HUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN BERKEKUATAN DENGAN SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PENGRAJIN SEPATU KULIT DI KABUPATEN MAGETAN BAGIAN PRODUKSI

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN BERKEKUATAN DENGAN
SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PENGRAJIN SEPATU
KULIT DI KABUPATEN MAGETAN BAGIAN PRODUKSI

Oleh:
ERFIAN PRISSANTIKA
201110330311115

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2015

i

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN BERKEKUATAN DENGAN
SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PENGRAJIN SEPATU
KULIT DI KABUPATEN MAGETAN BAGIAN PRODUKSI


Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Fakultas Kedokteran

Oleh:
ERFIAN PRISSANTIKA
201110330311115

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2015

ii

iii

iv


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi semua nikmat, kebaikan,
dan kekuatan selama proses pelaksanaan, Yang Maha Menyimpan rahasia hikmah
di balik semua peristiwa, Yang Maha Memudahkan, dan atas karunia-Nya,
penulisan tugas akhir ini dapat selesai dengan baik. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan

kepada

Rasulullah

Muhammad

shalallahu

alaihi


wasallam,

keluarganya dan para sahabatnya yang telah berjasa membawa syiar dakwah
Islam ke seluruh dunia.
Penelitian tugas akhir ini berjudul “Hubungan Gerakan Repetitif dan
Berkekuatan dengan Sindrom Terowongan Karpal pada Pengrajin Sepatu Kulit di
Kabupaten Magetan Bagian Produksi”. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi
persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Malang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1.

dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang atas ilmu dan bimbingannya selama di Fakultas
Kedokteran UMM.

v

2.


dr. Moch. Ma’roef, SpOG, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran
UMM atas kesediaan waktu dan penyampaian ilmu yang sangat bermanfaat
bagi masa depan para mahasiswa FK UMM.

3.

dr. Rahayu, SpS, selaku Pembantu dekan II Fakultas Kedokteran UMM
yang senantiasa bersabar dalam membimbing dan mengajarkan ilmunya
kepada kami.

4.

dr. Iwan Sys Indrawanto, SpKJ, selaku Pembantu Dekan III, yang penuh
semangat dalam menyampaikan ilmu dan motivasi yang membangun
semangat kami selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran.

5.

dr. Rubayat Indradi, M.OH, selaku pembimbing I, atas kesabaran, kebaikan

hati, serta kesediaan dalam meluangkan waktu dalam membimbing hingga
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

6.

dr. Anung Putri Illahika, M.Si, selaku pembimbing II, atas kesabaran,
kebaikan

hati,

serta

kesediaan

dalam

meluangkan

waktu


dalam

membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik.
7.

dr. Yudityarini Priyanto, SpS, selaku penguji tugas akhir ini, atas segala
masukan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam pengerjaan tugas
akhirini dan kesediaan waktu, sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik.

8.

Segenap

jajaran

TU

dan


staf

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah Malang atas bantuannya selama mengerjakan tugas akhir
ini.

vi

9.

Kepada ibu, bapak, atas doa yang diberikan dari pagi hingga pagi lagi, serta
dukungan moril dan materil yang tak pernah putus agar tugas ini dapat
selesai dengan baik. Chrysan Riandini, terimakasih sudah menjadi adik
terbaik yang telah banyak membantu dan membuat penulis selalu semangat

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10.

Sejawat FK UMM angkatan 2011, Adorables, atas dukungan, bantuan, dan
kerjasamanya. Semoga kelak dapat menjadi dokter-dokter profesional yang
barokah, sukses dunia akhirat, dan senantiasa dalam ketaatan kepada Allah
SWT.

11.

Sahabat-sahabat terbaik yang menjadi keluarga selama di Malang, Linda,
Ayu Desi, Dea, Tari, Lili, Junita, Imaniyah, Laksita, Arum, Mega, Winda,
Tita, Almira terimakasih atas kebersamaan yang sederhana, bantuan,
kesabaran, motivasi, dukungan, dan semua yang telah diberikan.

12.

Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, yang
telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini, terimakasih atas

bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
masukan yang membangun. Dengan mengharapkan Keridhaan-Nya, semoga
karya tulis ini dapat menambah wawasan keilmuan dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Malang, 1 September 2015

Penulis

vii

ABSTRAK
Prisantika, Erfian. 2015. Hubungan Gerakan Repetitif dan Berkekuatan dengan Sindrom
Terowongan Karpal pada Pengrajin Sepatu Kulit di Kabupaten Magetan Bagian
Produksi. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Malang. Pembimbing: (1) Rubayat Indradi * , (2) Anung Putri Illahika **
Latar Belakang: Sindrom Terowongan Karpal merupakan salah satu penyakit akibat
kerja yang sering dijumpai pada pekerja industri di beberapa negara. Beberapa faktor
yang berhubungan dengan resiko peningkatan terjadinya kejadian Sindrom Terowongan

Karpal adalah gerakan repetitif dan gerakan yang menggunakan kekuatan pergelangan
tangan.
Tujuan: Mengetahui hubungan gerak repetitif dan berkekuatan dengan Sindrom
Terowongan Karpal pada pengrajin sepatu kulit di Kabupaten Magetan bagian produksi.
Metode: Analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan
sampel secara total sampling dan didapatkan sampel sebanyak 67 responden yang terdiri
dari 12 orang di bagian pemotongan, 16 orang di bagian penjahitan, 26 orang di bagian
perakitan, dan 13 orang di bagian finishing. Pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner, observasi, dan pemeriksaan fisik (Phalen test and Tinel sign). Gerak repetitif
dan gerak berkekuatan masing-masing terbagi dalam kelompok tinggi dan rendah. Gerak
repetitif tinggi adalah gerak berulang yang intensitas gerakannya lebih dari 30x/menit,
sedangkan kekuatan tinggi adalah kekuatan tangan yang lebih dari 6 kg. Data hasil
penelitian ini dianalisis menggunakan Chi-square, Spearman, dan regresi logistik.
Hasil Penelitian dan Diskusi: Angka kejadian STK terbanyak ditemukan pada rentang
usia 21-30 tahun (22,4%), masa kerja lebih dari 10 tahun (41,8%), lama kerja lebih dari 8
jam per hari (47,8%), pada responden dengan BMI normal (49,3%), pada bagian unit
perakitan (32,8%), dan pada responden yang menggunakan gerakan repetitif tinggi dan
kekuatan tinggi (51,2%). Pada analisis Chi-square didapatkan p.
Bruce and John, 2009, Carpal Tunnel Syndrome: Can it be a work related
condition? , Australian Family Physician, Vol.38 No.8. Pp. 684-686.


71

72

Burt S, Ken C, Yan J et al, 2011, Workplace and Individual Risk Factor for
Carpal Tunnel Syndrome, Occupational and Environmental Medicine,
[online] Viewed 30 Mei 2015 .
Cabe M S J, Anna L, Uebele et al, 2007, Epidemiologic Association of Carpal
Tunnel Syndrome and Sleep Position: Is There a Case for Causation?,
American Association for Hand Surgery, No.2, Pp. 127-134.
Chiotis K, Nikolaos D, Aspasia R et al, 2013, Role of Anthropometric
Characteristic in Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome, American Congress
of Rehabilitation Medicine, Pp. 737-744. [online]. Viewed 30 Mei 2015
.
Departemen Kesehatan RI, 2005, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta:
Departemen Republik Indonesia.
Erawati R V, 2012, Kontribusi Industri Kerajinan Kulit Bagi Pendapatan Tenaga
Kerja di Kabupaten Magetan, Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya.
[online] Viewed 29 Mei 2015 .
Harahap, R, 2003, Praktis Carpal Tunnel Syndrome, Cermin Dunia Kedokteran,
Vol.141: Pp. 51-53.
Health Council of Netherland, 2013, Repetitive Movements at Work: Health Risk
due to Repetitive Movements at Work, Committe on Identification of
Workplace Risks, Pp. 21-35. ISBN: 978-90-5549-967-0.
Helmi Z N, 2012, Penyakit Degeneratif pada Tendon: Sindrom Terowongan
Karpal, In: Helmi Z N, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Pp. 339343, Salemba Medika, Jakarta, ISBN: 978-602-8570-97-8.
Huldani, 2013, Carpal Tunnel Syndrome, Jurnal online Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Ibrahim I, W S Khan, N Goddard et al, 2012, Carpal Tunnel Syndrome: A Review
of the Recent Literature, The Open Orthopaedics Journal, Vol. 6, pp. 6976.
Jagga V, Lehri A, and Verma S K, 2011, Occupation and Its Association with of
Carpal Tunnel Syndrome – A Review, Journal of Excercise Science and

