Sindroma Terowongan Karpal Akibat Kerja

TTIIN
NJJA
AU
UA
AN
N PPU
USSTTA
AK
KA
A

SINDROMA TEROWONGAN KARPAL AKIBAT KERJA
Halinda Sari Lubis
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155
ABSTRACT
Carpal Tunnel Syndrome Occupational disease is a carpal tunnel syndrome
caused by occupation or agent at environment like vibration, pressure and
ergonomic factors (cumulative activities). Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome
Occupational disease is known by symptom, diagnosis of screening and
laboratory founding, exposure with vibration at work. There are no therapeutic

specific, almost of them by conservative therapeutic and operative if has
indication to do it. The prognosis more better if in early stadium, and make
out from exposure with the risk factor. If in the late stadium, nervus disorders
is irreviersible condition.
Keywords: Carpal tunnel syndrome, Occupational disease, Ergonomic factor
PENDAHULUAN
Proses industrialisasi dan modernisasi
teknologi umumnya disertai alat-alat mekanis
atau mesin-mesin yang dijalankan dengan
motor. Sebahagian kekuatan mekanis ini
disalurkan ke tubuh tenaga kerja dalam
bentuk getaran mekanis. Getaran seperti ini
dapat mengganggu kenikmatan kerja,
pekerjaan terganggu karena cepat lelah dan
dapat mengakibatkan bahaya terhadap
kesehatan berupa neuropati perifer, seperti
Sindroma Terowongan Karpal (STK)
(Suma’mur, 1995).
Sindroma
Terowongan

Karpal
merupakan neuropati perifer karena tekanan
atau getaran mekanis pada nervus medianus
di dalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan, tepatnya di bawah
fleksor retinakulum (Moeliono, 1993). Dalam
kepustakaan lain STK ini dikelompokkan
dalam gangguan pada ekstremitas atas karena
trauma kumulatif (Cumulative Trauma
Disorders of The Extremitas) (Zens, et al.,
1994, Levy, et al., 1994).
Sindroma terowongan karpal akibat kerja
adalah sindroma terowongan karpal yang terjadi
karena pekerjaan ataupun keadaan/agen yang
ada di lingkungan kerja, misal getaran, tekanan

dan faktor ergonomi (Suma’mur, 1995; WHO.
1995).
STK pertama kali dipublikasikan oleh
Piere Marie dan C. Foix pada tahun 1913. Istilah

sindroma terowongan karpal diperkenalkan oleh
Moersch pada tahun 1938. Steven dkk.
melaporkan pada populasi Rochester, Minnesota
ditemukan rata-rata 99 kasus dari 100.000 orang
dalam setahun. Voitk et al. (1983) menemukan
jumlah STK yang cukup tinggi pada kehamilan
(Moeliono, 1993). Prevalensi sindroma
terowongan karpal dikaitkan dengan pekerjaan
diperkirakan kurang dari 1%, masih jauh lebih
rendah dari gangguan musculoskeletal lainnya,
seperti Low Back Pain Levy, et al., 1994).
Meskipun demikian, bila seseorang telah
mengalami gangguan berupa STK ini dapat
mengakibatkan keterbatasan dalam penggunaan
tangannya sehari-hari.
AGEN PENYEBAB
a.

b.


Getaran; getaran yang memicu terjadinya
sindroma terowongan karpal adalah
getaran
lokal
melalui
tangan
(Suma’mur, 1995; Moeliono, 1993;
Zens, et al., 1994).
Tekanan; berupa tekanan yang terjadi
lokal pada telapak tangan dan
berlangsung lama seperti pesenam lantai,

199
Universitas Sumatera Utara

c.

anggota militer atau olahragawan yang
sering menggunakan telapak tangan
sebagai tumpuan berat badan tubuh saat

berlatih, juga dapat dijumpai pada
petani saat mencangkul (Suma’mur,
1995; Zens, et al., 1994).
Ergonomi; berupa sikap atau kebiasaan
tenaga
kerja
khususnya
yang
menggunakan tangan atau pergelangan
tangan secara salah menurut ilmu
ergonomi dan berlangsung lama, misal
operator Video Display Terminal
(VDT), operator komputer, tukang
ketik, pengrajin anyaman bambu, dan
sebagainya (Suma’mur, 1995).

muskuloskeletal pada ekstremitas atas
dikaitkan dengan pekerjaan (Levy, et al.,
1994).
Apapun penyebab kompresi, kenaikan

tekanan jaringan adalah keadaan terakhir
sebelum terjadinya gangguan neurologis.
Beberapa faktor yang menaikkan tekanan
jaringan:
1. Edema (pascatrauma atau inflamasi,
endokrin, atau mekanik).
2. Volume kanal bertambah (tumor,
synovitis, otot tambahan).
3. Deformitas dinding kanal karena fraktur
atau dislokasi.
4. Posisi lengan dan tangan (fleksi
pergelangan tangan) (Levy, et al., 1994).

