PENGARUH EVENT SERVICE QUALITY, EVENT COST DAN EVENT CONVIENIENCE TERHADAP EVENT VENUE SATISFACTION DI JAKARTA CONVENTION CENTRE

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

PENGARUH EVENT SERVICE QUALITY, EVENT
COST DAN EVENT CONVIENIENCE TERHADAP
EVENT VENUE SATISFACTION DI JAKARTA
CONVENTION CENTRE
Arif Zulkarnain

-

Abstract
The purpose of this research was to show how value equity and its subdimentiosn
of service quality, cost, and convenience drive customer satisfaction among visitors who
are attending events attending events at Jakarta Convention Centre.
The design of this research applies a survey to interview the customers for testing
the hypothesis. Meanwhile the required data consist of four variables are event service
quality, event cost and event convenience as dependent variable and event venue
satisfaction as independent variable. The aggregate numbers of customer being respondent
of the study are 117 customer.
Data analysis used in this research was consists of Structural Equation Modelling

by AMOS 6.0 as software. The result of this research concludes that perceived service from
the visitor of Jakarta Convention Centre should be considered by the management because
in fact most of respondents show the low level of satisfaction from point service quality to
understand the expected service to achieve event satisfaction.
Keywords : event service quality, event cost, event convenience and event venue satisfaction

-157-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

PENDAHULUAN
Dalam era kompetisi yang sangat ketat ini,
tuntutan pelanggan terhadap penyelengaraan
event yang professional sangatlah mutlak. Pihak
penyelenggara event haruslah lebih mempersiapkan secara matang semua strategi dan
langkah-langkah yang akan dilaksanakan
dilapangan. Dalam sebuah penyelenggaraan event
yang berskala besar merupakan suatu proses yang
kompleks yang memerlukan persiapan yang
matang: perencanaan liburan, bisnis atau

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menarik wisatawan dan untuk meramalkan
permintaan dimasa yang akan datang, untuk
mempromosikan tempat penyelenggaraan event,
image dan untuk memaksimalkan pendapatan
bagi komunitas atau pihak-pihak yang terkait
dalam penyelenggaraan event-event tersebut.
(Getz, 2007).
Salah satu alasan bahwa dalam
pelaksanaan event-event tersebut akan
mendatangkan banyak pengunjung yang juga
menarik minat yang besar dari para akademisi,
pemerintah dan praktisi disebabkan karena
menghasikan revenue yang cukup besar
dibandingkan dengan kegiatan pariwisata lainnya
(Jago et al. 2003).
Belajar dari berbagai tempat tujuan event
terkemuka seperti Las Vegas dan Sydney, yang
memiliki catatan sejarah yang baik yang
menerapkan perencanaan strategis untuk

menghasilkan reputasi yang layak diunggulkan
yang membuktikan kemampuan mereka sebagai
penyelenggara berbagai jenis event (Getz, 2008).
Untuk mengembangkan event-event dan
infrastruktur pariwisata yang menyediakan
kemampuan yang professional sebagai
penyelenggara
event-event
berskala
international (Allen et al, 2008). Infrastruktur-

-158-

Volume 7, No.2 Tahun 2014

infrastruktur pendukung event-event tersebut
termasuk “hard standart” perencanaan untuk
menetapkan aspek tangible, measurable dan
auditable seperti yang berkaitan dengan
perhitungan biaya-biaya, fasilitas fisik, dan untuk

produk konsumsi, seperti makanan dan minuman
pilihan dan standar kualitas. Juga “soft standar
infrastruktur” yang meliputi hal-hal intangible,
standart operating procedure yang sering
berhubungan dengan service quality, termasuk
reliability, responsiveness, emphaty dan assurance
(Zeithaml et al, 2009).
Peningkatan kepuasan pelanggan yang
akan dihasilkan bila Jakarta Convention Center
menerapkan service quality yang baik, dengan
meningkatkan ekuitas nilai antara lain: service
quality, cost dan convenience. Penelitian ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi persepsi nilai–
nilai pada Jakarta Convention Centre di mata
pelanggan dan pengunjung. Juga dapat
menunjukkan bahwa persepsi service quality dari
sudut pandang pengunjung dan ekuitas nilai
keseluruhan dikelola oleh klasifikasi perjalanan
mereka sebagai pengunjung atau pelanggan.
(Getz, 2007).

Terdapat bukti dari penelitian
sebelumnya bahwa para tempat penyelenggara
International harus menggunakan perencanaan
yang strategis untuk menghasilkan reputasi yang
layak dan diunggulkan yang membuktikan
kemampuan mereka sebagai penyelenggara
berbagai event yang berhasil. (Getz, 2008).
Penelitian ini berguna bagi para pihak Jakarta
Convention Centre untuk membentuk strategi
perbaikan yang lebih baik ketika adanya
kekurangan dari service quality pada para
pelanggan lainnya terjadi, ini merupakan
kontribusi bagi industri layanan jasa dan adanya
pengungkapan hubungan antara karyawan
dengan pelanggan.

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

Jakarta Convention Center menyadari

pentingnya event service quality, event cost, event
convenience dan event venue satisfaction bagi para
pelanggan dan pengunjung. Berdasarkan pada
pengungkapan latar belakang penelitian, maka
perumusan masalah adalah: 1) Apakah terdapat
pengaruh event service quality terhadap event
venue satisfaction? 2) Apakah terdapat pengaruh
event cost terhadap event venue satisfaction? 3)
Apakah terdapat pengaruh event convenience
terhadap event venue satisfaction?

