Analisis Losses Jaringan Distr ibusi Primer 20 Kv Ar ea Lhokseumawe……………………………..……..Zamzami
50
tegangan swing bus
1
V
telah ditetapkan maka tegangan pada bus 2 yaitu,
2
V
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 10 seperti persamaan 11
berikut :
K
k k
k
V Y
V jQ
P Y
V
1 2
2 2
2 22
2
1
…..11
2.4 Sistem Distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah
Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen diperlukan suatu
jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan transmisi dan jaringan distribusi sistem
tegangan menengah dan tegangan rendah. Dalam sistem distribusi pokok permasalahan tegangan
muncul karena konsumen memakai peralatan dengan tegangan yang besarnya sudah ditentukan. Jika
tegangan sistem terlalu tinggirendah sehingga melawati
batas-batas toleransi
maka akan
mengganggu dan selanjutnya merusak peralatan konsumen.
Masalah utama yang lain dalam sistem tenaga listrik adalah bagaimana mengatasi gangguan
dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga listrik terdapat dalam sistem distribusi
jaringan tegangan menengah atau juga disebut jaringan distribusi primer sedangkan jaringan
distribusi sekunder disebut jaringan tegangan rendah. Gangguan pada saluran udara tegangan menengah
jumlahnya lebih banyak dan kebanyakan lebih bersifat temporer sedangkan pada kabel tanah jumlah
gangguan lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat permanen. Oleh karenanya banyak dipakai penutup
balik Recloser untuk SUTM [1].
2.5 Sistem Radial
Gambar 2. Jaringan tegangan menengah dengan konfigurasi radial
Pada Gambar 2, mengGambarkan jaringan tegangan menengah berupa feeder- feeder radial yang
keluar dari GI. Sepanjang setiap feeder terdapat transformator-
transformator distribusi
yang dilengkapi dengan pemutus. Transformator distribusi
diletakan sedekat mungkin dengan beban sehingga pada umumnya terletak di dalam kota apabila yang
dilayani kota bukan desa. Dilain pihak sering didapat kesulitan untuk meletakkan GI didalam kota karena
masalah izin tanah untuk SUTT dan untuk bangunan GI. Untuk mengatasi hal ini dapat dibangun Gardu
Hubung GH seperti pada Gambar 3 dibawah ini
Gambar 3. GI dan GH dalam jaringan tegangan menengah
Antara GI dan GH umumnya dihubungkan oleh dua saluran tegangan menengah yang dilengkapi
dengan relay selektif agar kalau salah satu saluran terganggu ada satu saluran yang beroperasi.
Kelemahan dari sistem radial ini adalah apabila terjadi pemadaman dipenyulang utama maka semua
penyulang akan padam karena hanya mempunyai satu sumber. Keunggulan dari sistem radial ini adalah
lebih mudah, murah dan tidak mempunyai sistem yang rumit.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada sistem distribusi primer 20 kV area Lhokseumawe. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Tabel 1 dan 2. Data ini diperoleh dari PT.
PLN Persero Cabang Lhokseumawe khususnya yang berhubungan dengan data dari jaringan
distribusi
primer sistem
kelistrikan area
Lhokseumawe. Penelitian ini memanfaatkan Software Power World Simulator dengan metode Gauss-Seidel
untuk simulasi aliran daya. Selanjutnya dalam proses ini dapat memberikan data besarnya losses pada
jaringan distribusi primer 20 kV area Lhokseumawe.
Tabel 1. Data Beban GI Lhokseumawe
NO GIGH
Beban P MW
Q MVAr
1 Lhokseumawe
35.711 22.14082
2 Lhoksukon
4.525 2.8055
3 Panton Labu
5.040 3.1248
4 Cunda
11.849 7.34638
5 Hagu
4.924 3.05288
6 Krueng Geukuh
6.073 3.76526
7 Cot Trueng
0.65 0.403
8 Ganda Pura
8.045 4.9879
Analisis Losses Jaringan Distr ibusi Primer 20 Kv Ar ea Lhokseumawe……………………………..……..Zamzami
51
Tabel 2. Data saluran dari GI Lhokseumawe ke Bus
Dari-ke Panjang
km Z1Ohm per km
Total Ohm Total PU
R X
R X
R X
GI - Cunda 20,22
0.1251 0,0946
2,53 1,913
0,19 0,143
GI - Lhoksukon 20.9
0.2162 0.331
4,519 6,901
0,339 0,518
GI – Krueng Geukuh 8,17
0,1344 0,3158
1,098 2,580
0,082 0,194
GI – Panton Labu 43,03
0,2162 0,3305
9,303 14,221
0,698 1,067
Cunda – Hagu 3,84
0,1344 0,3158
0,516 1,212
0,039 0,091
Krueng Geukuh – Cot Trueng 10,59
0,1344 0,3158
1,423 3,344
0,107 0,251
Cot Trueng – Ganda Pura 14,98
0,2162 0,3305
3,239 4,951
0,243 0,371
Lhoksukon – Panton Labu 20,93
0.2162 0.3305
4,525 6,917
0,339 0,519
Untuk menyelesaikan penelitian ini dapat dibuat langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1. Membuat konsfigurasi jaringan yang akan
diteliti. 2.
Memasukkan nilai parameter jaringan nilai R dan X pada saluran antar bus.
3. Memasukkan nilai tegangan pada masing-
masing bus. 4.
Memasukkan nilai daya P dan Q pembangkit. 5.
Memasukkan nilai beban P dan Q. 6.
Proses simulasi dilakukan dengan menggunakan Software
Power World
Simulator dan
perhitungan dengan metode Gauss-Seidel. 7.
Menghitung besarnya losses pada saluran antar bus.
Diagram alir penelitian diperlihatkan pada Gambar 4, berikut ini:
Gambar 4. Diagram alir penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN