Studi Tata Ulang Letak Transformator Pada Jaringan Distribusi 20 KV Aplikasi PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur

(1)

TUGAS AKHIR

“STUDI TATA ULANG LETAK TRANSFORMATOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV APLIKASI PT.PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR”

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Jurusan Teknik Elektro Sub jurusan Teknik Energi Elektrik

Oleh

Raja Putra Sitepu

Nim : 080402068

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013 This image cannot currently be display ed.


(2)

ABSTRAK

Letak transformator pada jaringan distribusi memiliki keterkaitan dengan besar jatuh tegangan, semakin jauh letak transformator tersebut maka jatuh tegangan semakin besar. Sedangkan seperti yang kita pahami bahwa, tegangan listrik merupakan salah satu besaran yang sangat penting diperhatikan, baik dari sisi pembangkitan, penyaluran, maupun distribusi tenaga listrik. Dimana pada penyaluran tenaga listrik, mulai dari pembangkit tenaga listrik, penyaluran atau transmisi, sampai kepada konsumen dari tenaga listrik baik Konsumen tegangan distribusi skala menengah, maupun sampai kepada tegangan rendah sudah memiliki standar tegangan yang diatur. Namun, terdapat suatu persoalan, yakni penyaluran tenaga listrik memiliki jarak yang cukup jauh dari Gardu Induk (GI) untuk sampai kepada konsumen tenaga listrik, yang juga tentunya konsumsi energi yang oleh konsumen menimbulkan arus listrik yang cukup besar, sehingga terdapat regulasi tegangan yang relatif cukup besar dari saluran ke konsumen. Memang tidak dipungkiri, pada faktanya terdapat tranformator distribusi, tetapi jaraknya cukup jauh dari Gardu Induk (GI) sehingga hal ini membuat terjadi voltage drop (jatuh tegangan) yang diterima sisi primer transformator distribusi melebihi dari standar yang ditetapkan sehingga perlu ditata ulang berdasarkan analisa yang akan dilakukan terhadap panjang saluran dari distribusi primer dengan mengatur letak transformator distribusi agar kinerja transformator distribusi sesuai standar yang diizinkan. Dalam hal ini, juga membahas Power Losses (Rugi – Rugi Daya) dimana aplikasi penelitian dilakukan pada Gardu Induk (GI) Paya Geli sampai pada transformator distribusi pada PT. PLN (Rayon Binjai Timur) .


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia dan rahmatnya yang selalu baru, pengetahuan, dan penuntunannya selama Penulis melaksanakan studi hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi Penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tugas akhir ini adalah :

“STUDI TATA ULANG LETAK TRANSFORMATOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV APLIKASI PT.PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR”

Selama masa kuliah hingga masa penyelesaian tugas akhir ini, Penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati, Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua Penulis, Drs. M. Karo – Karo Sitepu dan A. Br Tarigan Gersang yang senantiasa memberi dukungan, kasih yang tiada tara, dan doa yang tiada henti – hentinya selama hidup penulis.

2. Kakak – kakakku, Dianta Delela,SE,S.Pd; Neta Andaria; Darlina Wati, Amk ; Wanti Siti Asih, Amk; Emy Martina, S.Pd; Eli Nurcahaya, Amk; Emanda Susila, S.Pd; Pelita Rehulina, S.Pd, turut dengan abang – abang ipar saya Daniel Sembiring,S.Pd; Yakin Sembiring; Abdi Sejahtera Bangun; Rijal Perangin – Angin; Tuah Karina Ginting, yang memberi dorongan dan motivasi selalu.

3. Keponakan Penulis, Edward, David, Aurora, Esterlina, Helen Adina Tasya, Adven Sahbrema, Grace Adina, Angel Patrisia, Amelia, Wira Pratama, dan Jedi Febrian, dimana melihat mereka membuat penulis menjadi bertambah semangat.

4. Abangku Chana Marike Sitepu yang memberi banyak didikan kepada Penulis.


(4)

5. Manager Udiklat PLN, Pak Hari Sutopo yang dijadikan Sitepu, sehingga Penulis menganggap seperti Orang Tua Sendiri, Superviser Pengajaran Udiklat PLN, Pak Urbanus Sirait, Pak Alkifli, Kak Sinta, Kak Dwi, dan seluruh pegawai di Udiklat Tuntungan yang tidak dapat diucapkan satu-persatu, yang memberi tempat dan pengarahan kepada Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Dekan Fakultas Teknik, Pak Prof. Bustami Syam yang secara langsung memberi semangat dan doa kepada Penulis, demikian juga dengan Pembantu Dekan III, Pak Ahmad Perwira Tarigan, yang juga memberi semangat dan doanya, begitu juga kepercayaan – kepercayaan terhadap tanggung jawab oleh Beliau – Beliau.

7. Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si , yang selalu memberi semangat, kepercayaan layaknya seperti Orang Tua sendiri.

8. Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Rahmad Fauzi, S.T.,M.T., yang selalu memberi semangat, kepercayaan, dan pengajaran sebagai event organizer yang layaknya seperti Orang Tua sendiri.

9. Bapak Ir. Eddy Warman, M.T, selaku dosen pembimbing Penulis yang senantiasa meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10.Bapak Ir. T. Ahri Bahriun, selaku dosen wali Penulis selama menyelesaikan pendidikan di Depertemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang memberi perhatian, waktu, dorongan, kepada Penulis dalam menyelesaikan studi.

11.Seluruh Staff Pengajar dan pegawai Departemen Teknik Elektro FT- USU yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.

12.Bapak pegawai di PLN Rayon Binjai Timur, begitu juga PLN Area Binjai, yang memberi izin kepada penulis melakukan penelitian di tempat tersebut, tidak terlepas juga buat abanganda Supenson yang bekerja di PLN Area Binjai, yang banyak memberi masukan kepada penulis.


(5)

13.Teman – Teman AOC (Event Organizer), Antonius Siswanto, Dedi Harianto Panjaitan, Elvis P. Sinaga, Junaidi Sipayung.

14.Seluruh teman – teman Stambuk 2008 yang telah bersama menoreh kenangan.

15.Teman – Teman Fakultas Teknik yang telah bersama melakukan aksi sosial peduli gunung sinabung.

16.IMKA FT yang berharap dihidupkan kembali dan Penulis sangat yakin itu akan bangkit kembali dengan rasa kebersamaan, kesatuan hati, dan saling menghargai satu dengan lainnya.

17.Adik – adik Teknik Elektro FT- USU stambuk 2013 , kenangan sewaktu melakukan kegiatan bersih – bersih Fakultas Teknik USU, yang tidak akan bisa dilupakan, tetap jaga kekompakan kalian dek, terkhusus buat adikku Maria Anastasia Perangin – Angin dan Yohana, dimana saat tangan saya terkena benda tajam, adikku ini langsung tanggap, kalian tetap dihatiku. 18.Teman – Teman Permata El-Shadday Runggun Simpang Glugur yang

memberi doa dan semangat.

19.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, yang berarti tugas akhir ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2013

Raja Putra Sitepu NIM. 080402068

DAFTAR ISI


(6)

ABSTRAK ... .i

KATA PENGANTAR ... .ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... .viii

DAFTAR TABEL ... .ix

TUGAS AKHIR ... .1

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 4

BAB II. Tinjaun Pustaka ... .5

2.1 Sistem Distribusi ... 5

2.1.1 Jenis Sistem Distribusi ... 7

2.1.1.1 Distribusi Primer ... 8

2.1.1.2 Distribusi Sekunder ... 11

2.2 Gardu Distribusi ... 17

2.3 Sistem Tiga Fasa ... 18

2.3.1 Hubungan Bintang (Y,wye) ... 19

2.3.2 Hubungan Segitiga ... 20

2.4 Daya dalam Sistem Tiga Fasa ... 20

2.5. Rugi – Rugi Daya ... 22

BAB III Metodologi Penelitian ... 26

3.1. Peninjauan Letak Ulang Transformator Distribusi pada Saluran Distribusi ... 26

3.2. Prinsip Kerja Transformator ... 28

3.2.1 Umum ... 28

3.2.2. Keadaan Transformator Tanpa Beban ... 29

3.2.3 Keadaan Transformator Berbeban ... 30

3.3 Rugi – Rugi pada Transformator ... 31


(7)

3.3.2 Rugi Besi (Pi) ... 32

3.4 Konstruksi Transformator ... 33

3.5 Spesipikasi Umum Tegangan Primer Transformator Distribusi ... 35

3.6 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Transformator Distribusi .. 36

3.7 Spesifikasi Umum Penyadapan (Tapping) Transformator Distribusi ... 36

3.8. Spesifikasi Umum Daya Pengenal Transformator Distribusi ... 37

3.9 Spesifikasi Umum Rugi – Rugi Transformator Distribusi ... 37

3.10. Regulasi Tegangan Transformator Distribusi ... 38

3.11 Efisiensi Transformator Distribusi ... 38

BAB IV Hasil dan Analisa Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan pada sisi 20 kV ... 39

4.1 Umum ... 39

4.2 Persamaan – Persamaan yang Diaplikasikan dalam Analisa Perhitungan ... 40

4.2.1 Perhitungan Besar Arus pada Sisi Primer Transformator ... 40

4.2.2 Perhitungan Resistansi dan Induktansi Keseluruhan dari Saluran Primer yang menuju Transformator... 41

4.2.3 Perhitungan Jatuh Tegangan pada Jaringan Distribusi Primer .. 42

4.2.4 Perhitungan Rugi – Rugi pada Jaringan Distribusi Primer ... 43

4.2.5 Perhitungan Persentase Tegangan Jatuh pada Saluran Distribusi Primer ... 44

4.2.6 Perhitungan Besar Arus Daya Output Transformator ... 44

4.2.7 Perhitungan Besar Efisiensi Transformator ... 44

4.3 Metoda Pengambilan Data Transformator Distribusi ... 45

4.4 Data Hasil Ukur Kva dan Dimensi Saluran Distribusi Primer yang disalurkan dari Gardu Induk Paya Geli menuju PT.PLN (Persero) Rayon Binjai Timur ... 46


(8)

4.5.1 Analisa Data Jatuh Tegangan pada Sisi Primer Transformator

pada Waktu Beban Puncak (WBP) ... 57

BAB V Penutup ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR GAMBAR


(9)

Gambar 2.1. Proses dari Sistem Tenaga Listrik Mulai dari Pembangkit...6

Gambar 2.2.Konfigurasi Jaringan Radial...8

Gambar 2.3. Konfigurasi Sistem Loop...9

Gambar 2.4. Konfigurasi Sistem Spindel...10

Gambar 2.5. Konfigurasi Sistem Tie Line (Hantaran Hubung)...10

Gambar 2.6. Sambungan Pemakai Besar dengan Gardu Distribusi sendiri...10

Gambar 2.7. Penggunaan Satu Gardu Distribusi untuk sejumlah pemakai...13

Gambar 2.8. Bangking Sekunder dengan Dua Gardu Distribusi dihubungkan Juga pada sisi Tegangan Rendah...14