TINJAUAN PUSTAKA
Event
Event adalah fana, tidak abadi, dan setiap
event merupakan suatu campuran unik dari durasi,
pengaturan, pengurus dan orang-orangnya (Getz,
1997). Definisi special event adalah suatu ritual

CULTURAL CELEBRATIONS
-


Festivals Carnivals
Carnivals
Commemorations
Religious Eevents

POLITICAL/STATE
- Summits
- Royal Occasions
- Political Events
- VIP Visits

istimewa, pertunjukan, penampilan, atau
perayaan yang pasti direncanakan dan dibuat
untuk menandai acara-acara khusus atau untuk
mencapai tujuan sosial, budaya atau tujuan
bersama-sama (Allen, 2002).
Getz (2007) mengemukakan Event
Management adalah bidang studi terapan dan
bidang area professional yang bersifat praktikal

yang
dikhususkan untuk merancang,
memproduksi, dan manajemen pengelolaan
event, festival dan perayaan lainnya meliputi,
hiburan, rekreasi, politik dan kenegaraan, ilmiah,
olahraga dan seni, para praktisi bisnis dan
corporate affairs (termasuk rapat, konvensi, dan
pameran), dan yang diadakan secara pribadi
(termasuk acara ritual seperti pernikahan dan
pesta, dan acara sosial untuk suatu kelompok )
Typology of planned event menurut Getz
dapat digambarkan sebagai berikut:

BUSINESS AND TRADE

SPORT COMPETITIONS

- Meeting & Conventions
- Consumer & Trade Shows
- Fairs , Markets


- Amateur/Profesional
- Specator/Partivipant

EDUCATIONAL & SCIENTIFIC
- Conferences
- Seminar
- Clinic

RECREATIONAL
- Sport or Games
for fun

PRIVATE EVENTS
-

ART/ENTERTAINMENT

Weddings
Parties

Socials

Gambar 1
Typology of Planned Events
Sumber : Getz (2007)

-159-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

Volume 7, No.2 Tahun 2014

Menurut pendapat Getz (2007)
menyatakan event dapat dibedakan menjadi public
event dan private event. Yang termasuk dalam
public event adalah : perayaan budaya, seni atau
hiburan, bisnis atau perdagangan, kompetisi
olahraga, pendidikan dan ilmu pengetahuan,
rekreasi, serta politik atau kenegaraan. Sedangkan
private event meliputi perayaan pribadi seperti

peringatan hari jadi atau anniversary, liburan
keluarga, pesta pernikahan, dan pesta ulang tahun,
serta social event seperti pesta-pesta, gala, dan
acara reuni.
Sedangkan event dalam bidang ekonomi
politik dan pariwisata adalah sebagai penarik minat
turis, pembuat image, alat politik, dan sebagai alat
untuk menggalang dana. Dalam perayaan umum
dapat berupa acara peringatan, pesta, upacara

-

-

agama atau ritual-ritual, dan event-event santai.
Sedangkan dalam pekerjaan dan kehidupan
sehari-hari berupa perayaan pribadi.
Jika dilihat dari pandangan organizer,
terdapat berbagai macam perbedaan tentang
event. Beberapa perusahaan tidak tertarik di
bidang pariwisata, meskipun seluruh manager
dalam perusahaan harusnya peduli atas
potensinya untuk membantu event tumbuh
berkembang. Beberapa pihak yang tidak
mempunyai kemampuan management dan
marketing, berjuang untuk mengembangkan
dukungan dan sumber daya untuk menjaga
kelangsungan event. Sedangkan yang lain berusaha
menghasilkan sesuatu yang berkualitas tinggi, Getz
(1994).

The Realm of Political Economy and Tourism
Events is
Tourist attraction
Image makers

- Political tools
- Fund-raisers

The Realm of Public Celebration

Commemorations
Festivals

- Rites and rituals
- Leisure events

The Realm of Work and Everyday Life
-

Private celebrations

Gambar 2.
An Event Typology Based on Social and Cultural Meanings
Sumber : Getz (1994)

-160-

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

Organizer yang biasanya terlibat dalam
event-event antara lain adalah:
1. Program event yang diselenggarakan oleh
agency-agency umum misalnya taman-taman
dan program rekreasi. Acara seperti ini
dirancang oleh sekelompok staf.
2. Festival atau perayaan yang diselenggarakan
oleh komunitas sukarelawan dimana staff-nya
tidak dibayar dan berada di bawah badan
sukarela.
3. Event untuk mencari keuntungan. Biasanya
berupa acara-acara hiburan, pertandingan
olahraga, dan acara-acara di taman hiburan.
4. Program event yang diselenggarakan oleh
perusahaan-perusahaan pribadi yang
dirancang untuk public relations, pengenalan
produk maupun penjualan. Getz (1997)
Service Quality
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan
yang populer dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah model SERVQUAL (Service
Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry (1990). SERVQUAL dibangun
atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu
persepsi pelanggan atas layanan nyata yang
mereka terima (Perceived Service) dengan layanan
yang sesungguhnya yang diharapkan/diinginkan
(Expected Service). Jika kenyataan lebih dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan
bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang dari
yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak
bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan
maka layanan tersebut memuaskan.
Definisi umum tentang service quality atau
yang seringkali disingkat SERVQUAL dinyatakan
oleh Zeithaml (1990) yaitu “a customer’s judgment
of the overall excellence or superiority of a service”.

Dengan demikian service quality dapat
didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan
antara kenyataan dan harapan pelanggan atas
pelayanan yang mereka terima/peroleh. Harapan
para pelanggan pada dasarnya sama dengan
layanan seperti apakah seharusnya diberikan oleh
perusahaan kepada pelanggan. Harapan para
pelanggan ini didasarkan pada informasi dari mulut
ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman di masa
lampau, dan komunikasi eksternal (iklan dan
berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya).
Parasuraman et al., (1990) menggunakan skala 1-7
(untuk memberikan respons terhadap suatu
pernyataan atas satu aspek kualitas jasa), yakni
sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (7).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Parasuraman dan kawan-kawan disimpulkan dari
ke-5 dimensi-dimensi tersebut terdapat
kepentingan relative yang berbeda-beda.
Parasuraman (1990), menyatakan terdapat 5
dimensi SERVQUAL yaitu tangibles, atau bukti fisik,
reliability, atau keandalan, responsiveness, atau
ketanggapan, assurance dan empathy Empathy.
Biaya
Hansen dan Mowen (2004) menyatakan
biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
memberikan manfaat saat ini atau di masa yang
akan datang bagi organisasi. Sedangkan menurut
penelitian sebelumnya Rosenbaum dan Wong
(2009), menyatakan cost mengacu pada persepsi
dari pengunjung event tersebut atas pengeluaran
yang timbul berhubungan dengan kehadiran pada
event tersebut di Macau dan sebagai sebuah paket
perjalanan secara keseluruhan.
Menurut Rust et al., (2000) mengemukakan
service cost merupakan apa yang dikorbankan oleh
pelanggan atas actual service yang diterima

