Piagam Madinah Islam di Madinah 1. Konsolidasi dengan Beberapa Kelompok

26 strategi untuk memerangi Makkah, karena Yatsrib berada di jalur darat antara Makkah dan Syria. Muhammad menyerbu karavan-karavan Makkah. Muhammad memberikan ketentuan-ketentuan yang meringankan suku-suku Quraisy, dan dia mensucikan Ka‟bah dan haji dengan memasukkan ke dalam institusi Islam.

2. Piagam Madinah

Tidak lama setelah Muhammad menetap di Madinah, atau menurut sementara ahli sejarah belum cukup dua tahun dari kedatangan Muhammad di kota itu, beliau mempermaklumkan suatu piagam yang mengatur kehidupan dan hubungan antara komunitas-komunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat yang majemuk di Madinah. Piagam tersebut lebih dikenal sebagai Piagam Madinah. Banyak di antara pemimpin dan pakar ilmu politik Islam beranggapan bahwa Piagam Madinah adalah konstitusi atau undang-undang dasar bagi negara Islam yang pertama dan yang didirikan oleh Muhammad di Madinah. Diketahui bahwa, sebagaimana di Makkah, di Madinah juga tidak ada pemimpin dan belum ada negara, apalagi tentara, polisi, atau birokrasi. Bahkan lembaga musyawarah seperti malaa atau senat sebagaimana di Makah tidak dijumpai di Madinah. Di Madinah masing-masing suku mempunyai aturan sendiri sehingga suku-suku itu saling bermusuhan satu sama lain yang banyak menimbulkan pertumpahan darah. Di samping itu, hukum-hukum suku yang berlaku di masyarakat menimbulkan banyak masalah, sehingga hukum yang sejalan dengan situasi yang berubah sebenarnya sangatlah diperlukan. Oleh karena itu, sebagai Nabi dan pemimpin masyarakat Madinah, Muhammad harus memenuhi fungsi-fungsi tersebut. Selanjutnya, Muhammad mulai menghadapi tugas-tugas berat, karena harus membentuk masyarakat bersatu yang terdiri dari berbagai suku atau kelompok yang ada di Madinah. Untuk itu, dibuatlah susunan konstitusi yang terdiri dari berbagai pasal yang bisa mencakup semua kelompok dan kepentingan mereka, yang kemudian disebut dengan Piagam 27 Madinah. Jadi, yang dibangun Muhammad adalah sebuah konfederasi dari berbagai suku atau kelompok. Mengenai konstitusi ini Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishak berkata bahwa Nabi Muhammad membuat kesepakatan antara kaum Muhajirin dan Anshar, termasuk di dalamnya kaum Yahudi. Mereka, yaitu kaum Yahudi, diperbolehkan menjalankan agama mereka dan tetap memiliki harta mereka. Beberapa syarat ditetapkan untuk mereka, dan mereka diperbolehkan mengajukan beberapa syarat. Piagam ini dimulai dengan nama Tuhan, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah tulisan Nabi Muhammad antara orang-orang mukmin dan orang-orang Muslim Quraisy dan Yatsrib Madinah dan mereka yang mengukuti mereka dan berperang bersama-sama mereka. Mereka adalah masyarakat tunggal yang berbeda dengan umat lain. Kaum Yahudi akan membantu kaum Muslim jika ada perang. Kaum Yahudi dari bani Auf menjadi satu ummah dengan kaum Muslim. Kaum Yahudi menjalankan agama mereka, demikian pula dengan kaum Muslimin termasuk di dalamnya para budak. Dapat dilihat bahwa Muhammad mengizinkan warga non-Muslim di kota ini untuk menjalankan keyakinan mereka dan hidup berdampingan dengan umat beliau asalkan mau menghargai ketentuan-ketentuan dalam perjanjian dan tidak membahayakan keamanan Madinah atau bersekongkol dengan musuh Muhammad. Dengan demikian, Muhammad mengakui otonomi penuh bagi suku- suku Madinah, baik yang menerima agama baru Islam maupun yang tidak. Kaum pagan Madinah juga diberikan setatus yang sama. Sementara itu, manakala situasinya memungkinkan, suku-suku setempat diizinkan untuk menjamin suasana aman dan terkendali sesuai dengan cara masing- masing. Karena yang terpenting bagi Muhammad adalah mendapatkan persetujuan mereka untuk membentuk semacam konfederasi yang terdiri dari bermacam-macam unsur masyarakat Madinah. Untuk situasi saat itu, menciptakan sebuah komunitas umat adalah lebih penting daripada membentuk sebuah negara. Pasalnya, kondisi sosial Madinah memang belum memungkinkan untuk upaya semacam itu. Di sisi lain, jika dilihat tentang sikap Muhammad saw terhadap pengkajian dan penyelenggaraan hukum merupakan sikap yang paling 28 terpuji. Baginya, seorang ahli hukum haruslah seorang yang kebal terhadap segala rayuan iblis, dan di depan Allah SWT hukum merupakan masalah yang penting. Muhammadlah orang yang pertamakali mendirikan persemakmuran Islam ketika beliau hijrah ke Madinah. Persemakmuran itu sendiri terdiri dari kaum Yahudi, Muslim, dan penduduk kota Madinah lainnya, sedangkan Muhammad tetap menjadi pemimpinnya sampai meninggal dunia.

3. Model Negara Madinah