ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)

(1)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH

WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN

RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

(2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF

TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC

(2001-2014)

Oleh:

AGUNG HAFIIDH IKHSAN

20120430035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

ii

ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH

WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN

RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

(2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF

TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC

(2001-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

AGUNG HAFIIDH IKHSAN 20120430035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

iii

YOGYAKARTA

(2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF

TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DISTRIC

(2001-2014)

Diajukan oleh

AGUNG HAFIIDH IKHSAN 20120430035

Telah Disetujui oleh:

Pembimbing

Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. Tanggal 28 November 2016 NIK: 1968104199409 143043


(4)

iv SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5

KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)

THE INFLUENCE OF TOURISM OBJECT, NUMBER OF TOURIST, AND PDRB TO INCOME OF LEVY IN 5 DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DISTRIC (2001-2014)

Diajukan Oleh Agung Hafiidh Ikhsan

20120430035

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 17 Desember 2016 Yang terdiri dari

Imamuddin Yuliadi,Dr., SE., M.si Ketua Tim Penguji

Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji

Ahmad Maruf, SE., M.Sc.

Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr.Nano Prawoto, S.E., M.Si NIK : 19660604199202 143016


(5)

v Nama : Agung Hafiidh Ikhsan Nomor Mahasiswa : 20120430035

Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (2001-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 28 November 2016


(6)

vi

MOTTO

Mulai dari diri kita untuk membuat langkah revolusi dan merobohkan ketidakadilan. Dan jangan sedikitpun ijinkan diri ini terbiasa dengan kemunafikan

(Hafiidh)

Jangan bangga lahir dengan tangisan bahagia dan mati dengan tangisan kehilangan. Karna kesiapan generasi sesudahku bukanlah karna jasadku tapi karna

semangat perjuang dan pemikiranku (Hafiidh)

Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan Penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya

(Tan Malaka)

Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu.

(Ali bin Abi Thalib)

Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya

orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (al-Baqarah: 269)


(7)

vii

Allah, karena dengan bimbingan dan kasih sayang serta keridhoan-Mu karya terbesar dalam perjalanan hidupku akhirnya bisa selesai dengan baik. Ku persembahkan karya sederhana dan bersejarah ini buat :

1. Kepada kedua orang tuaku, ayahku Wasijan dan ibuku Murni Kasiyaningsih yang selalu mendukungku dalam segala arah dan menasehatiku dari segala benar dan salah. Tak ada habisnya rasa terima kasihku dan rasa syukurku dilahirkan di keluarga seperti ini. Segala perjuangan dan jerih payah yang tiada henti aku rasakan.

2. Kepada adik-adiku yang terus memberi warna dalam masalah, senang, dan segala hal dalam perjalanku. Tangis canda dan tawa yang mengiringi. Gaya kebocahannya yang masih terus kuingta, dan aku bekum berhasil menjadi kakak mereka yang baik. Meraka Mutiara Koshashi Haq dan Anisa Dihni Yakhfadna

3. Kepada seluruh saudaraku kwaron dan Rizhoma 86 (mbong bin ahmad, kucing bin apri, penyok bin abi, tegar, yakub) terus bertahan hidup, saudaraku IMM 2012 (isom, aik, Sandra, sandi, aran, gifari, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan). Juga kepada seluruh kawan-kawan umy, Superteam JNE Vibro Mandiri dan lainya yang turut mendukung dan menjadi semangat.

4. Kepada dosen pembimbing Agus Tri Basuki, S.E., M.Si. yang akhirnya menyetujui skripsi saya untuk diujikan.

5. Kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi

6. Terakhir terima kasih ku kepada orang yang terus mendampingi aku mengerjakan skripsi, dalam kesusahanku di jogja, orang yang ada saja ulahnya. Dan berharap segala impian dan cita-cita mulia tercapai bersama Hikmah Samputri R, S.E.


(8)

viii

INTISARI

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah yang dibayarkan karena menggunakan suatu jasa atau mendapatkan suatu izin khusus yang diberikan pemerintah kepada perseorangan atau badan. Retribusi daerah terdiri dari retribusi jasa umum, jasa usaha, perizinan.

Penelitian ini bertujuan untuk (i)Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (ii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapaatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. (iii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini dicapai dengan metode Model analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dengan menggunakan data time series selama empat belas tahun (2001-2014) dan data cross section sebanyak 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah obyek pariwisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan retrbusi daerah, jumlah wisatawan berpengaruh negatif, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi daerah di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kata Kunci : jumlah obyek pariwisata, jumlah wisatawan, PDRB, pendapatan retribusi daerah


(9)

ix

tourism object to retribution Daerah Istimewa Yogyakarta area (ii)describe and analyze the impact number of tourist to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area (iii)describe and analyze the impact of PDRB to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area.

The purpose of this research is accomplished by a method of Analysis Models used are data with Fixed approaches penel Effect Model (FEM), using data time series for fourteen (2001-2014) and data cross section as much as 5 country/city of Daerah Istimewa Yogyakarta.

From analysis known that variable number of tourism object has no effect to retribution area, the number of tourist impact negatiffely to retribution area, and PDRB impact positifely and significant to retribution area in Daerah Istimewa Yogyakarta.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH JUMLAH OBYEK WISATA, JUMLAH WISATAWAN DAN PDRB TERHADAP PENDAPATAN RETRIBUSI DI 5 KABUPATEN/KOTA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA (2001-2014)” dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam

penulis tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat muslim kepada fitrah yang benar dan jalan yang di ridhoi-Nya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan terselesaikanya skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan tenaga serta bantuan moril maupun materiil khususnya kepada:

1. Drs. Agus Tri Basuki, SE,. M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktunya dan memberikan saran kepada penulis hingga terselesaikanya skripsi ini.

2. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi Ekoonomi Keuangan dan Perbankan Islam atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh studi.

3. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Muhammadiyah Yogyakarta

4. Semua dosen jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal kuliah hingga terselesaikanya skripsi ini.

5. Kedua orang tuaku ayahku Wasijan dan ibuku Murni Kasiyaningsih yang selalu ada telah memberikan segalanya kepada penulis.

6. Seluruh kerabat mahasiswa Fakultas Ekonomi Khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun

tidak langsung terlibat selama penulis menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian sangat diperlukan. Dan semoga karya kecil ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.