-161-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

pelanggan tersebut yang merupakan satu
kesatuan pemahaman nilai ekuitas dalam service
setting.
Convinience
Convinience adalah rasa nyaman,
menyenangkan hidup dan aman. Berry et al. (2002).
Kenyamanan pelanggan mencerminkan tahaptahap aktivitas konsumen yang berkaitan dengan
pembelian atau pemahaman sebuah jasa. Tipe jasa
yang dibeli atau digunakan konsumen
mempengaruhi
persepsinya
terhadap
kenyamanan. Apabila konsumen meyakini bahwa
jasa memiliki kendali atas ketidaknyamanan jasa,
maka penilaiannya terhadap kualitas kepuasan,
kenyamanan dan keadilan cenderung negatif.
Convenience berkaitan dengan tindakan
yang membantu mengurangi biaya waktu
pelanggan, biaya pencarian, dan upaya untuk
melakukan bisnis dengan perusahaan. Dengan
berusaha memberikan kemudahan bagi konsumen
yang menggunakan service yang diberikan oleh
perusahaan. Zeithaml (2001).
Berry et al. (2002) menyatakan Customer
Convinience adalah persepsi konsumen terhadap
waktu dan usaha dalam menggunakan jasa.
Konseptualisasi ini menggunakan dimensi waktu
dan usaha sebagai kenyamanan (penghematan
waktu dan usaha). Dan mengidentifikasi lima jenis
yaitu Decision Convinience, Acces Convinience,
Transaction Convinience, Benefit Convinience dan
Post Benefit Convinience. Masing-masing tipe
kenyamanan ini mencerminkan tahap-tahap
aktivitas konsumen yang berkaitan dengan
pembelian atau pemakaian jasa.
Convenience menurut Berry et al, (2002)
berfokus pada faktor sumber daya seperti: waktu,
opportunity, dan energi atau effort yang
dikeluarkan oleh konsumen dalam mendapatkan
-162-

Volume 7, No.2 Tahun 2014

barang dan jasa, sebagai atribut yang mengurangi
faktor selain harga pada sebuah produk.
Satisfaction
Satisfaction adalah tanggapan pelanggan
terhadap evaluasi perbedaan antara apa yang
diharapkan para pelanggan dengan persepsi
kinerja aktual dari suatu produk setelah
mengkonsumsi suatu produk atau layanan jasa
(Liao, 2009). Satisfaction merupakan hasil dari
suatu persepsi para pelanggan mengenai nilai yang
diterima (Cronin et al., 2000). Pengertian yang tidak
berbeda jauh dari satisfaction adalah semua
evaluasi dari para pelanggan berdasarkan pada
pengalaman dari para pelanggan (Bontis dan
Booker, 2007). Tingkat kepuasan pelanggan
dipertimbangkan penting dalam persaingan
bisnis. Meskipun itu tingkat kepuasan dan retensi
pelanggan sebagai pengembangan strategi yang
berorientasi pasar dan difokuskan pada pelanggan
suatu perusahaan (Jamal dan Naser, 2002).
Selanjutnya, Jamal dan Naser (2002) juga
mendefinisikan satisfaction sebagai suatu
perasaan atau perilaku dari seorang pelanggan
mengenai penggunaan suatu produk atau layanan
jasa. Perusahaan layanan jasa berusaha mencapai
loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan
dengan memberikan nilai yang superior bagi para
pelanggan (Mc Dougal dan Levesque, 2000).
Satisfaction merupakan masalah penting bagi
setiap perusahaan digunakan untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan (Gronholdt, Martensen, 2000).
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
adalah citra perusahaan yang dirasakan, harapan
pelanggan, kualitas yang dirasakan, nilai yang
dirasakan (Gronholdt, Martensen, 2000).
Satisfaction merupakan suatu evaluasi antara
harapan pelanggan dan kinerja layanan jasa yang
dirasakan (Chi dan Chien, 2008). Tingkat kepuasan
pelanggan akan mempengaruhi tingkat intensitas

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

pembelian (Zeithaml et al., 2002). Adanya
pengaruh antara satisfaction terhadap word of
mouth (Wirtz dan Chew, 2002). Lee dan Liu (2008)
menambahkan mengenai Customer Satisfaction
Index (CSI) mengukur bisnis perusahaan untuk
mengidentifikasikan kinerja bisnis dapat
memuaskan para pelanggan. Customer
Satisfaction Index (CSI) merupakan indikator bisnis
di tingkat mikro berdasarkan pada pengalaman
konsumsi para pelanggan (Lee dan Liu, 2008).
Tingkat kepuasan pelanggan merupakan faktor
yang mempengaruhi secara fundamental yang
menunjukkan perilaku pelanggan di masa yang
akan datang (Ranawera, 2003). Pelanggan yang
merasa puas, maka pelanggan tersebut akan
memberikan tanggapan yang positif dan tingkat
kepercayaan pelanggan. Satisfaction merupakan
konsep pemasaran yang memuaskan keinginan
dan kebutuhan para pelanggan untuk menciptakan
kesetiaan para pelanggan (Ranawera, 2003).
Yoon et al. (2004) menyatakan bahwa
dalam bisnis layanan jasa, perlunya interaksi antara
antara karyawan dengan para pelanggan, dimana
sikap dan perilaku dari para karyawan menentukan
kualitas layanan jasa yang dirasakan oleh para
pelanggan. Customer satisfaction merupakan
respon pelanggan terhadap evaluasi yang
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja
aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Jadi tingkat customer satisfaction
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja
dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa.
Bila kinerja melebihi harapan yang sebelumnya,
maka akan menimbulkan tingkat kepuasan
kepuasan.
Kotler (2002) menyatakan bahwa kepuasan
adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan
dengan harapannya. Sedangkan menurut Chaplin

