pembentukan mineralisasi yaitu yang bertemperatur rendah 170 °C dan bertemperatur tinggi 320 °C serta tekanan formasi diperkirakan antara 10 sampai 120 bar.
Geokimia prospeksi conto tanah di daerah ini menunjukkan ada empat zona anomali logam dasar dan emas yaitu
1 Anomali Au-Cu-Mo sekitar Lowo Deba dan anomali Ag-Pb-Zn, ke arah NE Lowo Deba pada
blok A di daerah Wai Wajo 2
Anomali Cu-Pb-Zn antara Diang Gajah dan Lia Kutu-Ghera di blok C daerah Wai Wajo 3
Anomali Au-Ag-Cu, Pb-Zn, dan Mo di Lowo Polu-Lowo Pelongo daerah Magepanda 4
Anomali Au-Ag, Cu-Zn and Pb-Mo di Keli Ndati dan Kogogamba daerah Ratenggo. 1. PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan yang, telah dilaksanakan oleh Proyek Inventarisasi dan
Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia pada T.A. 2003 ini diantaranya melakukan
inventarisasi dan eksplorasi mineral logam di Wilayah Penugasan Pertambangan WPP yang
tertuang dalam SK Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor : 290KEPHK2002 tertanggal
11 November 2002 terletak di daerah Kabupaten Sikka dan Ende, NTT.
Kegiatan eksplorasi ini dalam rangka realisasi kerjasama teknik bilateral antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Korea yang masing-
masing diwakili oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM dan Korea
Resources Corp. KORESKorea. Kerjasama tersebut tertuang dalam Nota Kesepahaman
MOU yang pada tanggal 7 Juni 2002 telah ditandatangani antara Dirjen Geologi dan
Sumber Daya Mineral dengan KORES dan ditindaklanjuti oleh penandatanganan Scope of
Work antara Direktur Inventarisasi Sumber Daya Mineral dengan KORES pada tanggal 13
Agustus 2002.
Daerah tersebut dipilih karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu
menunjukkan adanya mineralisasi yang cukup potensial serta mengingat endapan logam dasar
dan logam mulia terutama emas merupakan salah satu komoditi andalan bagi pertumbuhan
ekonomi nasional, maka penyelidikan ini penting untuk membantu pemerintah daerah
setempat dalam rangka usaha menginventarisasi potensi sumber daya mineral
di daerahnya masing-masing.
1.1 Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah kegiatan inventarisasi dan eksplorasi secara administratif termasuk ke
dalam wilayah Kabupaten Sikka dan Ende Gambar 1dan 2 dengan luas wilayah kerja
± 77.250 Ha.
2. GEOLOGI REGIONAL
Pulau Flores terbentuk pada kala Cenozoik yang merupakan bagian dalam busur
gunungapi Banda berkomposisi kalk-alkalin dan masih aktif sampai saat ini. Busur ini
terbentuk cukup luas akibat subduksi kerak samudera Indonesia ke arah utara. Bentuk pulau
Flores sekarang ini telah berubah menjadi
suatu lengkungan ke arah timur akibat tubrukan dengan tepi benua Australia – New Guinea.
Analisis stratigrafi Gambar 3 dan magmatik memperlihatkan bahwa Pulau Flores
merupakan suatu pulau yang muda yang diperkirakan terbentuk pada Miosen Tengah -
Oligosen Atas Hendaryono, 1998. Daerah Flores barat ditempati cukup luas oleh lava
basaltik – andesitik dan breksi yang berselingan dengan tufa pasiran serta pasir tufaan dari
Formasi Kiro Tmk dan Formasi ini menjemari dengan batuan gunungapi tuaTlmv Miosen
bawah sebagai batuan tertua di Flores barat. Di atas Formasi ini diendapkan selaras Formasi
Tanahau Miosen Awal Tmt terdiri dari lava riolitik, breksi, tufa dan tufa kaca. Kedua
Formasi ini diterobos oleh granodiorit Miosen Tengah Tmg. Berikunya diendapkan Formasi
Laka Tmpl Miosen Ahir – Pliosen terdiri dari perselingan tufa dengan batupasir tufaan,
batugamping pasiran dan batupasir tufaan. Kedudukan Formasi ini menjemari dengan
Formasi Waihekang Tmpw. Di atas Formasi ini diendapkan batuan gunungapi Kuarter
Qtv, terdiri dari lava, breksi dan aglomerat. Satuan batuan termuda adalah aluvium dan
endapan pantai Qac terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lumpur serta diendapkan tidak
selaras di batuan yang lebih tua.
2.1 Tektonik dan Struktur Regional
Sejarah tektonik Pulau Flores dimulai dengan adanya penunjaman lempeng Samudera
Hindia ke arah utara – timurlaut di bawah paparan Sunda yang menerus ke arah timur dari
Sumatra dan Jawa sekitar 10 juta tahun yang lalu, membentuk busur kepulauan dan Busur
Banda. Aktivitas gunungapi yang berhubungan dengan busur tersebut membentuk komposisi
Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 8-2
batuan terutama andesitik dan basaltik Gambar 4.
Perpindahan yang cepat lempeng AustraliaPNG ke arah utara menyebabkan
tubrukan dengan bagian timur busur banda yang terjadi pada 3 juta tahun yang lalu,
menghasilkan dua formasi busur kepulauan yaitu busur dalam yang membentuk jalur
magmatik dan busur luar yang membentuk jalur kepulauan.
Struktur yang terbentuk selama penunjaman lempeng samudera mempunyai
kesamaan arah dengan terbentuknya struktur sebelum dan sesudah tubrukan dengan lempeng
Australia yaitu NW – SE dan NE – SW yang berpasangan dan sejajar dengan busur E – W,
sementara N – S kemungkinannya merupakan patahan normal.
2.2 Mineralisasi