ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

NANANG SUKO PURNOMO

Dalam mengisi dan melaksanakan pembangunan, masalah keuangan merupa-kan masalah pokok pemerintah, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang harus dilakukan oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang pesat, meningkatnya pendapatan perkapita dan taraf hidup masyarakat, merupakan faktor-faktor yang menjadi tantangan bagi masyarakat dan pemerintah. Hal ini akan menyebabkan pengeluaran pemerintah yang semakin tinggi. Di lain pihak sumber penerimaan yang terbatas harus diusahakan untuk menutupi kebutuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan dan jumlah penduduk terhadap besaran pengeluaran Pemerintah pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Dari hasil estimasi menggunakan alat analisis data panel dengan menggunakan metode Fixed Effect model yang dilakukan pada 10 kabupaten/kota di Provinsi Lampung dapat diketahui hubungan antara variabel dependen yaitu pengeluaran pemerintah (Y) dan variabel independen yaitu pendapatan asli daerah (PAD)(X1),

dana perimbangan (X2) dan jumlah penduduk (X3) yang menunjukan hubungan

yang signifikan. Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa X1,X2 dan X3 berpengaruh

positif terhadap Pengeluaran pemerintah, hal ini ditunjukan dengan nilai t hitung masing-masing X1 =5,259, X2 = 3,299, X3=5,495, yang lebih besar dari t-tabel

1,943, yang berarti Ho ditolak. Pada uji F statistik dihasilkan F-hitung 7102,637 sedangkan F-tabel dengan tingkat signifikansi =5%, (,(k-1)(n-k)) adalah (5%,(3)(6))= 4,76 dengan F-hitung lebih besar dari F-tabel maka Ho ditolak, ini berarti variabel-variabel independen secara serempak dan signifikan mempenga-ruhi variabel dependen. Pada uji R2diperoleh hasil sebesar 0,99.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pendapatan asli daerah (PAD) berpeng aruh positif terhadap pengeluaran pemerintah pada masing-masing kabupaten kota, (2) dana perimbangan berpengaruh positif terhadap pengeluaran pemerintah di masing-masing kabupaten/kota, dan (3) jumlah penduduk berpengaruh positif


(2)

Kata kunci: pengeluaran pemerintah, pendapatan asli daerah, dana perimbangan, jumlah penduduk.


(3)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kerangka Pemikiran ... 7

E. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belanja Daerah Atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure) ... 10

B. Sumber- Sumber Pendapatan Asli Daerah ... 11

C. Dana Perimbangan ... 14

D. Teori Pengeluara Pemerintah ... 16

1. Teori Makro ... 16

2. Teori Mikro ... 20

E. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Machel P Todaro ... 22


(4)

v

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pengeluaran Pemerintah ... 28

3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data ... 31

B. Model Regresi Data Panel ... 33

1. Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu (Common Effect)... 35

2. Slope Konstan Tetapi Intersep Berbeda Antar Individu (Fixed Effect)35 3. Estimasi Dengan Pendekatan Random Effects ... 35

C. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel ... 36

1. Uji Signifikansi Fixed Effect ... 36

2. Uji Signifikansi Random Effect ... 37

3. Uji Signifikansi Fixed Effect Aau Random Efect ... 37

D. Alat Analisis ... 38

E. Pengujian Hepotesis... 41

1. Uji T Statistik ... 41

2. Uji F statistik ... 41

3. Koefisien Determinasi (R2) ... 42

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis ... 43

1. Uji Perbandingan Metode OLS Dengan Metode Fixed effect ... 43

2. Uji Perbandingan metode OLS dengan model Random Effect ... 44

3. Uji Perbandingan metode Fixed Effect dengan model Random Effect .. 45

B. Pengujian Hipotesis ... 47

1. Uji t-Statistik ... 47

2. Uji F-Statistik ... 48

3. Uji Koefisien R2 ... 48


(5)

vi D. Implikasi Kebijakan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 53 B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2008). Lampung. Dalam Angka. Lampung: BPS

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Lampung: BPS.