(2005) kepuasan adalah satu keadaan kesenangan
dan kesejahteraan yang disebabkan karena
seseorang telah mencapai suatu tujuan atau
sasaran. Dalam konteks perilaku konsumen,
kepuasan ditujukan pada individu atau kelompok
terhadap apa yang dikonsumsinya yaitu produk
barang atau jasa.
Engel (1995) mengungkapkan bahwa
kepuasan konsumen merupakan evaluasi
purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurangkurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau
melampaui harapan konsumen, sedangkan
menurut Blackwell dan Miniard (dalam Engel,
1995) adalah sebagai suatu tempat dimana
alternatif konsumsi yang dipilih setidaknya dapat
memenuhi atau bahkan melebihi apa yang
diharapkan.
Rerangka Konseptual
Penelitian ini berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Mark S. Rosenbaum dan Ipkin
Anthony Wong (2009), dengan maksud bahwa
persepsi dari pengunjung suatu pelaksanaan event
terhadap event venue satisfaction didorong oleh
tiga pendorong : service quality, cost dan
convenience (Getz et al. 2001; Rust et al., 2000, 2004)
sehingga ketiga nilai equitas yang diduga positif
mempengaruhi customer satisfaction mengenai
event venue yang utama (Breitner dan Milman,
2006: Vogel et al. 2008). Seperti pada penelitian
sebelumnya pelanggan yang mengunjungi eventevent tersebut umumnya menanggapi pada aspek
tangible dan intangible. Mengingat kekhasan yang
dimiliki oleh tourist event seperti convention dan
festival budaya, kerangka kerja yang dimaksud
adalah service quality dianggap sebagai respon
pelanggan terhadap aspek intangible aspect: soft
service quality dimensions termasuk reliability,
responsivenss, assurance dan empathy
(Parasuraman et al, 1988; Zeithaml et al, 2009).

-163-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

Volume 7, No.2 Tahun 2014

Dimensi tersebut dapat terlihat pada rerangka
dibawah ini:

Event Service Quality
- Intangible Service
Quality
Ambient Condition
Space / Function
Sign and Symbols

H 1 (+)

H 2 (+)

Gamabar 3
Rerangka Konseptual

Event
Satisfaction

Event Cost

H 3 (+)

Event Convinience

Perumusan Hipotesis
SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi
pelanggan atas layanan nyata yang mereka terima
(Perceived Service) dengan layanan yang
sesungguhnya yang diharapkan/diinginkan
(Expected Service). Jika kenyataan lebih dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan
bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang dari
yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak
bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan
maka layanan tersebut memuaskan. Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry (1990).
Dengan demikian service quality dapat
didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan
antara kenyataan dan harapan pelanggan atas
pelayanan yang mereka terima/peroleh. Harapan
para pelanggan pada dasarnya sama dengan
-164-

layanan seperti apakah seharusnya diberikan oleh
perusahaan kepada pelanggan. Persepsi pelanggan
mengenai event satisfaction didorong oleh hasil
evaluasinya terhadap tiga pendorong yaitu: service
quality, cost dan convenience, Getz et al., (2001);
Rust et al,.(2004). Rosenbaum dan Wong (2009)
mengemukakan Event service quality, convenience
dan price secara positif berkaitan terhadap
customer satisfaction walaupun service quality
yang menjadi pendorong paling utama
dibandingkan convenience dan price. Adapun
hipotesis diajukan sebagai berikut :
H 1 : Terdapat pengaruh positif event service
quality terhadap event venue satisfaction.
Hansen dan Mowen (2004) menyatakan
definisi dari biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen
kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

saat ini atau di masa yang akan datang bagi
organisasi. Bila dihubungkan dengan penelitian
yang dilakukan terhadap pengunjung suatu event
maka biaya-biaya tersebut akan timbul dalam
rangka mengkonsumsi , sebelum, selama dan
setelah event-event yang terdapat di Jakarta
Convention Centre sesuai dengan harapan yang
dimiliki.

dikunjungi. Adapun hipotesis diajukan sebagai
berikut :

Menurut
penelitian
sebelumnya
Rosenbaum dan Wong (2009) menyatakan Cost
mengacu pada persepsi pengunjung event
tersebut atas biaya-biaya yang berhubungan
dengan kehadirannya pada specific event di Macau,
yang secara positif berkaitan terhadap satisfaction
yang didapat atas evaluasi persepsi pengunjung
event dari kesenangan atau kepuasan atas eventevent yang dikunjungi. Adapun hipotesis diajukan
sebagai berikut :

Penelitian ini mengacu kepada penelitian
yang telah dilakukan oleh Mark S. Rosenbaum dan
IpKin Anthony Wong (2009) dalam konteks “Value
equity in event planning: a case study of Macau”.
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian pengujian hipotesis / testing hypothesis,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji
hipotesis yang umumnya menjelaskan
karakteristik hubungan-hubungan tertentu atau
perbedaan-perbedaan antar kelompok atau
independensi dari dua faktor atau lebih dalam
suatu situasi (Sekaran, 2006).

H2 : Terdapat pengaruh positif event cost terhadap
event venue satisfaction.

H3 : Terdapat pengaruh positif event convenience
terhadap event venue satisfaction.

METODOLOGI PENELITIAN

Convenience mencerminkan tahap-tahap
aktivitas konsumen yang berkaitan dengan
pembelian atau pemahaman sebuah jasa (Berry et
al. 2002). Convenience menurut Berry et al, (2002)
berfokus pada faktor sumber daya seperti: waktu,
opportunity, dan energi atau effort yang
dikeluarkan oleh konsumen dalam mendapatkan
barang dan jasa, sebagai atribut yang mengurangi
faktor selain harga pada sebuah produk.

Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel
yang hendak diteliti. Skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah interval
metode pengukuran skala Likert. Skala Likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya
terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu
(Sekaran, 2006). Skala Likert-lima point dengan
susunan interval skala dimana susunan skala 1
hingga skala 5.