Gambar 2.9. Jaringan Sekunder Tegangan Rendah ... ...16

Gambar 2.10. Gardu Trafo Distribusi ... ...17

Gambar 2.11. Sistem Tiga Fasa ... ...18

Gambar 2.12. Hubungan Bintang (Y,wye) ... ...19

Gambar 2.13. Hubungan Segitiga (delta, Δ, D) ... ...20

Gambar 3.1.(a) Gambar Konstruksi transformator tanpa beban...29

Gambar 3.1.(b) Gambar Vektor diagram transformator tanpa beban...29

Gambar 3.2. Gambar Konstruksi Transformator dalam keadaan berbeban...30

Gambar 3.3. Blok Diagram Rugi – Rugi pada transsfomator...31

Gambar 3.4. Konstruksi Transformator tipe inti...33

Gambar 3.5. Konstruksi lempengan logam inti...34

Gambar 3.6. Transformator tipe cangkang...34

Gambar 3.7. Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E,Idan F...35

DAFTAR TABEL


(10)

Tabel 3.1. Nilai Daya Pengenal Transformator distribusi ... ...37 Tabel 3.2. Nilai Rugi – Rugi Transformator Distribusi ... ...37 Tabel 4.1. Konstanta Jaringan /SPLN 64 Tahun 1985 yang

digunakan pada Penyulang Paya Geli ... ...46 Tabel 4.2. Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli ke PT. PLN (Persero)

Rayon Binjai Timur ... ...47 Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Tranformator Distribusi pada

PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur dari penyulang Paya Geli...51 Tabel 4.4. Analisa Data Tegangan Jatuh pada Saluran Distribusi Primer

Dari Gardu Induk Paya Geli sampai pada transformator Distribusi

(Rayon Binjai Timur) Pada Saat Beban Puncak...59  

BAB I PENDAHULUAN


(11)

ABSTRAK

Letak transformator pada jaringan distribusi memiliki keterkaitan dengan besar jatuh tegangan, semakin jauh letak transformator tersebut maka jatuh tegangan semakin besar. Sedangkan seperti yang kita pahami bahwa, tegangan listrik merupakan salah satu besaran yang sangat penting diperhatikan, baik dari sisi pembangkitan, penyaluran, maupun distribusi tenaga listrik. Dimana pada penyaluran tenaga listrik, mulai dari pembangkit tenaga listrik, penyaluran atau transmisi, sampai kepada konsumen dari tenaga listrik baik Konsumen tegangan distribusi skala menengah, maupun sampai kepada tegangan rendah sudah memiliki standar tegangan yang diatur. Namun, terdapat suatu persoalan, yakni penyaluran tenaga listrik memiliki jarak yang cukup jauh dari Gardu Induk (GI) untuk sampai kepada konsumen tenaga listrik, yang juga tentunya konsumsi energi yang oleh konsumen menimbulkan arus listrik yang cukup besar, sehingga terdapat regulasi tegangan yang relatif cukup besar dari saluran ke konsumen. Memang tidak dipungkiri, pada faktanya terdapat tranformator distribusi, tetapi jaraknya cukup jauh dari Gardu Induk (GI) sehingga hal ini membuat terjadi voltage drop (jatuh tegangan) yang diterima sisi primer transformator distribusi melebihi dari standar yang ditetapkan sehingga perlu ditata ulang berdasarkan analisa yang akan dilakukan terhadap panjang saluran dari distribusi primer dengan mengatur letak transformator distribusi agar kinerja transformator distribusi sesuai standar yang diizinkan. Dalam hal ini, juga membahas Power Losses (Rugi – Rugi Daya) dimana aplikasi penelitian dilakukan pada Gardu Induk (GI) Paya Geli sampai pada transformator distribusi pada PT. PLN (Rayon Binjai Timur) .


(12)

1.1. Latar Belakang

Pada era sekarang ini umumnya letak dari pusat – pusat pembangkit tenaga listik jauh dari pusat beban salah satu penyebabnya adalah kebutuhan akan energi listrik ini sudah menjadi kebutuhan primer dimana kebutuhan energi listrik terus meningkat sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk maupun tingkat pendapatan perkapita dari penduduk, sehingga terus diupayakan mencari sumber pembangkit listrik yang pada umumnya letaknya jauh dari pusat beban.

Letak Pusat pembangkit dengan Pusat beban yang jauh sudah tentu mengakibatkan kerugian yang relatif besar dalam penyaluran tenaga listrik. Kerugian yang diperoleh disebabkan oleh saluran pendistribusian tenaga listrik yang cukup panjang yang menimbulkan Drop Voltage (Tegangan Jatuh) sepanjang saluran yang dilalui tenaga listrik.

Berbagai persoalan pokok yang dihadapi dalam pengoperasian sistem tenaga listrik adalah : pengaturan frekuensi, pemeliharaan peralatan,biaya operasi, perkembangan sistem,gangguan dalam sistem, dan tegangan dalam sistem.

Dalam tugas akhir ini membahas khusus terhadap tegangan sistem agar sesuai dengan standar dari PT.PLN (Persero) yakni tegangan jatuh pada saat pembebanan tidak lebih dari 5% yang selanjutnya dilakukan studi tata ulang peletakkan dari transformator dari yang sudah ada terinstalasi pada jaringan sistem distribusi primer.

Dari panjang saluran distribusi mulai dari Gardu Induk baik menuju transformator distribusi maupun mulai dari Transformator Distribusi menuju ke konsumen dapat menyebabkan Voltage Drop (Tegangan Jatuh) yang cukup besar dengan kata lain transformator distribusi yang diletakkan terlalu jauh dari konsumen akan menyebabkan voltage drop yang besar sehingga tegangan pada konsumen menjadi turun, bila jarak antara transformator terlalu jauh dengan beban yang akan di layani yang besar dan tentu saja menyebabkan kinerja dari transformator distribusi menjadi kurang maksimal. Dengan persoalan ini, oleh sebab itu diperlukan evaluasi dan rekondisi dengan mempertimbangkan point – point perencanaan seperti Voltage Drop yang masih dapat di berikan toleransi dan kontiniutas pelayanan listrik yang berdampak optimasi pada jaringan yang dilalui tenaga listrik.


(13)

Memang pada transformator distribusi terdapat tap changer yang merupakan alat bantu utama dari sebuah transformator yang memungkinkan transformator tersebut mempunyai variasi perbandingan belitan untuk mendapatkan tegangan sekunder tertentu pada saat tegangan primernya berubah.

Tap changer biasanya ditempatkan pada sisi tegangan tinggi dari transformator karena pertimbangan arus lebih rendah dan variasi tegangannya lebih luas. Tap Changer dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban maupun dalam keadaan tidak berbeban tergantung pada jenisnya.

Akan tetapi, seperti prinsip keteknikan bahwa kriteria suatu peralatan harus terjangkau atau ekonomis dan juga handal merupakan hal yang sangat penting perhatikan. Tap Changer dimana pada transformator distribusi menggunakan off load tap changer juga mempunyai suatu kekurangan yang harus ditumpu dengan teknik yang mendukung lainnya sehingga didapat perpaduan agar kontiniutas pelayanan listrik tetap terjaga dengan kualitas penyaluran daya yang baik, yakni pengaturan tata letak transformator distribusi yang sesuai.

Adapun yang menjadi kekurangan yang terjadi pada tap changer sehingga perlu adanya tumpuan teknik lainnya dalam mengatasi jatuh tegangan ialah karena

1. sering terjadi kerusakan pada beberapa bagian mekanik tap changer. Hal ini disebabkan karena pengaruh tap changer yang senantiasa selalu bergerak.

2. fenomena – fenomena yang terjadi sering menyebabkan kerentanan tap changer terhadap beberapa permasalahan, sehingga tap changer memerlukan sistem pengaman yang lebih.

3. jika terjadi kerusakan parah seperti retakan atau patahan pada tap changer, maka perbaikan terhadap tap changer akan cenderung susah untuk dilakukan bahkan mungkin tap changer harus diganti dengan yang baru. Harga tap changer cendrung lebih mahal.

Oleh karena itu, perlu diadakan analisa untuk penentuan letak transformator distribusi sehingga dapat dikatakan menjadi saling berkoordinasi dengan tap changer dan juga tentunya dengan penentuan letak dari transformator yang dianalisa ini dapat


(14)

membuat kinerja dari tap changer lebih dapat diminimalisasi sehingga kehandalan dari tap changer ataupun lifetime-nya menjadi bertambah,sehinga dapat menjadi ekonomis.

Dalam hal ini tugas akhir ini, berfokus pada saluran distribusi primer pada PT. PLN (PERSERO) Rayon Binjai Timur, sehingga secara penelitian, peneliti membahas persoalan ini yang dikarenakan berdasarkan pengamatan dari peneliti secara sementara berhubung peneliti berdomisili di daerah yang dilayani PT. PLN (PERSERO) Rayon Binjai Timur, tegangan jatuhnya melebihi 5% sehingga harapan kedepannya dapat diaplikasikan oleh PT. PLN (PERSERO) khususnya Rayon Binjai Timur.

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan membuat analisa dan perhitungan rugi – rugi dan tegangan jatuh pada penyulang (Feeder) yang kemudian disesuaikan dengan perhitungan berdasarkan Voltage Drop (Tegangan Jatuh) yang sesuai standar PT. PLN (Persero), dan upaya untuk mendapatkan hal tersebut adalah diperlukan suatu letak dari saluran yang sesuai dengan penempatan dari transformator distribusi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa tegangan jatuh pada saluran distribusi dari GI Paya Geli sampai pada transformator distribusi (Rayon Binjai Timur) pada saat beban puncak.

2. Berapa rugi – rugi daya pada saluran saluran distribusi dari GI Paya Geli sampai pada transformator distribusi (Rayon Binjai Timur) pada saat beban puncak.

3. Dimana penempatan transformator distribusi untuk transformator distribusi yang tegangan jatuh pada sisi primernya lebih besar dari standar PT. PLN (PERSERO).


(15)

Agar isi dan pembahasan Tugas Akhir ini menjadi terarah dan dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Hanya membahas tegangan jatuh pada saluran distribusi primer yang dilihat dari

panjang saluran distribusi primer dari GI sampai pada transformator distribusi. 2. Tidak membahas tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi sekunder.

3. Pembahasan tegangan jatuh hanya pada saluran GI Binjai menuju PT. PLN (PERSERO) Rayon Binjai Timur.

4. Tidak Membahas faktor ketidakseimbangan beban.

5. Transformator pada hal ini yang digunakan adalah transformator tiga Phase. 6. Tidak membahas tentang sistem proteksi.

1.4. Tujuan

Mengoptimalkan kinerja transformator distribusi dengan cara mengatur agar jatuh tegangan pada saluran distribusi tidak melebihi standar dari PT. PLN (PERSERO) pada umumnya dan pada saluran distribusi PT. PLN (PERSERO) Rayon Binjai Timur untuk memberi penyaluran tenaga listrik yang baik bagi konsumen.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Distribusi

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi) dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang termasuk ke dalam sistem distribusi antara lain, :

1. Gardu Induk (GI)

2. Jaringan Distribusi Primer

3. Gardu Distribusi (Transformator) 4. Jaringan Distribusi Sekunder

Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen diperlukan suatu jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Dalam sistem distribusi pokok permasalahan tegangan muncul karena konsumen memakai peralatan dengan tegangan muncul karena konsumen memakai peralatan listrik yang tegangannya sudah ditentukan besarnya. Apabila tegangan sistem terlalu tinggi atau rendah sehingga melewati batas – batas toleransi maka akan mengganggu dan selanjutnya merusak peralatan konsumen.

