antara tanaman dengan kelas umur akan dilanjutkkan dengan menggunakan rancangan DMRT Duncan’s Multiple Range Test Sastrosupadi, 2000.
Hipotesis yang akan diuji adalah terdapat perbedaan respon jenis klon Eucalyptus spp. turunan E. grandis x E. urophylla terhadap infeksi
Phaeophleospora sp.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Isolasi dan Identifikasi Phaeophleospora sp.
Fungi Phaeophleospora sp. didapatkan dengan mengambil sampel daun berpenyakit pada areal pembibitan PT Toba Pulp Lestari, Tbk, Kecamatan
Parmaksian. Pengambilan sampel daun berpenyakit dilakukan dengan menjadikan buku panduan A Manual of Diseases of Eucalypts in South-East Asia Old et al.,
2003 sebagai pedoman lalu membandingkannya dengan gejala penyakit yang timbul pada daun pada tanaman di areal pembibitan. Gejala yang ditunjukkan
berupa bercak daun berwarna kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada bagian permukaan bawah daun.
Untuk genus fungi Phaeophleospora, jenis Phaeophleospora epicoccoides dan Phaeophleospora destructans merupakan fungi yang paling banyak
menyerang tanaman Eukaliptus di areal pembibitan ini Wingfield, 2006. Gejala yang ditimbulkan kedua jenis fungi ini juga tidak jauh berbeda, hal ini sesuai
dengan pernyataan Andjic, et al. 2007 bahwa gejala infeksi yang disebabkan oleh P. epicoccoides, P. eucalypti dan P. destructans hampir identik dan sering
terjadi kesalahan
analisis, tergantung
pada inang dan iklim.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Pembibitan Eukaliptus di TPL yang terinfeksi penyakit daun
Sampel daun berpenyakit dibawa ke laboratorium Bioteknologi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk kemudian
dibiakkan. Hasil dari biakan murni tersebut didapatlah fungi Phaeophleospora sp., yang tampilan makroskopisnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tampilan makroskopis Phaeophleospora sp. pada media PDA
Biakan murni fungi Phaeophleospora sp. memiliki penampilan berwarna merah muda pink, pertumbuhannya lambat, teksturnya seperti berbulu dan tebal,
serta penyebarannya merata ke segala arah. Ciri-ciri biakan murni ini sesuai dengan salah satu jenis fungi Phaeophleospora sp. yang dikemukakan oleh
Burgess et al. 2004 bahwa P. destructans berwarna kemerahmudaan, pertumbuhannya lambat, dan agak lembut.
Universitas Sumatera Utara
Selain pengamatan makroskopis, dilakukan juga pengamatan mikroskopis terhadap biakan murni. Pengamatan mikroskopis dilakukan untuk memastikan
apakah biakan murni yang kita dapat memang benar jenis Phaeophleospora sp. yang kita inginkan. Pengamatan dilakukan dengan memerhatikan bentuk konidia
lalu membandingkannya dengan sumber literatur-literatur yang ada. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengamatan mikroskopis Phaeophleospora sp.
No. Katerangan Karakteristik Mikroskopis
biakan murni Karakteristik Mikroskopis
Phaeophleospora sp.
1 Spora
Sumber: First Report of Phaeophleospora destructans in China Burgess, et al., 2004
Hasil pengamatan mikroskopis pada biakan murni Phaeophleospora sp. menunjukkan bahwa sporanya berbatang panjang, bersepta dua, dan tampilannya
tipis. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Burgess et al. 2004 tentang fungi Phaeophleospora destructans, bahwa spora Phaeophleospora destructans
berbentuk panjang dan tipis. Spora memiliki dimensi rata-rata 40,1 x 2,4 µm dan bersepta 1-2. Jadi, melalui pengamatan makroskopis dan mikroskopis yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa biakan murni yang ditemukan adalah jenis Phaeophleospora destructans.
Berikut taksonomi dari Phaeophleospora destructans
Universitas Sumatera Utara
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Ordo : Capnodiales
Family : Mycosphaerellaceae
Genus : Phaeophleospora
Species : Phaeophleospora destructans M.J. Wingfield Crous, 1996
2. Gejala Penyakit Phaeophlespora sp. pada Tanaman Eucalyptus spp.