Menurut
penelitian
sebelumnya
Rosenbaum dan Wong (2009) menyatakan
Convinience merupakan hasil evaluasi yang
didapatkan oleh persepsi pengunjung event yang
berupa kemudahan dalam mengunjungi event
venue yang berada di Macau, yang secara positif
berkaitan dengan satisfaction yang didapat atas
evaluasi persepsi pengunjung event tersebut dari
kesenangan atau kepuasan atas event-event yang

Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada
117 responden, yang merupakan pelanggan
Jakarta Convention Center. Penarikan sample
dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penarikan sampel berdasarkan kriteria – kriteria
tertentu (Hermawan, 2006). Setelah dikumpulkan,
responden yang valid untuk diolah adalah sebesar
117 responden

-165-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

Berikut ini adalah tabel yang berisi profil
responden yang ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini. Meliputi karakteristik seperti, jenis
kelamin responden, usia, jurusan, pengeluaran
perbulan.
Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa untuk
responden responden berjenis kelamin pria
sebanyak 95 orang dari total 117 responden atau
sebesar 81,2 % dari total seluruh responden. Dan
untuk reponden responden berjenis kelamin
wanita memiliki responden sebanyak 22 orang dari

Volume 7, No.2 Tahun 2014

total 117 responden atau sebesar 18,8 % dari total
seluruh responden.
Untuk tingkat usia, responden yang
berusia 21-30 tahun sebanyak 45 orang dari total
117 responden atau sebesar 38,5 % dari total
seluruh responden. Untuk responden yang berusia
31-40 tahun sebanyak 52 orang dari total 117
responden atau sebesar 44,4 % dari total seluruh
responden. Untuk responden yang berusia 41-50
tahun sebanyak 20 orang dari total 117 responden
atau sebesar 17,1 % dari total seluruh responden.

Tabel 1
Karakteristik Demografis Responden
No. Karakter
1. Gender :
a. Pria
b. Wanita
2. Usia :
a. 50 tahun
3. Pendidikan :
a. SMU
b. D1/D2/D3
c. S1
d. S2/S3
4. Pekerjaan :
a. Pelajar
b. M ahasiswa
c. Karyawan
d. Wiraswasta
e. Guru/PNS
f. Lainnya
5. Penghasilan :
a. Rp 1 juta – Rp 2,5 juta
b. Rp 2,5 juta – Rp 5 juta
c. Rp 5 juta – Rp 8 juta
d. >Rp 8 juta

-166-

Frekuensi

Persentase (%)

95
22

81,2
18,8

0
45
52
20
0

0
38,5
44,4
17,1
0

0
22
76
19

0
18,8
65
16,2

0
0
100
9
1
7

0
0
85,5
7,7
0,9
6

7
69
39
2

6
59
33,3
1,7

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

Untuk tingkat pendidikan, responden yang
berpendidikan D1/D2/D3 sebanyak 22 orang dari
total 117 responden atau sebesar 18,8 % dari total
seluruh responden. Untuk responden yang
berpendidikan S1 sebanyak 76 orang dari total 117
responden atau sebesar 65 % dari total seluruh
responden. Untuk responden yang berpendidikan
S2/S3 sebanyak 19 orang dari total 117 responden
atau sebesar 16,2 % dari total seluruh responden.
Untuk tingkat pekerjaan, responden yang
bekerja sebagai karaywan sebanyak 100 orang dari
total 117 responden atau sebesar 85,5 % dari total
seluruh responden. Untuk responden yang bekerja
sebagai wiraswasta sebanyak 9 orang dari total 117
responden atau sebesar 7,7 % dari total seluruh
responden. Untuk responden yang bekerja sebagai
guru/pns sebanyak 1 orang dari total 117 responden
atau sebesar 0,9 % dari total seluruh responden.
Untuk responden yang bekerja sebagai lainnya
sebanyak 7 orang dari total 117 responden atau
sebesar 6 % dari total seluruh responden.
Untuk tingkat penghasilan, responden
yang berpenghasilan Rp 1 juta-Rp 2,5 juta sebanyak
7 orang dari total 117 responden atau sebesar 6 %
dari total seluruh responden. Untuk responden
yang berpenghasilan Rp 2,5 juta- - Rp 5 juta
sebanyak 69 orang dari total 117 responden atau
sebesar 59 % dari total seluruh responden. Untuk
responden yang mengeluarkan Rp 5 juta – Rp 8 juta
sebanyak 39 orang dari total 117 responden atau
sebesar 33,3 % dari total seluruh responden. Untuk
responden yang mengeluarkan >Rp 8 juta
sebanyak 2 orang dari total 117 responden atau
sebesar 1,7 % dari total seluruh responden.

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
masing-masing indikator tiap variabel dinyatakan
valid dan reliable. Hal ini dapat dilihat dari nilai
indikator masing-masing konstruk memiliki nilai
loading factor > 0,40 (Hair et al., 1998),
menunjukkan semua indikator dapat menjelaskan
konstruk yang ada. Nilai cronbach’s alpha untuk
masing-masing variabel > 0,60 (Sekaran, 2000),
menunjukkan alat ukur yang digunakan reliabel
atau dengan kata lain jawaban responden
cenderung sama walaupun diberikan dalam
bentuk pernyataan yang berbeda (konsisten).
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah structural equation
model (SEM) dengan menggunaan program AMOS
6. Menurut Ferdinand (2000), SEM pada dasarnya
merupakan sekumpulan teknik-teknik statistikal
yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian
hubungan yang relatif “rumit” secara simultan.
SEM merupakan teknik multivariate yang
mengkombinasikan aspek regresi berganda dan
analisis faktor untuk mengstimasi serangkaian
hubungan ketergantungan secara simultan (Hair
et al, 1998).
Sebelum
menganalisa
hipotesis,
kesesuaian model secara keseluruhan (overall fit
models) harus dinilai terlebih dahulu untuk
menjamin bahwa model
tersebut dapat
menggambarkan semua pengaruh sebab akibat.
Menurut Hair, Anderson, Tatham dan Black (1998),
pengujian kesesuaian model goodnes of fit.