Jika kita meninjau secara umum,ada empat unsur yang terdapat dalam sistem tenaga listrik, yakni:

a) adanya unsur pembangkit tenaga listrik yang umumnya tegangan yang dihasilkan berupa Tegangan menengah;


(17)

b) suatu sistem transmisi yang dilengkapi dengan adanya perangkat Gardu Induk, karena jaraknya yang biasa jauh, sehingga kita memerlukan penggunaan tegangan tinggi ataupun tegangan ekstra tinggi;

c) adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri dari saluran distribusi primer yang dengan tegangan menengah dan saluran distribusi sekunder yang merupakan dengan menggunakan tegangan rendah.

d) adanya unsur pemakai tenaga listrik atau konsumen tenaga listrik baik skala industri dengan tegangan menengah, maupun rumah tangga dengan tegangan rendah.

Untuk proses dari Sistem Tenaga Listrik mulai dari pembangkit sampai ke konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.1.

 

Gambar 2.1Proses dari Sistem Tenaga Listrik Mulai dari Pembangkit sampai ke konsumen.


(18)

Di Indonesia, menurut Abdul Kadir (2006), tegangan yang dihasilkan Pembangkit tenaga listrik berkisar 6KV s.d 20 KV, kemudian karena letak pembangkit tenaga listrik jauh dari konsumen, maka energi listrik harus diangkut melalui saluran transmisi dengan tegangan yang dinaikkan dengan transformator step up menjadi 70 KV, 150 KV, 275 KV dan bahkan untuk tegangan ekstra tinggi 500 KV. Kemudian, setelah mendekat kepada pemakai tenaga listrik, maka tegangan diturunkan dengan tranformator step down menjadi tegangan menengah 20 KV yang dilakukan di GI, ini disebut sebagai saluran distribusi primer, kemudian melalui transformator distribusi diturunkan menjadi tegangan rendah, yakni 220/380 Volt yang kemudian disebut sistem distribusi sekunder.

Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan konsumen adalah sistem distribusi. Juga sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem distribusi adalah mengatasi gangguan.

Disamping itu masalah tegangan, bagian – bagian instalasi yang berbeban lebih dan rugi – rugi daya dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan dianalisa secara terus menerus, untuk dijadikan masukan bagi perencanaan pengembangan sistem dan juga untuk melakukan tindakan – tindakan penyempurnaan pemeliharaan dan penyempurnaan operasi sistem distribusi.


(19)

2.1.1 Jenis Sistem Distribusi

Sistem distribusi seperti yang diketahui, terdapat dua penggolongan, yaitu distribusi primer yang memakai tegangan menengah, dan distribusi sekunder yang memakai tegangan rendah.

2.1.1.1 Distribusi Primer

Distribusi Primer adalah jenis sistem distribusi yang menggunakan tegangan menengah. Pada sistem distribusi primer terdapat beberapa rangkaian sistem distribusi primer,yaitu:

i. Sistem Radial,

Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.2 adalah sistem distribusiyang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.


(20)

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama

yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

ii. Sistem Loop

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar 2.3. dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga

dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.


(21)

iii. Sistem Jaringan Spindel

Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.4. adalah suatu pola kombinasi

jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut

berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 2.4. Konfigurasi Sistem Spindel

Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM).


(22)

Namun pada pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

iv. Sistem Hantaran Penghubung (Tie Line)

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.5. umumnya digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain).

Gambar 2.5. Konfigurasi Sistem Tie Line ( Hantaran Penghubung)

Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.

2.2. Gardu Distribusi

Gardu trafo distribusi berlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator dan sistemnya, gardu dilengkapi dengan unit-unit pengaman. Karena tegangan yang masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban yang didisain khusus, maka digunakan transformator penurun tegangan ( step down) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 400/230Volt. Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu : sisi primer


(23)

dan sisi sekunder. Sisi primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi sekunder. Unit peralatan yang termasuk sisi primer adalah :

a.Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator (primer trafo). b.Fuse cut out.

c.Ligthning arrester.

Gardu trafo distribusi ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Gardu Trafo Distribusi 2.3. Sistem Tiga Fasa

Kebanyakan dari sistem teanga listrik dibangun dengan tiga fase. Yang menjadi alasana nya didasarkan pada alasan – alasan yang ekonomis dan juga kestabilan aliran daya pada beban. Alasan ekonomis dikarenakan bahwa sistem tiga fasa, penggunaan penghantar untuk transmisi menjadi lebih sedikit, sedangkan untuk kestabilan dikarenakan pada sistem tiga fasa daya yang mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa tunggal, sehingga untuk peralatan dengan catu tiga fasa, daya sistem akan lebih stabil bila dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu fasa. Sistem dari tiga fasa


(24)

atau lebih , secara umum akan memunculkan sistem yang lebih kompleks, namun secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah dilaksanakan.

Pada sistem tenaga listrik tiga fasa, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan, dan diserap oleh beban semuanya seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari satu fasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fasa dengan fasa lainnya berbeda 1200 listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 600, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye) atau segitiga (delta, Δ,D).

Gambar 2.11 Sistem Tiga Fasa

Gambar tersebut menunjukkan fasor diagram darik tegangan fase. Bila fasor – fasor tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut – turut untuk fase V1, V2, dan V3. Sistem ini dikenal sevagai sistem yang mempunyai urutan fasa a – b


(25)

2 satu termi tegan netra tegan fasa y 2.3.2 mem 2.3.1 Hubun Pada hub dan menjad inal a – b –c ngan tiap al. Tegangan ngan “fasa” Dengan yang seimb 2. Hubunga Pada hub mbentuk hub ngan Binta bungan bint di titik netra c mempuny n . Gamb adanya salu bang dengan an Segitiga bungan segi bungan segit ang (Y,wye) tang (Y,wye al atau binta yai besar ma

bar 2.12. H

uran / titik n n magnitude Ia =

itiga ( delta tiga 3 Fasa. )

e), ujung – u ang. Tegang

agnitude dan

Hubungan B

netralnya, ju enya ( akar

Iline = Ifase

= Ib = Ic

,Δ,D) ketiga

ujung tiap f gan antara du

n beda fasa

Bintang (Y

uga memben 3 dikali ma

e

a fasa saling

fasa dihubun ua terminal yang berbe termina Va, Vb ,

, wye) ntuk sistem gnitude dar g dihubungk ngkan menj dari tiga eda dengan al terhadap t , Vc disebut

tegangan ti ri tegangan f (1.2) (1.3) kan sehingg jadi titik t iga fasa). ) ) ga


(26)

fasa k sama terse 2.4. deng phasa Dengan karena tega a, maka: Tetapi ar ebut dapat d

Daya dala Daya Sesa gan frekuens Persamaan a seimbang Gamb tidak adany angan salura rus saluran iperoleh den am Sistem

aat pada sua si dua kali d

P V I Co

n 1. Diatas . Stu – satun

ar 2.13. Hu

ya titik netr an dan tegan

Vline = V

dan arus fas ngan mengg Iline = a

Tiga Fasa

atu sumber s dari frekuen

os ∅ V I C

s dapat diter nya perubah

ubungan Se

ral, maka be ngan fasa m

Vfasa

sa tidak sam gunakan hu akar 3 Ifase =

sinusoidal s nsi sumbern

Cos

rapkan pada han yang di

egitiga (del

esarnya tega mempunyai b

ma dan hubu ukum kircho =1,73 Ifase

satu fasa jug ya. Maka :

a setiap pha iperlukan a

ta,Δ,D)

angan salura besar magni ungan antar off, sehingga ga berbentuk Watt

asa dalam su adalah adany

an dihitung nitude yang

(1.4) ra kedua aru

a: (1.5) k sinusoida (1.6) uatu sistem ya pergeses antar us al tiga seran


(27)

fasa 1200 diantara fasa – fasanya itu. Sesuai dengan hal tersebut, untuk masing – masing fasa dapat ditulis :

P V I Cos ∅ V I Cos ∅ Watt (1.7) P V I Cos ∅ V I Cos ∅ Watt (1.8) P V I Cos ∅ V I Cos ∅ Watt (1.9)

Dengan fasa R dipilih sebagai fasa acuan VP dan Ip menyatakan nilai – nilai

efektif tegangan fasa, dan arus fasanya serta ∅ menyatakan sudut impedansi beban tiga fasa seimbang yang menyerap daya. Jadi daya sesaat keseluruhannya adalah :

P = PR + PS + PT Watt (1.10)

P = 3 VPIPCos ∅ - VPIP [ Cos (2ωt- ∅) + Cos (2ωt - ∅ - 1200 ) +

Cos ( 2ωt-∅ - 240 0)] Watt (1.11)

P = 3 VPIP Cos ∅ Watt (1.12)

Untuk suatu sistem tiga fasa yang dihubungkan secara Y, maka :

V1 = √ VP Volt (1.13)

I1 = Ip Ampere (1.14)

Untuk suatu sistem tiga fasa yang dihubungkan secara Δ, maka :

V1 = Vp Volt (1.15)


(28)

Untuk hubungan Y, dengan menggunakan persamaan 1. dan persamaan 1. maka didapatkan :

P = 3

√ I1 Cos ∅ - √ V1 I1 Cos ∅ Watt (1.17) Untuk hubungan Δ, dengan menggunakan persamaan 1. dan persamaan 1. maka didapatkan :

P = 3

√ I1 Cos ∅ - √ V1 I1 Cos ∅ Watt (1.18) Tampak bahwa kedua pernyataan diatas menunjukkan bahwa daya dalam suatu sistem tiga phasa adalah sama, baik untuk hubungan Y ataupun Δ bila dayanya

dinyatakan dalam besaran – besaran saluran tetapi perlu diingat bahwa ∅ menyatakan sudut impedansi beban perfasa dan bukan sudut antara V1 dengan I1.

2.5. Rugi – Rugi Daya

Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali dialami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi – rugi pada saluran dan juga rugi – rugi pada transformator yang digunakan. Kedua jenis rugi – rugi daya tersebut memberikan pengarug yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi konsumen. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi akan dapat menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik di sisi konsumen. Selain itu rugi – rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian finansial di sisi perusahaan pengelola listrik.


(29)

Yang dimaksud dengan rugi – rugi adalah perbedaan antara daya listrik yang disalurkan (Ps) dengan daya listrik yang terpakai (Pp).

