Bahan Materi UAS METODE PENELITIAN KUALI

(1)

PENGANTAR PENGOLAHAN DATA KUALITATIF DOKUMEN SEBAGAI SUMBER DATA

Pengantar

Pengunaan dokumen sebagai sumber untuk penelitian dapat berupa data, surat, autobiografi, koran, majalah, dan fotografi. Dokumen memang dapat digunakan sebagai sumber data dengan kelebihan analisis yang lebih cepat daripada data utama yang harus dikumpulkan terlebih dahulu. Namun sesungguhnya pencarian sebuah dokumen untuk penelitian dapat menjadi menyulitkan dan butuh proses yang dalam. Apalagi, dokumen yang dikumpulkan harus dianalisa dengan kemampuan interpretasi yang baik. Dokumen yang dimaksud disini adalah: dapat dibaca (berbentuk tulisan), tidak dibuat sengaja untuk penelitian, dokumen selalu ada agar selalu tersedia untuk dianalisis, dan relevan dengan perhatian peneliti sosial.

Salah satu keuntungan menggunakan dokumen sebagai data adalah bersifat tidak reaktif. Dokumen yang sering digunakan dalam penelitian sebagai sumber data adalah artikel koran. Maksud dari pernyataan tadi adalah karena dokumen tidak sengaja dibuat untuk penelitian, maka kemungkinan efek reaktif dari peneliti dapat diabaikan sebagai batasan dari validitas data. J.Scott telah membedakan dokumen pribadi dengan dokumen resmi, lalu dokumen yang dibuat oleh instansi swasta dan instansi negara. Terdapat empat kriteria dalam menilai kualitas suatu dokumen, yaitu keaslian (authenticity), kredibilitas (credibility), representative (representativeness), dan makna (meaning).

Dokumen Personal

a. Catatan harian pribadi, surat, dan autobiografi.

Catatan pribadi maupun surat telah dijadikan suatu hal yang penting bagi seorang sejarawan tapi masih diragukan oleh peneliti sosial. Namun penelitian yang berdasarkan pada sumber catatan harian sudah lama dijadikan metode atau koleksi data dalam penelitian kualitatif maupun


(2)

kuantitatif. Begitu juga dengan perkembangan internet yang ada, penelitian yang didasarkan pada sumber catatan pribadi maupun surat tidak akan bertahan lama dalam periode tertentu. Media yang digunakan untuk membuat catatan pribadi juga berpengaruh pada makna dan isi pesan. Contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sharf pada tahun 1999, saat ia melakukan penelitian dengan bergabung dengan mailing list pejuang kanker, ia melihat bahwa saat seseorang menceritakan pengalamannya pada orang lain di mailing list, cerita dalam email tersebut akan sulit dibedakan dengan autobiografi atau bahkan sulit untuk dimaknai.

Saat kita mengevaluasi dokumen personal, kriteria “keaslian” merupakan unsur yang penting bagi peneliti. Apakah suatu surat dibuat oleh penulisnya sendiri, atau surat tersebut merupakan cerita dari penulis (ditulis oleh orang lain). Kriteria “kredibilitas” juga diperhatikan, Terdapat dua hal utama dalam mengevaluasi dokumen yaitu kebenaran laporan dan apakah terdapat nilai/perasaan penulis di dalam dokumen tersebut. Dokumen harus diperlakukan sedemikian rupa dengan hati-hati, karena sesungguhnya dalam setiap dokumen yang dibuat, isi dari surat tersebut bergantung pada perasaan penulis yang membuatnya. Kriteria yang ketiga adalah “representatif.” Beberapa dokumen bersejarah dapat terlihat bias, dokumen harus bersifat representative dari semua kalangan. Seiring berjalannya waktu, dokumen fakta bisa saja hilang, rusak, maupun dibuang. Scott berkata bahwa terdapat banyak makna dalam setiap catatan yang dibuang, hilang, maupun rusak, karena didalamnya terdapat banyak makna, nilai, dan asumsi yang tidak terucapkan.

b. Visual objects (benda visual)

Selain dokumen tertulis digunakan sebagai sumber data, peneliti juga menggunakan objek visual seperti foto. Salah satu hal yang bisa diungkapkan dari fotografi adalah nilai keluarga. Keluarga termasuk yang paling sering mengambil foto di setiap acara. Scott membagi tiga tipe home photograph, yaitu idealization (dalam pose formal), natural portrayal


(3)

(pose apa adanya), dan demystification (pose hal-hal yang memalukan). Menurut Scott, hal ini perlu diperhatikan agar kita bisa melihat apa makna yang ada di foto tersebut bukan hanya melihat dari permukaan saja. Salah satu kesulitannya adalah banyaknya perspektif berbeda dalam memahami foto yang ada.

Dokumen Resmi yang berasal dari Pemerintahan Negara

Tak bisa dipungkiri bahwa peneliti yang membutuhkan data biasanya akan mengunjungi Badan Pusat Statistik untuk mendapatkan informasi dari dokumen resmi. Akan tetapi, dokumen resmi juga dapat diragukan kredibilitasnya karena bias yang ditimbulkan, apakah kasus dalam dokumen resmi bersifat representatif atau tidak.

Dokumen Resmi yang berasal dari Instansi non-Pemerintahan

Selain menggunakan dokumen resmi pemerintah, tidak jarang peneliti menggunakan dokumen dari instansi non-pemerintahan. Beberapa perusahaan membuat dokumen yang dapat diakses oleh publik, seperti laporan tahunan, visi-misi, press releases, dan lain-lain. Ada juga dokumen yang tidak dibagikan kepada publik seperti laporan pertemuan, panduan rekruitmen perusahaan, grafik perusahaan, catatan perusahaan, dan lain-lain. Dokumen seperti itu sering digunakan oleh etnografer organisasi sebagai bagian dari investigasi, hanya saja akses yang terbatas dan sulit membuat sang etnografer harus mengandalkan dokumen publik sendiri.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Scott tahun 1999, setiap anggota perusahaan akan memiliki pendapat yang berbeda mengenai dokumen tersebut sesuai dengan jabatan yang mereka pegang. Ia juga mengatakan bahwa dokumen tidak dapat dijadikan sebagai patokan objektif untuk menilai suatu peristiwa dalam perusahaan. Peneliti harus bisa menginterogasi konteks yang ada dalam data tersebut karena dokumen membawa peran bagaimana perusahaan menampilkan sub-budaya dalam organisasi tersebut.


(4)

Mass-media Outputs

Koran, majalah, program televisi, film, dan media massa lainnya merupakan sumber yang berpotensi untuk analisa ilmu sosial. Biasanya memang output media massa dieksplorasi menggunakan bentuk analisis data kuantitatif seperti analisis konten, tapi sesungguhnya data tersebut bisa dianalisis secara kualitatif. Keaslian dari output media massa dapat dipertanyakan keasliannya, apakah penulis atau sumber media massa dapat dipercaya dan akurat.

Dokumen Virtual

Perkembangan jaman yang ada membuat dokumen yang ada dalam internet menjadi perhatian bagi peneliti sosial entah dengan pendekatan analisis kualitatif atau kuantitatif. Dua tipe dokumen yang biasanya dijadikan perhatian adalah website dan postingan di forum internet. Penelitian analisis konten yang dilakukan oleh Dorsey pada tahun 2004 menunjukkan bahwa makna yang ingin disampaikan dalam beriklan wisata ecotourism di media internet tidaklah berbeda dengan iklan wisata ecotourism di media tradisional lainnya. Hal inilah yang membuat potensi internet sebagai sumber dokumen meningkat. Namun empat kriteria Scott juga perlu dipertimbangkan dalam menilai dokumen virtual ini, apakah data tersebut asli ditulis oleh orang yang berkenan, bagaimana bisa mengetahui website yang representatif untuk topik tertentu, jadi sulit untuk memahami makna dokumen virtual tanpa pengetahuan yang cukup dalam tentang seluk-beluk internet.

Realitas Dokumen

Hal yang dapat mengungkapkan maksud dari interpretasi dokumen adalah status dari dokumen tersebut. Sebuah dokumen dapat mengungkapkan sesuatu realitas sosial, jadi sebuah dokumen yang dibuat oleh sebuah organisasi dapat direpresentasikan sebagai realitas dari suatu organisasi tersebut. Seorang peneliti dapat melihat bahwa sebuah dokumen dapat mengungkapkan sesuatu yang terjadi dalam suatu organisasi dan juga budaya serta etos organisasi tersebut. Dokumen merupakan jendela menuju realitas sosial dan realitas organisasi.


(5)

Namun ada juga yang membantah hal tersebut, Atkinson dan Coffey mengatakan bahwa dilihat sebagai level berbeda dari sebuah realitas. Mereka juga menyebutkan bahwa dokumen harus diperiksa melalui konteks dimana dokumen dibuat dan jumlah pembaca yang tersirat. Dokumen juga harus dianggap terhubung dengan dokumen lain karena dokumen tersebut merupakan respon dari dokumen lain. Atkinson dan Coffey menyebut hal ini sebagai inter-textuality.

Sebuah laporan pertemuan suatu organisasi juga dapat dijadikan sebuah dokumen untuk peneliti ilmu sosial. Dalam laporan pertemuan dipastikan mereka menulis isu apa yang dibahas dan menjadi bahan pembicaraan, pendapat anggota pertemuan, dan tindakan yang harus diambil oleh seluruh anggota pertemuan. Hal ini menjadi menarik untuk peneliti sebagai cara mengungkapkan budaya organisasi, konflik dan suka cita yang terjadi antara anggota. Sebuah laporan pertemuan biasanya ditulis dengan pengawasan orang lain. Sebuah laporan pertemuan biasanya terhubung secara eksplisit maupun implisit dengan dokumen lain organisasi tersebut seperti laporan pertemuan sebelumnya, visi-misi, regulasi organisasi, dan dokumen eksternal. Menurut Atkinson dan Coffey, laporan harus diperiksa dari bahasa dan kata-kata yang digunakan.

Namun, sesungguhnya dokumen mempunyai status ontologi khusus dimana mereka membentuk realitas yang berbeda yang disebut realitas dokumen dan tidak bisa digunakan sebagai representasi yang transparan. Peneliti tidak dapat menggunakan dokumen sebagai sumber data utama saja dan tidak bisa menjadikan dokumen tersebut bukti mutlak. Dokumen harus dikenal hanya sebagai teks tertulis oleh seseorang yang punya perspektif tertentu, bukan sebagai refleksi realita. Apabila peneliti ingin menggunakan dokumen untuk menguak aspek organisasi dan operasinya, maka ia harus menopang sebuah analisa dokumen dengan data-data yang lain. Bagi beberapa peneliti, dokumen dapat menjadi sebuah fokus perhatian tapi juga penting untuk selaras dengan keberadaan dokumen dalam bagian dimana ia mempunyai peran dalam organisasi tersebut.


(6)

Menafsirkan Dokumen

Apa yang bisa dilakukan oleh peneliti apabila peneliti harus menganalisa suatu dokumen tanpa menggunakan analisis konten? Terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan yaitu analisis konten kualitatif, semiotik, dan hermeneutik. Pendekatan lain yang dapat digunakan juga discourse analysis dan juga critical discourse analysis.