72

73

Physiotherapy. Vol.7, No.2, pp.68-78 [online]. Viewed 27 Mei 2015 <
http: //medind.nic.in/jau/t11/i2/jaut11i2p68.pdf>.
Jonathan F, 2013, The Wrist and Carpal Tunnel, [online] Viewed 29 Mei 2015
.
Kamath and Stothard, 2004, A Clinical Questionnaire for the Diagnosis of Carpal
Tunnel Syndrome, The British Society for Surgery of the Hand, Vol.29,
pp.95-96.
Kurniawan B, Jayanti S, dan Setyaningsih Y, 2008, Faktor Resiko Kejadian
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa
Karangcengis, Purbalingga, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.3,
No.1, pp 31-37.
Lie TMS, 2005, Gerakan Repetitif Berulang Sebagai Faktor Resiko Terjadinya
Sindrom Terowongan Karpal pada Pekerja Wanita di Pabrik Pengolahan
Makanan, Universa Medicina Jurnal Kedokteran Universitas Trisakti,
Vol.24, No.1, pp. 15-23.
Mardjono M dan Sidharta P, 2009, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat,
Jakarta.
Moore KL, Arthur F, Dalley II et al, 2013, Anatomi Berorientasi Klinis Edisi 5,
PT Erlangga, Jakarta.
Munoz ZR, 2013, Water, Energy, and Carbon Footprints of a Pair of Leather
Shoes, KTH Royal Institute of Technology, pp. 12-14.
Negari ADS, 2009, Hubungan antara Intensitas Gerakan Berulang dan Tingkat
Kekuatan Kontraksi Otot pada Tangan dengan Tingkat Nyeri Pergelangan
Tangan pada Industri Sarung Ayu “M&C” Pemalang Jawa Tengah, eJournal Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Palmer KT, 2011, Carpal tunnel syndrome: The role of occupational factors,
Europe PMC Funders Group, University of Southampton, UK, Best Pract
Res Clin Rheumatol, 25(1): 15–29. doi:10.1016/j.berh.2011.01.014.
Pangestuti AA dan Widajati N, 2014, Faktor yan Berhubungan dengan Keluhan
Karpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Gerinda di PT DOK dan
Perkapalan Surabaya, The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, Vol. 3, No. 1, Hal. 14-24.

73

74

Rell MJ and Galvin JR, 2008, Cumulative Trauma Disorders, Connecticut
Department of Public Health, Environmental and Occupational Health
Assessment Program, University of Connecticut, Pp. 2-4 [online]. Viewed
26 Mei 2015 .
Roquelaure Y, Mariel J, Dano C et al, 2002, Prevalence, Incidence, and Risk
Factors of Carpal Tunnel Syndrome in a Large Shoe Footwear Factory,
Center for Occupational Health and Ergonomics University Hospital
Angers Cedex France, Vol.14, No.4 pp. 357-367.
Schnetzler, KA, 2008, Acute Carpal Tunnel Syndrome, US National Library of
Medicine National Institute of Health, Pubmed [online] Viewed 28 Mei
2015 < http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18460688>.
Silverstein BA, Fine LJ, and Amstrong TJ, 1987, Hand Wrist Cumulative Trauma
Disorders in Industry, British Journal of Industrial Medicine, Vol.43, pp.
779-784 [online] Viewed 26 Juni 2015 .
Snell RS, 2006, Anatomi Klinik Ed 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Soegih R, 2009, Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis, CV Sagung Seto
Jakarta.
Subaris dan Haryono, 2007, Hygiene Lingkungan Kerja, Mitra Cendekia Press,
Yogyakarta.
Tana L, Halim SF, Delima et al, 2004, Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja
Garmen di Jakarta, Jurnal Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 32, No. 2.
Pp. 73-82.
Tana L, Delima, dan Ryadina W, 2009, Evaluasi Mdel Penyuluhan dalam
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Mengenai Sindrom
Terowongan Karpal pada Pekerja Beberapa Perusahaan Garmen di Jakarta
tahun 2004, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. XIX,
No.3, Pp. 109-115.
Tengfei F, Manlin C, Fang L et al, 2015, Carpal Tunnel Syndrome Assessment
with Ultrasonography: Value of Inlet to Outlet Median Nerve Area Ratio

74

75

in Patients versus HealthyVolunters, PLOS ONE 10 (1) pp. 1-11:
e0116777. Doi:10.1371/journal.pone.0116777.
Takala J, Päivi H, Kaija LS et al, 2014, Global Estimates of the Burden of Injury
and Illness at Work in 2012, Journal of Occupational and Environmental
Hygiene, [online] Viewed 30 Mei 2015 .
Yunanto D, 2013, Produk Sepatu Kulit, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya, Sleman,
Yogyakarta.