Hariyanto, Ronald. 2005. Analisis Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Propinsi Jawa Tengah Periode Tahun Anggaran 2000-2002. Skripsi, Fakultas Ekonomi,Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005.

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah.

Assery, Syeh .2009.Tentang Pengeluaran Pemerintah. 21 Februari 2009 dari http:// www.globalmanagement.com.

Widarjono, Agus. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Edisi Kedua,Ekonisia. Fakultas Ekonomi,Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007. Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Erlangga.

Jakarta.

Tia. 2008.Pertumbuhan Pengeluaran Publik. Desember 14, 2008. Blog pada WordPress.com. | Theme: Andreas09 by Andreas Viklund.

Bustamam Nawarti. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah Di Propinsi Riau (Tahun1976-2000).Tesis., Universitas Sumatera Utara, 2004.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Pratiwi M Novi. 2007. Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau) Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Prediksi Belanja Daerah. (Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota Di Indonesia). Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta, 2007.


(7)

Kuncoro Haryo (2004). Pengaruh Transfer Antar Pemerintah Pada Kinerja Fiskal Pemerintah Daerah KotaDan Kabupaten Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 1, Juni Hal: 47 – 63.

Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung, 2009.60 hlm.


(8)

iix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Pengeluaran Daerah 10 Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode Anggaran 2002-2007 ...4 2. Pendapatan Daerah dan Jumlah Penduduk 10 Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode 2002-2007 ...5 3. Hasil Regresi Model Fixed Effect... 47


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Tabel Pengeluaran Daerah Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode Anggaran 2002-2007 (Dalam ribuan rupiah)

2. Tabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode Anggaran 2002-2007 (Dalam ribuan rupiah)

3. Tabel Dana Perimbangan Daerah Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode Anggaran 2002-2007 (Dalam ribuan rupiah)

4. Tabel Jumlah Penduduk Daerah Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode 2002-2007 (Dalam ribuan jiwa)

5. Hasil estimasi regresi dengan menggunakan Model Data Panel. 6. Tabel Uji t

7. Tabel Chi Square 8. Tabel Uji F


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam mengisi dan melaksanakan pembangunan, masalah keuangan merupakan masalah pokok pemerintah, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang harus dilakukan oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi, meningkatnya pendapatan perkapita dan taraf hidup masyarakat, merupakan faktor-faktor yang menjadi tantangan bagi masyarakat dan pemerintah. Hal ini akan menyebabkan pengeluaran pemerintah yang semakin tinggi. Di lain pihak sumber penerimaan yang terbatas harus diusahakan untuk menutupi kebutuhan tersebut.

Aspek keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk dapat mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri (Kaho, 1998: 124). Kemampuan daerah yang dimaksud adalah sampai seberapa jauh daerah dapat menggali sumber-sumber keuangannya sendiri guna membiayai kebutuhan daerah tanpa harus selalu menggantungkan diri pada bantuan dan subsidi dari pemerintah pusat. Selain itu, salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangga adalah kemampuan self-supporting dalam bidang keuangan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa keuangan merupakan faktor penting dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya.


(11)

2

Kemampuan keuangan suatu daerah dapat dilihat dari besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh daerah yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan pemberian otonomi daerah yang lebih besar kepada daerah. PAD selalu dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengukur

ketergantungan suatu daerah kepada pusat. Pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD kepada APBD maka akan menunjukkan semakin kecil

ketergantungan daerah kepada pusat sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah dari prinsip secara nyata dan bertanggung jawab.

Dengan diberlakukanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan, yang diperbarui dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan pemerintah daerah, maka pemerintah dalam melaksanakan pembangunan didaerahnya mempunyai wewenang untuk menentukan arah pembangunan di daerahnya.Hal ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya dan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Bagi Provinsi Lampung, otonomi daerah merupakan tantangan yang tidak ringan karena otonomi daerah yang didasari atas kesadaran bahwa peluang bagi daerah untuk membuktikan kemandiriannya. Hal ini berarti otonomi daerah tidak dapat dipandang sebagai sebuah kegagalan. Otonomi daerah harus diarahkan pada keberhasilannya dengan dukungan pendanaan yang memadai melalui perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah daerah tidak dapat dipungkiri lagi harus menitikberatkan pada


