Pendahuluan KONSEPSI PERCAYA DIRI DALAM AL QURAN (Telaah Psikologi Islami) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB IV PERCAYA DIRI DALAM PSIKOLOGI TELA’AH TERHADAP AYAT-AYAT AL-QUR’AN

A. Pendahuluan

Islam sebagai suatu agama biasanya didefinisikan sebagai berikut: al- Islam wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Salallahualaihi wassallama li al-saadati al-dunya wa al-akhirah Islam adalah Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Jadi, inti Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad. 1 Wahyu itu berbentuk al-Quran dan Sunnah yang berisikan prinsip-prinsip dasar bagi pemeluknya. Sebelum menjelaskan tinjauan Islam terhadap percaya diri akan dijelaskan sedikit tentang kepribadian pembawa risalah Islam, Nabi Muhammad saw. Beliau dilahirkan di Makkah dalam keadaan yatim, dibesarkan dalam keadaan miskin, tidak belajar pada suatu pendidikan, bahkan tidak dapat membaca dan menulis. Namun, kesemua faktor itu tidak membawa dampak negatif pada keutuhan pribadi manusia itu. Bahkan sebaliknya, sejumlah ahli dari berbagai agama, disiplin ilmu, tempat dan waktu serta dengan aneka ragam tolak ukur bersepakat bahwa Muhammad 1 H.M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 hal.19. 70 70 SAW. adalah salah satu di antara manusia teragung, jika enggan berkata, manusia teragung yang dikenal oleh sejarah kemanusiaan. 2 Dengan kesimpulan Thomas Carlyle dalam bukunya, On Heroes, Hero Worship, and the Heroic in History, dengan menggunakan tolak ukur kepahlawanan. Demikian pula Will Durant dalam The Story of Civilization in the World dengan tolak ukur hasil karya, Marcus Dodds dalam Muhammad, Buddha, and Christ dengan tolak ukur keberanian moral, Nazmi Luke dalam Muhammad Ar-Rasul wa Ar-Risalah dengan tolak ukur metode pembuktian ajaran, Michael Hart, dalam tulisannya menyangkut 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh, serta sederatan kisah lainnya. 3 Bukti kepribadian Muhammad SAW sebagai pribadi yang percaya diri dapat dilihat melalui indikator yakin terhadap kemampuan, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, mempunyai pandangan realistik, berpikir positif dan optimis adalah peristiwa ketika Nabi Muhammad menolak tawaran tokoh-tokoh kaum musyrikin Makkah kepada beliau, untuk memperoleh kedudukan, harta, dan wanita dengan syarat beliau bersedia menghentikan dakwahnya, namun semua itu ditolaknya. Bahkan berkata Walau matahari diletakkan di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, tidak akan kutinggalkan misiku sampai berhasil atau aku gugur mempertahankannya, jawab beliau. 4 2 M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 2001, hal.70. 3 Ibid…halm 36 4 Ibid,..halm 36 71 Faktor kelemahan yang melingkari hidup seperti yatim, buta huruf, dan berbagai peristiwa yang beruntun seperti kematian ayah, ibu, serta kakeknya. Meskipun tanpa kasih sayang keluarga tidak mempengaruhi kepribadian agung yang dimilikinya. Semua ini merupakan bukti bahwa Muhammad SAW benar-benar utusan Allah. Sebagai Uswatun Hasanah figur ideal Muhammad SAW yang terlukis dalam sejarah merupakan refleksi dari al- Quran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Aisyah ketika ditanya tentang akhlaknya Rasulullah SAW, ia menjawab akhlak al-Quran. Apakah al-Quran berbicara tentang konsep percaya diri? Dan bagaimana al-Quran berbicara tentang konsep percaya diri? Tentu saja tidak terdapat ayat al-Quran yang berbicara tentang percaya diri secara leksikal al tsiqah bi al nafs terjemah dari percaya diri. Akan tetapi banyak ayat-ayat al- Quran yang berbicara tentang konsep manusia menurut al-Quran dan seruan- seruan untuk meyakini kemampuan diri untuk berubah, jangan pernah takut dan khawatir, jangan gelisah dan lain sebagainya yang perlu dikaji secara tematik. Menurut Izzatul Jannah, semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat percaya dirinya. 