Losses (Rugi – Rugi daya) = x 100 % (1.19)

a) Rugi – Rugi daya pada penghantar phasa

Apabila arus listrik mengalir pada suatu konduktor, maka pada saluran, terjadi rugi – rugi menjadi panas, karena pada saluran tersebut terdapat suatu resistansi. Rugi – Rugi dengan beban terpusat diujung dirumuskan :

∆ I R Cos ∅ X Sin ∅ L (1.20)

∆P I R L (1.21)

Akan tetapi jika beban tersebut terdistribusi merata di sepanjang saluran distribusi, maka rugi – rugi daya yang timbul adalah :

∆V R Cos ∅ X Sin ∅ L (1.22)

∆P R L (1.23)

dimana :

∆V = Jatuh Tegangan ,V

∆ P = Rugi – Rugi Daya ,Watt


(30)

R = Tahanan pada Saluran distribusi , Ω/km

X = Reaktansi pada saluran distribusi , Ω / km

L = Panjang dari saluran distribusi , km

Cos ∅ = Faktor daya beban

b) Rugi – Rugi Daya Akibat beban tidak seimbang

Apabila pembebanan pada setiap fasa pada saluran distribusi tidak seimbang, mengakibatkan arus mengalir pada penghantar netral. Pada penghantar netral terdapat resistansi, maka akan dialiri oleh arus listrik. Hal ini menyebabkan penghantar netral bertegangan yang dapat mengakibatkan tegangan pada transformator distribusi tidak seimbang.

Oleh karena arus mengalir pada penghantar netral, maka akan menyebabkan rugi – rugi daya disepanjang penghantar netral, yakni :

∆P I R (1.24)

dimana :

∆P Rugi Rugi Daya pada penghantar netral , Watt

I Arus yang mengalir pada penghantar Netral , A

R Tahanan pada penghantar Netral , Ω


(31)

Rugi – Rugi ini terjadi karena disepanjang saluran tegangan rendah terdapat beberapa sambungan, yang diantara lain adalah sebagai berikut :

1. Sambungan Jaringan tegangan rendah dengan kabel NYFGBY 2. Percabangan saluran pada jaringan tegangan rendah

3. Percabangan untuk sambungan pelayanan

Besar dari rugi – rugi daya akibat dari sambungan ini adalah :

∆P I R (1.25)

dimana :

∆P Rugi Rugi daya akibat sambungan , Watt

I = Arus yang mengalir pada sambungan , A R = Besar tahanan pada sambungan , Ω


(32)

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1. Peninjauan Letak Ulang Transformator Distribusi pada Saluran Distribusi Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk mengurangi tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down 20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Sebuah transformator distribusi perangkat statis yang dibangun dengan dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arus bolak-balik oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada frekuensi yang sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya.

Untuk Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan menjadi :

Conventional transformers

Completely self-protecting ( CSP ) transformers

Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers

Conventional transformers tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi

terhadap petir,gangguan dan beban lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena itu dibutuhkan fuse cutout untuk menghubungkan conventional transformers dengan jaringan distribusi primer. Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk trafo jenis ini.

Completely self-protecting ( CSP ) transformers memiliki peralatan proteksi

terintegrasi terhadap petir, baban lebih, dan hubung singkat. Lightning arrester terpasang langsung pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk


(33)

proteksi terhadap beban lebih, digunakan fuse yang dipasang di dalam tangki. Fuse ini disebut weak link. Proteksi trafo terhadap gangguan internal menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran primer dengan bushing primer.

Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers mirip

dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini terdapat sebuah circuit breaker pada sisi sekunder, circuit breaker ini akan membuka sebelum weak link melebur.

Transformator ialah suatu alat listrik statis, yang dipergunakan untuk memindahkan daya dari suatu rangkaian ke rangkaian lain, dengan mengubah tegangan , tanpa mengubah frekuensi. Dalam bentuknya yang paling sederhana transformator terdiri atas dua kumparan dan satu induktansi mutual. Kumparan primer adalah yang menerima daya, dan kumparan sekunder tersambung pada beban. Kedua kumparan dibelit pada suatu inti yang terdiri atas material magnetik yang berlaminasi.

Transformator daya merubah tegangan maupun arus bolak – balik ke tingkatan – tingkatan yang tertentu untuk pembangkitan, transmisi,distribusi, dan pemakaian tenaga listrik oleh konsumen.

Landasan fisik transformator adalah induktansi mutual (timbal bailik) antara kedua rangkaian yang dihubungkan oleh suatu fluks magnetik bersama yang melewati suatu jalur dengan reluktansi rendah.


(34)

3.2. Prinsip Kerja Transformator 3.2.1. Umum

Prinsip kerja dari transformator daya dapat dipahami sebagai berikut, yakni apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula induksi di sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluksmagnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan.

Kedua kumparan memiliki induktansi mutual yang tinggi . Jika satu kumparan disambung pada suatu sumber tegangan bolak – balik, suatu fluks bolak – balik terjadi didalam inti berlaminasi, yang sebagian besar akan mengait pada kumparan lainnya, dan didalamnya akan terinduksi suatu gaya gerak listrik (ggl) sesuai dengan hukum – hukum induksi elektromagnetik Faraday, yaitu :

M.

(2.2) Dengan:

e = gaya gerak listrik yang diinduksikan, M = induksi mutual

Efisiensi pada transformator pada asasnya merupakan rasio antara masukan dan keluaran.


(35)

3.2.2 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Gambar 3.1. (a) Gambar konstruksi transformator tanpa beban (b) Gambar vektor diagram transformator tanpa beban Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal maka akan mengalir arus primer I0 yang juga sinusoidal

dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni maka I0 akan tertinggal 900 dari V1.

Arus primer Io menimbulkan fluks (ɵ) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal :

ɵ = ɵmaks Sin ωt (2.3)

Fluks sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum Faraday)

e1 = - N1 ∅ (2.4)

e1 = - N1 ∅ (2.5)

= - N1 ωϴmaks Cos ωt (2.6)


(36)

E1 = N1 2 fϴmaks (2.7) √

= 4,44 N1f ϴmakS (2.8)

Pada rangkaian sekunder , fluks (ϴ) bersama menimbulkan :

e2 = - N2 (2.9)

e2 = - N2 ωϴmaks Cos ωt (2.10)

E2 = 4,44 N2 f ϴmaks (2.11)

3.2.3 Keadaan Transformator Berbeban

Gambar 3.2. Gambar konstruksi Transformator dalam keadaan berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder. Arus I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 yang

cenderung menentang fluks bersama (ϴM) sebagai akibat arus pemagnetan (IM ). Agar


(37)

menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban. Sehingga arus yang mengalir pada kumaran primer menjadi :

I1 = I0 + I2’ (2.12)

Bila rugi besi diabaikan maka I0 = IM

` I1 = IM + I2’ (2.13)

Untuk menjaga agar fluks tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM berlaku hubungan :

N1IM = N1I1 – N2 I2 (2.14)

N1IM = N1 (IM + I2’) – N2I2 (2.15)

Sehingga

N1I2’ = N2I2 (2.16)

Karena IM ≈ kecil maka I2’ = I1

N1I1 = N2I2 (2.17)

3.3 Rugi - Rugi Pada Transformator


(38)

3.3.1. Rugi Tembaga (PCU)

Rugi – yang disebabkan arus yang mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :

PCU = I2 R (Watt) (2.18)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan pula resistensi disini merupakan resistansi AC.

3.3.2 Rugi Besi (Pi)

Rugi besi terdiri atas :

a) Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai berikut :

Ph = kh f Bmaks1.6 (Watt) (2.19)

Dimana:

Kh = Konstanta

Bmaks = Fluks maksimum (Weber)

b) Rugi arus eddy (Pe), yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan sebagai :

Pe = ke F2 B2maks (Watt) (2.20)

Dimana:

ke = konstanta


(39)

Jadi, rugi besi (Rugi initi ) adalah :

Pi = Ph + Pe (Watt) (2.21)

3.4 Konstruksi Transformator

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang dibelitkan pada inti feromagnetik. Transformator yang menjadi fokus bahsan disini adalah transformator daya.

Konstruksi transformator daya ada dua tipe yaitu tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type) . Kedua jenis tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi – rugi arus eddy.

a) Tipe Inti (Core Form)

Tipe ini dibentuk dari laisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe ini, kumparan mengelilingi inti besi, seperti yang ditunjukkan gambar 3.4.


(40)

Seda lihat b) dari gamb angkan kons pada gamb Tipe Cang Jenis ko laisan inti bar 3.6. struksi intin bar 3.5. Gamba gkang (Shel onstruksi tra berisolasi Gambar

nya pada um

r 3.5. Kon

l Form) ansformator

dan kumpa

r 3.6. Tran

mumna berb

nstruksi lem

r yang kedu aran dibelit

nsformator

bentu huruf

mpengan lo

ua yaitu tip tkan di pus

tipe cangk

f U atau hur

gam inti

pe cangkang sat inti, da

kang (shell f

uruf L, dapa

g yang dib apat dilihat

form)

at kita

entuk pada


(41)

Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti. Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf F seperti terlihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7. Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E,I dan F

3.5 Spesifikasi Umum Tegangan Primer Transformator Distribusi

Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan ketenagalistrikan yaitu 6KV dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan primernya , yaitu :

1. Transformator distribusi bertegangan primer 6 KV 2. Transformator distribusi bertegangan primer 20 KV


(42)

Pada sistem distribusi tiga fasa, empat kawat, maka transformator phasa tunggal yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal misalnya untuk 20 KV , yaitu :

√ = 12 KV

3.6 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Transformator Distribusi

Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan nominal sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V dan 220 V untuk sistem fasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga fasa), yaitu133/231 V dan 231/400 V ( pada keadaan tanpa beban). Dengan demikian ada empat transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan sekundernya, yaitu :

1. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V 2. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V

3. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400 V

Yang dapat digunakan secara serentak (simultan). Catatan :

Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder 231/400 V daya transformator tetap 100 % daya daya pengenal, sedang dengan tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75 % daya pengenal.

4. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/ 400 V yang digunakan terpisah.

3.7 Spesifikasi Umum Penyadapan ( Taping) Transformator Distribusi

Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu : 1. Sadapan tanpa beban tiga lingkah : 21 ; 20 ; 19 kV

2. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 kV 3. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 kV

Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada keadaan tanpa beban pada sisi primer.


(43)

Catatan :

Nilai- nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utrama (principle tapping), adalah nilai- nilai yang bersesuaian dengan besaran – besaran pengenal (arus, tegangan, daya).

3.8 Spesifikasi Umum Daya Pengenal Transformator Distribusi

Nilai- nilai daya pengenal transformator distribusi yang lebih banyak dipakai dalam SPLN 8 : 1978 IEC 76 – 1 (1976) seperti pada Tabel 3.1, sedang yang bertanda * adalah nilai- nilai standar transformator distribusi yang dipakai PLN.

