28
terpuji. Baginya, seorang ahli hukum haruslah seorang yang kebal terhadap segala rayuan iblis, dan di depan Allah SWT hukum merupakan masalah
yang penting. Muhammadlah orang yang pertamakali mendirikan persemakmuran Islam ketika beliau hijrah ke Madinah. Persemakmuran itu
sendiri terdiri dari kaum Yahudi, Muslim, dan penduduk kota Madinah lainnya, sedangkan Muhammad tetap menjadi pemimpinnya sampai
meninggal dunia.
3. Model Negara Madinah
Sementara itu, Muhammad saw selalu melakukan keadilan, dan jika beliau sedang tidak berada di Madinah, dilimpahkanlah fungsi peradilan itu
kepada orang-orang Madinah yang terpelajar dan menguasai agama Islam. Dia mengeluarkan serangkaian perintah kepada para pejabat negara, dan
dengan demikian telah mengarahkan sebagai abdi masyarakat, untuk melaksanakan
keadilan dalam
masyarakat. Pejabat-pejabat
itu diperintahkan untuk selalu tidak menutup pintu dari masyarakat namun
justru membukanya untuk mendengarkan keluhan mereka. Mereka dipesan untuk selalu bersikap ramah dalam menangani segala persoalan, untuk
selalu memegang teguh iman, moral kebenaran dan kesopanan, dan untuk tidak menerima selain yang menjadi hak-haknya. Pejabat-pejabat itu dipilih
untuk menjalankan fungsi-fungsi dalam pemerintahan berdasarkan prestasi, integritas, prilaku mereka yang semua itu berakar pada rasa keadilan.
Salah satu hal yang kiranya patut dikaji dari periode ini adalah bagaimana mekanisme pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang
menyangkut kepentingan bersama pada waktu itu. Dalam hal ini, dari mekanisme pengambilan keputusan akan dapat diketahui tentang berapa
jauh anggota-anggota masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan urusan kenegaraan dan tentang siapa yang memiliki kata akhir.
Yang patut dikaji adalah dalam mekanisme pengambilan keputusan, Muhammad saw selalu mengembangkan budaya musyawarah dikalangan
para sahabatnya. Beliau sendiri, meskipun seorang Rasul, amat gemar
29
berkonsultasi dengan para pengikutnya dalam soal-soal kemasyarakatan. Namun, dalam prakteknya Muhammad tidak hanya mengikuti satu pola saja,
karena sering beliau bermusyawarah hanya dengan beberapa sahabat senior. Di sisi lain, tidak jarang juga beliau hanya meminta pertimbangan
dari orang-orang yang ahli dalam hal yang dipersoalkan atau profesional. Selanjutnya, terkadang pula beliau melemparkan masalah-masalah kepada
pertemuan yang lebih besar, khususnya masalah yang mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat.
Di Madinah, Muhammad juga memperkenalkan departemen al- Muzhalim yang mempunyai wewenang khusus untuk membawa pihak-pihak
yang diperkarakan, yakni Mutazhalimun, ke arah keadilan, dan mencegah masing-masing pihak dari pengelakan tuntutan dengan menanamkan rasa
hormat dan segan pada diri mereka. Beliau menerapkan yuridiksi tersebut dalam berbagai kasus termasuk sengketa pengairan sawah. Keputusan-
keputusannya menjadi suatu peraturan dan preseden bagi proses-proses selanjutnya. Muhammad saw juga memberi perhatian khusus kepada
penyelenggaraan keadilan dan dengan demikian meletakkan prinsip-prinsip yang positif bagi keadilan yang utuh dan efisien serta tidak memihak. Dia
melakukan semuanya sama di depan hukum seperti dalam semangat Islam dan meletakkan kewajiban-kewajiban para hakim untuk mengatasi semua
jenis kasus perdata, pidana maupun militer.
4. Sikap Terhadap Kaum Yahudi dan Nasrani