1. Analisis Konten Kualitatif (Qualitative Content Analysis)

Pendekatan ini merupakan yang paling lazim digunakan dibandingkan pendekatan lainnya dalam melakukan analisis dokumen. Pendekatan ini terdiri pencarian tema pokok dalam objek yang diteliti. Ada juga yang disebut ethnographic content analysis dimana peneliti membedakan pendekatan ini dengan analisis konten kuantitatif. Dengan menggunakan ethnographic content analysis (ECA), peneliti harus memperhatikan antara konseptualisasi, kumpulan data, analisis, dan interpretasi terus-menerus dan secara teliti dibandingkan analisis konten lainnya. Peneliti dengan pendekatan ECA, ia menekankan pada konteks dimana dokumen dihasilkan, sehingga apabila kasus yang dianalisa adalah pemberitaan kasus perampokan di media koran, maka dibutuhkan apresiasi dari beberapa komunitas terkait dan juga rekan jurnalis.

2. Semiotics

Pendekatan ini lebih melihat analisis pada simbol dalam kehidupan sehari-hari dimana bisa digunakan dalam hubungan tidak hanya pada sumber dokumen namun juga dengan keseluruhan data. Terdapat beberapa unsur semiotics, yaitu: simbol, penanda dan yang diberi tanda, pengertian denotatif dan konotatif, fungsi simbol, polysemy (kualitas sebuah simbol dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara), dan kode/makna.

Pendekatan ini lebih menguak pesan-pesan tersembunyi yang ada dalam sebuah teks. Contoh dari eksekusi pendekatan ini adalah Curriculum


(7)

Vitae (CV). Dokumen berupa CV dapat diartikan berbeda bagi setiap orang, masing-masing pun mempunyai keutaman unsur berbeda. Ada beberapa orang lebih mementingkan melihat asal usul pribadi, ada juga yang lebih melihat bagaimana pengalaman organisasinya. Salah satu kekuatan dalam semiotics adalah bagaimana peneliti bisa mencoba melihat dibalik sebuah peristiwa sehari-hari.

3. Hermeneutics

Pendekatan ini mengutamakan bagaimana peneliti mengerti dan memahami sebuah teks baik secara tertentu atau teologikal. Salah satu kekuatan dari hermeneutics adalah peneliti harus coba memahami makna sebuah teks dari perspektif penulisnya. Ini memerlukan perhatian lebih pada konteks sosial dan sejarah dimana teks tersebut diciptakan. Pendekatan ini dapat dilihat sebagai strategi yang berpotensi memiliki hubungan baik dengan teks sebagai dokumen maupun aksi sosial dan fenomena non-dokumenter. Phillips, Brown, dan Forster lalu membedakan pendekatan yang digunakan untuk menginterpretasikan dokumen perusahaan yaitu dengan pendekatan critical hermeneutics. Pendekatan ini memerlukan interogasi sebuah dokumen berdasarkan pengetahuan mereka pada konteks organisasi dimana dokumen, anggota, dan peristiwa itu terjadi.


(8)

Language in Qualitative Research

Conversation Analysis

Analisis percakapan adalah salah satu cara untuk menganalisis pembicaraan yang terjadi saat interaksi dalam situasi yang natural. Pembicaraan direkam dan dibuat transkripnya, setelah itu bisa dilakukan analisis secara detil. Akar dari analisis percakapan ini berasal dari ethnomethodology. Dimana etnometodologi sendiri memandang analisis percakapan sebagai salah satu fokus perhatian.

Dua gagasan yang merupakan inti dari etnometodologi serta terkait juga dalam analisis percakapan adalah : indexicality dan reflexivity. Indeksikalitas berarti bahwa makna dari suatu tindakan yang didalam analisis percakapan disebut juga kata yang diucapkan, bergantung pada konteks penggunaannya. Refleksivitas berarti bahwa kata yang diucapkan akan sesuai dengan keadaan sosial dimana si pembicara berada.

Bukan hanya perkataan yang keluar dari pembicara yang dijadikan fokus perhatian dalam analisis percakapan, tapi bagaimana perkataan itu terjadi dalam interaksi sosial. Lebih jelasnya, maksudnya adalah bagaimana cara penyampaian suatu perkataan dalam interaksi sosial.

Assumptions of conversation analysis

Dalam melakukan analisis percakapan, pengamat akan mengenal beberapa hal signifikan yang terjadi saat pembicara berkata akan sesuatu. Penganalisis percakapan biasanya mengikuti beberapa asumsi dasar, yaitu :

1. Talk is structured

Permbicaraan anatara 2 atau lebih orang memiliki pola yang berubah-ubah. Pola yang selalu berubah itulah yang disebut struktur. Karena polanya yang selalu berubah, pengamat menghindari melakukan perkiraan terhadap apa motivasi seseorang berbicara suatu hal dan mengaitkannya dengan kepribadian orang tersebut.


(9)

2. Talk is forged contextually

Suatu pembicaraan harus dianalisis sesuai dalam konteksnya. Hal ini berarti pengamat mencari pengertian mengapa seseorang bisa berbicara seperti itu, bisa dilihat dari pembicaraan sebelumnya.

3. Analysis is grounded in data

Para penganalisis percakapan mendebatkan bahwa karakteristik dari suatu pembicaraan dan tananan sosial dimana pembicaraan tersebut berlangsung, harus diinduksi bukan dari data.

Transcription and attention to details

Dalam menganalisis percakapan, pengamat diharuskan membuat transkrip yang spesifik mengenai suatu percakapan. Pembuatan transkrip memperhatikan beberapa simbol dasar notasi (penggunaan seperti titik (.), koma (,), dsb). Memperhatikan notasi pada urutan berbicara sangat penting dan mempresentasikan bahwa peneliti sosial memperlakukan sebuat percakapan secara berbeda. Jadi, detil-detil dalam setiap urutan percakapan adalah hal utama dalam analisis percakapan. Setiap pause atau emphases dianggap sebagai detil dari suatu interaksi dan tidak bisa begitu saja diabaikan.

Some basic tools of conversation analysis

Setiap detil dari percakapan menghasilkan kemunculan akan suatu pola akan bagaimana suatu percakapan berjalan. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai ‘alat’ yang diaplikasikan dalam urutan percakapan. Beberapa hal dibawah ini semata-mata hanya untuk menunjukkan keberagaman dalam memproses analisis percakapan.

1. Turn-taking

Menurut sacks, Schegloff, dan Jefferson (1974) turn taking adalah sebuah proses dalam percakapan sebagai sistem dalam untuk mengambil alih pembicaraan.

Giliran berbicara kita alami setiap hari. Ada suatu kode alamiah bahwa setelah seseorang berbicara, temannya akan menanggapi, sehingga transisi perkataan dari satu orang ke orang lainnya berjalan lancar.


(10)

2. Adjacency pairs

Setiap pertanyaan biasanya akan diikuti dengan sbeuah jawaban. Dalam analisis percakapan terdapat hubungan antara ujaran yang satu dengan ujaran yang lainnya. Ujaran beserta responnya tersebut memiliki tata urutan otomatis

3. Preference organization

Dalam setiap percakapan, tidak semua respons (jawbaan) sesuai dengan pertayaan yang mendahuluinya. Maka dari itu, ada 2 hal terkait yaitu preferred response (respon yang diberikan petutur sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penutur) dan dispreferred response (respon yang diberkan petutur tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penutur).

4. Accounts

Accounts disini berarti perkiraan, yaitu pertimbangan akan sesuatu. Dalam setiap percakapan, seseorang akan senantiasa mempertimbangkan bagaimana dia harus menyampaikan jawaban terhadap lawan bicaranya. Misalnya saat seseorang ingin menolak undangan dari temannya, walaupun akhirnya akan menolak, namun seseorang itu mengatakan terima kasih terlebih dahulu atas undangan yang diberikan. Hal tersebut membuat hubungan antara 2 ornag yang melakukan percakapan menjadi tidak memburuk walaupun terjadi penolakan.

5. Repair mechanism

Dalam percakapan tentu saja ada hal-hal yang tidak berjalan dengan seharusnya. Kadang giliran berbicara antara dua orang tidak berjalan lancar, ada seseorang yang mendominasi. Repair mechanism berarti bahwa giliran berbicara mengalami perubahan karena salah satu dari yang melakukan percakapan tidak mengambil gilirannya. Silverman (1993:132) mencatat beberapa repair mechanism, seperti :

 Saat seseorang mulai berbicara disaat lawan bicaranya belum selesai berbicara, makan lawan bicaranya akan berhenti.

 Saat seseorang tidak menjawab pertanyaan lawan bicaranya, seseorang tersebut akan bicara lebih banyak agar lawan bicaranya akhirnya menjawab.


(11)

Discourse Analysis

Sebelum membahas tentang analisis wacana, perlu diketahui apa itu wacana. Istilah wacana dapat diartikan sebagai bahasa yang lebih luas dari kalimat atau dapat juga diartikan sebagai satuan linguistik yang lebih besar dari kalimat, misalnya percakapan lisan atau naskah tertulis.

Analisis wacana sebenarnya, analisis bahasa dalam penggunaannya, seperti yang dikatakan oleh Brown dan Yule (1984) dalam bukunya Discourse Analysis "The analysis of discourse is necessarily the analysis of language in use". Karena itu analisis wacana itu tidak mungkin dibatasi hanya pada deskripsi bentuk linguistik yang terpisah dari hubungan antar manusia. Selanjutnya Butler (1985) menambahkan bahwa studi mempelajari pola bahasa yang lebih luas dari kalimat ("the suprasetential patterning of language"). Ini bersamaan timbulnya dengan minat mempelajari bahasa, dengan keinginan untuk mempelajari apa sebenarnya yang bisa kita kerjakan dengan bahasa: bagaimana kita menggunakannya, tidak hanya untuk saling bertukar informasi, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah ("getting things done") dan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dan lain-lainnya.1

Hal tersebut diatas berasal dari ide pakar antropologi terkenal Malinowski yang pada waktu meneliti suatu suku bangsa di Pasifik selatan, sampai pada kesimpulan bahwa makna (meaning) bukan merupakan korelasi antar kata (word) dengan benda yang ditunjuk oleh kata tersebut (referent). Malinowski mengambil kesimpulan bahwa untuk mengerti makna apa yang dikatakan, kita perlu mengetahui budaya atau alasan apa yang melatar belakangi. Ide ini kemudian dikembangkan oleh Firth, seorang pakar linguistik yang berpendapat bahwa makna kata itu secara mendalam terkait dengan "the living process of persons maintaining themselves in society" (proses hidup seseorang untuk tetap bertahan di tengah-tengah masyarakat ). Coulthard (1977) mengutip apa yang dikatakan oleh Firth mengenai bahasa sebagai berikut "a way of behaving and making others behave" (suatu cara untuk menunjukan perilaku tertentu dan membuat orang lain berperilaku tertentu). Menurut Firth demikian dikatakan selanjutnya oleh Coulthard

1dikutip dari Sudijah. 1994. Analisis Wacana : Suatu Pengantar.


