orang atau lebih sesuai dengan porsi
tugasnya
2.
Kesalahan sistematik
Umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alat-alat ukur sendiri
atau cara pengukuran yang tidak benar.
Cara menghindari kesalahan :
Alat perlu dikalibrasi dahulu sebelum digunakan
Menggunakan cara-cara pengukuran tertentu (pengamatan biasa dan luar
biasa dan hasilnya dirata-rata)
Koreksi pada pengolahan data
3.
Kesalahan random / tak terduga
Kesalahan random terjadi karena hal-hal yang tidak terduga :
1. Getaran udara
2. Kondisi tanah tempat berdiri alat
3. Kecepatan udara atau kondisi atmosfer
4. Kondisi pengamat
Cara menghilangkan kesalahan ini :
1. Menggunakan alat presisi tinggi
2. Waktu pengambilan data sebaiknya pada pagi 07.00-11.00, dan
sore 14.00-17.00, alat ukur dipayungi
II.5
Sifat umum alat ukur
1)
Mampu usut / rantai kalibrasi
Kemampuan dari alat ukur untuk dikalibrasikan atau disetel ulang.
2)
Kepekaan atau Sensitivitas
II-3
BAB II DASAR TEORI
Kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang kecil dari
harga-harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur berkaitan erat dengan sistem
mekanisme dari pengubahnya. Makin teliti sistem pengubah mengolah syarat
dari sensor maka makin peka pula alat ukurnya.
3)
Kemudahan pembacaan
Kemampuan dari alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran oleh
penunjuk.
4)
Histerisis
Penyimpangan yang terjadi akibat pergerakan dua arah.
5)
Pergeseran
Penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada
skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan
perubahan apa-apa. Biasanya dikarenakan komponen alat yang sudah tua.
6)
Kestabilan nol
Kemampuan alat ukur untuk kembali ke titik nol.
7)
Pengambangan
Jarum penunjuk yang tidak tetap atau bergerak-gerak pada saat
melakukan pengukuran.
8)
Kepasifan
Jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi
perbedaan hanya yang sangat kecil. Dapat dikatakan isyarat yang kecil dari
sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum
penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan
kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur.
II.6
Ketelitian dan Ketepatan
1.
Ketelitian
Ketelitian atau kesaksamaan adalah tingkat kedekatan dari nilai-nilai
ukuran terhadap nilai sebenarnya. Apabila nilai ukuran semakin mendekati nilai
sebenarnya, maka semakin tinggi pula tingkat ketelitiannya. Suatu instrumen
atau alat ukur menunjukan deviasi atau penyimpangan terhadap masukan yang
diketahui. Misalnya : pengukur tekanan 100 kPa yang mempunyai ketelitian 1 %
artinya tingkat ketelitiannya sekitar kurang lebih 1 %.
II-4
BAB II DASAR TEORI
2.
Ketepatan
Ketepatan atau presisi adalah tingkat kedekatan dari nilai-nlai pengukuran
yang pertama terhadap pengukuran-pengukuran selanjutnya. Contoh : suatu
instrumen mengukur tegangan 100 Volt. Dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran
yang didapatkan hasilnya adalah 104, 103, 105, 103 dan 105 V. Terlihat bahwa
tingkat presisinya +/- 1 % karena deviasi maksimum dari harga rata-rata 104 V
adalah 1 V.
II.7
Jangka sorong
Bagian-bagian dari jangka sorong dapat dilihat pada gambar II.1
sebagai berikut :
Gambar II.1 Bagian-bagian Jangka Sorong
(Sumber : http://happynetku.files.wordpress.com/2012/08/jangka4.jpg?w=300,
12 November 2014)
Cara menggunakan jangka sorong yang benar dan baik dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Langkah pertama, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser,
pastikan rahang geser bekerja dengan baik. Jangan lupa untuk mengecek ketika
rahang tertutup harus menunjukkan angka nol pada skala. Jika tidak
menunjukkan angka nol, maka harus dilakukan kalibrasi terrlebih dahulu.
2.
Cara menggunakan jangka sorong selanjutnya yaitu membersihkan
permukaan benda dan permukaan rahang agar tidak ada benda yang menempel
yang bisa menyebabkan kesalahan pengukuran.
3.
Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur. Pastikan posisi
bendanya sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil. Lalu tinggal membaca
skala yang ditunjukkan jangka sorong.
II-5
BAB II DASAR TEORI
Untuk membaca hasil pengukuran pada jangka sorong, dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
1.
Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat di depan
titik nol skala nonius.
2.
Bacalah skala nonius yang berimpit dengan skala utama.
3.
Hasil pengukurannya dipaparkan dengan persamaan hasil = skala
utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong).
II.8
Mikrometer sekrup
Bagian-bagian dari mikrometer sekrup dapat dijelaskan pada gambar
II.2 sebagai berikut :
Gambar II.2 Bagian-bagian Mikrometer Sekrup
(Sumber : http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/bagian-bagianmikrometer-sekrup.png)
Cara menggunakan mikrometer sekrup yang baik dan benar dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Buka pengunci mikrometer sekrup sehingga selubung dapat bergerak.
2.
Letakkan benda yang ingin diukur di antara rahang.
3.
Putar gigi geser pada selubung pemutar sampai terdengar suara "klik".
4.
Lakukan penguncian kembali mikrometer sekrup agar skala tidak
berubah.
5.
Baca skala utamanya apakah menunjukkan satuan atau tengahan
satuan.
6.
Baca skala nonius yang tepat segaris dengan skala utama.
7.
Hitung hasil pengukuran dengan cara menjumlahkan skala utama
dengan skala nonius, kemudian jumlahkan atau kurangi dengan ketelitian
mikrometer sekrup.
II-6
BAB II DASAR TEORI
Cara melakukan penyimpanan mikrometer sekrup yang baik dan benar
yaitu mikrometer sekrup harus disimpan dalam keadaan yang bersih, cukup dilap
dan dilapisi dengan vaselin pada poros ukur dan kedua permukaan landasan
mikrometer
sekrup.
Setelah
itu
masukkan
pada
kotak
khusus
untuk
penyimpanannya.
II.9
Kaliber induk tinggi
Berikut dijelaskan mekanisme penggunaan kaliber induk tinggi (height
master) antara lain sebagai berikut :
1.
Letakkan objek ukur, kaliber induk ketinggian dan blok geser pada meja
rata.
2.
Geserkan kaliber ketinggian (blok geser dan kelengkapannya) pada
kaliber induk ketinggian sebagai ukuran standar yang akan digunakan untuk
mengukur atau membandingkan dengan ukuran objek ukur.
3.
Usahakan ujung penggores atau sensor pada pupitas menyentuh
permukaan blok ukur pada kaliber induk ketinggian. Lakukan penyetelan pada
posisi nol atau kencangkan baut pengikatnya jika menggunakan penggores.
4.
Geserkan kaliber ketinggian (blok geser) yang telah diset ukuran
ketinggiannya pada benda kerja.
5.
Bandingkan ketinggian blok ukur dengan ketinggian kaliber apakah
lebih tinggi atau lebih rendah, memenuhi standar toleransi atau di luar standar
toleransi yang diberikannya.
6.
Simpulkan hasil pengukurannya: Memenuhi standar ukuran yang
diminta atau tidak memenuhi standar toleransi yang diberikan.
II.10
Dial indicator
Dial indicator adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kerataan dari benda kerja dengan ketelitian 0,01 mm. Fungsi dial
indicator digunakan untuk :
1.
Memeriksa kerataan dari permukaan benda.
2.
Memeriksa penyimpangan yang kecil pada bidang datar, bidang bulat
dan bidang permukaan lengkung.
3.
Memeriksa penyimpangan eksentris.
4.
Memeriksa kesejajaran benda kerjanya.
II-7
BAB II DASAR TEORI
5.
Menyetel kesentrisan benda pada permukaan mesin bubut.
Mekanisme penggunaan dari dial indicator dapat dijelaskan sebagai
berikut ini :
1.
Masukkan tangkai alat indicator pada lubang pengunci yang ada pada
tiang dial indicator kemudian kencangkan baut pengencangnya.
2.
Masukkan bagian dial indicator yang terdapat jarum dan skala pada
tangkai alat indicator kemudian kencangkan.
3.
Lakukan pembersihan terhadap benda kerja kemudian lakukan
pengukuran.
4.
Posisikan jarum dial indicator pada permukaan benda kerja sampai
terjadi gesekan antara jarum dengan benda kerjanya.
5.
Kemudian benda kerjanya digeser ke kanan atau ke kiri. Apabila jarum
pada dial indicator bergerak searah jarum jam, maka permukaan benda kerjanya
cembung. Tetapi, apabila jarum pada dial indicator bergerak berlawanan arah
jarum jam, maka permukaan benda kerjanya cekung.