PEKERJAAN YANG BERISIKO
GEJALA KLINIK
Operator bor pneumatik, pahat getar,
gergaji
listrik,
penggerinda,
pekerja

konstruksi, pekerja otomotif, pengemudi,
pemusik, operator VDT, tukang ketik,
pekerja tekstil, pekerja pabrik ban, pemahat
patung, pengrajin anyaman bamboo,
penjahit, mencuci dengan tangan, dan lainlain (Suma’mur, 1995; Zens, et al., 1994,
Levy, et al., 1994; WHO, 1995).
PENILAIAN PAPARAN
British (BSI) dan ISO memberikan
nilai batasan untuk getaran mekanis selama 8
jam/hari kerja sebesar 2,8 m/det2 rms (Zens,
et al., 1994).
PATOGENESIS

Keluhan-keluhan yang timbul pada
STK yang umumnya terjadi secara
berangsur-angsur dan spesifik adalah:
1. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya
timbul malam atau pagi hari. Penderita
sering terbangun karena rasa nyeri ini.
2. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada

jari-jari. Biasanya jari ke 1,2,3, dan 4.
3. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar
sampai lengan atas dan leher, tetapi rasa
kebas hanya terbatas di distal pergelangan
tangan saja.
4. Gerakan jari kurang terampil, misalnya
ketika menyulam atau memungut benda
kecil.
5. Ada juga penderita yang datang dengan
keluhan otot telapak tangannya mengecil
dan makin lama semakin menciut.

Semua studi klinis, laboratoris dan
epidemiologis
memberikan
masukan
mengenai mekanisme terjadinya gangguan
FORSEFUL
MOTIONS


REPETITIVE
MOTIONS

MECHANICAL
STRESSES

INFLAMATION OF TENDON,
INSERTION, AND JOINTS
NERVE COMPRESSION

PAIN

IMPAIRMENT

STATIC OR
AWKWARD
POSTURES

PHYSICAL DAMAGE


Skema mekanisme terjadinya carpal tunnel syndrome

200

Sindroma Terowongan Karpal Akibat Kerja (199 – 201)
Halinda Sari Lubis
Universitas Sumatera Utara

Penyaring
diagnosis
sindroma
terowongan karpal hubungannya dengan
pekerjaan menurut NIOSH adalah:
1. Terdapat satu atau lebih gejala klinik
yang mengarah pada kecurigaan terhadap
STK berupa: parestesia, hipoestesia,
nyeri atau kekakuan karena dingin yang
mengikuti persarafan n. medianus pada
lengan.
2. Pemeriksaan secara obyektif yang

mengarah pada sindroma terowongan
karpal
berupa
pemeriksaan
fisik
diagnostic Tinel’s sign dan Phalen’s test
atau secara elektrodiagnostik ada
indikasi gangguan fungsi n. medianus
yang melintasi terowongan karpal.
3. Riwayat pekerjaan yang mendukung
perkembangan gejala-gejala berupa
penggunaan berulang dan frekuensinya
sering
pada
pergelangan
tangan,
penggunaan
alat-alat
yang
dapat
menggetarkan tangan dan frekuensi yang
sering dan berlangsung lama pada
tekanan berlebihan di pergelangan
tangan atau telapak tangan.
Faktor risiko di luar pekerjaan yang
mempengaruhi perkembangan sindroma
terowongan karpal antara lain: jenis kelamin
wanita, arthritis rheumatoid, diabetes
mellitus, myxedema, akromegali, kehamilan,
pemakaian obat hormonal, gout, edema
karena gagal jantung, kegemukan dan
sebagainya.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

2. Pemeriksaan kesehatan berkala, biasanya
dilaksanakan setahun sekali diarahkan
pada keluhan pergelangan tangan dan
lengan, khusus untuk pemeriksaan foto
sinar X hendaknya dilakukan selang
waktu 5 tahun (WHO, 1995).
3. Pengendalian gerakan tangan berulang
dengan menggunakan alat-alat otomatis
atau rotasi pekerjaan.
4. Pengendalian terhadap posisi tangan
yang salah dengan menyesuaikan meja
kerja ataupun alat kerja terhadap
individu.
5. Isolasi sumber getaran dengan pegas,
atau bamper (Suma’mur, 1995; Zens, et
al., 1994, Levy, et al., 1994; WHO, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Levy

B.S, Wegman
David H. 1994.
Occupational Health Recognizing and
Preventing Work-Related Disease.
Third Ed. New York-USA. Litle
Brown and Company: 470-489.
Moeliono, F. 1993. Etiologi, Diagnosis dan
Terapi Sindroma Terowongan Karpal
(STK) atau Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Neurona 10: 16-27.
Suma’mur, PK. 1995. Higiene Perusahaan
dan Keselamatan Kerja. Gunung
Agung. Jakarta: 75-82
WHO. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat
Kerja. Jakarta. EGC: 174-178.
Zens, C, Dickerson O. Bruce, Horvarth
Edward P. 1994. Occupational
Medicine. Third Ed. Mosby-USA: 4861.

1. Pemeriksaan
kesehatan
sebelum
penempatan mencakup riwayat medis
dan perhatian khusus pada sirkulasi
perifer, sistem saraf.

Sindroma Terowongan Karpal Akibat Kerja (199 – 201)
Halinda Sari Lubis

201
Universitas Sumatera Utara