(12)

(1977) bahasa baru mempunyai makna dalam suatu konteks situasi tertentu (meaningful in its context of situation). Suatu ujaran 'Saya lapar' bisa dikatakan oleh seorang gelandangan yang lapar dengan tujuan untuk minta makan, atau bisa juga diucapkan oleh seorang anak balita sebagai jawaban dari perintah ibunya yang menyuruhnya segera tidur pada saat dia sedang asyik nonton TV. Pada konteks yang disebut belakangan ini ujaran tadi jelas dimaksudkan untuk mengulur waktu, mempunyai arti pragmatis yang berbeda dengan yang diucapkan dalam konteks yang pertama tadi.

Menurut Gill (2000), ada 4 tema penting dalam DA:

1. Discourse is a topic: Discourse merupakan focus dari proses menanyakan pertanyaan, bukan sekedar pembuka akses terhadap aspek sosial yang ada. 2. Language is constructive: DA adalah sebuah cara yang dianggap penting untuk

melihat sebuah realitas sosial yang khusus. Karena itu, keputusan yang dibuat harus dengan cara yang paling pantas untuk merepresentasikannya.

3. Discourse is a form of action: Menurut Gill, bahasa adalah cara untuk mencapai tujuan. Discourse seseorang dipengeruhi oleh konteks dari apa yang ingin dilakukannya.

4. Discourse is rhetorically organized: Praktisi DA menyadari bahwa DA

memperhatikan bagaiaman pandangan seseorang terhadap dunia dan bagaiaman dapat mengalahakan orang lain. Dengan kata lian, ada kesadaran bahwa kita ingin untuk melakukan persuasi terhadap orang lain ketika kita ingin menceritakan versi kita terhadap suatu acara atau apapun itu.


(13)

Critical Discourse Analysis

Critical Discourse analysis atau Analisis Wacana Kritis, menekankan pada peran suatu bahasa sebagai kekuatan sumber daya yang berhubungan dengan ideologi dan perubahan sosial-budaya. Hal menggambarkan kekhususan teori dan pendekatan Foucault (1977), yang berusaha untuk mengungkap sifat-sifat yang merepresentasikan bahasa tersebut sebagai suatu wahana untuk pelaksanaan kekuasaan melalui pembangunan praktik disiplin, seperti subjektivitas individual dan operasi pelaksanaan peraturan dan prosedur yang memungkinkan kekuasaan praktek disiplin yang memungkinkan kedisplinan diri. Seperti yand digambarkan oleh Philips dan Hardy (2002:3)

Dapat dikatakan bahwa analisis wacana kritis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang ingin dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan.

Critical Realism and the discourse of organization

Fairclogh (2005) mengatakan bahwa analisis wacana kritis berdasarkan critical realism adalah sebuah nilai khusus untuk pelajaran organisasi, terutama dalam hubungan kepada pelajaran perubahan organisasi. Fairclough mengintifikasikan empat set isu penelitian organisasi yang dengan pendekatan kritis untuk bahasan sebuah analis, yaitu:

1. Emergence : didirikan pada gagasan bahwa bahasa organisasi baru muncul melalui “reweaving” hubungan antara wacana yang ada. (2005:932)

2. Hegemony: hal ini fokus kepada bagaimana wacana tertentu menjadi hegemoni dalam organisasi tertentu dan tentang bagaimana tokoh wacana dalam strategi dikejar oleh sekelompook agen sosial untuk merubah organisasi dalam arah khusus. (2005:933)


(14)

3. Recontextualization: melibatkan identifikasi dimana wacana eksternal diinternalisasikan dalam organisasi tertentu

4. Operationalization: berfokus pada bagaimana wacana yang dioperasionalkan, berubah menjadi cara baru untuk bertindak dan berinteraksi, yang ditanamkan ke dalam cara-cara baru yang terwujud dalam organisasi.


(15)

Olah dan Analisis Data Kualitatif: Prinsip

Prinsip

Dasar (Bryman Ch. 24)

Qualitative Data Analysis

Salah satu kesulitan yang dijumpai pada penelitian kualitatif adalah dapat menghasilkan data yang sangat banyak dari kepercayaan peneliti pada field notes, interview transcripts, atau dokumen lainnya. Peneliti harus menjaga dirinya agar tidak tergoda dengan kekayaan data yang diperolehnya. Karena, terlalu banyak data yang diperoleh akan tidak efektif juga dalam menganalisis data tersebut dan malah menghasilkan analisis yang salah (analytic interruptus).

Chapter ini memiliki dua poin penting yaitu;

1. General strategies of qualitative data analysis dengan dua pendekatannya yang sering digunakan, analytic induction dan grounded theory.

2. Basic operations in qualitative data analysis yang berisi tentang pertimbangan dalam coding

Selain itu, ada juga narrative analysis yaitu pendekatan untuk analisis data pada penelitian kualitatif yang dapat digunakan pada grounded theory maupun teknik pengoperasian lainnya yang biasa digunakan oleh peneliti kualitatif dan penganalisis penelitian kualitatif.

Analytic Induction

Analytic Induction adalah pendekatan untuk menganalisis data dimana para peneliti mencari penjelasan suatu fenomena dengan meneliti data yang ia punya sampai tidak ada kasus yang tidak konsisten dengan penjelasan hipotesisnya ditemukan. Analisis induksi ini digunakan untuk mengeliminasi kasus negative dalam sebuah penelitian.

Analisis induksi dimulai dari definisi kasar dari pertanyaan penelitian yang kemudian dibangun hipotesis dari pertanyaan penelitian tersebut. Setelah dibangunnya hipotesis, kasus atau masalah tersebut diuji. Jika kasus tersebut tidak konsisten dengan hipotesis yang dikemukakan, maka hipotesis perlu didefinisi ulang agar kasus negative


(16)

dapat dieliminasi. Atau hipotesis diformulasikan ulang yang kemudian diproses dengan data yang lebih jauh

Grounded Theory

Grounded theory adalah teknik analisis data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Ada dua versi dalam grounded theory yaitu versi Glaser dan versi Strauss.

Tools of grounded theory

Theoretical sampling: Penarikan sampel yang berpedoman pada gagasan-gagasan yang signifikan pada teori yang muncul. Peneliti membuat keputusan penarikan sampel hanya untuk langkah awal saja. Begitu riset diawali, peneliti mulai menganalisis data awal, konsep baru akan muncul, kemudian peneliti bisa menerapkannya pada sampel yang berbeda situasi, latar, dan individunya.

Coding: Menguraikan data hingga menjadi bagian-bagian kecil untuk membuat kategori. Dengan kata lain, coding adalah proses pengidentifikasian dan penamaan tema atau konsep dalam tahapan analisis.

Theoretical saturation: Berhubungan dengan 2 fase dalam grounded theory, yaitu dengan coding dan pengumpulan data. Sebuah teori harus memiliki kekuatan penjelasan atau yang disebut dengan explanatory power, yaitu keterkaitan antar kategori, serta keterkaitan antara kategori dengan data.

Constant comparison: membandingkan fenomena yang telah dikoding dalam beberapa kategori agar teori-teori yang ada dalam kategori tersebut dapat menyatu.

Coding in grounded theory

Coding adalah proses penyusunan, pengorganisasian data, dan penguraian data. Proses ini meliputi review transkrip atau field notes dan pemberian nama, perincian, menyusun konsep, dan membahas kembali semuanya itu dengan cara baru. Konseptualisasi atau membangun konsep/teori berdasarkan data merupakan hal yang sangat khusus dari proses coding dalam mengembangkan suatu grounded theory.


(17)

Menurut Strauss dan Corbin (1990) terdapat 3 tipe coding, yaitu Open Coding, Axial Coding, dan Selective Coding.

Open Coding: Proses merinci, menguji, membandingkan, konseptualisasi, dan melakukan kategorisasi data

Axial Coding: Mengumpulkan data kembali bersama dengan cara baru setelah open coding, dengan memanfaatkan landasan berpikir (paradigm) coding yang meliputi kondisi-kondisi, konteks-konteks, aksi strategi-strategi interaksi dan konsekuensi-konsekuensi.

Selective Coding: Proses seleksi kategori inti, menghubungkan secara sistematis ke kategori-kategori lain, melakukan validasi hubungan-hubungan tersebut, dan dimasukkan ke dalam kategori-kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan pengembangan.

Outcomes of Grounded Theory

Berikut beberapa produk yang dihasilkan dari tahapan di grounded theory.  Concept(s)

Label (istilah/definisi) yang diberi untuk menggambarkan kejadian atau f enomena. Konsep dihasilkan selama open coding.

 Category

Konsep yang sudah diuraikan sehingga dapat dianggap untuk menggambarkan fenomena yang sesungguhnya. Kategori dapat menggolongkan dua atau lebih konsep. Kategori lebih abstrak daripada konsep.

 Properties

Atribut atau aspek dari kategori  Hyphotheses

Dugaan awal tentang hubungan diantara konsep yang ada.  Theory

Kumpulan dari kategori yang sudah berkembang, yang berhubungan secara sistematis melalui hubungan pernyataan – pernyataan untuk membentuk


(18)

kerangka teoritis yang menjelaskan fenomena lain (Strauss and Corbin, 1 998:22). Ada dua tipe teori, Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya antropologi,sosiologi, dan psikologi. Sedangkan teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya prilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, dst

Processes and outcomes in grounded theory

 Membuat pertanyaan penelitian secara general (tahap 1).

 Dilakukan teoritical sampling dari kejadian atau masyarakat yang relevan (tahap 2).

 Data – data yang relevan terkumpul (tahap 3).

 Data sudah dipisahkan, disusun, dan diatur (koding) (tahap 4), dan dapat juga dilakukan open coding untuk menghasilkan konsep (tahap 4a).

 Dilakukan Perbandingan antara indicator dan konsep yang dilakukan secara konstan (tahap 5), akan menghasilkan kategori (tahap 5a). Hal krusial dari tahap ini adalah meyakinkan ada perbedaan yang sesuai antara konsep dan indicator.  Kategori terpenuhi selama proses koding (tahap 6).

 Hubungan antara kategori diperiksa (tahap 7), dimana munculnya hipotesis tentang hubungan dari kategori – kategori tersebut.

 Data dikumpulkan lebih banyak lagi melalui theoretical sampling (tahap 8 dan 9).  Koleksi data diatur berdasarkan prinsip teoritis (tahap 10) dan dari pengujian hipotesis yang bermunculan (tahap 11), dimana akan menyebabkan adanya spesifikasi substantive theory (tahap 11a).

 Substantive teory dieksplor menggunakan proses - proses grounded theory untuk membedakan keadaan yang membuat substantive theory dihasilkan (tahap 12), agar formal theory dapat dihasilkan (tahap 12a). Formal theory akan menghubungkan dengan kategori yang lebih abstrak.

Tahap 12 relatif jarang ada di grounded theory, karena peneliti biasanya fokus pada beberapa keadaan. Formal theory dapat dihasilkan melalui penggunaan teori yang sudah ada dan penelitian pada perbandingan keandaan.

Konsep dan kategori adalah kunci dari elemen pada grounded theory. Dalam grounded theory, kategori yang dihasilkan lebih baik. Hal ini dikarenakan pada studi ini


(19)

digunakan pendekatan yang lebih menghasilkan grounded concepts daripada grounded theory.