(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Penelitian ... 9

D. TujuanPenelitian ... …. ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Pendapatan Rertibusi ... 12


(12)

xii

3. PDRB ... 22

B. Penelitian Terdahulu ... 25

C. Hubungan Antar Variabel ... 30

D. Kerangka Penelitian ... 32

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Subyek/obyek Penelitian ... 34

B. Jenis Data ... 34

C. Teknik Pengumpul Data ... 34

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

E. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45

A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta ... 45

B. Geografi ... 45

C. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46

1. Kulonprogo ... 48

2. Bantul ... 51

3. GunungKidul ... 54

4. Kota Yogyakarta ... 56

5. Sleman ... 58

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Uji Asumsi Klasik ... 60


(13)

xiii

2. Pemilihan Model EstimasiRegresi Data Panel ... 66

3. Uji Hipotesis ... 68

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (UjiStatistik t) .... 68

C. Uji Statistik ... 72

1. Koefisien Determinasi ... 72

2. Uji Simultan (Uji F)... 72

3. Uji Parsial (Uji t) ... 73

D. Pembahasan ... 74

1. Jumlah Obyek Wisata terhadap Retribusi Daerah di DIY .. 75

2. Jumlah Wisatawan terhadap Retribusi Daerah di DIY ... 78

3. PDRB terhadap Retribusi Daerah di DIY ... 81

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN .... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah Obyek Wisata di Yogyakarta ... 4

1.2 Jumlah Wisatawan Di Yogyakarta ... 4

1.3 PDRB ADHK 2010 ... 5

1.4 Pendapatan Retribusi di D.I Yogyakarta ... 6

1.5 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 27

2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 28

2.1 Lanjutan Tabel Penelitian Terdahulu ... 29

4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Kulon Progo... 48

4.2 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Bantul ... 51

4.3 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Gunungkidul ... 54

4.4 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Kota Yogyakarta ... 57

4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Retribusi Sleman ... 59


(15)

xv

5.5 Hasil Uji Random Effect ... 66

5.6 Uji Chow ... 67

5.7 Uji Hausman ... 68

5.8 Uji t ... 69

5.9 Uji-T Statistik ... 74


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Penelitian ... 33 4.1.Peta Wilayah D.I Yogaykarta ... 44


(17)

Penelitian ini bertujuan untuk (i)Mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (ii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapaatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. (iii)Mendiskripsikan dan menganalisis Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini dicapai dengan metode Model analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dengan menggunakan data time series selama empat belas tahun (2001-2014) dan data cross section sebanyak 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah obyek pariwisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan retrbusi daerah, jumlah wisatawan berpengaruh negatif, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi daerah di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kata Kunci : jumlah obyek pariwisata, jumlah wisatawan, PDRB, pendapatan retribusi daerah


(18)

ABSTRACT

Retribution is a contribution which paid because use some service or receive special permit that given by goverment to individuals or organisation. Retribution consist of public service, business service and permission.

This research aims to (i)describe and analyze the impact number of tourism object to retribution Daerah Istimewa Yogyakarta area (ii)describe and analyze the impact number of tourist to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area (iii)describe and analyze the impact of PDRB to retribution Daerah Istimewa yogyakarta area.

The purpose of this research is accomplished by a method of Analysis Models used are data with Fixed approaches penel Effect Model (FEM), using data time series for fourteen (2001-2014) and data cross section as much as 5 country/city of Daerah Istimewa Yogyakarta.

From analysis known that variable number of tourism object has no effect to retribution area, the number of tourist impact negatiffely to retribution area, and PDRB impact positifely and significant to retribution area in Daerah Istimewa Yogyakarta.


(19)

1

A.Latar Belakang Penelitian

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata tersebut. Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu, karena berwisata bisa menghilangkan kejenuhan, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya, bisa berbelanja dan bisnis, (Austriana,2005).

Selain itu, Pariwisata merupakan hal yang kompleks dan bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pariwisata juga menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam jenis wisata yang diminati oleh masyarakat. Menurut Salah Wahab dalam bukunya “Tourism Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Karena dalam proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor produktivitas sangat diminati oleh masyarakat dan sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga menyediakan industri-industri klasik yang meliputi industri kerajinan tangan dan cinderamata, Penginapan dan transportasi yang ekonomis juga dipandang sebagai industri (Salah,2003).


(20)

2

Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas alam) serta industri lainnya. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional, dan PDRB.

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan esensi kebijakan otonomi daerah yang bergulir dewasa ini merupakan wujud dari kewenangan dalam bidang keuangan daerah. Dengan adanya kebijakan tersebut maka daerah mempunyai otoritas penuh bagi daerahnya untuk memberdayakan potensi daerah yang ada. Salah satunya adalah kebijakan pariwisata yang di dalamnya terdapat sektor-sektor pariwisata sebagai pendapatan daerah. Semua itu dicapai melalui penarikan pajak dan retribusi, dan tentunya didukung dengan pelayanan publik yang baik dari pemerintah daerah.

Dengan adanya pariwisata, tentu akan mendatangkan berbagai segi dampak positif antara lain dampak lingkungan, sosial, budaya dan dampak ekonomi. Dari segi ekonomi adanya pariwisata membawa berbagai macam dampak meliputi dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan. Dampak


(21)

langsungnya bagi pekerja di kawasan wisata tersebut termasuk pemerintah daerah. Dampak tidak langsung salah satunya bisa berupa meningkatnya permintaan akan transportasi umum publik, dan dampak berkelanjutannya tentu berhubungan dengan pemerintah dan masyarakat yang bekerja dibidang pariwisata atau pun tidak secara langsung tapi mendapatkan dampak positifnya. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah wisata yang banyak diminati wisatawan lokal maupun mancanegara. D.I Yogyakarta memiliki beragam jenis bentuk kepariwisataan, baik itu wisata budaya, wisata alam, wisata kuliner, maupun wisata jenis lainnya.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam objek wisata, diantaranya wisata budaya ada Candi Boko, Candi Sambisari, Museum Keraton, Museum Vredeburg, Alun-alun Kidul, Alun-alun Lor, Museum Monjali. Dalam wisata alam diantaranya ada Pantai Parangtritis, Pantai Depok, Pantai Baron, Pantai Sandranan, Wisata Kaliurang, Gunung Merapi, Waduk Sermo dan Kalibiru. Adapun wisata kuliner dan oleh-oleh khas jogja, Gudeg Wijilan, sepanjang jalan Malioboro, dan pusat perbelanjaan di daerah Malioboro, Bakpia Pathuk, kaos khas Jogja dagadu. Semua itu tersebar di setiap kabupaten di DIY, dan hal-hal yang disebutkan masih dari sebagian kecil dari seluruh jumlah objek wisata.