75

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja diberbagai sektor baik formal maupun informal memiliki
resiko terpajan dengan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat
Pekerjaan (KAP). PAK adalah suatu masalah kesehatan yang disebabkan oleh
pajanan berbahaya di tempat kerja. Laporan ILO 2011 menyebutkan bahwa
persentase kasus PAK lebih banyak daripada KAP (Takala et al, 2014). PAK
yang sering dijumpai yaitu ketulian, gangguan reproduksi, penyakit jiwa,
sistem saraf dan gangguan muskuloskeletal termasuk sindrom terowongan
karpal (STK). STK merupakan salah satu PAK yang dilaporkan oleh badan
statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering terjadi
dikalangan pekerja industri. Angka kejadian STK di USA pada pekerja
industri diperkirakan ada 15-20% dan dilaporkan bahwa lebih 50% dari
seluruh PAK di USA adalah cumulative trauma disorders (CTD), dimana
salah satunya adalah STK (Rell and Galvin, 2008).
Prevalensi STK dalam dunia kerja di Indonesia masih belum banyak
diketahui, karena sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang
dilaporkan. Pada penelitian sebelumnya tahun 2003-2005, menunjukkan
adanya peningkatan kejadian STK di Surabaya dari 76 kasus menjadi 112
kasus pada pekerjaan dengan tingkat frekuensi pengulangan yang sering dan
durasi yang lama (Pangestuti dan Widajati, 2014).
STK merupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus
medianus dan menempati posisi pertama sebagai salah satu penyakit tersering

1

2

dalam golongan CTD pada ekstremitas atas (Rell and Galvin, 2008). STK
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Beberapa
peneliti melaporkan bahwa lebih dari separuh penyebab STK adalah faktor
dari tempat kerja yang erat hubungannya dengan gerakan repetitif dengan
menggunakan tumpuan tenaga pergelangan tangan dan tangan, getaran, dan
tekanan mekanik langsung pada tangan saat bekerja dalam jangka waktu yang
lama, suhu yang ekstrim serta postur kerja yang tidak ergonomis (Jagga,
Lehri, and Verma, 2011).
Penyebab gangguan pada jaringan sekitar terowongan karpal terjadi
karena proses inflamasi kronis yang mengakibatkan tekanan dalam
terowongan karpal meningkat sehingga dapat menekan nervus medianus
(entrapment neuropathy) yang akhirnya memunculkan gejala klinis STK
yang khas seperti kesemutan, nyeri, kebas, atau sensasi seperti tertusuk-tusuk
pada jari dan tangan di daerah distribusi nervus medianus (bagian volar 3½
jari sisi radial) yang menyebabkan terbatasnya fungsi pergelangan tangan dan
pekerjaan sehari-hari (Bethesda, 2012).
Kabupaten Magetan selama 15 tahun terakhir dikenal sebagai sentra
pengrajin sepatu kulit. Sebagian besar pengrajin sepatu kulit didaerah tersebut
termasuk dalam sektor informal dengan memproduksi sepatu kulit yang
dibuat secara hand made. Pengrajin sepatu bagian produksi merupakan
bagian yang amat penting bagi produsen sepatu, karena dibagian inilah semua
kegiatan produksi mulai dari pemrosesan bahan hingga menjadi sepatu yang
siap dipasarkan (Erawati, 2012).

3

Minimnya penelitian tentang STK di industri sepatu Indonesia inilah
yang menyebabkan peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan
lamanya frekuensi gerakan repetitif dan berkekuatan tangan dengan angka
kejadian STK pada pengrajin sepatu kulit sektor informal.

1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara intensitas gerakan repetitif dan berkekuatan
dengan kejadian sindrom terowongan karpal (STK) pada pegrajin sepatu
kulit di Magetan bagian produksi ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara intensitas gerakan repetitif dan berkekuatan
dengan kejadian Sindrom Terowongan Karpal (STK) pada pengrajin sepatu
kulit di Magetan bagian produksi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui angka kejadian STK pada setiap unit produksi (pemotongan,
penjahitan, perakitan, dan finishing)
2. Mengetahui angka kejadian STK dengan profil responden (usia, masa kerja,
lama kerja, dan BMI)
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh gerakan repetitif dan berkekuatan
dengan kejadian STK

4

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademis
a.

Sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan dokter terutama dalam bidang ilmu penyakit
saraf yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja, khususnya STK.

b.

Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan kerja khususnya STK.

1.4.2 Manfaat klinis
Memberikan sumbangan pemikiran kepada pengembangan ilmu
kedokteran untuk mengupayakan tindakan preventif terjadinya STK pada
pengrajin sepatu kulit.
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang STK sehingga
nantinya diharapkan masyarakat lebih memperhatikan kondisi kesehatan diri
dengan rutin memeriksakan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan
terdekat sebagai upaya deteksi dini STK.
1.4.4 Manfaat bagi industri
Memberikan sumbangan pemikiran bagi bidang industri untuk
menerapkan standar operasional prosedur bagi pekerja pada sektor formal
maupun informal yang kesehariannya melakukan pekerjaan beresiko untuk
mengalami PAK berupa STK. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya
dalam mengurangi biaya perusahaan yang dikeluarkan untuk kesehatan para
pekerja industri maupun pengrajin sepatu, khususnya bagian produksi.