Memos

Satu hal yang dapat membantu untuk menurunkan konsep dan kategori adalah memo. Memo dalam grounded theory adalah catatan yang mungkin diperlukan oleh peneliti, seperti elemen dari grounded theory, coding, atau konsep. Memo menjadi pengingat tentang arti dari istilah – istilah yang digunakan selama penelitian. Memo juga berpotensi untuk membantu peneliti dalam mengkristalkan ide mereka dan menjaga agar peneliti tetap dalam jalur yang seharusnya.

Mencari contoh dari grounded theory yang mengungkapkan semua aspek dan tahapan sangatlah sulit, tidak heran banyak grounded theory yang jatuh pada ilustrasi awal yang ada di Glaser and Strauss (1967). Beberapa studi menjelaskan usnur- unsurnya, namun yang lainnya tidak.

Criticisms of grounded theory

 Bulmer (1979) mempertanyakan hal – hal yang sudah ditetapkan di grounded theory. Misalnya, peneliti dapat mengesampingkan perhatian mereka terhadap teori yang bersangkutan hingga pada akhir tahap proses analisa. Hal ini terkesan tidak masuk akal bahwa perhatian peneliti dapat dikesampingkan.

 Dalam banyak kasus, peneliti dapat menjelaskan hal – hal yang mungkin saja terjadi atau implikasi pada penelitiannya. Ini seringkali membuat peneliti meremahkan penelitiannya.

 Adanya kesulitan dengan grounded theory, menginterpretasikan rekaman interview dengan objek peneliti membutuhkan waktu yang lama namun seringkali peneliti dipepet oleh deadline sehingga sulit untuk mengungkapkan analisa grounded theory.

 Terkadang diragukan apakah grounded theory benar – benar menghasilkan theory. Karena dalam grounded theory dibutuhkan pendekatan yang kuat dan teliti untuk menghasilkan konsep, namun terkadang membingungkan karena sulit untuk menentukan teori apa yang ingin digunakan dalam penelitian.

 Grounded theory masih samar – samar (kurang jelas) dalam beberapa hal. Misalnya saja dalam perbedaan konsep dan kategori.


(20)

 Grounded theory menuntun peneliti untuk menganalisa data – data yang didapatkan dengan coding datanya sehingga data terbagi menjadi beberapa bagian yang diskret. Beberapa orang menganggap hal ini akan membuat peneliti kehilangan konteks dan alur narativnya.

Basic operations in qualitative data analysis (hal – hal pengerjaan dasar)

Coding adalah titik awal dari analisis data kualitatif. Dasar – dasar pengerjaan dalam penelitian kualitatif telah dikembangkan oleh penulis dari grounded theory maupun penulis lainnya. Beberapa pertimbangan ini juga berasal dari Lofland, yaitu: Apa contoh dari kategori umum data ini?

 Mewakilkan apa data ini?  Tentang apa data ini?

 Apa contoh dari topik data ini?

 Pertanyaan apa yang seharusnya ditulis untuk topik data ini?  Mengartikan apa jawaban yang ada dalam topik data ini?  Apa yang terjadi?

 Apa yang orang – orang lakukan?

 Apa yang orang sebut tentang hal yang mereka lakukan?  Apa kejadian yang sedang berlangsung?

Steps and considerations in Coding

Berikut adalah langkah dan pertimbangan yang diperlukan yang diperlukan selama coding :

1. Lakukan proses coding secepatnya

Agar dapat memperkuat pemahaman atas data yang dimiliki, membantu dalam theoritical sampling, serta menghindari kebanjiran data yang dapat menunda analisa hingga periode terakhir pengumpulan data.

2. Baca semua transkrip, field notes, dokumen agar dapat menemukan sesuatu yang menarik dan penting untuk ditulis lagi.


(21)

3. Periksalah sekali lagi  periksa dan baca kembali transkrip, field notes, dan dokumen dengan menulis catatan kecil tentang keterangan atau observasi

4. Review  Review kode, yang mungkin berhubungan dengan transkrip yang ada. 5. Ide teoritis  pertimbangkan ide teoritis yang lebih umum dan berhubungan

dengan kode serta data. Pada tahap ini, peneliti perlu mulai untuk menghasilkan ide teoritis dari data yang ada.

6. Data seharusnya dapat di –kodekan lebih dari satu cara. 7. Lakukan coding sesuai dengan perspektif

Jangan samakan koding dengan analisa. Coding merupakan mekanisme berpikir tentang arti dari data dan mengurangi jumlah data yang bervariasi tersebut. Peneliti tetap harus memahami penemuan yang sudah didapatkannya.

Turning data into fragments

Proses penguraian data berfungsi untuk perbaikan data, namun identifikasi data asli yang sudah diuraikan juga menjadi proses yang penting. Koding bukan hanya mekanisme untuk menguraikan dan membagi data atau teks, koding dapat mengatur data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti.

Problems with coding

Masalah yang paling sering terjadi dalam pendekatan koding di analisis data kualitatif adalah peneliti mungkin saja kehilangan konteks tentang apa yang diucapkan objek penelitinya. Dengan menguraikan data yang muncul (misalnya saat interview), latar sosialnya bisa saja hilang.

Masalah kedua yang sering muncul adalah hasil dari fragmentasi data yang dilakukan, dimana alur naratif yang diucapkan objek peneliti bisa saja hilang.

Beberapa bentuk data ada yang tidak cocok dengan metode koding, peneliti ada yang mengembangkan jenis analisisnya yang berbentu analisis naratif. Namun pada kenyataannya, coding tetap digunakan oleh peneliti karena peneliti kurang tertarik untuk menggunakan pendekatan lain. Hal ini mempengaruhi interpretasi yang dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti dapat bersikap kurang objektif terhadap apa yang didengar dan dilihat.


(22)

Thematic analysis

Pendekatan yang dikenal dalam analisis data kualitatif adalah analisis tematik. Pencarian tema bagi sebagian peneliti dianggap kurang lebih sebagai kode, dimana bagi sebagian peneliti lainnya tema adalah lebih dari sekedar kode.

Untuk menentukan sebuah tema dalam analisis tematik, digunakan framework sebagai strategi penentuan tema. Framework dideskripsikan sebagai metode berbasis matriks untuk mengelompokkan dan mensintesis data, dimana peneliti melakukan konstruksi indeks untuk menentukan tema dan subtema yang nantinya akan direpresentasikan dalam bentuk matriks spreadsheet SPSS dengan menampilkan variabel dan kasus data.

What is a theme?

Tema dapat dianggap sebagai

 Kategori yang diidentifikasi berdasarkan analisa data

Menurut Ryan dan Bernard, dalam pencarian tema, ada beberapa hal yang direkomendasikan, yaitu:

 Repetitions: topic yang terjadi berulang – ulang

 Kategori atau tipologi asli: ekspresi lokal yang digunakan dengan cara yang tidak familiar

 Metafora dan analogi: partisipan mengungkapkan hal dengan cara metafora atau analogi

 Transitions: dimana suatu topic berganti

 Similarities and differences: mencari tau bagaimana si objek penelitian membahas topic dengan cara yang lain

 Linguistic connectors: menguji penggunaan kata – kata

 Missing data: mencari apa yang tidak ada di data dengan menanyakan hal ke objek penelitian

 Theory related material: menggunakan konsep sosial

Repetisi merupakan kriteria yang paling sering digunakan dalam mempertimbangkan tema. Repetisi dapat terjadi di sumber data. Repetisi harus relevan dengan fokus penelitiannya. Identifikasi tema berada pada tahap diatas coding data.


(23)

ANALISIS NARATIF

Inti dari analisis naratif adalah memahami, bagaimana cerita-cerita itu mempengaruhi pandangan dunia sekaligus identitas orang-orang yang menuturkan ataupun mendengarkannya.

Slide selanjutnya: Point pertama

 - Cerita tidak hanya membentuk manusia individual, tetapi manusia sebagai keseluruhan

point selanjutnya

 Didalam cerita terkandung sejarah dan ingatan tentang masa kecil, remaja, dewasa, sampai masa tua.

 Cerita memberi pengaruh besar dalam perkembangan kesadaran diri manusia.

 Manusia pada umumnya berkembang dengan berpijak melalui cerita. Analisis Naratif

Menurut Webster dan Metrova, narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari (baik dalam bentuk gosip, berita, fakta, analisis, dan sebagainya, karena semua itu dapat disebut sebagai ‘cerita’). Fokus penelitian dari metode ini adalah cerita-cerita yang didengarkan di dalam pengalaman kehidupan manusia sehari-hari. Di dalam cerita/narasi, kompleksitas kultural kehidupan masyarakat dapat ditangkap dan dituturkan di dalam bahasa. Dalam arti ini cerita bukan hanya menjadi cerita saja, melainkan menjadi bagian dari penelitian untuk memahami manusia dan dunianya.

Metode naratif hendak memahami kehidupan manusia yang memang penuh dengan ‘cerita’. Pendekatan ini lebih bersifat holistik, detil, dan bersifat sangat kualitatif guna memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan dengan perubahan waktu. Tentu saja bagi para ilmuwan yang menganut positivisme-saintifik (yang mempercayai


(24)

keketatan metode penelitian tradisional dan), pendekatan ini tampak tidak ilmiah. Akan tetapi tuduhan itu tidaklah tepat. Identitas manusia dibentuk dan berkembang seturut dengan cerita yang diajarkan kepadanya, sekaligus cerita yang dituturkan di dalam hidupnya. Bahkan bisa dikatakan seluruh nilai-nilai yang diajarkan (terutama di indonesia) berbasis pada tradisi oral yang mengedepankan cerita. “Narasi, dan cerita yang ditangkapnya”, “menawarkan penelitian yang memberi penegasan tentang pengertian-pengertian yang tidak dapat ditemukan oleh model penyelidikan tradisional.”

Di dalam metode naratif, pertanyaan-pertanyaan untuk penelitian yang biasa digunakan adalah;

 Cerita macam apa yang terakhir kali kau dengar?  Kapan kamu mendengarnya?

 Apa yang kamu ingat tentang cerita tersebut?

 Cerita macam apa yang terakhir kali kamu ceritakan?  Kepada siapa kamu menceritakannya?

Di dalam tulisannya WM menyatakan dua kontribusi metode naratif di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Yang pertama metode naratif membantu menegaskan sejarah dari kesadaran manusia. Metode naratif mau menganalisis cerita yang dituturkan maupun yang didengarkan orang sedari ia kecil. Namun begitu cerita tidak hanya membentuk manusia individual, tetapi juga manusia sebagai keseluruhan, yakni manusia sebagai spesies. Cerita (narasi) terkait dengan perkembangan manusia sebagai mahluk yang mampu berpikir. Ada banyak sekali cerita terkait dengan penemuan-penemuan yang sangat menentukan peradaban manusia, seperti di dalam filsafat, seni, ilmu pengetahuan, dan praktek politik-ekonomi-budaya. Di dalam cerita-cerita itu terkandung pemikiran dan nilai-nilai yang diajarkan oleh para pemikir terbesar sepanjang sejarah, seperti Hegel, Kant, Plato, Aristoteles, Marx, dan sebagainya. Ini adalah cerita mengenai perkembangan kesadaran manusia sebagai mahluk berpikir. Perkembangan yang tidak hanya memiliki sisi positif, tetapi juga sisi negatif, seperti perang, genosida, wabah, bencana alam, dan sebagainya.