Tabel 3.1. Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi

3.9 Spesifikasi Umum Rugi – Rugi Transformator Distribusi

Berbagai nilai rugi – rugi transformator distribusi menurut SPLN 50 tahun 1997 dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini :


(44)

3.10 Regulasi Tegangan Transformator Distribusi

Regulasi tegangan berdasarkan (Gonen,1986) ialah persen tegangan jatuh dari saluran (contohnya pda penyulang) dengan mengacu pada peneriman akhir tegangan . Maka didapatkan rumus dari %Regulasi adalah, sebagai berikut :

% Regulasi = | | | |

| | x 100% (2.22) dimana:

Vs = Tegangan yang dikirim dari sumber ,V

VR = Tegangan yang diterima pada sisi penerima ,V

3.11 Efisiensi Transformator Distribusi

Efisiensi pada transformator pada prinsipnya ialah perbandingan dari masukan dengan keluaran. Seperti yang dapat kita perhatikan pada persamaan berikut ini:

Efisiensi =

x 100%

(2.23)

=

Masukan – Rugi rugi x 100 % (2.24)


(45)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 kV

4.1. UMUM

Didalam sistem distribusi tenaga listrik, suatu transformator distribusi salah satu alat yang memegang peranan penting dalam pendistribusian daya listrik, yang mengubah tegangan menengah 20kV menjadi 400/230 V. Namun, pada saat pembebanan timbul persoalan regulasi tegangan pada sistem tersebut yang reltif cukup besar, khususnya pada saat pembebanan dalam beban puncak.

Apabila selama dalam pembebanan tegangan jatuh yang terjadi tidak lebih dari 5 % maka sistem tenaga listrik tersebut dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik. Agar tetap handal sesuai prinsip keteknikan, maka selama pembebanan dilakukan pemeliharaan secara berkala yakni, melakukan pemeriksaan pada jaringan atau sistem apakah tegangan masih dalam batas yang diijinkan, jika sudah melewati batas yakni diatas 5 % maka hal yang dilakukan adalah perbaikan tegangan dengan berbagai cara misalnya, menambah kapasitor daya, menggunakan load tap canger pada transformator daya.

Untuk tugas akhir ini , salah satu cara dari perbaikan tegangan yang dilakukan adalah dengan memindahkan jarak transformator distribusi yang terlalu jauh dari gardu induk. Ini dilakukan karenaletak beban terlau jauh dari gardu induk sehingga penempatan transformator distribusi pun ikut jauh dari gardu induk sehingga dengan pembebanan yang terlalu jauh dan pula pembebanan semakin besar maka tegangan


(46)

jatuh yang terjadi sepanjang saluran distribusi primernya pun bertambah besar dengan melewati batas yang diijinkan. Oleh karena itu perlu dilakukan peninjauan kembali letak transformator agar tidak terjadi tegangan jatuh yang cukup besar pada sistem distribusi primer tenaga listrik.

Dengan perbaikan tegangan pada sisi primer dari transformator distribusi maka akan menaikkan efisiensi kinerja dari transformator baik distribusi sehingga baik daya maupun tegangan yang samapai kepada konsumen tenaga listrik lebih handal.

4.2. PERSAMAAN – PERSAMAAN YANG DIAPLIKASIKAN DALAM

ANALISA PERHITUNGAN

Persamaan – persamaan yang akan diaplikasikan untuk analisa kualitas kinerja dari transformator distribusi untuk melayani beban, yakni :

4.2.1. Perhitungan Besar Arus pada Sisi Primer Transformator Besar arus phasa pada sisi primer transformator distribusi :

(3.1)

Dimana :

IPhasa = Besar arus Phasa (Ampere)

Sin = Besar kVA saluran (kVA)


(47)

4.2.2. Perhitungan Resistansi dan Induktansi Keseluruhan dari Saluran Primer Yang menuju Transformator

Total resistansi distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi primer transformator

(3.2)

Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi primer transformator

(3.3)

Dimana :

R = Besar Tahanan Saluran (Ω/kms)

X = Besar induktansi saluran (Ω/kms)


(48)

4.2.3. Perhitungan Jatuh Tegangan pada Jaringan Distribusi Primer

Besarnya jatuh tegangan pada saluran dapat dihitung dengan rumus :

√ x L x I (R cos φ + X sin φ) (3.4) Dimana:

I = Besar arus phasa pada sisi primer transformator (Amere)

L = Panjang Saluran (kms)

R = Besar resistansi saluran (Ω/kms)

X = Besar resistansi induktif (Ω/kms) Φ = sudut dari faktor daya

Oleh karna itu untuk saluran distribusi primer besar jatuh tegangan (drop voltage) pada saluran primer adalah :


(49)

4.2.4. Perhitungan Rugi – Rugi pada Jaringan Distribusi Primer a) Persamaan rugi – rugi daya aktif pada saluran :

. (3.6)

Dimana :

= Besar rugi – rugi daya aktif (watt)

Iphasa = Besar arus perphasa (Ampere)

Rtotal = Besar resistansi pada saluran (Ω)

Oleh karena itu untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya aktif adalah :

(3.7)

b) Persamaan rugi – rugi daya reaktif pada saluran

. (3.8)

Dimana :

= Besar rugi – rugi daya reaktif (VAR) = Besar arus perphasa (Ampere)


(50)

Oleh karena itu untuk saluran distribusi primer besar rugi –rugi daya reaktifnya ialah :

(3.9)

4.2.5. Perhitungan Persentase Tegangan Jatuh pada Saluran Distribusi Primer

Persentasi tegangan jatuh pada saluran distribusi primer dapat dihitung dengan :

% % (3.10)

4.2.6. Perhitungan Besar Daya Output Transformator

Besar daya output dari transformator dapat dihitung dengan :

POut = Pin – ƩPRugi-rugi (3.11)

4.2.7. Perhitungan Besar Efisiensi Transformator

Besar dari efisiensi transformator dapat digunakan dengan menggunakan rumus :


(51)

4.3.Metoda Pengambilan Data Transformator Distribusi

Pengambilan data dilakukan dengan mengambil data hasil ukur tiap – tiap transformator distribusi pada waktu beban punca dengan menggunakan rumus pendekatan statistik, yakni :

N = (3.13)

Dimana :

n = Sample

N = Jumlah Populasi (Jumlah Trafo Distribusi pada GI Paya Geli sampai ke PLN

(Persero) Rayon Binjai Timur

d = Derajat kebebasan

dimana : d = 0,1

Maka, jumlah data transformator distribusi yang diambil sebagai sample adalah :

n = 79 transformator distribusi, untuk N = 371 Transformator distribusi


(52)

4.4.Data Hasil Ukur Kva dan Dimensi Saluran Distribusi Primer yang

Disalurkan dari Gardu Induk Paya Geli menuju PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur

Untuk dalam pengerjaan tugas akhir ini perlu mengetahui besar jatuh tegangan sepanjang saluran distribusi primer melalui data – data sekunder mengenai saluran distribusi primer dan transformator yang terpasang dan daya yang disalurkan dari gardu induk paya geli menuju PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur.

Tabel 4.1. Konstanta Jaringan / SPLN 64 Tahun 1985 yang Digunakan pada Penyulang Paya Geli

Luas Penampang (mm2) Impedansi (Ω/kms) KHA (A)

XLPE 240 0,098 + j0,133 553

AAAC 240 0,1344 + j0,3158 585

AAAC 150 0,2162 +J0,3305 425

AAAC 70 0,4608 +J0,3572 155


(53)

Tabel 4.2 Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli ke PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur

NO Nama Penyulang

Kode Daerah Pelayanan Panjang Total

Jaringan SUTM (Kms) 1 TIRAM PL 1 Jl. Mesjid Paya Geli, Jl. Sentosa, Jl. Bangun Mulia, Jl. Horas Ujung, Jl.

Selamat, Jl. Emas, Jl. Harapan, Jl. Horas.

11,050 2 BULUS PL 2 Jl. Rakyat Km.10,5, Jl. Medan Binjai 10,5, Jl. Medan Binjai Km 11, Jl.

Medan Binjai km 10,7, Jl. Suka Bumi Baru, Jl. Medan Binjai Km 11,5, Jl Medan Binjai Km 12, Jl. Medan Binjai Km 12,5 , Jl. Medan Binjai 12,6 , Jl. Medan Binjai km 12,7 , Jl. Medan Binjai Km 12,8 , Jl. Medan Binjai Km 12,9 , Jl. Medan Binjai Km 13, Jl. Medan Binjai Km 13,2 Jl. Pasar Kecil, Jl. Medan Binaji Km. 13,5.


(54)

3 PENYU PL 3 Jl. Suka Bumi Lama, Simp. Orde baru, Jl. Orde baru, Jl. Ampera, Jl. Bersama, Jl. Balai Desa, Jl. Pembangunan, Komplek Sei Semayang, Jl. Pembangunan Ujung,Jl. Sentosa Orde Baru, Jln. Baru, Simp. Jl. Baru, Jl. Ladang Baru Ujung, Jl. Mawar, Simp. Kompleks DPR, Jl.Langsa.

20,040 4 UDANG PG 1 Komplek Perum GI, Gang Wakaf, Jl. Medan Krio Paya Geli, Simp. Paya

Sari, Komplek Paya Sari, Jl. Tanjung Balai, Jl. Setia Indah, Komplek Polda, Komplek Psgi, Jl. Sei Beras Sekata, Jl. Setia Makmur.

12,905

5 KETAM PG 4 Gang Jadi, Gang Dame, Komplek SPMA, Depan LLAJR, Komplek Abdul

Hamid, Jl. Medan Binaji Km 10,8, Komplek Mulia Mas, Komplek Pardede, Jl. Pardede, Jl. Tani Asli, Tani Asli, Jl. Mesjid Purwodadi, Komplek Palem Kencana, Depan Komplek Abd. Hamid, Jl. Pasar Lama Mencirim, Simp. Kampung Lalang, Jl. Stasiun, Jl. Tanjung Gusta, Desa Blok Gading, Sialang Muda, Klambir Lima.


(55)

6 PARI PG 6 Masuk ke Gardu Hubung dan keluarannya SM.01 s.d SM.04

6,140 7 P.BESAR SM.01 Jl. Pasar Besar, Jl. Pasar Besar Ujung, Jl. Serasi, Jl. Kelingan, Jl. Garuda 2,

Gang Tepas, Simpang Telaga Dingin, Dsn Sempat Arih, Telaga Dingin.

17,696 8 JL. BINJAI SM.02 Jl. Medan Binjai Km 13,8, Jl. Kenduri, Jl. Gembira, Jl. Pondok Jamur, Jl. Medan Binjai KM 14, 3 ,

Komplek Padang Hijau, Diski ,Jl. Mencirim Diski, Jl. Medan Binjai Km 14,2, Jl. Medan Binjai Km 14,3 , Jl. Medan Binjai Km 14,4, Jl. Medan Binjai Km 14,5, ,Jl. Medan Binjai Km 14,6, Jl. Medan Binjai Km 14,7, Simp. Serba Jadi, Komplek Bukit Mas, Jl. Serba Jadi, Komplek PM Serba Jadi, Jl. Medan Binjai Km 16, Dusun I Aman Damai, Jl. Medan Binjai Km 16,2 , Jl. Medan Binjai Km 16,3, Jl. Medan Binjai Km 16,4, Kampung Banten, Jl. Paya Bakung, Komplek Depag Paya Bakung, Penampungan, Paya Bakung, Pringgan, Bulu Cina, Paya Bakung Dusun 1 B, Paya Bakung Dusun 1 D, Jl. Inpres P. Bakung, Komlek Pgss.