II-8
DASAR TEORI
Pengukuran adalah suatu aktivitas dasar yang berhubungan dengan
kegiatan pengecekan yang dilakukan untuk memastikan benda kerja yang
dihasilkan sesuai dengan bentuk atau spesifikasi produk yang telah ditetapkan.
Tujuan dilakukan pengukuran untuk mendapatkan dimensi dari benda kerja yang
dihasilkan melalui proses produksi. Pengukuran dapat diartikan pula sebagai
kegiatan membandingkan besaran tertentu yang diukur dengan besaran standar
yang merupakan gabungan dari besaran dasar meliputi panjang, massa, waktu,
temperatur, arus listrik, jumlah zat, dan intensitas cahaya.
II.1
Standardisasi dan Toleransi
Standardisasi merupakan hal yang penting dalam proses manufaktur
suatu produk. Standardisasi dapat diartikan sebagai ukuran standar atau ukuran
yang menjadi patokan pada pengukuran benda kerja dimana benda kerjanya
tidak boleh melebihi atau kurang dari ukuran patokan yang telah dibuat. Ukuran
standar sering diberi toleransi yaitu penyimpangan yang tidak diinginkan tetapi
diizinkan pada produk dari ukuran yang diinginkan. Toleransi perlu diberikan
karena ketika industri melakukan duplikasi produk, tidak akan mungkin produk
yang satu memiliki ukuran sama persis dengan produk selanjutnya. Memberikan
toleransi berarti menentukan bata-batas maksimum dan minimum dimana
penyimpangan produk harus terletak. Dalam hal spesifikasi geometrik mencakup
toleransi atas ukuran, bentuk, posisi serta kekasaran permukaan produk.
II.2
Macam-macam jenis pengukuran
Jenis
pengukuran
dapat
dibagi
menjadi
4
berdasarkan
cara
pengukurannya :
1.
Pengukuran langsung
Hasil dari pengukuran dapat langsung dibaca pada skala yang telah
dikalibrasi pada alat ukur. Contoh pengukuran dengan metode ini adalah
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
II-1
BAB II DASAR TEORI
2.
Pengukuran tidak langsung
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur standar,
pembanding dan pembantu. Perbedaan dari nilai yang ditunjukkan oleh skala
alat ukur pembanding dengan ukuran standar dapat digunakan untuk
menentukan dimensi dari benda kerja yang diukur. Contoh pengukuran tidak
langsung adalah pengukuran menggunakan blok ukur dan batang ukur.
3.
Pengukuran dengan kaliber batas
Pengukuran dengan metode ini tidak menghasilkan nilai dari dimensi
benda yang diukur. Pengukuran dengan cara ini hanya menunjukkan apakah
benda kerjanya masih di dalam atau di luar dari daerah toleransinya. Pengukuran
dengan kaliber batas untuk proses pemeriksaan yang cepat atas produk yang
dibuat dalam jumlah yang sangat besar. Contohnya adalah pengukuran dengan
menggunakan metode Go No Gogauge.
4.
Pengukuran dengan bentuk standar
Pengukuran dengan metode ini dimana bentuk suatu benda kerja yang
diukur dibandingkan dengan bentuk standar pada layar dari alat ukur proyeksi.
Pengukuran dengan metode ini tidak menentukan dimensi dari objek ukur.
II.3
Melakukan pengukuran yang benar
Cara melakukan pengukuran dengan benar meliputi 3 cara antara lain
sebagai berikut :
1.
Disesuaikan dengan tempat atau negara kita berada karena tiap negara
memiliki standar ukuran yang berbeda-beda.
2.
Menggunakan alat ukur yang tepat guna. Alat yang digunakan harus
sesuai dengan besaran apa yang akan diukur.
3.
Alat ukur yang digunakan harus dimengerti secara internasional dan
umum untuk digunakan.
4.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang tepat.
II.4
Kesalahan-kesalahan pada pengukuran
1.
Kesalahan kasar
Kesalahan ini diakibatkan :
1.
Kurang hati-hati/ gegabah
II-2
BAB II DASAR TEORI
2.
Kurang pengalaman / kurang perhatian
Contoh :
Salah baca
Salah mencatat
Salah mendengar
Untuk menghindari kesalahan ini :
Pengukuran lebih dari satu kali
Pengukuran dengan model dan teknik tertentu
Pengukuran dilakukan dengan 2 orang atau lebih sesuai dengan porsi
tugasnya
2.