Perkembangan kepariwisataan memegang peranan penting sebagai pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di dalam mencipakan iklim yang sehat dan dinamis melalui pegelolaan kegiatan usaha dan kepariwisataan


(22)

4

di daerah. Berikut merupakan data jumlah obyek wisata di D.I Yogyakarta tahun 2010-2014

Tabel 1.1

Jumlah Obyek Wisata di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Obyek

Wisata

Pertumbuhan

2010 82 -

2011 92 12,19 %

2012 130 41,30 %

2013 132 1,53 %

2014 132 0 %

Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)

Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa setiap tahun nya dari tahun 2010-2014 kondisi pertumbuhan obyek pariwisata di D.I Yogyakarta fluktuatif dimana peningkatan terus terjadi tetapi tidak seimbang. Peningkatan sangat tinggi terjadi di tahun 2012 dimana pertumbuhannya mencapai 41,30%, tetapi ditahun berikutnya 2013 terjadi peningkatan tetapi pertumbuhan yang tidak signifikan di banding tahun sebelumnya. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi perkembangan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke DIY sebagai alternatif daerah kunjungan wisata.

Berikut ini merupakan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara yang telah berkunjung ke D.I Yogyakarta

Tabel 1.2

Jumlah Wisatawan di D.I Yogyakarta Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan

2010 8.157.393 -

2011 9.342.243 14,52 %

2012 11.507.556 23,17 %

2013 11.666.232 1,37 %

2014 13.943387 19,51 %


(23)

Dari data di atas dapat pula di simpulkan bahwa pertumbuhan kunjungan wisatwan baik domestik maupun macanegara cukup positif dilihat dari tahun ke tahun walau terjadi pertumbuhan yang fluktuatif. Dimana terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi di tahun 2012 yaitu sebesar 23,17%. Hal ini tentu menggambarkan situasi perekonomian yang bagus dimana setiap perjalanan ke obyek pariwisata tentu akan menguntukan bagi sisi perekonomian dari suatu daerah yang di kunjungi. Dari hal ini di katakan bahwa kondisi perekonomian di DIY cukup baik.

Selain itu diperlukan juga faktor pendukung lainnya seperti PDRB, dimana hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan berdampak bagi setiap calon wisatawan untuk melakukan kegiatan berwisata, berikut datanya:

Tabel 1.3 PDRB ADHK 2010

di D.I Yogyakarta

Tahun PDRB Pertumbuhan

2010 64.678.968.2 - 2011 68.049.874.4 5.21 % 2012 71.702.449.2 5.36 % 2013 75.637.007.5 5.48 % 2014 79.557.248.0 5.18 %

Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)

Dari tahun 2010-2014 kondisi PDRB perkapita di DIY selalu mengalami peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan selalu naik turun dan tidak dapat konsisten hal ini tentunya dampak dari peningkatan perekonomian fluktuatif yang terjadi seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada di DIY.


(24)

6

Tabel 1.4 Pendapatan Retribusi

di D.I Yogyakarta

Tahun Pendapatan Retribusi (ribu Rp) Pertumbuhan

2010 35.839.076 -

2011 37.709.418 5,22 %

2012 36.228.288 -3,93%

2013 41.436.703 14,38%

2014 36.670.322 -11,50%

Sumber : BPS D.I Yogyakarta (Data diolah)

Telah diketahui laju pertumbuhan dari data diatas bahwa retribusi obyek pariwisata di DIY pada periode tahun 2010-2014 mengalami pertumbuhan yang kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada tahun 2010 meningkat ditahun 2011 berkisar 5,22%. Akan tetapi penurunan terjadi ditahun berikutnya yaitu sebesar -3,93%, dan pada tahun 2013 kembali meningkat kemudian menurun kembali di tahun 2014. Dapat disimpulkan dari tabel tersebut, bahwa pendapatan retribusi di D.I Yogyakarta mengalami perkembangan yang lambat. Oleh karena itu sangat penting untuk menelaah apakah perkembangan cukup tinggi atau sebaliknya dan dengan disertai pemerataan atau tidak.


(25)

Tabel 1.5

Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Retribusi, Jumlah Obyek Pariwisata, Jumlah Wisatawan, PDRB Tahun Pendapatan

Retribusi

Pertumbuhan (Pendapatan Retribusi)

Jumlah obyek wisata

Pertumbuhan (Jumlah obyek wisata)

Jumlah wisatawan

Pertumbuhan

(jumlah wisatawan) PDRB

Pertumbuhan (PDRB perkapita)

2010 35.839.076 - 82 - 8.157.393 - 64.678.968.2 -

2011 37.709.418 5,22 % 92 12,19 % 9.342.243 14,52 % 68.049.874.4 5.21 %

2012 36.228.288 -3,93% 130 41,30 % 11.507.556 23,17 % 71.702.449.2 5.36 %

2013 41.436.703 14,38% 132 1,53 % 11.666.232 1,37 % 75.637.007.5 5.48 %

2014 36.670.322 -11,50% 132 0 % 13.943387 19,51 % 79.557.248.0 5.18 %


(26)

8

Berdasarkan data diatas bahwa pertumbuhan pendapatan retribusi obyek wisata mengalami pasang surut antara tahun kisaran 2010-2014 dan secara umum telah diketahui bersama belum ada penelitian terhadap pertumbuhan ekonomi yang dapat menginterpretasikan secara tepat di setiap wilayah. Hal ini menunjukkan signifikansi antara variabel dengan variabel lainnya terhadap variabel independen bahwa tidak semua berpengaruh secara real. Pasang surut itu terjadi secara berkesinambungan dengan menggunakan perbandingan berbagai tahun kisaran tahun 2010-2014. Dari data-data tersebut yang disajikan, kondisi jumlah obyek pariwisata, jumlah wisatawan maupum PDRB DIY memang selalu mengalami peningkatan tetapi dari sisi pertumbuhan tidak terjadi konsistensi dimana selalu terjadi fluktuatif dari tahun 2010-2014. Hal ini tentu akan mempengaruhi pendapatan retribusi obyek pariwisata. Dimana kemungkinan juga akan terjadi fluktuatif pendapatan retribusi di DIY.

Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Provinsi DIY dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah melalui retribusi yang didapatkan dari masing-masing obyek pariwisata di tiap daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan obyek-obyek kepariwisataan yang baru di DIY. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara,


(27)

sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.

Berdasarkan penjelasan latar belakang ini, maka judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah

Wisatawan dan PDRB terhadap Pendapatan Retribusi di 5

kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (2001-2014)”. B.Batasan Masalah

Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi retribusi daerah maka peneliti disini membatasi penelitian hanya dengan membahas pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, PDRB terhadap pendapatan retribusi. Penelitian dilakukan di 5 Kabupaten/kota di DIY, yaitu Kabupaten Sleman, kota Yogyakarta, Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul pada tahun 2001-2014.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah jumlah objek wisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apakah jumlah wisatawan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan


(28)

10

3. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi Kabupaten / Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

D.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis:

1. Pengaruh jumlah objek wisata terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Pengaruh PDRB terhadap pendapatan retribusi kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitiaan ini: 1. Kepada pemerintah daerah

Kiranya bisa ikut menyumbangkan pikiran dari penelitian tersebut kepada kebijakan-kebijakan yang dibuat dan menjadi terobosan baru dalam upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah, kesenian dan keindahan alamnya serta dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi DIY.