11,584 9 BT. TERANG SM.03 Jl. Bintang Terang, Jl. Setia Ujung, Jl.Bintang Terang Ujung.

4,822

10 JL. MEDAN SM.04 Jl. Medan.


(56)

11 RAJUNGAN PG 7 J. Sei Mencirim Medan Krio, J. Citarum, Jl. Serayu Medan Krio, Komp. PT. Ira, Komp. Kodam M. Krio, Jl. Jati Sei Mencirim, Simp. Jl. Suka Maju, Komp. Kodam Suka Maju, Jl. Johar Sei Mencirim, Jl. Telaga Sari, Jl. Psr VI Glugur, Jl. Sawit Rejo, Ds. Tj. Pama, Desa Manggusta, Dusun Kumbar, Jl. Sei Glugur, Jl. Kuta Jurung, Jl. Kuta Jurung Pekan, Jl. Rampah dua, Desa Bandar Meriah, Jl. Sei Glugur Psr III, Jl. Sekip, Jl. Turi, Jl. Pacet, Jl. Stal, Jl. Adias, Jl. Desa Asem, Jl. Tepas, Desa Tengah, Kampung Toba, Kampung

Tanjung, Namo Jahe, Namo Julu, Salang Paku, T. Wargo, Pasar 2, Jl. Dsn Sibirik Birik, Jl. Gunung Tinggi, Jl. Dusun Lau Timah, Jl. Silebo – lebo, Jl. Dsn Silebo –lebo, Jl. Dsn Namo Kamuna, Pesantren Daarul, Jl. Lau Bekeri, Perum Bumi Tuntungan, Psr III Simp. Lonceng, Jl. Desa Nari gunung, Jl. Sampe Cita.

70,685 12 SOTONG PG 8 GI Paya Geli, Jl. Sei Mencirim Sunggal.

2,467 13 SIPUT PA 4 Jl. Murni, Jl. Suka Bumi Lama, Jl. Utama, Jl. Suka Bumi Lama Ujung, Jl.

Kompos, Jl. Harapan, Jl. Selamat, Jl. Kompos Ujung.


(57)

Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Transformator Distribusi pada P. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur dari Penyulang Paya Geli

NO Kode Gardu

Alamat Lokasi KVA

Traformator Distribusi Panjang Saluran (Kms) KVA Transformator Distribusi (Sin) pada

saat beban puncak

Cosφ Beban

(%) WBP

1 LB1-1 Jl. Sei Glugur Pasar III 200 12,1 118 0,9 59

2 TS3A-1 Jl. KAMPUNG GLUGUR 100 8,11 85 0,86 85

3 LB27-1 JL. GLUGUR RIMBUN K. JURUNG 100 12,06 47

0.9

47 4

LB10-1 DS. NAMO KEMUNA 25

17,01 8 0.89

32 5

TU 18 – 1 PERUMAHAN P. HIJAU 200

7,19 92 0.92

46 6

LB12-1 JL. LAU BAKERI 160

17,3 75,2 0.88

47 7

LB13-1 P. BUMI TUNTUNGAN BLOK.J 100

17,59 58 0.89

58 8

LB14-1 JL. SIDODADI 25

18,09 0,012 0.91

3 9

LB15-1 JL. DESA NARI GUNUNG 25

18,69 13,25 0.89


(58)

10

LB16-1 PRUM BUMI TUNTUNGAN BLK. X 50

18,09 19 0.91

38 11

LB17-1

PRUM BUMI TUNTUNGAN BLOK.

N 100

19,37 80 0.91

80 12

LB18-1 PRUM BUMI TUNTUNGAN BLK. W 50

19,77 24,5 0.90

49 13

LB19-1

PRUM BUMI TUNTUNGAN BLOK.

P 100

20,59 34 0.91

34 14

LB28-1 PABRIK MINUMAN KEMASAN 3180

19,95 3008 0.89

94,5 15

LB20-1 JL. SAMPE CITA 100

20,39 33 0.87

33 16

LB21-1 PRUM BUMI TUNTUNGAN BLK. Y 25

22,44 9 0.87

36 17

LB22-1 JL. BERDIKARI 100

28,40 40 0.88

40 18

LB23-1 JL. GUNUNG LINTANG 25

30.625 14,25 0.91

57 19

LB24-1 JL. BERDIKARI 25

32,85 19,75 0.91

79 20

LB25-1 BERDIKARI 25

30,315 11,75 0.89

47 21

LB26-1 JL. BERDIKARI 50

28,40 22,5 0.89

45 22

TS1-1 JL. PALA 50

7,81 49,5 0,91

99 23

TS10-1 JL. TURI 160

8,51 91,2 0,89


(59)

24

TS10A-1 JL. BARU 100

8,36 93 0,91

93 25

TS11-1 JL. PACAT / ARJUNA 50

8,81 43 0,90

86 26

TS12-1 JL. STAL 100

9,68 76 0,89

76 27

TS13-1 JL. PONDOK 160

9,78 78,4 0,88

49 28

TS13A-1

JL. KARYAWAN PSR 7 S.

MENCIRIM 50

11,43 27 0,89

54 29

TS14-1 JL. DESA ASAM 100

12,08 78 0,88

78 30

TS15-1 DESA TEMPEL 50

12,98 30,5 0,88

61 31

TS16-1 JL.DESA KUBURAN 100

11,98 17 0.89

17 32

TS17-1 KAMPUNG TOBA 50

13,53 16 0,89

32 33

TS18-1 KP. TANJUNG 50

13,655 38 0,88

76 34

TS19-1 JL. NAMURAMBE JULU 50

14,13 21,5 0,89

43 35

TS2-1 JL. TELAGA SARI 160

7,79 43,2 0,90

27 36

TS20-1 DS. NAMUJULU 100

14,605 13 0,91

13 37

TS21-1 JL. NAMURUBE 50

15,28 14,5 0,93


(60)

38

TS22-1 JL. SIALANG TUNAS 50

15,48 8 0,89

16 39

TS23-1 DS. T. WARGO 50

11,23 4,5 0.91

9 40

TS5-1 JL. SUKARAYA 160

10,635 128 0,89

80 41

TS6-1 JL. MANGGUSTA 100

11,01 34 0,88

34 42

TS7-1 JL. SEI GLUGUR 25

11,01 9,5 0,87

38 43

TS8-1 DUSUN KUMBAR 25

12,01 13,25 0,89

53 44

TS9-1 JL. SEKIP 160

7,51 110,4 0,89

69 45

TU1-1 KOMP. PRUM BUKIT MAS KM16,6 100

8,19 32 0,88

32 46

TU10-1 JL. PSR 1 P. BAKUNG 100

9,14 82 0,89

82 47

TU10A-1 JL. PASAR I P. BAKUNG 100

9,09 41 0.87

41 48

TU11-1 JL. PSR I UJUNG P.BAKUNG 100

9,84 34 0.89

34 49

TU12-1 JL INPRES P. BAKUNG 100

9,24 32 0,89

32 50

TU13-1 JL. P. BAKUNG 160

8,84 112 0,89

70 51

TU14-1

JL. P.BAKUNG/KOMP. KILANG

PADI 160

8,99 129,6 0,89


(61)

52

TU15-1 JL. P.BAKUNG 160

9,49 148,8 0,90

93 53

TU16-1 KP. PRINGGAN P. BAKUNG 50

9,19 20 0,88

40 54

TU17-1 DS. BULUCINA 25

9,59 14,75 0,90

59 55

LB 30 – 1

YAYASAN PENDIDIKAN

PESANTREN D.ARAFAH 3180

26,65 2070 0,91

65 56

TU19-1 PRUM P. HIJAU 200

7,34 148 0.88

74 57

TU20-1 JL. GEMBIRA 250

6,89 120 0.88

48 58

TU4-1 JL. BINJAI KM 15. DISKI 160

7,64 112 0,89

70 59

TU41-1 JL. PENDAWA GG.DATUK 400

8,47 220 0,9

55 60

TU42-1 JL. PENDAWA / SIMP. JL. DATUK 315

8,42 242,55 0.91

77 61

TU43-1

JL. LANGSA KM.12 (SEBELUM

ANDREAS) 315

8,54 119,7 0.9

38 62

TU44-1 JL. LANGSA 160

8,565 84,8 0.88

53 63

TU46-1 JL. PEMBANGUNAN UJUNG 200

15,22 134 0.91

67 64

TU47-1 JL. LADANG BARU GG.GARDU 200

16,27 120 0.92

60 65

TU48-1 JL. LADANG BARU UJUNG 50

17,32 42 0,87


(62)

66

TU49-1 KOMP MULIA MAS PARDEDE 160

2,45 118,4 0,89

74 67

TU5-1 JL. KP. BANTEN 160

7,44 139,2 0.91

87 68

TU50-1 JL. MESJID PURWODADI 160

3,00 124,8 0.9

78 69

TU51-1 KOMP. PRUM PARDEDETEXT 160

3,15 99,2 0.89

62 70

TU52-1 JL. CINTA RAKYAT KM.10 100

2,375 42 0.92

42

71 TS3-1 TELAGA SARI 160 8,61 92,8 0,89 58

72 MK31-1

PERUM KODAM SUKAMAJU 250

6,86 167,5 0.91

67 73

MK22-1 JL. SEI MENCIRIM MEKRO 200

3,56 176 0,87

88 74

MK28-1 SIMPANG PURWO 100

4,91 50 0,87

50 75

MK26-1 JL. JATI DUSUN II SEI MENCIRIM 200

6,61 114 0,88

57 76

MK30-1 JL. JOHAR 160

6,21 108,8 0,89

68 77

MK29-1 JL.JOHAR 100

5,56 45 0.9

45 78

MK32-1 PERUM KODAM SUKAMAJU 160

6,81 116,8 0,89

73


(63)

4.5.ANALISIS DATA

4.5.1. ANALISIS DATA JATUH TEGANGAN PADA SISI PRIMER

TRANSFORMATOR PADA WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP)

1. Untuk transformator distribusi pada no. 1

a. Besar arus fasa pada sisi primer transformator distribusi :

Ifasa =

Ifasa =

= 1,97 A

b. Tahanan total saluran distribusi primer dari GI Paya Geli sampai ke sisi primer transformator distribusi ialah :

Rtotal = Rutama . Lutama + Rsub utama . L sub utama + RLateral . Llateral

Rtotal = ((0,2162 Ω/kms x 7,31 kms) + (0,4608 Ω/kms x 4,78 kms) + 0

Rtotal = 3,78 Ω

c. Induktansi total saluran distribusi primer dari GI Paya Geli sampai ke sisi primer transformator distribusi ialah :

Xtotal = Xutama . Lutama + Xsub utama . L sub utama + XLateral . Llateral

Xtotal = ((0,3305 Ω/kms x 7,31 kms) + (0,3572 Ω/kms x 4,78 kms) + 0

Xtotal = 4,12 Ω

d. Jatuh Tegangan pada saluran distribusi primer dari GI Paya Geli sampai ke sisi primer transformator distribusi ialah :

ΔVtotal = ΔVutama + ΔVsub utama + ΔVlateral


(64)

= 17,79 V

e. Besar rugi-rugi daya aktif dan reaktif  Rugi – Rugi Daya Aktif

ΔP = 3 Ifasa R2total

ΔP = 3 x 1,97 A x( 3,78 Ω)2 = 84,44 W

 Rugi – Rugi Daya Reaktif

ΔQ = 3 Ifasa X2total

ΔQ = 3 x 1,97 A x (4,12 Ω)2 = 100,319 VAR

f. Persentase Jatuh Tegangan pada saluran distribusi dari gardu induk Paya Geli sampai pada sisi primer transformator distribusi pada PT.PLN (Persero) Rayon Binjai Timur

%ΔV = ∆ x 100 %

%ΔV = ,

x

100% = 0,089 %

Demikian seterusnya, data berikut di analisis dengan cara yang sama, sehingga dapat kita lihat dalam

Tabel 4.4. . Analisa Data Tegangan Jatuh pada Saluran Distribusi Primer Dari Gardu Induk Paya Geli sampai pada transformator Distribusi (Rayon Binjai Timur) Pada Saat Beban Puncak.