Kesalahan sistematik
Umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alat-alat ukur sendiri
atau cara pengukuran yang tidak benar.
Cara menghindari kesalahan :
Alat perlu dikalibrasi dahulu sebelum digunakan
Menggunakan cara-cara pengukuran tertentu (pengamatan biasa dan luar
biasa dan hasilnya dirata-rata)
Koreksi pada pengolahan data
3.
Kesalahan random / tak terduga
Kesalahan random terjadi karena hal-hal yang tidak terduga :
1. Getaran udara
2. Kondisi tanah tempat berdiri alat
3. Kecepatan udara atau kondisi atmosfer
4. Kondisi pengamat
Cara menghilangkan kesalahan ini :
1. Menggunakan alat presisi tinggi
2. Waktu pengambilan data sebaiknya pada pagi 07.00-11.00, dan
sore 14.00-17.00, alat ukur dipayungi
II.5
Sifat umum alat ukur
1)
Mampu usut / rantai kalibrasi
Kemampuan dari alat ukur untuk dikalibrasikan atau disetel ulang.
2)
Kepekaan atau Sensitivitas
II-3
BAB II DASAR TEORI
Kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang kecil dari
harga-harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur berkaitan erat dengan sistem
mekanisme dari pengubahnya. Makin teliti sistem pengubah mengolah syarat
dari sensor maka makin peka pula alat ukurnya.
3)
Kemudahan pembacaan
Kemampuan dari alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran oleh
penunjuk.
4)
Histerisis
Penyimpangan yang terjadi akibat pergerakan dua arah.
5)
Pergeseran
Penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada
skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan
perubahan apa-apa. Biasanya dikarenakan komponen alat yang sudah tua.
6)
Kestabilan nol
Kemampuan alat ukur untuk kembali ke titik nol.
7)
Pengambangan
Jarum penunjuk yang tidak tetap atau bergerak-gerak pada saat
melakukan pengukuran.
8)
Kepasifan
Jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi
perbedaan hanya yang sangat kecil. Dapat dikatakan isyarat yang kecil dari
sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum
penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan
kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur.
II.6
Ketelitian dan Ketepatan
1.
Ketelitian
Ketelitian atau kesaksamaan adalah tingkat kedekatan dari nilai-nilai
ukuran terhadap nilai sebenarnya. Apabila nilai ukuran semakin mendekati nilai
sebenarnya, maka semakin tinggi pula tingkat ketelitiannya. Suatu instrumen
atau alat ukur menunjukan deviasi atau penyimpangan terhadap masukan yang
diketahui. Misalnya : pengukur tekanan 100 kPa yang mempunyai ketelitian 1 %
artinya tingkat ketelitiannya sekitar kurang lebih 1 %.
II-4
BAB II DASAR TEORI
2.
Ketepatan
Ketepatan atau presisi adalah tingkat kedekatan dari nilai-nlai pengukuran
yang pertama terhadap pengukuran-pengukuran selanjutnya. Contoh : suatu
instrumen mengukur tegangan 100 Volt. Dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran
yang didapatkan hasilnya adalah 104, 103, 105, 103 dan 105 V. Terlihat bahwa
tingkat presisinya +/- 1 % karena deviasi maksimum dari harga rata-rata 104 V
adalah 1 V.
II.7
Jangka sorong
Bagian-bagian dari jangka sorong dapat dilihat pada gambar II.1
sebagai berikut :
Gambar II.1 Bagian-bagian Jangka Sorong
(Sumber : http://happynetku.files.wordpress.com/2012/08/jangka4.jpg?w=300,
12 November 2014)
Cara menggunakan jangka sorong yang benar dan baik dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Langkah pertama, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser,
pastikan rahang geser bekerja dengan baik. Jangan lupa untuk mengecek ketika
rahang tertutup harus menunjukkan angka nol pada skala. Jika tidak
menunjukkan angka nol, maka harus dilakukan kalibrasi terrlebih dahulu.
2.
Cara menggunakan jangka sorong selanjutnya yaitu membersihkan
permukaan benda dan permukaan rahang agar tidak ada benda yang menempel
yang bisa menyebabkan kesalahan pengukuran.
3.
Tutup rahang hingga mengapit benda yang diukur. Pastikan posisi
bendanya sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil. Lalu tinggal membaca
skala yang ditunjukkan jangka sorong.
II-5
BAB II DASAR TEORI
Untuk membaca hasil pengukuran pada jangka sorong, dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut :
1.
Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat di depan
titik nol skala nonius.
