Pertukaran Mata Uang Al- Sharf Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN-MUI

e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau jual beli

tanpa hak kepemilikan bai al-alfudhuli. 44

4. Pertukaran Mata Uang Al- Sharf Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN-MUI

Kegiatan manusia dalam usaha pemenuhan berbagai keperluan atau kebutuhan, seringkali diperlukan jual beli mata uang Al-Sharf, baik antar mata uang sejenis maupun berlainan jenis. Pada kegiatan urf tijari tradisi perdagangan transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandangan ajaran islam berbeda antar satu bentuk dengan bentuk lainnya. Kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran islam, DSN Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Al-Sharf untuk dijadikan pedoman yaitu Fatwa DSN 28DSN-MUIIII2002. Pengaturan mengenai Al-Sharf ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Muharram 1423 H 28 Maret 2002 dengan isi sebagai berikut : a. Ketentuan Umum Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Tidak untuk spekulasi untung-untungan 2 Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga simpanan 44 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, Hlm. 98. 36 3 Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai at-taqabudh. 4 Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai. 45 b. Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing 1 Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing valas untuk penyerahan pada saat itu over the counter atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari ِ ههننمِ دبب ل ل اممب dan merupakan transaksi internasional. 2 Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan muwaadah dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari lil hajah. 45 Tim, Modul KNEI Terbuka. FE UNS, Surakarta, 2006,Hlm. 45 37 3 Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir spekulasi. 4 Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka 5 membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir spekulasi. c. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 46 46 Ibid, Hlm. 45 38

BAB III METODE PENELITIAN

Menurut Kartini Kartono, metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti jalan sampai, meta dan hodos berarti jalan. Metodologi penelitian ialah cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. 47 Penelitian merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis maupun praktis. Penelitian merupakan suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segi kehidupan. 48 Metode penelitian hukum mempunyai ciri-ciri tertentu yang merupakan identitasnya, karena ilmu hukum dapat dibedakan dari ilmu-ilmu pengetahuan lain. Besar kemungkinan bahwa para ilmuwan dari ilmu-ilmu tertentu dari luar ilmu hukum menganggap penelitian hukum bukan merupakan suatu penelitian yang bersifat ilmiah. 49 Penelitian selalu menggunakan beberapa metode yang bertujuan untuk mencari kebenaran obyektif terhadap permasalahan yang diteliti. Proses dalam melaksanakan penelitian merupakan hal yang penting untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, selanjutnya dapat berkembang menjadi suatu gagasan teori baru yang merupakan proses yang tidak ada 47 Kartini kartono, Pengantar Metodoogi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung,1996, Hlm. 20 48 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,UI, Pres, Jakarta, 1986, Hlm. 3 49 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, Hlm. 1 39