(65)

NO NO Gardu Panjang Saluran (kms) Iprimer/Fasa (A) Rtotal (Ohm) Xtotal (Ohm)

Cos φ Sin φ ΔP (Watt)

ΔQ (VAR)

ΔVtotal (Volt)

%ΔV

1. LB1-1 12,1 1,97 3,78 4,12 0,9 0,44 84,44 100,319 17,79 0,089

2. TS 3A – 1 9,81 1,42 2,7 3,29 0,89 0,46 31,06 49 2,67 0,01

3. LB 27 – 1 12,16 0,8 3,8 4,1333 0,9 0,44 34,66 41,002 7,3 0.04 4. LB10-1 17,01 0,13 6,05 5,881 0,89 0,46 14,27 13,49 1,882 0,01 5. TU 18 – 1 7,19 1,53 1,7 2,41 0,88 0,47 10,14 20,39 5,34 0,03

6. LB 12 – 1 17,3 1,25 6,184 6 0,88 0,47 143,41 135 17,89 0,1

7. LB 13 – 1 17,59 0,97 6,32 6,1 0,89 0,46 116,23 108,28 14,16 0,07 8. LB 14 – 1 18,16 0,0002 6,58 7,42 0,91 0,41 0,026 0,03 0,003 0,00001 9. LB 15 – 1 18,96 0,22 6,82 6,48 0,89 0,46 30,7 27,71 3,45 0,02 10. LB 16 – 1 18,09 0,32 6,55 6,27 0,91 0,41 41,19 37,74 4,73 0,02 11. LB 17 – 1 19,37 1,33 7,14 6,72 0,91 0,41 203,41 180,18 21,31 0,11 12. LB 18 -1 19,77 0,41 7,32 6,9 0,90 0,44 65,91 58,56 36,23 0,18 13. LB 19 – 1 20,59 0,34 7,84 7,17 0,91 0,41 62,69 52,44 5,89 0,03 14. LB 28 – 1 19,95 50,13 9,17 8,78 0,89 0,46 12646,13 11593,32 1059,33 5,30 15. LB 20 – 1 20,39 0,55 7,61 7,1 0,87 0,49 95,55 83,18 9,62 0,09 16. LB 21 – 1 22,44 0,15 9,43 8,16 0,87 0,49 40,01 29,96 3,17 0,02 17. LB 22 – 1 28,4 0,06 11,30 9,95 0,88 0,47 22,98 17,82 1,52 0,007 18. LB 23 – 1 31,025 0,24 13,53 11,1 0,91 0,41 131,8 88,71 7 0,035 19. LB 24 – 1 32,85 0,33 15,03 11,62 0.91 0,41 223,64 133,67 10,54 0,05 20. LB 25 – 1 30,315 0,2 12,7 10,66 0,89 0,46 96,77 68,18 5,61 0,03 21. LB 26 – 1 30,315 0,38 14,64 11,08 0,89 0,46 244,34 140 11,93 0,06

22. TS 1 – 1 7,81 0,83 1,86 2,6 0,91 0,41 8,6 16,83 3,97 0,02

23. TS 10 – 1 8,51 1,52 1,94 2,82 0,89 0,46 17,16 36,26 7,96 0,04 24. TS 10A – 1 8,36 1,55 1,87 2,77 0,91 0,41 16,26 35,68 7,62 0,04


(66)

25. TS 11- 1 8,81 0,72 2,21 3 0,9 0,44 10,55 19,44 4,13 0,02

26. TS 12 – 1 9,68 1,27 2,48 3,24 0,89 0,46 23,43 40 8,13 0,04

27. TS 13 – 1 9,78 1,31 2,52 3,28 0,88 0,47 24,96 42,28 8,53 0,04 28. TS 13A – 1 11,43 0,45 3,28 3,87 0,89 0,46 42,28 58,56 3,66 0,02 29. TS 14 – 1 12,08 1,3 3,68 4,11 0,88 0,47 52,82 65,88 11,64 0,06 30. TS 15 – 1 12,98 0,51 4,1 4,43 0,88 0,47 25,72 30,03 5,03 0,025 31. TS 16 – 1 11,98 0,28 3,91 4,1 0,89 0,46 12,84 14,12 2,6 0,013 32. TS 17 – 1 13,53 0,27 4,35 4,63 0,89 0,46 15,33 17,36 2,81 0,01 33. TS 18 – 1 13,655 0,63 4,41 4,67 0,88 0,47 36,76 41,22 6,63 0,03 34. TS 19 – 1 14,13 0,36 4,625 4,84 0,89 0,46 23,10 25,30 3,95 0,02

35. TS 2-1 7,79 0,72 1,8 2,59 0,9 0,44 7 14,49 3,44 0,02

36. TS 20 – 1 14,605 0,22 5 5,1 0,91 0,41 16,5 17,17 2,531 0,01

37. TS 21 – 1 15,28 0,24 5 5,11 0,93 0,37 18 11,38 2,72 0,01

38. TS 22 – 1 15,48 0,13 5,1 5,2 0,89 0,46 10,14 10,55 1,6 0,01

39. TS 23 – 1 11,23 0,1 3,32 3,82 0,91 0,41 3,31 4,38 1 0,01

40. TS 5 – 1 10,635 2,13 3,32 3,81 0,89 0,46 76,43 92,76 18,45 0,09

41. TS 6 – 1 11,01 0,6 3,52 3,72 0,88 0,47 22,3 25 5,335 0,03

42. TS 7 – 1 11,01 0,16 3,6 3,76 0,87 0,49 6,22 6,8 1,4 0,01

43. TS 8 – 1 12,01 0,22 4,44 4,14 0,89 0,46 13,01 11,31 2,3 0,012 44. TS 9 – 1 7,51 1,84 1,623 2,482 0,89 0,46 14,54 34 8,32 0,042

45. TU 1 – 1 8,19 0,53 1,73 2,7 0,88 0,47 4,76 11,6 2,6 0,013

46. TU 10 – 1 9,14 1,37 1,82 3,02 0,89 0,46 13,614 37,485 7,14 0,04 47. TU 10A – 1 9,09 0,68 1,81 3 0,87 0,49 6,683 18,36 3,62 0,02

48. TU 11 – 1 9,84 0,57 2 3,35 0,89 0,46 6,84 15,39 3,341 0,02

49,. TU 12 – 1 9,24 0,53 1,83 3,12 0,89 0,46 5,32 15,48 3,0639 0,015

50. TU 13 – 1 8,84 1,87 1,8 2,9 0,89 0,46 18,18 47,2 9,5 0,046


(67)

52. TU 15 – 1 9,49 2,48 1,72 2,62 0,9 0,44 22,01 51,07 11,613 0,06

53. TU 16 – 1 9,19 0,33 1,7 2,715 0,88 0,47 2,86 7,4 1,6 0,01

54. TU 17 – 1 9,59 0,25 1,75 2,842 0,9 0,44 2,3 6,1 1,2255 0,006 55. LB 30 – 1 26,65 34,5 15,03 11,62 0,91 0,41 23380,7 13975,02 1105,56 5,53

56. TU 19 – 1 7,34 2,47 1,8 2,47 0,88 0,47 24 45,21 11,82 0,06

57. TU 20 – 1 6,89 2 1,6 2,26 0,88 0,47 15,36 30,65 8,79 0,04

58. TU 4 – 1 7,64 1,94 1,7 2,5 0,89 0,46 16,47 35,63 9,17 0,05

59. TU 41 – 1 8,47 3,7 1,3 3,03 0,9 0,44 18,76 101,91 16,22 0,08 60. TU 42 – 1 8,42 4,04 1,27 2,65 0,91 0,41 19,55 85,11 15,75 0,08

61. TU 43 – 1 8,54 2 1,3 2,7 0,9 0,44 10,14 43,74 5 0,03

62. TU 44 – 1 8,565 1,4 1,311 2,71 0,88 0,47 7,22 30,845 2,43 0,012 63. TU 46 – 1 15,22 2,23 5,5 4,5 0,91 0,41 202,37 135,473 26,715 0,13

64. TU 47 – 1 16,27 2 6,5 5 0,92 0,39 253,5 150 27,721 0,14

65. TU 48 – 1 17,32 0,7 6,5 5 0,87 0,49 88,73 52,5 9,73 0,05

66. TU 49 – 1 2,45 2 0,63 0,8 0,89 0,46 2,38 3,84 3,22 0,02


(68)

68. TU 50 – 1 3 2,08 0,66 1,0133 0,9 0,44 2,72 6,41 3,8 0,02

69. TU 51 – 1 3,15 1,7 0,7 1,0213 0,89 0,46 2,5 5,32 3,4 0,02

70. TU 52 – 1 2,375 0,7 0,59 0,79 0,92 0,40 0,73 1,311 1,055 0,005

71. TS 3 – 1 8,61 1,55 2,143 2,9 0,89 0,46 21,355 39,11 9 0,05

72. MK 31 – 1 6,86 2,8 2,02 2,2 0,91 0,41 34,28 40,66 13,3 0,07

73. MK 22 – 1 3,56 3 0,76 1,16 0,87 0,49 5,2 12,11 6,67 0,03

74. MK 28 – 1 4,91 0,83 1,05 1,6133 0,87 0,49 2,745 6,481 2,45 0,01 75. MK 26 – 1 6,61 1,9 2,08 2,234 0,88 0,47 24,66 28,45 9,51 0,05 76. MK 30 – 1 6,21 2 1,3308 2,0333 0,89 0,46 10,63 24,81 7,42 0,04 77. MK 29 – 1 5,56 0,75 1,2098 1,82 0,9 0,44 3,3 7,453 2,5 0,013 78. MK 32 – 1 6,81 1,95 1,8 2,15 0,89 0,46 18,95 27,04 8,8468 0,044 79. MK 27 – 1 4,585 1,973 1,0098 1,5 0,89 0,46 6,04 13,32 5,4378 0,03