2. Kepada instansi pendidikan khususnya UMY

Menjadi perhatian bersama bahwa penelitian ini kiranya bisa menjadi inspirasi atau masukan bagi instansi terkait tentang bagaimana cara


(29)

menjaga keaslian budaya dan melestarikan alam di daerah masing-masing. Dan menjadi pendidikan bagi anak bangsa.

3. Kepada peneliti dan pembaca

Bisa menjadi referensi bagi pembaca dalam penelitian selanjutnya. Serta menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti bahwa untuk terus melakukan penelitian selanjutnya atau melakukan penelitian lainnya.


(30)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Pendapatan Retribusi

Retribusi menurut UU Nomor 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Sedangkan Jenis pos retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi:

a. Retribusi Jasa Umum.

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;

2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

6) Retribusi Pelayanan Pasar;

7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;


(31)

11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair; 12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; 13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

b. Retribusi Jasa Usaha:

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

3) Retribusi Tempat Pelelangan;

4) Retribusi Terminal;

5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

7) Retribusi Rumah Potong Hewan;

8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan

11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. c. Retribusi Perizinan:

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

3) Retribusi Izin Gangguan;

4) Retribusi Izin Trayek; dan 5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.


(32)

14

Menurut Munawir (1997, dalam Sutrisno 2013) Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah tidak akan dikenakan iuran. Definisi retribusi daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kebijaksanaan memungut bayaran untuk barang dan layanan disediakan pemerintah pada masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis. Teori ekonomi mengatakan, harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya didasarkan pada biaya (marginal cost), yakni biaya untuk melayani konsumen yang terakhir (Devas,dkk 1989:95 dalam Handayani 2012).

Lebih lanjut dikatakan bahwa restribusi lebih tepat dianggap pajak konsumsi dari pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya menutupi biaya operasional saja, Menurut McQueen (1998 : 2) menerangkan bahwa: “Suatu tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat memandang retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan daerah dan bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan ditingkatkan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian yang mudah dalam menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian tersulitnya adalah meyakinkan masyarakat (publik) tanpa diluar kesadaran mereka tarif


(33)

tetap harus diberlakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi menurut Haritz (1995 : 84) adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan bersifat ekonomis;

b. Ada imbalan langsung kepada membayar;

c. Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternatif untuk membayar;

d. Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak menonjol;

e. Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki potensi yang baik akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah. Seperti yang ungkapkan oleh Devas, dkk (1989 : 46) bahwa pemerintah daerah sangat tergantung dari pemerintah pusat. Dalam garis besarnya penerimaan daerah (termasuk pajak yang diserahkan) hanya menutup seperlima dari pengeluaran pemerintah daerah. Pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari segi keuangan agar dapat memiliki tingkat otonom yang berarti, yang penting


(34)

16

adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang cukup sehingga dapat mengadakan perubahan di sana-sini. Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung. Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada penerima retribusi.

Menurut Devas, dkk. (1989 : 61-62), untuk mendukung keuangan daerah, berbagai pajak dan retribusi harus dinilai agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan. Prinsip prinsip atau indikator yang digunakan dalam penilaian pajak dan retribusi daerah.

a. Hasil (yield) : yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak atau retribusi dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya.

b. Keadilan (equity) : dasar pajak atau retribusi dan kewajiban membayarnya harus jelas dan tidak sewenang-wenang.

c. Efisiensi ekonomi : Pajak atau rertribusi hendaknya mendorong (atau setidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi.

d. Kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak atau retribusi haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun administratif.

e. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local revenue source) : artinya harus jelas kepada daerah mana suatu


(35)

pajak/retribusi harus dibayarkan dan tempat memungut sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak/retribusi.

2. Pariwisata

a. Pengertian pariwisata

Pengertian Pariwisata Menurut Instruksi Presiden No. 19 Tahun 1969, Kepariwisataan adalah merupakan suatu kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah, dan iklim yang nyaman.

Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Menurut Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal


(36)

18

semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya.

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.

Berdasarkan pengertian beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan daerah dalam hal ini adalah retribusi dari sektor pariwisata

Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan,restoran atau jasa boga, usaha wisata (obyek wisata,


(37)

souvenir,dan hiburan), dan usaha perjalan wisata (travel agent atau pemandu wisata) dapat menjadi sumber penerimaan daerah bagi provinsi DIY yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak dan bukan pajak. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah 5 Kabupaten/Kota di Provinsi DIY dari sektor pariwisata :

1) Jumlah obyek wisata.

Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa objek bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain. Suatu tempat/daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata harus memenuhi hal pokok berikut:

a) Adanya something to see. Maksudnya adalah sesuatu untuk dilihat.

b) Adanya something to buy. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.


(38)

20

c) Adanya something to do. Maksudnya adalah seuatu aktifitas yang dapat dilakukan di tempat itu.

Umumnya di beberapa daerah atau negara, untuk memasuki suatu Objek Wisata para wisatawan diwajibkan untuk membayar biaya masuk atau karcis masuk yang merupakan biaya retribusi untuk pengemabangan dan peningkatan kualitas Objek Wisata tersebut. Beberapa Objek Wisata ada yang dikelola oleh Pemerintah dan ada pula yang dikelola oleh pihak swasta. Objek Wisata yang dikelola oleh pihak swasta dapat berupa Objek Wisata alami maupun buatan. (Sumber: Wikipedia.org)

Begitu juga dengan provinsi DIY yang dibagi dalam 5 Kabupatem/Kota dimana memiliki Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang memiliki masing-masing potensi yang cukup besar dan bisa di andalkan, khusunya wisata alam maupun budaya bahkan wisata buatan. Dengan demikian banyaknya jumlah onjek wisata yang ada maka diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di DIY, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

2) Jumlah wisatawan

Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau tourist. Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi, mulai yang umum sampai dengan yang khusus. Menurut Soekadijo (2000) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari


(39)

tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya.

Maka wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan sementara tanpa menetap untuk menikmati obyek wisata dan bersenang-senang semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi (pemanfaatan waktu luang untuk istirahat, santai dan bersenang-senang guna mengembalikan dan meningkatkan kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani sebagai akibat dan aktivitas pekerjaan sehari-hari) atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

3) PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga


(40)

22

yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.

Menurut Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto dalam buku Pengantar Ekonomi, semakin tinggi nilai barang/jasa akhir yang dihasilkan perusahaan-perusahaan yangada di daerah-daerah propinsi atau kabupaten maka akan semakin tinggi pula perolehan PDRBnya dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan PDRB akan memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, PDRB dapat diartikan sebagai jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1 (satu) tahun.