-167-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

Volume 7, No.2 Tahun 2014

Tabel 2
Confirmatory factor analysis and reliability the constructs

-168-

Constructs
and
indicators
Intangible Service
Quality
IS3
IS4
IS5
IS7
IS8
IS9
Ambient Conditions
AC1
AC2
AC3
AC4
Space Function
SF1
SF2
SF3
Sign Symbol

Standardized factor Cronbach’s alpha
loadings
0,816

Keputusan

,789
,734
,691
,630
,622
,439

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

SS1
SS2
SS3
Event Cost
EC1
EC2
EC3
Event Convinience
EV1
EV2
EV3
Event Satisfaction
ES1
ES2
ES3
ES4

,705
,488
,775

,865
,711
,801
,536
,816
,722
,505

,682
,948
,695
,499
,435
1,006
,800
,735
,476
,671

0,814

0,710

0,689

0,812

0,653

0,768

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

Tabel 3
Hasil Pengujian Kesesuaian Model (Goodness of
Pengukuran
Goodness of Fit

Batas
Penerimaan
disarankan

Chi Square

Chi square rendah X2 tabel df = 15,272
8 = 20,93052

Acceptable Fit

p-value

Minimal 0,05 atau diatas 0,05

0,054

Acceptable Fit

GFI

> 0,9 atau mendekati 1

0,964

Acceptable Fit

RMSEA

< 0,08

0,089

Unacceptable Fit

AGFI

> 0,9 atau mendekati 1

0,876

Marginal Fit

NFI

> 0,9 atau mendekati 1

0,686

Unacceptable Fit

TLI

> 0,9 atau mendekati 1

0,821

Marginal Fit

CFI

> 0,9 atau mendekati 1

0.932

Acceptable Fit

Normed chi square

Batas bawah 1,batas atas 1,909
2,3,atau 5

Acceptable Fit

Berdasarkan tabel 3,dapat diketahui pada
absolute fit measure syarat utama nilai chi square
tidak terpenuhi,hal ini dapat dilihat dari nilai chi
square sebesar 20,93052 dengan p-values 0,056
(diatas 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
model ini goodness of fit. Alternatif pengujian
goodness of fit yang lain yakni melalui kriteria
absolute fit measures yang lain dengan melihat nilai
GFI sebesar 0,964 (> 0,9 atau mendekati satu) dan
RMSEA sebesar 0,089 (lebih besar dari 0,08).
Kriteria berdasarkan pada incremental fit
measures dapat dilihat dari nilai AGFI sebesar 0,874
(marjinal,masih mendekati satu),NFI sebesar 0,881

yang Nilai

Keputusan

marjinal,masih mendekati satu), TLI sebesar 0,821
(marjinal,masih mendekati satu), CFI sebesar 0,932
( > 0,9 atau mendekati satu).
Kriteria berdasarkan Parsimonious Fit
Measure dengan melihat nilai normed chi square
sebesar 1,909 (memenuhi syarat batas bawah 1 dan
batas atas 5). Sehingga secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa model ini masih dinyatakan
layak secara marjinal untuk dipergunakan sebagai
alat dalam mengkonfirmasi teori yang telah
dibangun berdasarkan data observasi yang ada atau
dapat dikatakan model ini goodness of fit.

-169-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan penjabaran
jawaban responden yang bertujuan untuk
memberikan jawaban atau deskriptif suatu data
yang ditinjau dari nilai rata-rata (mean), simpangan
baku (standard deviation), nilai minimum (min),
dan nilai maksimum (max). Dalam penelitian ini
mean adalah nilai rata-rata dari keseluruhan
responden sedangkan standar deviasi merupakan
variasi dari jawaban responden. Apabila nilai
standar deviasi yang diberikan mendekati nol maka
semakin tidak bervariasi jawaban responden,
namun apabila standar deviasi yang diberikan
menjauhi nol maka jawaban responden semakin
bervariasi. Nilai minimum adalah jawaban (skala)
terendah yang dipilih responden dan nilai
maksimum adalah jawaban (skala) tertinggi yang
dipilih oleh responden.
Intangible Service Quality memiliki nilai
mean 3,7521 yang berarti rata – rata responden
tidak puas dengan keseluruhan kualitas pelayanan
Jakarta Convention Center. Intangible Service
Quality diukur dengan menggunakan 10 item
pernyataan dengan menggunakan 5 point skala
likert. Dari 117 jawaban responden didapat nilai

Volume 7, No.2 Tahun 2014

rata – rata 3,7521 yang menunjukkan bahwa
responden merasa tidak puas terhadap kualitas
pelayanan Jakarta Convention Center. Hal tersebut
dinilai oleh responden melalui layanan karyawan.
Ambient Condition memiliki nilai mean
4,2821 yang berarti rata – rata responden
menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang
dimiliki Jakarta Convention Center sudah cukup
baik. Ambient Condition diukur dengan
menggunakan 4 item pernyataan dengan
menggunakan 5 point skala likert. Dari 117 jawaban
responden didapat nilai rata – rata 4,2821 yang
menunjukkan bahwa responden merasa puas
terhadap kondisi lingkungan yang dimiliki Jakarta
Convention Center. Hal tersebut dinilai oleh
responden melalui perasaan nyaman.
Space/Function memiliki nilai mean 3,7094
yang berarti rata – rata responden kurang puas
bahwa ruangan yang dimiliki Jakarta Convention
Center. Space/Function
diukur dengan
menggunakan 3 item pernyataan dengan
menggunakan 5 point skala likert. Dari 117 jawaban
responden didapat nilai rata – rata 3,7094 yang
menunjukkan bahwa responden merasa kurang
puas terhadap ruangan yang dimiliki Jakarta
Convention Center. Hal tersebut dinilai oleh
responden melalui perabotan tempat acara.

Tabel 4
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel
Intangible Service Quality
Ambient Condition
Space/Function
Event Cost
Event Convenience
Event Satisfaction