(25)

Yang kedua pada level individual, menurut WM, cerita adalah cerminan dari pribadi personal setiap orang. Di dalam cerita terkandung sejarah dan ingatan tentang masa kecil, remaja, dewasa, sampai masa tua seseorang. Kita bisa dengan mudah menemukan cerita-cerita semacam ini di dalam buku-buku biografi, autobiografi, studi kasus, dan sebagainya. Di dalam filsafat pendidikannya, John Dewey menggunakan narasi (cerita) sebagai titik tolaknya. Baginya cerita memiliki pengaruh besar di dalam perkembangan kesadaran diri manusia. Tidak hanya itu baginya, masyarakat manusia pada umumnya berkembang dengan berpijak pada tradisi oral (tutur cerita) yang sangat mengedepankan pendidikan melalui cerita. Maka dari itu cerita memiliki peran yang sangat penting di dalam pembentukan cara berpikir dan karakter manusia.

Di dalam masyarakat yang memiliki tradisi oral yang sangat kuat, narasi memiliki peran penting di dalam proses pendidikan nilai. Tidak hanya itu narasi juga membentuk dimensi intelektual dan praktis dari orang-orang yang hidup di masyarakat tersebut. Narasi membentuk iklim komunikasi dan tindakan, sekaligus juga mempengaruhi dunia batin manusia yang terdiri dari pemikiran, perasaan, dan tujuan-tujuan personal dari tindakannya. Jika narasi memang memiliki peran yang begitu penting di dalam kehidupan, maka penelitian atasnya juga membantu kita untuk memperoleh pengertian lebih tentang iklim pendidikan di suatu masyarakat, baik pendidikan dalam bentuk keterampilan teknis, ataupun pendidikan yang sifatnya lebih teoritis yang sifatnya lebih membentuk pemikiran dan pandangan dunia (world view).

Analisis data sekunder

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah oleh pihak lain dan disajikan dalam bentuk table atau diagram. analisis data sekunder menggunakan data sekunder yang banyak disediakan di instansi atau lembaga-lembaga milik pemerintah atau swasta. Hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan data sekunder ini adalah pada masalah validitas dan reliabilitas data yang akan digunakan. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses penelitian menggunakan analisis data sekunder. Langkah tersebut yaitu: merumuskan masalah; menentukan unit analisis; menguji atau mengecek kembali ketersediaan data; melakukan studi pustaka; mengumpulkan data; mengolah data sekunder; menyajikan data dan memberikan interpretasi; dan menyusun laporan hasil penelitian. Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan dan kelemahan ADS. Kelebihan ADS antara lain: hemat waktu, tenaga dan biaya. Sama dengan analisis isi,


(26)

tipe penelitian ini tidak berhubungan dengan manusia sebagai objek penelitian; ADS lebih aman dilakukan atau memiliki resiko kegagalan yang sangat minim; ADS memungkinkan kita meneliti dalam jangka waktu yang sangat panjang; ADS memungkinkan kita meneliti gejala sosial secara makro; dan ADS tidak memiliki efek sosial karena objeknya bersifat pasif. Meskipun demikian, ADS juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: masalah ketersediaan data dan aksesibilitas data. Kadang kala, topik penelitian yang akan dilakukan ternyata tidak didukung data yang lengkap dan bila datanyatersedia, belum tentu data tersebut dapat diakses oleh peneliti; yang kedua adalah pada masalah validitas dan reliabilitas data.


(27)

Analyzing Data Qualitative

Data Kualitatif berbentuk dalam teks, kata tertulis, kalimat ataupun simbol yang menggambarkan orang, masyarakat, aksi dan acara dalam kehidupan sosial. Kualitatif jarang sekali berisikan studi analisis statistik. Data analisis kualitatif memiliki pendekatan yang jelas dan berisikan langkah-langkahnya. Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan antara analisis data kuantitatif dan kualitatif. PERSAMAAN

 Keduanya memiliki gaya penulisan analisis data yang sama-sama memiliki kesimpulan.

 Keduanya memiliki bentuk analisis yang didalamnya terdapat metode atau proses umum.

 Keduanya sama-sama menggunakan perbandingan sebagai pusat proses data analisis.

 Yang terakhir, keduanya sama-sama menghindari eror data, kesimpulan palsu, atau informasi yang menyesatkan.

PERBEDAAN

 Kualitatif umumnya bersifat induktif, kuantitatif bersifat deduktif.

 Kuantitatif memulai analisis data jika sudah terkumpul seluruh data yang dibuthkan dan merubahnya ke dalam bentuk angka. Kualitatif bisa dimulai dengan memeriksa pola atau hubungan sambil menyusun data.

 Peneliti kuantitatif menguji coba hipotesis yang abstrak dengan konstruksi variabel. Peneliti kualitatif menciptakan konsep dan teori baru dengan menyatukan bukti empiris dan konsep abstrak.

 Dalam analisis kuantitatif, data meliputi statistik, hipotesis dan variabel. Sementara analisis kualitatif lebih dekat dengan data mentah (belum diproses), yang berbentuk kata-kata sehingga cenderung kurang teliti, terlalu banyak menggunakan kata-kata dan mudah sekali ambigu,


(28)

Metode Data Analisis Kualitatif

Data analisis adalah pencarian pola dalam sebuah data (perilaku berulang, objek, atau badan pengetahuan. Setelah pola diidentifikasi, ia diinterpretasikan dengan teori sosial atau situasi sosial di tempatnya muncul. Kadang data menjadi membingungkan apabila terdapat beberapa bentuk data yang diambil dari bermacam level penelitian kualitatif. Analisis data meliputi eksaminasi, penyortiran, kategorisasi, evaluasi, membandingkan, mempersatukan, menganalisis, dan me-review data mentah dan terkode.

Successive Approximation

Metode ini meliputi proses berulang yang menuju analisis final. Peneliti memulai dengan oertanyaan penelitian dan asumsi serta konsep-konsep. Lalu menuju ke pencarian data, mencari tahu mengenai bukti-bukti dan melihat apakah bukti tersebut cocok dengan konsep dan data yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya peneliti membuat konsep baru dengan menyesuaikan konsep dengan bukti yang ditemukan. Setelah itu peneliti mengumpulkan bukti tambahan dan mengulangi tahapan dari awal. Metode ini dinamakan successive approximation karena konsepnya dimodifikasi dan modelnya mengaproksimasi bukti penuh, lalu dimodifikasi terus-menerus hingga menjadi lebih akurat.

The Illustrative Method

Dalam metode ini peneliti mengaplikasikan teori ke suatu situasi bersejarah atau seting sosial yang konkrit, atau singkatnya mengorganisasikan data dengan basis teori sebelumnya. Teori yang sudah ada sebelumnya dianggap sebagai kotak kosong. Peneliti melihat apakah bukti-bukti yang dikumpulkan dapat mengisi kotak tersebut. Bukti dalam kotak akan menentukan apakah teori diterima atau ditolak. Ada dua variasi metode ilustratif, yang pertama untuk menunjukkan bahwa model teori tertentu mengklarifikasi suatu kasus atau situasi. Yang kedua adalah demonstrasi paralel sebuah model dimana peneliti menggabungkan beberapa kasus.


(29)

Analytic Comparison

Perbedaannya dengan metode ilustratif adalah peneliti tidak mulai dengan kotak kosong, namun ia mengembangkan ide mengenai relasi yang berpola dari teori-teori atau induksi sebelumnya. Peneliti lalu berfokus ke beberapa pola dan membuat sebuah kontras dengan beberapa penjelasan alternatif, lalu mencari kesamaan yang tidak dibatasi setting tertentu. Ada dua macam analytic comparison:

1. Method of Agreement

Metode ini berfokus kepada atensi peneliti mengenai apa saja kesamaan yang ada diantara beberapa kasus. Peneliti berfikir bahwa beberapa kasus akan memiliki outcome yang sama, lalu mencoba mencari penyebab yang sama walaupun fitur-fitur yang ada mungkin berbeda. Lalu proses tersebut dilanjutkan dengan proses eliminasi sebanyak mungkin fitur-fitur yang tidak sama diantara kasus-kasus yang memiliki outcome sama.

2. Method of Difference

Peneliti mencari kasus yang mirip dalam beberapa hal, namun berbeda di beberapa hal penting. Peneliti lalu menunjukkan suatu set kasus dimana outcome dan fiturnya sama, dan suatu set kasus lain dimana hasil dan fiturnya berbeda. Metode ini menekankan informasi dari kasus-kasus positif (hasil dan fitur sama) dan kasus negatif (hasil dan fitur berbeda). Jadi seorang peneliti mencari kasus-kasus dimana ada banyak kesamaan fitur kausal dari kasus positif namun kurang beberapa fitur kunci dan memiliki hasil yang berbeda.

Domain Analysis

Etnografer James Spradley mengembangkan analisis domain, sebuah pendekatan yang inofatif dan komprehensif dalam menganalisi data kualitatif. Domain adalah ide terorganisisr atau konsep. Domain lalu dikombinasikan menjadi taksonomi dan tema yang lebih luas untuk menyediakan interpretasi secara menyeluruh mengenai sebuah situasi sosial atau budaya. Domain memiliki


(30)

tiga bagian: cover term atau phrase (nama dari domain), semantic relationship (bagaimana included terms cocok secara logika dengan domain), dan included terms (bagian-bagian dari domain). Sistem Spradley ini awalnya dikembangkan dengan menganalisis member argot dari penelitian lapangan, namun dapat diperluas untuk penelitian kualitatif. Ada tiga macam domain:

1. Folk Domains: mengandung istilah-istilah dari argot anggota yang ada di situasi sosial. Untuk menggunakannya, peneliti memperhatikan secara khusus bahasa dan penggunaannya. Domain menggunakan hubungan antar istilah dari argot subkultur atau dari pengguna bahasa sejarah untuk mengidentifikasi arti kultural

2. Mixed Domains: mengandung folk domain juga, namun peneliti menambahkan konsep-konsepnya sendiri

3. Analytic Domains: mengandung istilah-istilah dari peneliti dan teori sosial. Domain ini paling membantu ketika makna dalam situasi implisit, atau tidak disadari oleh partisipan. Peneliti mencari kategori bermakna dan mengidentifikasi pola dari observasi dan artefak lalu mengasosiasikan istilah terhadapnya

Enam langkah analisis domain:

1. Membaca ulang detail data di catatan

2. Mengemas ulang detail ke ide yang terorganisasi

3. Membentuk ide baru mengenai makna subjektif dari ide terorganisasi peneliti

4. Mencari hubungan diantar ide-ide dan memasukkan mereka dalam set-set dengan dasar kesamaan logis

5. Mengorganisikan ide ke kelompok yang lebih besar dengan mebandingkan dan mengkontraskan set-set ide

6. Mengorganisasi ulang dan menghubungkan kelompok-kelompok dengan tema integrasi yang lebih luas


(31)

Ideal Types (Max Weber)

Tipe ideal adalah model atau abstraksi mental mengenai relasi atau proses-proses sosial. Mereka adalah standar murni melawan data atau realita mana yang akan digunakan untuk perbandingan. Metode ini juga berkomplementer dengan metode persetujuan (method of agreement). Peneliti kualitatif menggunakan tipe ideal dalam dua cara: untuk memberikan kontras dari dampak konteks-konteks dan sebagai analogi.