PDRB disebut juga sebagai suatu neraca regional di mana muatannya dapat dipisahkan sebagai PDRB sektoral pada sisi kiri


(41)

dan PDRB menurut penggunaan pada sisi kanan. Manfaat PDRB antara lain digunakan sebagai dasar penghitungan laju pertumbuhan ekonomi, untuk melihat struktur ekonomi suatu wilayah, sebagai proksi pendapatan per kapita, dan sebagai indikator disparitas regional. Kemampuan pengelolaan unit ekonomi yang tinggi di suatu daerah/wilayah akan berdampak pada kemakmuran masyarakatnya, oleh karena itu angka PDRB juga digunakan sebagai alat pembanding tingkat kemakmuran antar daerah/ wilayah.

Dalam pengertian lain, data PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (faktor produksi) di daerah/ wilayah tersebut. Kondisi terbatasnya sumber daya alam dan penyediaan faktor-faktor produksi serta kemampuan dalam pengelolaannya tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah/wilayah.

Perspektif tinjauan secara spasial PDRB melalui analisis antarregion menurut kabupaten/kota akan memberikan gambaran perbedaan pola tentang hasil–hasil pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh perbedaan kepemilikan sumber daya alam, kondisi infrastruktur,


(42)

24

dan faktor produksi yang tersedia beserta kemampuan manajemen pengelolaannya. Alhasil dari adanya perbedaan tersebut dapat menyebabkan kesenjangan ekonomi antar kabupaten/ kota.

Kebijakan ekonomi disusun antara lain mengutamakan landasan berbagai macam indikator makro seperti: PDRB, inflasi, investasi, ekspor–impor, dan lain–lain, sesuai dengan sifatnya yang ditujukan untuk memberikan “warning”. Penggunaan indikator makro ke dalam bentuk perencanaan program yang lebih spesifik memerlukan kajian empiris sehingga dapat diidentifikasi aspek pertumbuhan, keterbandingan antarwilayah, dan pemerataan pembangunan. Aspek pertumbuhan ekonomi terkait erat dengan masalah ketenagakerjaan dan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat menyerap angkatan kerja yang secara alamiah terus bertambah. Meningkatnya serapan tenaga kerja diharapkan berdampak terjadinya pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Oleh karena itu, analisis PDRB dengan menggunakan data pada level provinsi dan kabupaten/kota ini disusun dalam rangka memfasilitasi kebutuhan para penentu kebijakan (decision maker) dalam merumuskan strategi dan arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).


(43)

B.Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau referensi,bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu proses penyusunan penelitian ini adalah


(44)

26

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Penulis Judul Variabel Model Hasil Penelitian

Denny Cessario Sutrisno (2013) Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Hotel, Dan Pdrb Terhadap Retribusi Pariwisata Kabupaten / Kota Di Jawa Tengah

 Dependen:

Retribusi Pariwisata  Independen: Jumlah

Obyek Wisata, Jumlah Hotel, PDRB

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel. Estimasi model yang menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode kuadrat terkecil (Pooled Least

Square), metode efek tetap (fixed effect) dan metode efek random

(random effect).

 Seluruh variabel Independen yang digunakan, yaitu jumlah obyak wisata, jumlah hotel dan PDRB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu retribusi pariwisata Novi Dwi Purwanti, Retno Mustika Dewi (2014) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2006-2013

 Dependen: Pendapatan Asli Daerah

 Independen: Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Fraenkel dan Wallen (2008) menyebutkan

penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan

kondisi yang sudah terjadi.

 Jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Daerah Kabupaten Mojokerto karena menurunnya jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2011


(45)

Nama Penulis Judul Variabel Model Hasil Penelitian Arif Wahyu Isnaini Studi Potensi Ekonomi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tulungagung

 Dependen: Pendapatan Asli Daerah

 Independen: Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, Pendapatan Per Kapita

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif sehingga alat analisis yang digunakan juga merupakan alat analisis deskriptif kuantitatif. Ada beberapa pendekatan atau metode yang digunakan diantaranya: analisa model regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji statistik, dan uji koefisien determinasi.

 Secara bersama-sama variabel independepen sektor pariwisata tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap variabel pendapatan asli daerah Kabupaten Tulungagung.

 Secara parsial masing-masing individu variabel bebasnya maka dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan paling besar terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah adalah variabel jumlah obyek wisata.


(46)

28

Nama Penulis Judul Variabel Model Hasil Penelitian

I Wayan Gede Sedana Putra (2011) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010

 Dependen: anggaran pendapatan daerah. Independen: Jumlah wisatwan, Rertibusi obyek wisata, Pendapatan Asli Daerah

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jelas mengarah pada penggunaan metode penelitian kuantitatif, penelitian

kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung. Disamping menggunakan metode kuantitatif penelitian ini juga menggunakan metode analisis jalur (Path Analisys), dengan menggunakan 4 (empat) variabel pengukuran, yaitu jumlah kunjungan wisatawan, penerimaan retribusi obyek wisata, pendapatan asli dae rah (PAD) dan Anggaran Pembangunan daerah Kabupaten Gianyar

 Secara keseluruhan variabel retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan daerah, hanya variabel jumlah kunjungan wisatawan yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap anggaran pembangunan.


(47)

Nama Penulis Judul Variabel Model Hasil Penelitian Ni LuhGede Ana Pertiwi (2014) Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Retribusi Obyek Wisata Dan PHR Terhadap PAD Kabupaten Gianyar

 Dependen: Pendapatan Asli Daerah

 Independen: jumlah kunjungan

wisatawan, pendapatan retribusi obyek wisata, pajak hotel dan restoran

Dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis Regresi Linier Berganda dengan data time series yang diolah menggunakan program SPSS for windows 16.0 .

 Secara serempak atau simultan, jumlah kunjungan wisatawan, pendapatan retribusi obyek wisata, pajak hotel dan restoran memberikan pengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten Gianyar Tahun 1993- 2012.

 Jumlah Kunjungan wisatawan, Pendapatan Retribusi obyek

wisata, Pajak Hotel dan Restoran masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gianyar tahun 1992- 2012 secara parsial.


(48)

30

C.Hubungan Antar Variabel

1. Jumlah obyek wisata terhadap pendapatan retribusi

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, dilakukan ketika sudah seminggu atau sebulan penuh melakukan pekerjaan atau kegiaan yang padat maka seseorang butuh pergi wisata , sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Menurut Murti Handayani (2012) Pariwisata dapat mempengaruhi adanya kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan budaya. Dari sudut sosial bahwa kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai sektor usaha yang langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kepariwisataan. Segi ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah yang bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari parawisatawan mancanegara yang berkunjung.