2.
Bacalah skala nonius yang berimpit dengan skala utama.
3.
Hasil pengukurannya dipaparkan dengan persamaan hasil = skala
utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong).
II.8
Mikrometer sekrup
Bagian-bagian dari mikrometer sekrup dapat dijelaskan pada gambar
II.2 sebagai berikut :
Gambar II.2 Bagian-bagian Mikrometer Sekrup
(Sumber : http://rumushitung.com/wp-content/uploads/2013/02/bagian-bagianmikrometer-sekrup.png)
Cara menggunakan mikrometer sekrup yang baik dan benar dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Buka pengunci mikrometer sekrup sehingga selubung dapat bergerak.
2.
Letakkan benda yang ingin diukur di antara rahang.
3.
Putar gigi geser pada selubung pemutar sampai terdengar suara "klik".
4.
Lakukan penguncian kembali mikrometer sekrup agar skala tidak
berubah.
5.
Baca skala utamanya apakah menunjukkan satuan atau tengahan
satuan.
6.
Baca skala nonius yang tepat segaris dengan skala utama.
7.
Hitung hasil pengukuran dengan cara menjumlahkan skala utama
dengan skala nonius, kemudian jumlahkan atau kurangi dengan ketelitian
mikrometer sekrup.
II-6
BAB II DASAR TEORI
Cara melakukan penyimpanan mikrometer sekrup yang baik dan benar
yaitu mikrometer sekrup harus disimpan dalam keadaan yang bersih, cukup dilap
dan dilapisi dengan vaselin pada poros ukur dan kedua permukaan landasan
mikrometer
sekrup.
Setelah
itu
masukkan
pada
kotak
khusus
untuk
penyimpanannya.
II.9
Kaliber induk tinggi
Berikut dijelaskan mekanisme penggunaan kaliber induk tinggi (height
master) antara lain sebagai berikut :
1.
Letakkan objek ukur, kaliber induk ketinggian dan blok geser pada meja
rata.
2.
Geserkan kaliber ketinggian (blok geser dan kelengkapannya) pada
kaliber induk ketinggian sebagai ukuran standar yang akan digunakan untuk
mengukur atau membandingkan dengan ukuran objek ukur.
3.
Usahakan ujung penggores atau sensor pada pupitas menyentuh
permukaan blok ukur pada kaliber induk ketinggian. Lakukan penyetelan pada
posisi nol atau kencangkan baut pengikatnya jika menggunakan penggores.
4.
Geserkan kaliber ketinggian (blok geser) yang telah diset ukuran
ketinggiannya pada benda kerja.
5.
Bandingkan ketinggian blok ukur dengan ketinggian kaliber apakah
lebih tinggi atau lebih rendah, memenuhi standar toleransi atau di luar standar
toleransi yang diberikannya.
6.
Simpulkan hasil pengukurannya: Memenuhi standar ukuran yang
diminta atau tidak memenuhi standar toleransi yang diberikan.
II.10
Dial indicator
Dial indicator adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kerataan dari benda kerja dengan ketelitian 0,01 mm. Fungsi dial
indicator digunakan untuk :
1.
Memeriksa kerataan dari permukaan benda.
2.
Memeriksa penyimpangan yang kecil pada bidang datar, bidang bulat
dan bidang permukaan lengkung.
3.
Memeriksa penyimpangan eksentris.
4.
Memeriksa kesejajaran benda kerjanya.
II-7
BAB II DASAR TEORI
5.
Menyetel kesentrisan benda pada permukaan mesin bubut.
Mekanisme penggunaan dari dial indicator dapat dijelaskan sebagai
berikut ini :
1.
Masukkan tangkai alat indicator pada lubang pengunci yang ada pada
tiang dial indicator kemudian kencangkan baut pengencangnya.
2.
Masukkan bagian dial indicator yang terdapat jarum dan skala pada
tangkai alat indicator kemudian kencangkan.
3.
Lakukan pembersihan terhadap benda kerja kemudian lakukan
pengukuran.
4.
Posisikan jarum dial indicator pada permukaan benda kerja sampai
terjadi gesekan antara jarum dengan benda kerjanya.
5.
Kemudian benda kerjanya digeser ke kanan atau ke kiri. Apabila jarum
pada dial indicator bergerak searah jarum jam, maka permukaan benda kerjanya
cembung. Tetapi, apabila jarum pada dial indicator bergerak berlawanan arah
jarum jam, maka permukaan benda kerjanya cekung.
II-8