-170-

Mean

Std.
Deviation

3,7521
4,2821
3,7094
4,2308
4,0256
4,3718

,45307
,65451
,67030
,46209
,53275
,41212

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

Sign, Symbols & Artefact memiliki nilai
mean 4,0769 yang berarti rata – rata responden
puas bahwa tanda informasi yang dimiliki Jakarta
Convention Center sudah cukup baik. Sign, Symbols
& Artefact diukur dengan menggunakan 3 item
pernyataan dengan menggunakan 5 point skala
likert. Dari 117 jawaban responden didapat nilai
rata – rata 4,0769 yang menunjukkan bahwa
responden merasa puas terhadap tanda informasi
yang dimiliki Jakarta Convention Center. Hal
tersebut dinilai oleh responden melalui bahasa
yang digunakan pada tanda-tanda yang ada.
Event Cost memiliki nilai mean 4,2308 yang
berarti rata – rata responden menyatakan bahwa
biaya acara yang dimiliki Jakarta Convention Center
sudah cukup baik. Event Cost diukur dengan
menggunakan 5 item pernyataan dengan
menggunakan 5 point skala likert. Dari 117 jawaban
responden didapat nilai rata – rata 4,2308 yang
menunjukkan bahwa responden merasa puas
terhadap biaya acara yang dimiliki Jakarta
Convention Center. Hal tersebut dinilai oleh
responden melalui biaya tiket acara.
Event Convenience memiliki nilai mean
4,0256 yang berarti rata – rata responden merasa
nyaman dengan acara yang dimiliki Jakarta
Convention Center. Event Convenience diukur
dengan menggunakan 3 item pernyataan dengan
menggunakan 5 point skala likert. Dari 117 jawaban
responden didapat nilai rata – rata 4,0256 yang
menunjukkan bahwa responden merasa nyaman
dengan acara yang dimiliki Jakarta Convention
Center. Hal tersebut dinilai oleh responden melalui
tempat acara mudah dijangkau.
Event Satisfaction memiliki nilai mean
4,3718 yang berarti rata – rata responden merasa
puas dengan acara yang dimiliki Jakarta Convention
Center sudah cukup baik. Event Satisfaction diukur
dengan menggunakan 4 item pernyataan dengan

menggunakan 5 point skala likert. Dari 117 jawaban
responden didapat nilai rata – rata 4,3718 yang
menunjukkan bahwa responden merasa puas
dengan yang dimiliki Jakarta Convention Center.
Hal tersebut dinilai oleh responden melalui
perasaan senang.
Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Analisis hasil dan interpretasi dilakukan
berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis.
Tujuan dari pengujian hipotesis ini adalah untuk
menolak hipotesis nol (Ho) sehingga hipotesis
alternatif (Ha) dapat diterima. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisis model
persamaan struktural (SEM) yang merupakan suatu
metode statistik yang paling sesuai untuk
penelitian ini. Tujuan dari metode ini adalah untuk
memprediksi perubahan – perubahan dalam
variabel terikat (dependent / criterion variable)
dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam sejumlah variabel bebas
(independent / predictor variable) (Hermawan,
2006). Adapun batas toleransi kesalahan () yang
digunakan adalah 5% (0,05). Hasil pengujian
hipotesis dengan membandingkan antara nilai t
dengan nilai estimasi koefisien beta () disusun
dalam tabel 4
Berdasarkan tabel 5, dimensi event service
quality memiliki nilai p-value sebesar 0,625 lebih
besar dari tingkat kesalahannya ( = 5%), dengan
demikian dinyatakan tidak terdapat pengaruh
event service quality terhadap event satisfaction.
Berdasarkan tabel 4, dimensi event cost
memiliki nilai p-value sebesar 0,362 lebih besar
dari tingkat kesalahannya (= 5%), dengan
demikian dinyatakan tidak terdapat pengaruh
event cost terhadap event satisfaction. Untuk
dimensi event convinience memiliki nilai p-value
sebesar 0,791 lebih besar dari tingkat kesalahannya

-171-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

Volume 7, No.2 Tahun 2014

Tabel 5
Hasil pengujian hipotesis
Hipotesis
H1
H2
H3

Event_Service Quality
Event Cost
Event Convinience





Event Satisfaction
Event Satisfaction
Event Satisfaction

(= 5%), dengan demikian dinyatakan tidak
terdapat pengaruh event convinience terhadap
event satisfaction.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis H1
– H3 diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh
positif antara value equity (event service quality,
event cost, event convenience) terhadap customer
satisfaction dalam hal ini event venue satisfaction.
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian
sebelumnya dimana hasil pengujian hipotesis H1
– H3 menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
antara kedua variable tersebut di atas.

Beta

Sig

Keputusan

,056
-,086
-,028

,625
,362
,791

Tidak didukung
Tidak didukung
Tidak didukung

Hasil pengujian hipotesa menguji ketiga
variabel event convinience terhadap event
satisfaction. pada tabel pengujian hipotesis.
Memiliki nilai p – value sebesar 0,791 > 0.05 dimana
keputusannya adalah Ho didukung yang berarti
tidak terdapat pengaruh positif event convinience
terhadap event satisfaction..

IMPLIKASI MANAJERIAL

Hasil pengujian hipotesa pertama menguji
variabel event service quality terhadap event
satisfaction pada tabel pengujian hipotesis.
Memiliki nilai p – value sebesar 0,625 > 0.05 dimana
keputusannya adalah Ho didukung yang berarti
tidak terdapat pengaruh positif event service
quality terhadap event satisfaction

Penelitian ini dapat memberikan masukan
yang dapat dipertimbangkan oleh pimpinan di
Jakarta Convention Center dalam menjalin
kerjasama dengan pihak event organizer secara
porfesional khususnya event service manager,
dalam meningkatkan kepuasan pelanggannya.
Responden akan memiliki berbagai pertimbangan
sebelum akhirnya memutuskan merasa puas
dengan kualitas layanan berdasarkan keadaan
ruangan (space), suasana (ambience) dan tanda
(sign). Perlu diketahui oleh pimpinan untuk dapat
menerapkan strategi yang tepat agar dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan.

Hasil pengujian hipotesa kedua menguji
variabel event cost terhadap event satisfaction.
pada tabel pengujian hipotesis. Memiliki nilai p –
value sebesar 0,362 > 0.05 dimana keputusannya
adalah Ho didukung yang berarti tidak terdapat
pengaruh positif event cost terhadap event
satisfaction.

Secara keseluruhan, penelitian ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
keahlian bagi para pimpinan di Jakarta Convention
Centre, mengenai peran variabel event value
equity sehingga dapat dipraktekkan dalam lebih
meningkatkan customer satisfaction dalam hal ini
mengelola event-event berskala International.

KESIMPULAN

-172-

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

SARAN UNTUK PENELIAN SELANJUTNYA
Adapun saran yang dapat diberikan untuk
penelitian selanjutnya guna memperbaiki
keterbatasan – keterbatasan pada penelitian ini
adalah :
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan
tempat pertemuan lain seperti: Jakarta
International Expo Kemayoran atau Sentul
Convention Centre, sebagai pembanding objek
penelitian.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah variabel lain yang juga
berpengaruh terhadap event satisfaction.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, J., O’Toole, W., Harris, R. and McDonnell, I.
(2008), Festival & Special Event
Management, 4th ed., Wiley, Milton.
Al-Sabbahy, H.Z., Ekinci, Y. and Riley, M. (2004), “An
investigation of perceived value
dimensions: implications for hospitality
research”, Journal of Travel Research, Vol.
42 No. 3, pp. 226-34.

convention center”, Event Management,
Vol. 10 Nos 2/3, pp. 133-43.