Sehingga, semakin banyak jumlah Obyek Pariwisata maka semakin banyak pula sumbangan dari pendapatan retribusi yang diperoleh dari masing-masing obyek wisata tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Denny Cessario Sutrisno (2013) yang menyimpulkan bahwa


(49)

jumlah obyek wisata memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pendapatan retribusi pariwisata.

2. Jumlah wisatawan terhadap pendapatan retribusi

Jumlah Wisatawan yang berkunjung di DIY selalu mengalami peningkatan karena para pengunjung tidak hanya berasal dari DIY melainkan dari berbagai daerah maupun mancanegara. Setiap wisatawan yang berkunjung ke tempat pariwisata dapat menikmati keindahan dan panorama yang ada di DIY, tentunya dengan membayar biaya retribusi yang telah ditetapkan di masing-masing obyek wisata yang mereka pilih.

Oleh karena itu, semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka akan semakin banyak pula retribusi obyek wisata yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti Handayani (2012) yang menyatakan bahwa jumlah wisatawan berpengaruh terhadap retribusi obyek wisata, karena dengan jumlah wisatawan yang tinggi maka dapat menambah pendapatan retribusi.

3. Jumlah PDRB terhadap pendapatan retribusi

PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang serta pendapatan (income) yang relatif besar.


(50)

32

Artinya kebutuhan hidup minimum mereka sudah terpenuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk membiayai perjalan wisata.

Sehingga semakin besar kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata, maka pada akhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan retribusi obyek wisata, karena mereka harus membayarkan biaya retribusi di setiap obyek wisata yang mereka kunjungi.

D.Kerangka penelitian

Skema hubungan Retribusi Daerah dengan Variabel yang mempengaruhinya.

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian Jumlah Obyek

Wisata

PDRB Jumlah Wisatawan

Retribusi Daerah


(51)

E.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah Obyek Wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY

2. Jumlah Wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY

3. Jumlah PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Retribusi di 5 kota/kabupaten di DIY


(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Subyek/Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kota/kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

B.Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, baik dari literatur, studi pustaka, atau penelitian-penelitian sejenis sebelumnya yang berkaitan dalam penelitian ini.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi DIY dan literatur-literatur lainnya seperti buku-buku, dan jurnal-jurnal ekonomi. Data yang digunakan antara lain adalah jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, PDRB perkapita, dan pendapatan retribusi kabupaten/kota di DIY. Selain itu data yang digunakan adalah data kurun waktu (time series) dari tahun 2001-2015 dan data deret lintang(cross section) sebanyak 5 kabupaten/kota di DIY yang menghasilkan 70 observasi.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan realistis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode studi


(53)

pustaka, yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, buku referensi, maupun jurnal-jurnal ekonomi.

D.Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Pendapatan Retribusi Daerah 5 Kabupaten/kota di D.i Yogyakarta)

Variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Retribusi Daerah 5 Kabupaten/Kota D.I Yogyakarta. Pengertian Pendapatan Retribusi Obyek Wisata yaitu pendapatanyang diperoleh suatu tempat wisata yang terdiri dari karcis masuk, retribusi parkir, sewa lahan dan pendapatan lain yang sah.

2. Variabel Independen (Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB) Variabel independen adalah variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,2009).Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Jumlah Obyek Wisata

Merupakan banyaknya obyek wisata yang ada di 5 kabupaten/kotaprovinsi DIY tahun 2000-2014 (satuan tempat).


(54)

36

Merupakan besarnya jumlah wisatawan baik macanegara maupun nusantara yang berkunjung ke selutuh obyek wisata di 5 kabupaten/kota provinsi DIY (satuan orang).

c. PDRB

PDRB di definisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di DIY.

E.Analisis Data dan Uji Hipotesis

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menaksir parameter. Analisis data yang dilakukan dengan cara menguji secara statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan program EViews 7. Hasil analisis diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat.

Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian, dan estimasi empiris. Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang (cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan demikian, jumlah data observasi dalam data panel merupakan hasil kali data


(55)

observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = β0+ β1 X1it+ β2 X2it+ β3 X3it + e

Keterangan:

Y = variabel dependen, yaitu Retribusi Obyek Wisata

β0, β1, β2, β3 = koefisien

X1 = variabel jumlah obyek wisata

X2 = variabel jumlah wisatawan

X3 = variabel PDRB

i = kabupaten/kota

t = tahun

e = error term

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda adalah adanya hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicollinearity). Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factors (VIF). Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independent, dan sebaliknya.


(56)

38

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas.

2. Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain:

a. Macam-macam Model Regresi Data Panel 1) Metode Common Effect

Estimasi Common Effect merupakan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross action. Pada model ini tidak diperhatiakan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi dalam model Common Effect dapat ditulis sebagai berikut :


(57)

Yit = α + Xitβ + ɛ it

Dimana : i = menunjukkan cross section (individu) t = menunjukkan periode waktunya

Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

2) MetodeFixed Effect

Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model ini menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu dengan objek yang lainnya. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable (LSDV). Adapun persamaan regresi dalam model Fixed Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + iαit+ X’itβ + ɛ it

3) Metode Random Effect

Estimasi Random Effect akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan individu. Pada model model Random Effect perbedaan intersep diakomodasikan oleh error terms dari masing-masing objek. Keuntungan menggunakan dengan metode ini yaitu dapat menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan


(58)

40

Error Compoenmodel (ECM) Atau teknik Generalized Least Square (GLS). Dengan demikian persamaan modelnya dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + X’itβ + wit

Dimana : wit = ɛ it + u1 ; E(wit) = 0 ; E(wit2) = α2+ αu2 ; E(wit, wjt-1) = 0; i ǂ j; E(ui,ɛ it) = 0;

E(ɛ i,ɛ is) = E(ɛ it,ɛ jt) = E(ɛ jt,ɛ js)

Meskipun komponen error wt bersifat homoskedastik, nyatanya terdapat korelasi antara wt dan wit-s (equicorrelation), yakni :

Corr(wit, wi(t-1)) = αu2/( α2 + αu2) b. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Untuk memilih model estimasi yang dianggap paling tepat diantara ketiga jenis model, maka perlu dilakukan serangkaian uji, diantaranya adalah:

1) Uji Chow

Chow testyakni pengujian untuk menentukan model FixedEffect Model atau Random Effect yang paling tepat digunakan mengestimasi data panel. Untuk mengetahuinya digunakan rumus sebagai berikut :

Chow =


(59)

RRS : Restricted Residual Sum Square (Sum of Square Residual yang diperoleh dari model PLS (Pooled Least Square))

URSS : Unrestriced Residual Sum Square (Sum of Square Residual yang diperoleh dari model FEM)

n : jumlah data cross section T : jumlah data time series k : jumlah variabel penjelas

Pengujian ini menggunakan distribusi F statistik. Jika nilai F stat > F tabel maka model yang akan digunakan adalah model FEM. Sedangkan apabila F stat < F tabel maka model PLS yang akan digunakan.

2) Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model FixedEffect atau Random Effect yang paling tepat digunakan. Uji ini didasarkan bahwa kedua metode OLS dan GLS konsisten tetapi OLS tidak efisien dalam H0. Mengikuti kriteria Wald, uji Hausman ini akan mengikuti distribusi chi-squares sebagai berikut.

m = ’ var ( )-1

dimana = [ OLS- GLS]

dan var ( ) = var ( OLS)- var ( 0-GLS)

Statistik ini mengikuti distribusi statistik chi squares dengan df sebanyak k, dimana k merupakan jumlah variabel independen. Jika


(60)

42

nilai stat Hausman> nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model FEM, dan sebaliknya.

3. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier test digunakan untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan formula sebagai berikut : eit

Keterangan:

n = jumlah individu

T = jumlah periode waktu

ê = residual metode PLS

Uji LMdidasarkan pada distribusi chi-squares dengan nilai df (derajat kebebasan) yaitu sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM stat > nilai stat chi-squares maka model yang dipilih yaitu model REM, dan sebaliknya.

4. Uji Statistik (Uji Kesesuaian) a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi = 0 (Adjusted R2 = 0), artinya variasi dari variabel Y tidak dapat dijelaskan


(61)

oleh variabel X. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel Y secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel X. Dengan kata lain jika Adjusted R2 mendekati 1, maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. Dan jika Adjusted R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian, baik atau buruknya persamaan regresi ditentukan oleh Adjusted R2 nya. b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (variabel independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (variabel dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-f dengan pengujian, sebagai berikut :

Hipotesis :

1. Fhitung> Ftable : H0 ditolak, H1 diterima 2. Fhitung< Ftable : H0 diterima, H1 ditolak

Atau

3. Bila probabilitas artinya tidak signifikan Bila probabilitas artinya signifikan c. Uji Parsial (Uji t)

Uji t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel bebas terhadap variabeltidak bebas. Kriteria yang digunakan


(62)

44

dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat

signifikansi = α dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k,

dimana n menunjukkan jumlah observasi dan k menunjukkan jumlah parameter termasuk konstanta. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis (Gujarati, 2013: 129-133) :

1. H0 : = 0, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

2. H1 : 0, artinya ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Dengan kriteria penerimaan hipotesa pada uji-t statistik sebagai berikut: 1. Bila probabilitas i > 0.05 artinya tidak signifikan


(63)

45

Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman, Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia, Daerah Istimewa yang memiliki luas 3,185,80 km2 ini terdiri atas satu kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan, Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1,705,404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2. B. Geografi

DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur Timur, Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.

Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat, dan DAS Opak-Oya di timur, Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai


(64)

46

Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.

Secara administratif DIY terbagi dalam 5 wilayah daerah tingkat II, yaitu : 1. Kotamadya Yogyakarta dengan luas 32,5 km2

2. Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km2

3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2 4. Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2 5. Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2

Gambar 4,1

Peta Wilayah D,I Yogyakarta

Sumber: www.google.com/petayogyakarta

C. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, PDRB terhadap pendapatan Retribusi di 5 kabupaten/kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(65)

Menurut UU Nomor 10 tahun 2009,Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu, nilai PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (faktor produksi) di daerah/ wilayah tersebut.

Retribusi menurut UU Nomor 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk peorangan atau badan.


(66)

48

1. Kulon Progo

Tabel 4.1

Jumlah dan Pertumbuhan Obyek Wisata, Wisatawan, PDRB, Pendapatan Retribusi

Sumber: BPS D.I. Yogyakarta (data diolah) Tahun Jumlah Obyek wisata Pertumbuhan Obyek Wisata (%) Jumlah Wisatawan Pertumbuhan Wisatawan (%) PDRB (jutaRp) Pertumbuhan PDRB (%) Pendapatan Retribusi ( ribu Rp)

Pertumbuhan Retribusi

(%)

2007 7 235.962 4485873 19.148.107 -

2008 14 100 547.024 131,8 4697157 4,7 22.069.419 15,3

2009 14 0 416.819 -23,8 4883634 3,9 4.908.775 -77,8

2010 16 14,2 429.357 3,0 5033074 3,1 4.019.852 -18,1

2011 18 12,5 545.743 27,1 5246147 4,2 4.221.988 5,0

2012 18 0 596.529 9,3 5475148 4,4 9.902.587 134,5

2013 18 0 631.759 5,9 5741660 4,9 12.195.609 23,1


(67)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan pariwisata di kabupaten kulon progo sangat fluktuatif. Pada tahun 2009-2010 terjadi penurunan yang drastis terhadap jumlah wisatawan 2009 (-23,8%). pada tahun 2010 mengalami kenaikan hanya (3,0%). Hal tersebut bisa terjadi karena adanya dampak ekonomi yang terjadi yang mengurangi minat wisatawan untuk pergi ketempat wisata dikarenakan ada kebutuhan pokok lain yang harus dipenuhi.

Dengan adanya penurunan pada jumlah wisatawan pada tahun 2009 sebesar -23,8% dari tahun sebelumnya mempengaruhi jumlah retribusi dengan penurunan sebesar -77,8% dengan penurunan yang sangat fantastis. Dan ketika jumlah wisatawan sudah mulai naik prosentasenya pada tahun 2010 sebesar 3,0%. hal tersebut belum bisa mempengaruhi retribusi daerah kulon progo. Pada tahun 2010 retribusi daerah kulon progo masih mengalami penurunan sebesar -18,1%.

Dari penjelasan diatas membuktikan bahwa jumlah wisatawan sangat mempengaruhi jumlah retribusi akan tetapi pengaruh itu sangan berdampak negative terhadap retribusi. Karena ketika wisatawan turun -23,8 % retribusi turun sampai -77,8%. Dan disaat jumlah wisatawan sudah mulai naik 3.0% retribusi masih turun -18,1%. Disaat jumlah wisatawan pada tahun 2011 mulai naik 27,1% baru mulailah retribusi bisa merangkak naik juga di tahun 2011 sebesar 5%.

Kemudian yang terjadi pada pertumbuhan jumlah obyek wisata masih dikatakan wajar karena terus bertambah meskipun dalam beberapa tahun mengalami stagnan. Seperti pada tahun 2008-2009 terdapat 14 obyek wisata dan pada tahun 2011-2014 18 obyek wisata. Dan setiap obyek wisata harus memiliki daya tarik wisata. Yang dimaksud dari daya tarik wisata menurut UU no.10 tahun


(1)

5.4 menunjukkan nilai R2 sebesar 0.649979, yangartinya bahwa Retribusi Daerah di Kabupaten/ Kota Yogyakarta sebanyak64,99% dipengaruhi oleh komponen Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, serta PDRB. Sedangkan 35,01% dipengaruhi oleh variabel diluar variabel penelitian ini.

2. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan atau simultan.Berdasarkan hasil analisis menggunakan software Eviews 7.0 diperoleh nilai probabilitas F sebesar 0.000000, yang dimana lebih kecil dari angka tingkat kepercayaan 0.05 (5%), maka uji F signifikan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.Variabel Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan PDRB, secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Retribusi Daerah Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta.

3. Uji Parsial (Uji t)

Hasil analisis uji parsial menunjukkan masing-masing variabel bebas secara individu mempengaruhi variabel terikat.

Tabel 9 Uji T-statistik

Variabel t-statistik Koefisien Regresi Prob Standar Prob Jumlah Obyek Wisata -1,618713 -0,009600 0.1106 5%

Jumlah Wisatawan -2.542289 -0.295010 0.0135 5%

PDRB 6.447389 2.223058 0.0000 5%


(2)

PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, dan PDRB terhadap Pendapatan Retribusi pada Kabupaten/Kota di DIY. Hasil regresi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Obyek Wisata tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Retribusi pada Kabupaten/Kota yang ada di DIY. Dibuktikan dengan nilai signifikansi Jumlah Obyek Wisata sebesar 0.1106 > 0.05.

2. Jumlah Wisatawan Berpengaruh negatif terhadap Pendapatan Retribusi pada Kabupaten/Kota yang ada di DIY. Dibuktikan dengan nilai signifikansi Jumlah Wisatawan sebesar (-) 0.0135< 0.05.

3. PDRB Berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Retribusi pada Kabupaten/Kota yang ada di DIY. Dibuktikan dengan nilai signifikansi PDRB sebesar 0.0000> 0.05.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan oleh peneliti, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang serupa diharapkan dapat memperpanjang rentan waktu yang digunakan dalam penelitian selanjutnya. 2. Peneliti merekomendasikan untuk menambahkan beberapa variabel yang

berhubungan dengan retribusi seperti jumlah hotel, pendapatan perkapita, atau variabel – variabel lain yang berkaitan dengan retribusi itu sendiri.


(3)

3. Peneliti berharap penelitian ini bisa memberikan gambaran umum kepada pemerintah daerah dalam pemerhatian dibidang pariwisata.

Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian dapat dipastikan memiliki keterbatasan, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terdapat keterbatasan diantaranya sebagai berikut:

1. Peneliti mengalami kesulitan dalam pencarian data PDRB dengan ADHK tahun yang sama, sehingga peneliti perlu mengolah data yang telah disajikan BPS agar bisa setara dan sesuai dengan data yang diinginkan.

2. Variabel Dependen yang digunakan yaitu Retribusi Daerah terlalu luas cakupannya dan variabel independen yang dipilih hanya sebagian kecil, diantaranya yaitu Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan PDRB sehingga hasil yang didapat menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan tidak tidak terlalu besar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata di Jawa Tengah”. Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Basuki, Agus Tri dan Imamudin. 2014. ”Elektronik Data Prosesing (SPSS 15 dan EVIEWS 7)”.

Yogyakarta : Danisa Media

Basuki, Agus Tri dan Nano Prawoto. 2014. “Pengantar Teori Ekonomi” Yogyakarta: .Mitra Pustaka Nurani

Basuki, Agus Tri dan Prawoto, Nano. 2015. “Analisis Komposisi Pengeluaran Publik Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Dalam Mendukung Good Governance Dalam Memasuki MEA (Studi Empiris Propinsi Di Indonesia Tahun 2010- 2014)”.Seminar Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (Snema) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang BPS. DIY dalam angka tahun 2000-2014. Badan Pusat Statistik. Daerah Istimewa Yogyakarta. Devas, N., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly. 1989. “Keuangan

Pemerintah Daerah di Indonesia”. (terjemahan oleh Masri Maris) UI- Press. Jakarta. Fitriana, Nina. 2015. “ Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

Hotel dan PDRB perkapita terhadap penerimaan sektor pariwisata kota Palembang”. Jurnal Ilmiah Ekonomika, Volume XI, No.1, hal 177-193.

Ghozali, Imam. 2013. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handayani, Murti. 2012. “Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, Tingkat

Hunian Hotel dan Pendapatan Perkapita Terhadap Retribusi Obyek Pariwisata Di Jawa Tengah”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.

Harits, Benyamin. 1995. “Peran Administrator Pemerintah Daerah, Efektifitas Penerimaan Retribusi Daerah Pemda Tingkat II SeJawa Barat”, Prisma No. 4, Tahun XXIV, 81– 95.

Heriawan, Rusman. 2004. “Peranan dan Dampak Pariwisata Pada Perekonomian Indonesia : Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM”. Disertasi. Doktoral Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ibrianti, Eti. 2014. “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lingga Periode 2011-2013”. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Isnaini, Arif Wahyu. 2014. “Studi Potensi Ekonomi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tulungagung”.


(5)

Munawir, S. 1997. “Perpajakan”. Liberty, Edisi Kelima Cetakan Kedua. Yogyakarta

McQueen, Jim. 1998. Development of a Model for User Fees, “A Model on Policy Development in Creating and Maintaining User Fees for Municipalities”, MPA Research Paper, Submitted to: The Local Government Program, Dept. of Political Science, The Univ. Western Ontario, Aug. 1998, 1-23.

Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Usman, Hardius. (2002), “Penggunaan Teknik Ekonometri”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pertiwi, Ni Luh Gde Ana. 2014. “Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Retribusi Obyek Wisata Dan Phr Terhadap PAD Kabupaten Gianyar”. ISSN: 2303-0178

Purwanti , Novi Dwi dan Retno Mustika Dewi. 2014. Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2006-2013. Jurnal ilmiah Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

Salah, Wahab. 2003. Manajemen Kepariwisataan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Sedana Putra, I Wayan Gede. 2011. Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar Tahun 1991-2010. Tesis : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Sekaran, Uma. 2006.”Metodologi Penelitian untuk Bisnis”.Edisi 4. Buku 1&2. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. (2009). “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)”. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno ,Denny Cessario. 2013. Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Hotel, dan Pdrb Terhadap Retribusi Pariwisata Kabupaten / Kota Di Jawa Tengah. Economics Development Analysis Journal. Vol 2: 435-445.

Widarjono, Agus. 2013. ”Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Penerbit UPP STIM, YKPN. Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Instruksi Presiden No.19 Tahun 1969. 1969. Tentang pengertian kepariwisataan

SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87. Tentang Pariwisata Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990. 1990. Tentang Pengertian Pariwisata dan Peraturan yang Berlaku. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009. 2009. Tentang Pengertian Pariwisata dan Peraturan yang Berlaku. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah Dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001. 2001.Tentang Retribusi Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Website: