2.2.2.13Siklus Pengembangan Perangkat Lunak
Siklus pengembangan perangkat lunak atau sering disebut juga dengan siklus hidup perangkat lunak adalah:
Periode waktu yang diawali dengan keputusan untuk mengembangkan produk perangkat lunak dan berakhir setelah perangkat lunak
diserahkan. Umumnya siklus pengembangan ini terdiri dari tahap analisis kebutuhan, perancangan, penerapan, pengujian, dan instalasi serta
pemeriksaan. Periode waktu yang diawali dengan keputusan untuk mengembangkan
produk perangkat lunak dan berakhir saat produk tidak dapat ditingkatkan lebih jauh lagi oleh pengembang.
2.2.2.14Model Proses Pengembangan Perangkat Lunak
Model proses perangkat lunak atau disebut juga paradigma rekayasa perangkat lunak adalah suatu strategi pengembangan yang
memadukan lapisan proses, metode, dan alat serta tahap-tahap generik. Model proses untuk rekayasa perangkat lunak dipilih berdasarkan sifat proyek dan
aplikasi, metode dan alat yang digunakan, serta pengendalian dan hasil yang diinginkan. Berikut adalah beberapa model proses pengembangan perangkat
lunak.
1. Linear Sequential Model
Linear sequential model atau disebut juga “classic life cycle” atau
“waterfall model” adalah metode pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan sekuensial dengan cakupan aktivitas:
1. Pemodelan dan rekayasa sisteminformasi. Menetapkan
kebutuhan untuk seluruh elemen sistem dan kemudian memilah mana yang untuk pengembangan perangkat lunak.
2. Analisis kebutuhan perangkat lunak
3. Perancangan
4. Pembuatan kode
5. Pengujian
6. Pemeliharaan
Beberapa kelemahan linear sequential model: 1.
Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial, sehingga perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah
didapat tim harus diubah kembali. 2.
Linear sequential model mengharuskan semua kebutuhan pemakai sudah dinyatakan secara eksplisit di awal proses, tetapi
kadang-kadang hal ini tidak dapat terlaksana karena kesulitan yang dialami pemakai saat akan mengungkapkan semua kebutuhannya
tersebut. 3.
Pemakai harus bersabar karena versi dari program tidak akan didapat sampai akhir rentang waktu proyek.
4. Adanya waktu menganggur bagi pengembang, karena harus
menunggu anggota tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.
2. Prototyping Model
Pendekatan prototyping model digunakan jika pemakai hanya mendefinisikan objektif umum dari perangkat lunak tanpa merinci
kebutuhan input, pemrosesan dan outputnya, sementara pengembang tidak begitu yakin akan efisiensi algoritma, adaptasi sistem operasi,
atau bentuk interaksi manusia- mesin yang harus diambil. Cakupan aktivitas prototyping model terdiri dari:
1. Mendefinisikan
objetif secara
keseluruhan dan
mengidentifikasi kebutuhan yang sudah diketahui. 2.
Melakukan perancangan secara cepat sebagai dasar untuk membuat prototype
3. Menguji coba dan mengevaluasi prototype dan kemudian
melakukan penambahan dan perbaikan-perbaikan terhadap prototype yang
sudah dibuat.
Kelemahan prototyping model: 1.
Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari
bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
2. Pengembang
kadang-kadang membuat
kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang tidak relevan
dan algoritma yang tidak efisien.
3. RAD Rapid Application Development Model