Brodie, R.J., Whittome, J.R.M. and Brush, G.J.
(2009), “Investigating the service brand:
a customer value perspective”, Journal
of Business Research, Vol. 62 No. 3, pp.
345-55.
Chan, L.K., Hui, Y.V., Lo, H.P., Tse, S.K., Tso, G.K.F.
and Wu, M.L. (2003), “Consumer
satisfaction index: newpractice and
findings”,European
Journal
of
Marketing,Vol. 37Nos 5/6, pp. 872-909.
Cronin, Jr., J.J., Brady, M.K. and Hult, G.T.M. (2000),
‘‘Assessing the effects of quality, value
and customer satisfaction on customer
behavioral Intentions in service
environments’’, Journal of Retailing, Vol.
76 No. 2, pp. 193-217.
Getz, D. (2007), Event Studies: Theory, Research
and Policy for Planned Events, Elsevier,
Oxford. Butterworth-Heinemann.
Getz, D. (2008), “Event tourism: definition,
evolution, and research”, Tourism
Management,Vol. 29 No. 3, pp. 403-28.

Berry, Leonard. L., Seiders, Kathleen., and Grewal,
D. (2002), “Understanding Service
Convinience”. Journal of Marketing, Vol.
66, 2002, pp. 1-17.

Getz, D., O’Neill, M. and Carlsen, J. (2001), “Service
quality evaluation at events through
service mapping”, Journal of Travel
Research, Vol. 39 No. 4, pp. 380-90.

Bitner, M.J. (1992), “Servicescapes: the impact of
physical surroundings on customers and
employees”, Journal of Marketing, Vol.
56 No. 2, pp. 57-71.

Getz, D. (1994), Event Tourism: Evaluating the
Impacts, in Travel, Tourism and Hospitality
Research: A Handbook for Managers and
Researchers, 2nd edition, edited by J.R.
Brent Ritchie and Charles R. Goeldner,
John Wiley & Sons.

Breiter, D. and Milman, A. (2006), “Predicting
exhibitor levels of satisfaction in a large

-173-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

Green, H., Hunter, C. and Moore, B. (1989),
“Assessing the environmental impact of
tourism development: the use of the
Delphi technique”, International Journal
of Environmental Studies, Vol. 35 No. 1,
pp. 51-62.
Gronroos, C. (1997), “From marketing mix to
relationship marketing – towards a
paradigm shift in marketing ”,
Management Decision, Vol. 35 Nos 3/4,
p. 322.
Hess, L.R., Ganesan, S., Klein, M.N., (2003), “Service
failure and recovery: The impact of
relationship factors on customer
satisfaction”, Academy of Marketing
Science. Journal; Spring 2003; 31, 2; ABI/
INFORM Global,pp. 127.
Hermawan, Asep. 2006. Penelitian Bisnis Paradigma
Kuantitatif, Jakarta : Grasindo.
Huang, H.W.(2008), “The impact of other-customer
failure on service satisfaction”,
International Journal of Service Industry
Management,Vol. 19 No. 4, 2008,pp. 521536.
Jamal, A.,and Nasser, K., (2002), “Customer
satisfaction and retail banking: An
assessment of some of the key
antecedents of customer satisfaction in
retail banking”, International Journal of
Bank Marketing, Vol. 20 No. 4, pp. 146160.
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L.
(1988), “SERVQUAL: a multiple-item scale
for measuring consumer perceptions of
service quality”, Journal of Retailing, Vol.
64 No. 1, pp. 12-40.

-174-

Volume 7, No.2 Tahun 2014

Reid, D.M. (1980), “Evaluation of the marketing mix
– its application to strategic marketing”,
European Journal of Marketing, Vol. 14
No. 4, pp. 192-205.
Rompf, P.D., Breiter, D. and Severt, K. (2008),
“Destination selection criteria: key
success factors evolve and dominate”,
Event Management, Vol. 12 No. 1, pp. 2738.
Ruiz, D.M., Gremler, D.D., Washburn, J.H. and
Carrion, G.C. (2008), “Service value
revisited: specifying a higher-order,
formative measure”, Journal of Business
Research, Vol. 61 No. 12, pp. 1278-91.
Rust, R.T., Lemon, K.N. and Zeithaml, V.A. (2004),
“Return on marketing: using customer
equity to focus marketing strategy”,
Journal of Marketing, Vol. 68 No. 1, pp.
109-27.
Rust, R.T., Zeithaml, V.A. and Lemon, K.N. (2000),
Driving Customer Equity: How Customer
Lifetime Value is Reshaping Corporate
Strategy, The Free Press, New York, NY.
Ruyi, X. and Pegg, S. (2007), “Exploring the
motivations for participant engagement
in the Australian university games”,
International Journal of Event
Management Research, Vol. 3 No. 2, pp.
39-46.
Seiders, K., Voss, G.B., Grewal, D. and Godfrey, A.L.
(2005), “Do satisfied customers buy
more? Examining moderating influences
in a retailing context”, Journal of
Marketing, Vol. 69 No. 4, pp. 26-43.
Sekaran, U (2006) Research methods for business
(4th ed) John Wiley & Sons, New York.

Pengaruh Event Service Quality, Event Cost dan Event Convienience Terhadap Event Venue Satisfaction di Jakarta
Convention Centre

Wall, E.A. and Berry, L.L. (2007), “The combined
effects of the physical environment
andemployee behavior on customer
perception of restaurant service quality”,
Cornell Hotel & Restaurant Administration
Quarterly, Vol. 48 No. 1, pp. 59-69.
Zeithaml, V.A. (1988), “Consumer perceptions of
price, quality, and value: a means-end
model and synthesis of evidence”,
Journal of Marketing, Vol. 52 No. 3, p.2.
Zeithaml, V.A., Rust, Roland, T. and Lemon, K. N.
(2001), “What driver customer equity”,
Journal of Marketing,Spring 2001, pp.
22-25.

-175-

Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa

-176-

Volume 7, No.2 Tahun 2014