(12)

peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat. Maka melalui pengolahan keuangan daerah, selain bertujuan untuk meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan, juga ditujukan bagi peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Salah satu argumen dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah pemerintah daerah harus memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonominya. Kapasitas keuangan pemerintah daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahannya (Suwandi, 2000). Rendahnya kemampuan keuangan daerah akan

sering menimbulkan siklus negatif, yaitu rendahnya tingkat pelayanan masyarakat yang pada gilirannya akan mengundang campur tangan pusat, atau bahkan dapat menyebabkan dialihkannya sebagian fungsi-fungsi pemerintah daerah ke tingkat pemerintahan yang lebih atas.

Di sisi lain kemampuan keuangan pemerintah daerah masih sangat tergantung pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat. Oleh karena itu, dalam rangka desentralisasi kepada setiap daerah dituntut untuk dapat membiayai diri melalui sumber-sumber keuangan yang dikuasainya. Peran pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah (Halim, 2001).

Akan tetapi ada fakta bahwa daerah tidak akan mampu membiayai

pengeluarannya jika hanya menggandalkan dari sektor Pendapatan Asli Daerah, oleh karena itu pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan untuk pemberian


(13)

4

bantuan dalam keuangan pemerintah daerah dengan dana perimbangan. Adapun jumlah pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut .

Tabel 1 Jumlah Pengeluaran Daerah 10 Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode Anggaran 2002-2007 (Dalam Ribuan Rupiah)

No Tahun Pengeluaran Pemerintah (Ribuan Rupiah) 1 2002 2.345.959.112 2 2003 2.962.973.665 3 2004 2.821.457.053 4 2005 3.288.957.788 5 2006 4.452.456.562 6 2007 6.176.165.974 Sumber: BPS Provinsi Lampung 2008,diolah

Dari Tabel diatas dapat kita liat jumlah seluruh pengeluaran daerah di Provinsi Lampung setiap tahunnya mengalami kenaikan. Kenaikan pengeluaran

dikarenakan besarnya anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membiayai pembangunan infrakstruktur seperti: sarana jalan,kesehatan, pendidikan, dll.Selain itu, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi,

meningkatnya pendapatan perkapita dan taraf hidup masyarakat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pengeluaran pemerintah yang semakin tinggi. Di lain pihak sumber penerimaan yang terbatas harus diusahakan untuk menutupi kebutuhan tersebut.

Untuk membiayai pengeluaran pemerintah tersebut diperlukan adanya sumber keuangan yang cukup. Sumber-sumber keuangan tersebut antara lain berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) dan dana Perimbangan dari pemerintah pusat.


(14)

Tabel 2 Pendapatan Daerah dan Jumlah Penduduk 10 Kabupaten/Kota Se Provinsi Lampung Periode 2002-2007

No Tahun

Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Ribuan Rupiah)

Dana Perimbangan (Ribuan Rupiah)

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Nilai Pertum

buhan Nilai

Pertum

buhan Jiwa 1 2002 81.253.368 - 2.262.343.602 - 6.787.654 2 2003 109.882.656 35,32% 2.478.652.191 9,56% 6.852.999 3 2004 106.003.024 -3,53% 2.762.617.327 11,47% 6.915.950 4 2005 127.410.919 20,20% 3.166.050.617 14,60% 7.116.177 5 2006 167.786.432 31,69% 5.001.885.365 57,99% 7.211.586 6 2007 212.889.633 26,88% 4.548.789.159 -9,06% 7.289.767 Sumber: BPS Provinsi Lampung 2008,diolah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Beberapa variabel tersebut diduga mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai pengeluaran pemerintah.

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis dalam penulisan skripsi ini memilih judul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),Dana Perimbangan dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Provinsi Lampung.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Pemerintah, PAD, Dana Perimbangan dan Jumlah Penduduk.