5 Dalam al-Quran disebutkan bahwa kepercayaan diri yang berupa perasaan nyaman tenteram, tanpa rasa sedih, takut dan khawatir akan datang kepada orang-orang yang beriman kepada Allah swt. 5 Izzatul Jannah, Everiday is PD Day, Surakarta: Eureka, tt, hal.9 72 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.QS.Fusshilat,35:30 Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa percaya diri memiliki kaitan erat dengan keimanan. Karena itu, sebagai seorang mukmin tentu seharusnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal yang senada juga diungkapkan oleh B.S.Wibowo, Trainer LMT TRUSTCO, mengatakan PD terkait dengan masalah keyakinan iman. Berdasarkan konsep dasar tentang percaya diri, pengertian, karakteristik, sebab-sebab munculnya, urgensi dan kiat untuk meningkatkan percaya diri yang dijelaskan oleh berbagai penulis lainnya. Menurut hemat penulis ada dua titik tekan dalam kepercayaan diri yaitu: 1. Suatu sikap positif terhadap diri sendiri dan lingkungan. 2. Kemauan melakukan tindakan sesuai dengan apa yang ia inginkan, rencanakan dan ia harapkan Dalam Islam, kepercayaan terhadap diri sendiri tanpa adanya keyakinan terhadap Allah swt merupakan kesombongan diri yang akan berakibat ujub atau bangga dengan kelebihan yang dimilikinya, akal, dan ilmunya. Karena itulah Islam melarang umatnya untuk bangga dengan dirinya meskipun mempunyai ilmu, fisik, akhlak, dan harta yang banyak. 6 Sementara 6 lihat.Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda,Alih Bahasa: Ahmad Subandi Jakarta: Lentera,1999 hal.46-47 73 tidak adanya kepercayaan diri sendiri berarti tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Sang Khalik kepada dirinya. Dengan demikian, Islam menganjurkan kepada umatnya untuk percaya diri. Akan tetapi, percaya diri dalam Islam bukanlah bersumber dari gambaran tubuh body image dan gambaran sosial sosial image semata. Melainkan bersumber dari keimanan kepada Allah swt. Islam berhasil meningkatkan percaya diri seorang inferior budak hamba sahaya yaitu Bilal bin Rabbah dengan cahaya imannya untuk menjadi seorang pahlawan Islam yang diingat dan dipuji sepanjang masa. Karena keyakinan dirinya untuk memegang teguh prinsip tauhid, tetap teguh untuk berkata ahad, ahad, meskipun dicambuk dan dijemur ditengah teriknya matahari. Begitu juga Ali bin Abi Thalib ketika ia diminta tidur di pembaringan Rasulullah SAW, ketika ada ancaman pembunuhan kepada beliau. Ali bin Abi Thalib begitu percaya diri tanpa rasa takut dan khawatir nyawanya akan melayang, sedangkan yang akan ia hadapi adalah kematian. Penulis akan mendeskripsikan ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang konsep al-Quran tentang manusia dan mengapa umat Islam harus percaya diri yang dapat dijadikan landasan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Percaya diri akan timbul pada setiap individu jika ia memiliki pandangan yang baik terhadap dirinya, ia mengetahui potensinya, kekuatan akal, dan juga kelemahannya. Ini berarti seorang individu yang percaya diri tentunya memiliki konsep tentang dirinya sendiri, hal ini dikenal dengan konsep diri. 74 Maka hal yang paling mendasar akan penulis deskripsikan adalah ayat-ayat yang menegaskan tentang konsep diri manusia dalam al-Quran yang dalam istilah sufi dikenal dengan marifatunnafsi. Setelah mengenal dirinya sudah seharusnya ia berpikiran positif atas segala kondisi yang ia miliki itu. Karena itu setiap orang harus mencoba untuk menghilangkan anggapan-anggapan yang negatif tentang dirinya. sehingga ia tidak hanya akan memfokuskan pada kekurangan dirinya tetapi bagaimana mampu mengoptimalkan potensinya dan lebih memfokuskan pada kelebihannya. Memiliki konsep diri dan pikiran yang positif tentunya diharapkan akan memunculkan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya yang merupakan rahmat Allah untuk kemudian melakukan tindakan yang nyata sesuai dengan direncanakan, diharapkan dan dicita-citakan sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Untuk memiliki kepercayaan diri spiritual yaitu suatu naluri dalam diri manusia mengenai adanya rasa tenteram yang mengisi lubuk hati dan memupuk batin. Sehingga senantiasa meniti jalan yang benar 7 tentunya diikuti dengan perasaan menyerahkan diri kepada Allah, tawakal atas hasil apapun yang akan dicapainya. Lalu kemudian dapat mensyukuri seluruh nikmat dan terus melakukan evaluasi diri untuk dapat merealisasikan semua cita-citanya dan bagaimana cara yang terbaik yang harus ia lakukan di kemudian hari. 7 Barbara De Angelis, Confidence, Percaya diri, Sumber Sukses dan Kemandirian Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 81. 75

B. Pandangan Al-Quran Tentang Manusia