Konseptualisasi dalam Penelitian Kualitatif

Sebelum melakukan pengumpulan dan analisis data, peneliti kualitatif akan mengkonseptualisasikan variabel dan menyaring konsep sebagai bagian dari proses pengukuran variabel itu sendiri. Sebagai perbandingannya, peneliti kualitatif membentuk konsep baru atau menyaring konsep yang didasarkan pada data. Formasi konsep merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis data dan dimulai selama pengumpulan data. Dengan demikian, konseptualisasi merupakan satu cara yang di dalamnya peneliti kualitatif dapat mengatur dan memahami data.

Peneliti kualitatif menganalisis data dengan mengaturnya ke dalam kategori-kategori berdasarkan tema, konsep, atau fitur serupa. Mereka mengembangkan konsep baru, merumuskan definisi konseptual, dan menguji hubungan diantara konsep-konsep. Yang akhirnya, mereka menghubungkan antara konsep satu dengan konsep lainnya dalam suatu urutan, sebagai serangkaian oposisi, atau sebagai serangkaian kategori yang sama yang mereka kaitkan ke dalam laporan atau pernyataan teoritis. Peneliti kualitatif mengkonseptualisasi atau membentuk konsep pada saat mereka membaca atau mengajukan pertanyaan kritis terhadap data (misalnya, catatan lapangan, dokumen historis, sumber sekunder). Pertanyaan dapat berasal dari kamus abstrak suatu disiplin , seperti Sosiologi, contohnya: apakah kasus ini merupakan konflik kelas? Apakah konflik peran muncul pada situasi tersebut? Apakah ini merupakan pergerakan sosial?. Pertanyaan juga dapat logis, contohnya: apa urutan kejadian


(32)

tersebut? Bagaimana kejadian tersebut terjadi dibandingkan dengan kejadian yang lain? Apakah kasus-kasus tersebut merupakan kasus yang sama atau berbeda, yang sepesifik atau umum?. Peneliti sering mengkonseptualisasi seperti mereka mengkodekan/ mencirikan data kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif, ide dan bukti merupakan hal yang saling bergantung. Hal tersebut biasanya berlaku dalam analisis studi kasus. Kasus tidak diberikan unit empiris yang dipaparkan sebelumnya atau kategori teoritis selain dari data, mereka didefinisikan oleh data dan teori. Dengan menganalisis situasi, peneliti mengatur data dan menerapkan ide secara bersama untuk membuat atau menentukan sebuah kasus. Membuat atau menentukan sebuah kasus, disebut casing, menghadirkan data dan teori secara bersamaan. Menentukan apa yang harus diperlakukan sebagai kasus, menyelesaikan ketegangan antara apa yang diamati peneliti dan ide-ide mereka tentang hal itu. Menurut Ragin (1992b:218), casing merupakan sebuah langak metodologis, dapat terjadi pada setiap tahap proses penelitian, tetapi terutama terjadi pada awal dan akhir penelitian.

Pengkodean Data Kualitatif (Coding Qualitative Data)

Peneliti kuantitatif mengkodekan data setelah semua data telah terkumpul. Mereka mengatur pengukuran variabel, yang berbentuk angka, ke dalam mesin penghitung guna mendapatkan bentuk analisis statistik. Lain halnya dalam penelitian kualitatif, pengkodean data memiliki arti dan peran yang berbeda. Peneliti mengatur data mentah menjadi kategori konseptual dan membentuk tema atau konsep, yang kemudian mereka gunakan dalam menganalisis data. Hal tersebut bukanlah tugas sederhana, pengkodean kualitatif (qualitative coding) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis data, yang dipandu oleh pertanyaan penelitian dan mengarah pada pertanyaan-pertanyaan baru dan membebaskan peneliti dari keterkaitan dalam rincian data mentah dan meliputi tingkat yang lebih tinggi mengenai hal tersebut.

Menurut Miles dan Huberman (1994:56), pengkodean adalah pemberian tag atau label untuk menugaskan unit makna terhadap informasi deskriptif atau


(33)

inferensial yang dipenuhi selama studi. Pengkodean biasanya melekat pada "potongan" dari berbagai ukuran, seperti kata, fase, kalimat atau paragraf utuh, terhubung atau tidak terhubungan dengan pengaturan khusus. Pengkodean merupakan dua kegiatan bersamaan: reduksi data mekanik dan kategorisasi analitik data.

Berikut merupakan beberapa tipe pengkodean (lihat Lofland dan Lofland, 1995:192-193, Miles dan Huberman, 1994:57-71, dan Sanjek, 1990:388-392):

1. Open Coding, yaitu pengkodean yang dilakukan selama tahap awal melalui data yang terkumpul. Selama open coding, peneliti fokus pada data mereka dan memberikan label kode untuk tema. Tidak ada perhatian mengenai pembuatan hubungan antara tema atau mengelaborasi konsep-konsep yang mewakili tema.

2. Axial Coding, pada bagian ini, peneliti memulai dengan serangkaian kode awal yang terorganisir. Dalam hal ini, mereka lebih fokus terhadap tema kode awal atau konsep pendahuluan daripada terhadap data. Kode tambahan atau ide-ide baru muncul selama tahap ini dan peneliti mencatatnya; tetapi tugas utama mereka ialah mengorganisir ide atau tema dan mengidentifikasi sumbu konsep kunci dalam analisis.

3. Selective Coding,meliputi pemindaian data (scanning data) dan kode sebelumnya. Peneliti melihat secara selektif untuk kasus-kasus yang menggambarkan tema dan membuat perbandingan dan perbedaan setelah pengumpulan data selesai.


(34)

Penulisan Memo Analitik

Penelitian kualitatif selalu berkaitan dengan penulisan catatan. Salah satunya ialah memo analitik. Memo analitik merupakan sebuah jenis catatan khusus, yang merupakan catatan atau diskusi mengenai pemikiran-pemikiran dan ide-ide mengenai proses pengkodean (coding) yang ditulis oleh peneliti untuk diri mereka sendiri.

Anda telah melihat beberapa cara peneliti kualitatif menganalisis data. Hal tersebut ditekankan pada penemuan pola, menganalisis kejadian, dan penggunaan model-model untuk menyajikan apa yang ditemukan dalam data. Dalam bagian ini, kita melihat bagaimana hal-hal yang tidak dalam data dapat menjadi penting untuk analisis

WHAT’S MISSING OR THE IMPORTANCE OF NEGATIVE EVIDENCE Anda telah melihat beberapa cara peneliti kualitatif menganalisis data. Hal tersebut ditekankan pada penemuan pola, menganalisis kejadian, dan penggunaan model-model untuk menyajikan apa yang ditemukan dalam data. Dalam bagian ini, kita melihat bagaimana hal-hal yang tidak dalam data dapat menjadi penting untuk analisis

Negative Evidence

Ini mungkin terlihat janggal untuk mencari hal-hal yang tidak terjadi, tetapi sesuatu yang tidak kelihatan dapat banyak mengungkapkan dan memberikan wawasan yang berharga. Banyak peneliti menekankan data positif dan mengabaikan sesuatu yang tidak secara eksplisit di dalam data, tetapi perlu kewaspadaan dalam ketiadaan ini juga merupakan hal yang penting. Sebagai contoh, seorang peneliti lapangan memberitahukan bahwa golongan tertentu dari orang-orang yang tidak hadir dalam suatu keadaan (misalnya, orang tua, laki-laki) atau bahwa kegiatan-kegiatan yang diharapkan tidak terjadi (misalnya, tidak ada orang yang merokok di sebuah bar). Sejarah-komparatif peneliti bertanya mengapa beberapa hal-hal yang tidak bukti (misalnya, tidak ada laporan


(35)

penyalahgunaan anak) atau mengapa kondisi sosial diabaikan (misalnya, AS memiliki tingkat kematian yang tinggi bayi untuk masyarakat industri tetapi ini bukanlah masalah umum yang utama).

Events Do Not Occur.

Beberapa kejadian yang diharapkan untuk terjadi berdasarkan pengalaman masa lalu, tapi tidak terjadi. Sebagai contoh, penelitian pada sejarah Era Progresif US progresif menemukan bahwa perusahaan-perusahaan besar tidak memveto moderat buruh dalam reformasi perundang-undangan. Seperti hak veto tersebut diharapkan setelah mereka menunjukkan permusuhan terhadap tenaga kerja selama bertahun-tahun namun yang terjadi justru sebaliknya.

Population Not Aware of Events.

Beberapa kegiatan atau peristiwa tidak diperhatikan oleh keadaan orang-orang disekelilingnya sehingga ditulis dokumen sekunder oleh para peneliti. Sebagai contoh, pada satu waktu fakta bahwa posisi pekerjaan bagi perempuan yang berpendidikan dalam sebuah perusahaan hanyalah untuk bagian administrasi hal tersebut tidak terlihat sebagai isu masalah gender. Sampai tumbuh kesadaran masyarakat seksisme dan kesetaraan gender, yang melihat praktek tersebut sebagai pemabatasan peluang bagi perempuan.

Population Wants to Hide Events

Orang-orang mungkin berbuat kesalahan dalam menggambarkan peristiwa untuk melindungi diri sendiri atau orang lain. Sebagai contoh, para golongan atas sering menolak untuk mendiskusikan perilaku yang tidak etis dan mungkin menghancurkan dokumen atau berpegang dari akses publik untuk jangka panjang. Demikian juga, selama bertahun-tahun, kasus inses sebagian tidak dilaporkan karena hal tersebut adalah pelanggaran serius dan merupakan hal yang ditabukan.


(36)

Overlook Commonplace Events

Acara rutin sehari-hari, menetapkan harapan dan membuat sikap yang diambil untuk diberikan. Sebagai contoh, program televisi begitu sering muncul dalam percakapan yang mereka jarang diperhatikan. Karena kebanyakan orang memiliki seperangkat TV dan menonton TV secara teratur, hanya seseorang yang jarang menonton televisi atau yang adalah seorang analis yang mungkin berhati-hati dalam melihat topik. Atau seorang peneliti mengamati suatu masa di mana perilaku umum perokok merokok.

Effects of Researcher’s Preconceived Notions

Peneliti harus berhati-hati untuk tidak membiarkan kerangka teoritis mereka sebelumnya atau praduga buta mereka bertentangan peristiwa dalam suasana sosial. Kuat pengertian sebelumnya dimana tempat untuk melihat dan data relevan dapat menghambat seorang peneliti dari memperhatikan ketentuan-ketentuan atau bukt-bukti yang tidak kuat. Peneliti harus berhati-hati untuk tidak membiarkan kerangka teoritis mereka sebelumnya atau praduga buta mereka bertentangan peristiwa dalam suasana sosial. Kuat pengertian sebelumnya dimana tempat untuk melihat dan data apa relevan dapat menghambat seorang peneliti dari memperhatikan ketentuan-ketentuan atau disconfirming bukti. Sebagai contoh, seorang peneliti mengharapkan konflik kekerasan antara pecandu narkoba dan anak-anak mereka dan pemberitahuan itu segera, tapi gagal melihat bahwa mereka juga berusaha untuk membentuk suatu hubungan kasih sayang.