(69)

 Analisa Data Voltage Drop pada Sisi Primer yang melebihi 5 %

Tabel 4.5 Data Transformator Distribusi yang Voltage Dropnya pada Sisi Primer Sebelum Mengalami Perbaikan No No. Gardu Iprimer/phasa

(A)

Lutama

(kms)

Lsub utama

(kms)

Llateral

(kms)

ΔVutama

(V)

ΔVsub utama

(V)

ΔVlateral

(V)

ΔVtotal

(V)

ΔP (Watt)

ΔQ (VAR) 1. LB 30 – 1 34,5 20,5 6,60 0 956,50 149,06 0 1105,56 23380,7 13975,02 2. LB 28 – 1 50,13 17,40 1,70 0,85 867,85 120,7 70,78 1059,33 12646,13 11593,32


(70)

 Analisa Data Voltage Drop pada Sisi Primer Transformator Setelah Mengalami Perbaikan

Dari Tabel 4.5, dapat kita lakukan suatu tindakan untuk memperbaiki Voltage Drop pada sisi primer transformator dengan relokasi transformator yang melebihi standar PT.PLN (Persero), yakni :

1. Gardu LB 30 -1

ΔVyang di ijinkan = 5 % x 20.000

= 1000 volt ΔVtotal = 1105,56 volt

Selisisih Voltage Drop yang harus di kurangi adalah : = 1105,56 V – 1000 V = 105,56 V

Oleh karena itu, besar perubahan jarak transformator yang diinginkan adalah :

ΔL =

ΔL = ,

√ , , , , , ΔL = 0,096 kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah : L2 = L1 – ΔL

= 26,65 kms – 0,096 kms = 26,554 kms

2. Gardu LB 28 – 1

ΔVyang di ijinkan = 5 % x 20.000

= 1000 volt ΔVtotal = 1059,33 volt

Selisisih Voltage Drop yang harus di kurangi adalah : = 1059,33 V – 1000 V = 59,33 V


(71)

Oleh karena itu, besar perubahan jarak transformator yang diinginkan adalah :

ΔL =

ΔL = ,

√ , , , , , ΔL = 0,056 kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah : L2 = L1 – ΔL

= 19,95 kms – 0,056 kms =19,894


(72)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisa data sekunder yang dilakukan penulis, menggunakan sampel Ditemukan transformator yang besar Voltage Dropnya pada sisi saluran distribusi primernya lebih dari 5 %. Dimana dalam penelitian ini terdapat dua transformator distribusi yang mengalami hal tersebut , yaitu dengan nomor gardu LB 30 -1 dari 26,65 kms dari jarak ke gardu induk menjadi 26,554 kms, LB 28 – 1 dari 19,95 kms dari jarak ke gardu induk menjadi 19,894 kms 2. Jatuh tegangan pada transformator distribusi di PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur masih dalam keadaan layak operasi dan tidak perlu dilakukan perbaikan tata letak ulang posisi atau pemindahan jarak transformator distribusi.

5.2. Saran

1. Penulis menyarankan untuk mencoba penelitian jatuh tegangan yang diaplikasikan pada distribusi sekunder

2. Penulis menyarankan penelitian dilanjutkan dengan data primer dengan menentukan terlebih dahulu sampelnya didaerah PT.PLN (Persero) Rayon Binjai Timur


(73)

Daftar Pustaka

[1] Chapman,Stephen J.,1985,”Electric Machinery Fundamental”,Edisi IV,McGraw-Hill,Inc:USA

[2] Glover, J.Duncan,dkk,2008,”Power System Analysis and Design”,Edisi Keempat,RPK Editorial Services,Inc:USA.

[3] Gonen,Turan,1986,”Electric Power Distribution System Engineering”,Mc.Graw-Hill,Inc : USA.

[4] Gonan,Turan,1988,”Electric Power Transmission System Engineering”,Jhon Wiley & Son Inc :Canada.

[5] Hutauruk,M.Sc.,Prof.Ir.T.S.,1996,”Transmisi Daya Electric”,Penerbit Erlangga : Jakarta.

[6] Kadir,Abdul,2000,”Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik”, Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

[7] Kadir,Abdul,1998,”Transmisi Tenaga Listrik”,Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

[8] Marsudi,Djiteng,2006,”Operasi Sistem Tenaga Listrik”,Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta

[9] Short,T.A.,2004,”Electric Power Distribution Handbook”,CRC Press LLC:Washington D.C.

[10] Siregar,Ir.Syarifuddin,2009,”Sistem Operasi PT PLN (Persero) P3B Sumatera, UPB Sumbagut”.

[11] Stevenson,Jr.,William D.,1983,”Analisis Sistem Tenaga Listrik”,Edisi Keempat,Penerbit Erlangga :Jakarta


(1)

67   

68. TU 50 – 1 3 2,08 0,66 1,0133 0,9 0,44 2,72 6,41 3,8 0,02

69. TU 51 – 1 3,15 1,7 0,7 1,0213 0,89 0,46 2,5 5,32 3,4 0,02

70. TU 52 – 1 2,375 0,7 0,59 0,79 0,92 0,40 0,73 1,311 1,055 0,005

71. TS 3 – 1 8,61 1,55 2,143 2,9 0,89 0,46 21,355 39,11 9 0,05

72. MK 31 – 1 6,86 2,8 2,02 2,2 0,91 0,41 34,28 40,66 13,3 0,07

73. MK 22 – 1 3,56 3 0,76 1,16 0,87 0,49 5,2 12,11 6,67 0,03

74. MK 28 – 1 4,91 0,83 1,05 1,6133 0,87 0,49 2,745 6,481 2,45 0,01

75. MK 26 – 1 6,61 1,9 2,08 2,234 0,88 0,47 24,66 28,45 9,51 0,05

76. MK 30 – 1 6,21 2 1,3308 2,0333 0,89 0,46 10,63 24,81 7,42 0,04

77. MK 29 – 1 5,56 0,75 1,2098 1,82 0,9 0,44 3,3 7,453 2,5 0,013

78. MK 32 – 1 6,81 1,95 1,8 2,15 0,89 0,46 18,95 27,04 8,8468 0,044

79. MK 27 – 1 4,585 1,973 1,0098 1,5 0,89 0,46 6,04 13,32 5,4378 0,03


(2)

 Analisa Data Voltage Drop pada Sisi Primer yang melebihi 5 %

Tabel 4.5 Data Transformator Distribusi yang Voltage Dropnya pada Sisi Primer Sebelum Mengalami Perbaikan No No. Gardu Iprimer/phasa

(A)

Lutama

(kms)

Lsub utama

(kms)

Llateral

(kms)

ΔVutama

(V)

ΔVsub utama

(V)

ΔVlateral

(V)

ΔVtotal

(V)

ΔP (Watt)

ΔQ

(VAR)

1. LB 30 – 1 34,5 20,5 6,60 0 956,50 149,06 0 1105,56 23380,7 13975,02


(3)

69   

 Analisa Data Voltage Drop pada Sisi Primer Transformator Setelah Mengalami Perbaikan

Dari Tabel 4.5, dapat kita lakukan suatu tindakan untuk memperbaiki

Voltage Drop pada sisi primer transformator dengan relokasi transformator yang melebihi standar PT.PLN (Persero), yakni :

1. Gardu LB 30 -1

ΔVyang di ijinkan = 5 % x 20.000

= 1000 volt

ΔVtotal = 1105,56 volt

Selisisih Voltage Drop yang harus di kurangi adalah : = 1105,56 V – 1000 V = 105,56 V

Oleh karena itu, besar perubahan jarak transformator yang diinginkan adalah :

ΔL =

ΔL = ,

√ , , , , , ΔL = 0,096 kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah : L2 = L1 – ΔL

= 26,65 kms – 0,096 kms = 26,554 kms

2. Gardu LB 28 – 1

ΔVyang di ijinkan = 5 % x 20.000

= 1000 volt

ΔVtotal = 1059,33 volt

Selisisih Voltage Drop yang harus di kurangi adalah : = 1059,33 V – 1000 V = 59,33 V


(4)

Oleh karena itu, besar perubahan jarak transformator yang diinginkan adalah :

ΔL =

ΔL = ,

√ , , , , , ΔL = 0,056 kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah : L2 = L1 – ΔL

= 19,95 kms – 0,056 kms =19,894


(5)

71   

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisa data sekunder yang dilakukan penulis, menggunakan sampel Ditemukan transformator yang besar Voltage Dropnya pada sisi saluran distribusi primernya lebih dari 5 %. Dimana dalam penelitian ini terdapat dua transformator distribusi yang mengalami hal tersebut , yaitu dengan nomor gardu LB 30 -1 dari 26,65 kms dari jarak ke gardu induk menjadi 26,554 kms, LB 28 – 1 dari 19,95 kms dari jarak ke gardu induk menjadi 19,894 kms 2. Jatuh tegangan pada transformator distribusi di PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur masih dalam keadaan layak operasi dan tidak perlu dilakukan perbaikan tata letak ulang posisi atau pemindahan jarak transformator distribusi.

5.2. Saran

1. Penulis menyarankan untuk mencoba penelitian jatuh tegangan yang diaplikasikan pada distribusi sekunder

2. Penulis menyarankan penelitian dilanjutkan dengan data primer dengan menentukan terlebih dahulu sampelnya didaerah PT.PLN (Persero) Rayon Binjai Timur


(6)

Daftar Pustaka

[1] Chapman,Stephen J.,1985,”Electric Machinery Fundamental”,Edisi IV,McGraw-Hill,Inc:USA

[2] Glover, J.Duncan,dkk,2008,”Power System Analysis and Design”,Edisi Keempat,RPK Editorial Services,Inc:USA.

[3] Gonen,Turan,1986,”Electric Power Distribution System Engineering”,Mc.Graw-Hill,Inc : USA.

[4] Gonan,Turan,1988,”Electric Power Transmission System Engineering”,Jhon Wiley & Son Inc :Canada.

[5] Hutauruk,M.Sc.,Prof.Ir.T.S.,1996,”Transmisi Daya Electric”,Penerbit Erlangga : Jakarta.

[6] Kadir,Abdul,2000,”Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik”, Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

[7] Kadir,Abdul,1998,”Transmisi Tenaga Listrik”,Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

[8] Marsudi,Djiteng,2006,”Operasi Sistem Tenaga Listrik”,Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta

[9] Short,T.A.,2004,”Electric Power Distribution Handbook”,CRC Press LLC:Washington D.C.

[10] Siregar,Ir.Syarifuddin,2009,”Sistem Operasi PT PLN (Persero) P3B

Sumatera, UPB Sumbagut”.

[11] Stevenson,Jr.,William D.,1983,”Analisis Sistem Tenaga Listrik”,Edisi Keempat,Penerbit Erlangga :Jakarta