PERMOHONAN EKSEKUSI PEMERIKSAAN TAMBAHAN ALAT BUKTI

BAB IV PERMOHONAN EKSEKUSI

Pasal 68 1 Dalam hal Terlapor tidak melaksanakan Putusan Komisi atau Putusan Pengadilan Negeri atau Putusan Mahkamah Agung yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka Komisi menyerahkan Putusan tersebut kepada Pengadilan Negeri untuk dimintakan Penetapan Eksekusi. 2 Dalam rangka menjamin efektifitas Putusan, Komisi dapat mengambil langkah-langkah lain diluar upaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

BAB XII PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Pasal 69 1 Komisi melakukan Pemeriksaan Tambahan berdasarkan perintah Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang menangani upaya hukum keberatan yang diajukan oleh Terlapor terhadap Putusan Komisi. 2 Perintah Majelis Hakim Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dituangkan melalui Putusan Sela. 3 Putusan Sela sebagaimana dimaksud pada ayat 2 memuat hal- hal yang harus diperiksa dengan alasan-alasan yang jelas dan jangka waktu Pemeriksaan Tambahan yang diperlukan. Pasal 70 1 Pemeriksaan Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dilakukan oleh Majelis Komisi yang memutus Putusan Komisi yang diajukan keberatan oleh Terlapor. 2 Untuk pelaksanaan tugas Pemeriksaan Tambahan, Majelis Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dibantu oleh Panitera. Pasal 71 1 Pemeriksaan Tambahan dilakukan di ruang Pemeriksaan di Kantor Pusat Komisi atau Kantor Perwakilan Daerah Komisi atau tempat lain yang ditentukan oleh Majelis Komisi. 2 Hasil Pemeriksaan Tambahan sebagiamana dimaksud pada ayat 1 dicatat dalam suatu Berita Acara Pemeriksaan Tambahan yang ditandatangani oleh Pihak yang diperiksa, Majelis Komisi dan Panitera. 3 Setelah … 3 Setelah selesai melakukan Pemeriksaan Tambahan, Majelis Komisi melalui Sekretariat Komisi menyampaikan hasil Pemeriksaan Tambahan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang menangani perkara keberatan. BUKU KESEMBILAN BUKTI

BAB I ALAT BUKTI

Pasal 72 1 Dalam menilai terjadi atau tidaknya pelanggaran, Majelis Komisi menggunakan alat-alat bukti berupa: a. Keterangan Saksi; b. Pendapat Ahli; c. Surat danatau dokumen; d. Petunjuk; e. Keterangan Terlapor. 2 Majelis Komisi menentukan sah atau tidak sahnya suatu alat bukti. 3 Petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d merupakan pengetahuan Majelis Komisi yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya. 4 Keterangan Terlapor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e tidak dapat ditarik kembali, kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh Majelis Komisi.

BAB II SAKSI