Unconscious Non reporting

Beberapa kegiatan yang tampaknya tidak signifikan dan tidak layak yang dilaporkan dalam pikiran seorang peneliti. Namun, jika rinci pengamatan yang direkam, mempraktekkan kritis catatan mencari kasus negatif dapat mengungkapkan peristiwa diabaikan. Sebagai contoh, pada awalnya seorang peneliti tidak menganggap acara rekreasi di perusahaan hal yang penting. Namun, setelah mempraktekkan catatan data dan pertimbangan cermat, dia menyadari


(37)

bahwa mereka memainkan peran simbolis penting dalam membangun rasa komunitas.

Conscious Non reporting.

Peneliti dapat menghilangkan aspek-aspek pengaturan melindungi individu atau hubungan dalam pengaturan. Masalah yang lebih serius adalah sebuah pelanggaran etika. Hal ini terjadi ketika seorang peneliti gagal untuk menyajikan bukti-bukti yang tidak mendukung nya atau argumen atau penafsiran data. Peneliti harus menyajikan bukti-bukti yang mendukung dan melemahkan untuk mengkonfirmasi penafsiran. Pembaca dapat kemudian menimbang kedua jenis bukti dan menilai dukungan untuk interpretasi peneliti

Limitation by Omission

Peneliti kualitatif harus peka untuk perbedaan ras, jenis kelamin dan usia, dan divisi sosial utama lainnya. Termasuk semua sudut pandang peneliti, interpretasi nya mungkin berbeda. Ketika terlibat dalam analisis data, seorang peneliti perlu bertanya: apa sudut pandang tidak sedang dipertimbangkan? Apa Apakah peristiwa terlihat seperti dari titik acuan semua bagian dari masyarakat? DIAGRAM DAN ALAT LAIN

Penelitian kuantitatif menggunakan komputer untuk menganalisis data statistik. Data sering disajikan dalam bentuk diagram, tabel, dan grafik. Para peneliti telah melakukan kemajuan dengan mengadopsi teknologi pemerosesan informasi baru dan melakukan beragam grafik atau diagram untuk menyajikan analisis data.

Sebaliknya, peneliti kualitatif mengandalkan catatan, memo, file dan teknologi dari abad kesembilan belas dalam dekade terakhir, bagaimanapun, peneliti kualitatif telah mulai untuk memasukkan diagram dan representasi analisis bergambar dan menggunakan komputer untuk analisis data.


(38)

Diagram dan data kualitatif

Penelitian kualitatif telah bergerak menuju ringkasan kalimat analisis data dalam bentuk diagram dan grafik. Mereka memiliki banyak cara untuk menyajikan analisis data. Diagram dan grafik membantu mereka menyusun ide-ide dan sistematis menyelidiki hubungan dalam data, serta mengkomunikasikan hasil-hasil untuk pembaca. Peneliti pertama menggunakan peta spasial atau temporal, tipologi, atau sociograms. Sebagai contoh, dalam studinya tentang bisbol Little League. Baik digunakan sociograms untuk menyajikan hubungan sosial di antara para pemain. Demikian juga, analisis domain Spradley yang membuat ekstensif menggunakan taksonomi.

Peneliti kuantitatif telah mengembangkan banyak grafik, tabel, dan perangkat bergambar untuk menyajikan informasi. Peneliti kualitatif mulai melakukan hal yang sama. Miles dan Huberman (1994) menjelaskan presentasi visual dari data kualitatif. Mereka berpendapat bahwa tampilan data merupakan bagian penting dari analisis kualitatif. Selain taksonomi, peta, dan daftar, mereka menyarankan penggunaan diagram alur, bagan organisasi, diagram kausal, dan berbagai daftar dan grid untuk menggambarkan analisis ( lihat Gambar 16.4 ). Sebuah contoh dari diagram untuk membantu analisis kualitatif ditemukan dalam studi politik lingkungan Jepang Broadbent ( 1989a, 1989b ). Dia menciptakan satu set 24 kotak kecil dalam sebuah tabel untuk menganalisa dan mempresentasikan hasil. Enam kelompok politik yang berbeda (misalnya, partai politik, serikat, kepentingan bisnis, legislatif ) diberi nama di bagian atas, dan empat tingkat atau arena konflik politik (nasional, prefektur, kota, lingkungan ) terdaftar atas dan ke bawah sisi meja untuk membentuk 24 kotak. Dengan demikian, setiap kotak mewakili tindakan kelompok politik pada tingkat tertentu atau dalam satu arena politik. Broadbent menarik anak panah di antara kotak dalam urutan pembentukan koalisi, konflik politik, atau upaya pengaruh politik antara kelompok-kelompok di tingkat yang berbeda berdasarkan peristiwa tertentu dan tindakan politik.


(39)

FIGURE 16.4

Outcroppings

Banyak peneliti kualitatif beroperasi pada asumsi bahwa bukti empiris mereka berkumpul adalah terkait dengan kedua ide-ide teoritis dan struktur bawah realitas diamati. Hubungan, dimodelkan pada Gambar 16.5 menunjukkan bahwa sebuah data Peneliti itu dari diamati, kenyataannya permukaan hanya contoh dari apa yang terjadi pada terlihat, tingkat permukaan. Peneliti menggunakan data untuk menghasilkan dan mengevaluasi teori dan generalisasi. Pada saat yang sama, ia menganggap bahwa di bawah permukaan luar realitas berbohong struktur yang lebih dalam sosial atau hubungan.

(Sam) Priest

(Susie) Counselor

Homeless Shelter

Clinic Police

Dept.

Hospital (Jamie) Nurse Halfway


(40)

Ada banyak hal yang kita tidak bisa mengamati secara langsung dalam dunia sosial. Kita tidak bisa mengamati hubungan cinta yang mendalam antara dua orang. Kita bisa melihat manifestasinya luar dalam ciuman, perbuatan spesifik kasih sayang, dan tindakan kebaikan. Demikian juga, kita tidak bisa langsung mengamati struktur sosial seperti kelas sosial. Kita bisa melihat tanda-tanda lahiriah dalam perbedaan dalam cara orang bertindak, asumsi karir mereka, harta benda mereka, dan sebagainya. Kadang-kadang, kita disesatkan oleh pengamatan luar. Peneliti menggunakan analisis data kualitatif untuk memeriksa dan mengatur data yang dapat diobservasi sehingga ide-ide dan teori-teori tentang dunia sosial mereka tidak hanya mencerminkan tingkat permukaan realitas, tetapi yang lebih penting, struktur yang lebih dalam dan kekuatan yang mungkin berada tak terlihat di bawah permukaan.

KESIMPULAN

Dalam bab ini, Anda telah belajar bagaimana peneliti menganalisis data kualitatif. Dalam banyak hal, data yang menyebutkan statusnya tative lebih sulit untuk menangani dari data dalam bentuk angka. Bilangan memiliki sifat matematika yang memungkinkan peneliti menggunakan prosedur statistik. Analisis kualitatif membutuhkan usaha lebih oleh seorang peneliti individu untuk membaca dan membaca ulang catatan data, merefleksikan apa yang dibaca, dan membuat perbandingan berdasarkan logika dan pertimbangan.

Sebagian besar bentuk analisis data kualitatif melibatkan coding dan menulis memo analitik. Keduanya upaya laborintensive oleh peneliti untuk membaca atas data hati-hati dan berpikir tentang mereka serius. Selain itu, Anda belajar tentang metode yang peneliti telah digunakan untuk analisis data kualitatif. Mereka adalah sampie dari banyak metode analisis data kualitatif. Anda juga ieamed tentang pentingnya berpikir tentang bukti negatif dan kejadian yang tidak hadir dalam data.


(41)

MASALAH ETIS DAN POLITIK DI PENELITIAN SOSIAL PENDAHULUAN

Dalam bab ini, akan belajar tentang etika dan politik penelitian sosial. Peneliti menghadapi banyak dilema etika dan harus memutuskan bagaimana harus bertindak. Masalah etika adalah masalah, dilema, dan konflik yang timbul akibat cara yang tepat untuk melakukan penelitian.

Standar untuk penelitian etis ketat daripada yang di banyak daerah lain masyarakat (misalnya, agen penagihan, departemen kepolisian, pengiklan).

MASALAH ETIS DAN INDIVIDU PENELITI Individu Peneliti

Etika dimulai dan diakhiri oleh peneliti. Mereka menentukan siapa yang akan diselidiki, untuk tujuan apa, bagaimana, untuk apa"(Sagarin, 1973:63).

Mengapa Jadi Etis?

Ada beberapa penghargaan yang tersedia untuk penelitian etis. Para peneliti yang berorientasi pada peran profesional mereka, yang berkomitmen untuk etos ilmiah, dan yang berinteraksi secara teratur dengan peneliti lain cenderung bertindak athically.

Scientific Misconduct. Komunitas riset dan lembaga pemerintah bahwa penelitian menentang perilaku tidak etis yang disebut perbuatan ilmiah, yang meliputi penipuan penelitian dan plagiarisme.

Research Fraud. Terjadi ketika seorang peneliti palsu atau menciptakan data yang tidak benar-benar dikumpulkan, atau secara tidak melaporkan bagaimana penelitian dilakukan.

Plagiarism. Penipuan yang terjadi ketika seorang peneliti mencuri ide-ide atau tulisan lain atau menggunakan mereka tanpa mengutip sumber.


(42)

Unethical but Legal. Perilaku mungkin tidak etis tapi tidak melanggar hukum. Namun demikian, itu jelas tidak etis sesuai dengan standar perilaku profesional (see Figure 17.1untuk hubungan antara tindakan hukum dan moral).

Kekuatan

HUBUNGAN ANTARA PENELITI DAN SUBYEK ATAU KARYAWAN-BANTUAN MELIBATKAN KEKUASAAN DAN KEPERCAYAAN.

ISUETISYANGMELIBATKANSUBYEKPENELITIAN

PENELITIAN ETIKA MEMERLUKAN KESEIMBANGAN NILAI MEMAJUKAN PENGETAHUAN TERHADAP NILAI NON CAMPUR TANGAN DALAM KEHIDUPAN ORANG LAIN.

Asal Usul Perlindungan Subyek Manusia

Keprihatinan atas perlakuan terhadap subjek penelitian muncul setelah wahyu pelanggaran berat hak asasi manusia atas nama ilmu pengetahuan.

Contoh-contoh pelanggaran yang jelas dari standar etika: Subyek ditawarkan kerusakan fisik permanen dan mereka tidak memberikan persetujuan secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

baik moral dan hukum

hanya ilegal Hanya

bermoral tidak bermoral

dan ilegal Mungkin

tidak etis

Mungkin tidak etis Etis


(43)

Membahayakan fisik, Penyalahgunaan psikologis, stres, atau bahaya hukum Physical Harm. A straight foward ehical principle is that researchers should not cause physical harm.

Psychological Abuse, stress, or loss of selfesteem. Risiko kerusakan fisik jarang terjadi pada penelitian sosial, namun para peneliti sosial dapat menempatkan orang-orang dalam stres, memalukan, kecemasan memproduksi, atau tidak menyenangkan situasi Peneliti mempelajari bagaimana orang menanggapi kehidupan nyata, sangat kecemasan memproduksi situasi dengan menempatkan subjek dalam situasi realistis ketidaknyamanan psikologis atau stres.

Legal Harm. A researher is responsible for protecting subjects from increased risk of arrest. For example, the U.S. Departement of justice provides written waivers for researches studying criminal behavior.

Other Harm to Subjects. Seorang peneliti harus mengevaluasi setiap kasus, mempertimbangkan potensi bahaya terhadap potensi keuntungan, dan memikul tanggung jawab atas keputusan tersebut.

Ethical And Political Issues In Social Reseach Deception

Apakah ada yang pernah mengatakan bahwa dengan berbohong boleh dalam mendapatkan sesuatu? Bagaimana perasaan anda tentang hal itu? Dalam penelitian sosial mengikuti prinsip sukarela dalam penelitian, tidak pernah memaksa siapapun untuk berpartisipasi dalam penelitian sosial. Dan jangan membohongi siapapun kecuali diperlukan dan satu-satunya cara untuk mencapai tujuan penelitian yang sah. Orang-orang yang berpartisipasi dalam penelitian sosial harus secara eksplisit setuju untuk berpartisipasi. Dikatakan penipuan adalah ketika peneliti berbohong atau membohongi orang-orang yang terlibat dalam penelitian tetapi masih ada cara lain untuk mecapai tujuan penelitiannya tersebut. Berbohong diperbolehkan bila tidak ada cara lagi dan hanya satu-satunya dan harus memiliki tujuan yang spesifik dan metodologis.


(1)

Tidak ada bahaya yang akan menimpa pada pertisipan (jika ada resiko

bahaya, akan dijelaskan lebih rinci)

Rahasia partisipan akan dilindungi (langkah-langkah perlindungan rahasia

partisipan harus dilampirkan secara spesifik)

Keterbatasan Model Informed Consent Pada Penelitian Kualitatif

Pendekatan informed consent sangat berguna untuk menentukan batas-batas etika

bagi peneliti. Sayangnya, informed consent ini lebih cenderung pada penelitian

kuantitatif yang survey pertanyaannya telah didesain dari sampel yang memiliki

sedikit variasi untuk satu responden dan responden lainnya. Permasalahan dalam

penelitian kualitatif adalah terkadang pertanyaan pada wawancara, terutama pada

wawancara mendalam yang pertanyaannya muncul secara spontan didasarkan

pada komentar dari responden. Karena peneliti tidak mengetahui arah wawancara

akan seperti apa, sulit untuk menginformasikan respondent secara utuh mengenai

fokus penelitian. Secara umum, dalam konteks penelitian kualitatif, dua faktor

yang menghalangi implementasi penuh pedoman informed consent:

1.

Kemungkinan sulit untuk mendefinisikan dengan tepat karakteristik dan

jumlah peserta penelitian.

2.

Fokus pada penelitan dan pertanyaan penelitian yang terkait mungkin

mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

Secara keseluruhan, penelitian quantitatif lebih mudah untuk menggunakan

informed consent karena penelitian quantitative didasarkan pada teori dan

hipotesa sehingga peneliti bisa lebih mudah untuk memberitahu tujuan penelitian

kepada responden. Sedangkan penelitian kualititatif lebih sulit untuk benar-benar

menginformasikan reseponden mengenai tujuan dan arah yang spesifik dari

pertanyaan pada awal penelitian.


(2)

Peran Peneliti dan Para Audiens

Agar peneliti dapat memasukkan unsur-unsur personal atau politik, maka terdapat

tiga peran yang dapat dilakukan menurut Silvermann yaitu:

1. Scholarilmu yang didapat digunakan untuk kepentingan peneliti itu sendiri

berdasarkan prinsip-prinsip moralnya.

2. State Counselorbisa dipandang sebagai teknisi sosial yang membantu

birokrasi negara dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih baik.

3. PartisanPeneliti yang berpartisipasi pada praktek politik.

Tipe-tipe audiens:

academic colleaguesmengharapkan teoritis, factual atau wawasan metodologis

policymakersmengharapkan informasi praktis yang relevan dengan isu-isu

kebijakan saat ini

practitionersmengharapkan kerangka teoritis untuk memahami klien yang lebih

baik, informasi faktual, saran praktis untuk prosedur yang lebih baik, reformasi

praktik yang ada

the general publicmengharapkan fakta-fakta baru, pedoman untuk bagaimana

mengelola lebih baik atau mendapatkan layanan yang lebih baik dari praktisi atau

lembaga.


(3)

WRITING

Menulis adalah sebuah kegiatan yang hampir semua orang lakukan setiap harinya, dimana pun dan kapanpun kita bisa menulis, seperti di email, social media, menulis pesan dll. Tak jarang dari hal menulis tersebut dapat membuat dampak positif dan negative yang dapat menyebabkan penulisan dalam penelitian terhalang.

Dalam bab ini akan dibahas semua agar pembaca dapat mengerti penulisan yang baik dan benar itu seperti apa dan bagaimananya dan dapat membedakan laporan penulisan untuk kualitatif dan penulisan untuk kuantitatif.

The Basics of Writing

Pada dasarnya menulis adalah proses kegiatan yang kita lakukan melalui kreatifitas dan keunikan yang muncul dari diri kita masing-masing bahkan bisa melalui proses penggabungan dari beberapa orang, meskipun menulis dapat dilakukan dengan pikiran masing-masing tetapi dalam prosesnya menulis sendiri harus memiliki tekhnik yang bagus. Seperti contoh: menulis puisi, menulis ulang berita, apabila kita tidak memiliki tekhnik kita tidak bisa mengerjakannya secara maksimal dan benar, karena tujuan utama menulis agar pembaca dapat mengerti apa yang mereka tulis.

Tanpa skill/keahlian dalam menulis orang akan cenderung tidak dapat mengembangan potensi kreatifnya.

Audience

Bagaimana caranya dari tulisan yang kita buat, audience atau target dapat mengerti dan jelas tentang tulisan yang kita buat. Untuk memenuhi target akhir supaya laporan akhir dapat di baca oelh target dengan jelas. Saat proses penulisan sebaiknya menvisualisasikan audience agar pembaca nantinya akan mengerti dengan apa yang dimaksutkan. Karena pemikiran orang satu dengan yang liannya tidak sama.


(4)

Momentum

Ketika kita melakukan penulisan, kita mempunyai momentum pergerakan pada diri kita sendiri, seperti proses penulisan dan pengertian dari yang tadi nya samar-samar akan suatu kejadian yang akan dituliskan menjadi jelas.

The Quantitative Approach

Unsur unsur numeric yang sangat melekat dengan penelitian kuantitatif juga turut berperan dalam membentuk sebuah metode dan standar pendekatan yang digunakan dalam penulisan dan analisis data. Analisis ini pun berdasar dengan teknik teknik statistic dan data yang tercantum dalam sebuah table sehingga tulisan dapat terangkum dan lebih mudah ditangkap dan dimengerti pembaca dengan adanya highlights isi penting dari table tersebut. Sebagai contoh, peneliti dapat memaparkan table distribusi responden dan presentase data yang ia peroleh dari narasumber agar lebih sistematis dan mudah diinterpretasikan.

Dengan demikian, pendekatan kuantitatif ini dapat diorganisasikan sebagai berikut: 1. Penjabaran masalah dan hipotesis penelitian

2. Deskripsi metode penelitian dan metode pengumpulan dan analisis data 3. Presentasi data berupa numeric yang didistribusikan dalam sebuah table

4. Menyimpulkan dan membuat rangkuman serta poin penting dari kemungkinan yang akan terjadi dan berkaitan dengan topic yang dibahas.

The Qualitative Approach

Pendekatan kualitatif dalam penulisan ini cenderung menjawab pertanyaan sebuah penelitian menggunakan pendekatan empiris dan mengandalkan informasi dan penelitiannya dengan penggunaan data data yang deskriptif sehingga penulisannya cenderung bersifat penjabaran sebuah topic yang dihasilkan peneliti melalu berbagai metode seperti wawancara atau participant observation. Sebagai contoh sebuah teks kualitatif analisis teksnya cenderung dimulai dengan deskripsi latar belakang yang sekaligus menampilkan tahapan dari latar belakang pengumpulan data oleh peneliti tersebut. Hal yang terpenting dalam pendekatan ini dalam penulisan ialah bagaimana pendekatan ini lebih menjelaskan sebuah data dengan deskripsi yang detail dan elaborasi


(5)

tpoik dan permasalahan yang ada di lapangan dan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang sedang dibuat.

Styles Of Presenting Qualitative Research Papers

Banyak sekali tipe dan gaya dalam penulisan dalam sebuah penelitian kualitatif. Peneliti cenderung memiliki gaya penelitian dan penulisannya sendiri yang masing masing merepresentasikan konsep yang berbeda beda terutama para etnografer yang menulis hasil penelitian dan wawancaranya dengan set karakter,plot, dan latar yang spesifik sehingga hasil penelitian dapat terlihat lebih maksimal dan mendalam. Wawancara mendalam juga menghasilkan hasil penulisan yang harus dianalisis lebih sempurna agar tetap menjadi sebuah hasil yang memiliki reliabilitas yang lebih tinggi dan menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirancang sebelumnya.

MORALITY PRODUCTION AND THE APPARATUS OF RULING

(disini dimana peneliti memberikan ringkasan dan kesimpulan yang mereka dapatkan) Menulis papaer dengan cara ini bukan berarti anda bisa melewatkan bagian-bagian penting yang menjadi standart penelitian ex: Latar belakang, metode penelitian, analisis dan kesimpulan. Tema dari paper yang terorganisasi dengan baik memberikan beberapa keuntungan yatu memberikan kamu kesempatan untuk memprioritaskan konsep yang kamu pilih. Heading yang disediakan akanmenyediakan informasi substansial dalam sebuah penelitian, bisa membantu mengarahkan pembaca untuk mengehtahui apa isu spesifik yang diteliti, mengarahkan pembaca untuk mengehtahui apa yang akan didiskusikan selanjutnya.


(6)

Story-Driven Models

Beberapa sosiolog kualitatif menganggap bahwa menulis merupakan sebuah story telling, mempresentasikan penelitian mereka, menonjolkan deskripsi karakter mereka, menampilkan “scene” dalam data yang mereka kumpulkan dll. Dalam model ini, penyaji menjadi pusat dari narrative/cerita penelitian. Sebagai contoh sebagai berikut :

Telling and peforming personal stories : The constraints of choice in abotrion

(judul berdasarkan latar belakang dari topik penelitian dan prosedur yang diambil) The story

Scene 1 : The pregnancy Test and the Test of Pregnancy Scene 2 : Making the Decicion

Scene 3 ; Dealing with the Decision Scene 4 : The preabortion Procedure Scene 5 : The Abortion

Epilogue

Seperti yang dilihat pada contoh, model ini tidak mengikuri standart penulisan peneliatian. Ini menyebabkan beberapa kontroversi tentang bagaimana cara merepresentasikan pengalaman sosial yang dirasakan . Namun bebrapa etnograver tetap menggunakan model ini untuk melaporkan pengalaman mereka.

3 poin penting tentang menulis penelitian

1.

Tanyakan pertanyaan yang berguna dalam penelitian

2.

Jangan menuliskan hasil penelitian dan data yang dikumpulkan secara

terpisah dalam paper peneitian

3.

Pelajari bagaimana cara menyeimbangkan waktu antara menulis hasil

penelitian dengan mengumpulkan data.