(15)

6

B. Rumusan Masalah

Dalam pemecahan suatu masalah, mengetahui rumusan masalah merupakan suatu langkah yang harus dilakukan, langkah tersebut sangat penting sebagai landasan dalam menyikapi permasalahan tersebut dimasa yang akan datang, baik untuk mengantisipasi ataupun mengendalikan. Dari latar belakang yang telah

dikemukakan di atas, dapat dikemukakan masalah, yaitu:

1. Seberapa besar pengaruh tingkat PAD dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung .

2. Seberapa besar pengaruh Dana Perimbangan dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

3. Seberapa besar pengaruh Jumlah Penduduk dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh PAD dalam menentukan besaran nilai

pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun anggaran 2002-2007.

2. Untuk menganalisis pengaruh Dana Perimbangan dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun anggaran 2002-2007.


(16)

3. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Penduduk dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun anggaran 2002-2007.

D. Kerangka Pemikiran

Peran Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan pembangunan daerah terus

diusahakan untuk lebih meningkat. Hal ini lebih dimaksudkan untuk mewujudkan otonomi daerah yang lebih nyata dan beranggung jawab. Dalam rangka

pelaksanaan pembangunan perlu ditingkatkan kemampuan mengolah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan unit kerja, sehingga anggaran daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses perencanaan pembangnan daerah. Anggaran juga merupakan cermin finansial ekonomi masyarakat serta pilihan masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan kewajibannya pemerintah daerah perlu melakukan dua hal, yaitu: (1) Pengumpulan sumber daya dari masyarakat secara efisien yang terkumpul dalam komponen pendapatan. (2) Pengalokasian dari penggunaan sumber daya secara responsif, efektif, dan efisien kedalam anggaran yang direfleksikan dalam komponen belanja. Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah.


(17)

8

Pada Pelaksanaan otonomi daerah , pemerintah daerah harus memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonominya. Kapasitas keuangan pemerintah daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahannya (Suwandi, 2000)

Dalam Teorinya, Wagner mengemukakan perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase terhadap GNP, dimana teori ini didasarkan pada pengamatan di negara-negara Eropa, US, dan Jepang pada abad ke-19 (Mangkoesoebroto, 1993; 170). Wagner mengemukakan pendapatnya dalam

bentuk suatu hukum Wagner, sebagai berikut Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Sedangkan Peacock & Wisemanmempunyai pandangan didalam teorinyauntuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar perlu meningkatkan pajak, walaupun masyarakat tidak ingin terbebani dengan kenaikan terhadap pajak.

Dari dua teori di atas dapat disimpulkan bahwa untuk membiayai pengeluaran Pemerintah yang semakin meningkat diperlukan sumber-sumber pendanaan yang besar. Sumber pendapatan daerah tersebut berupa pendapatan asli daerah (PAD) tetapi itu saja tidak cukup untuk membiayai pengeluaran Pemerintah Daerah,maka transfer pusat diperlukan untuk membantu dalam membiayai pengeluaran

pemerintah.

Semakin besar penerimaan daerah akan menaikan pengeluaran pemerintah.. Hal ini karena pemerintah daerah harus mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan


(18)

untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan pelayanan terhadap masyarakat.

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor demografi yang mempengaruhi pertumbuhan pengeluaran pemerintah. Perubahan penduduk mempengaruhi beberapa layanan seperti kesehatan dan pendidikan. Jika penduduk bertambah, tingkat kegiatan yang dihasilkan sektor publik bertambah untuk melayani penduduk yang lebih banyak. Ini meningkatkan permintaan terhadap input yang menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1) berpengaruh positif dalam

menentukan besaran pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

2. Diduga Dana Perimbangan (X2) berpengaruh positif dalam menentukan besaran

pengeluaran pemerintah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

3. Diduga Jumlah Penduduk (X3) berpengaruh positif dalam menentukan besaran


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure)

Kebijakan Umum Belanja Daerah mengacu kepada peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai daerah otonom.Berdasarkan pada prinsip penganggaran , belanja daerah disusun dengan pendekaan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.Belanja daerah dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penangananya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten dan Kota.

Sejak ahun 2001, penyusunan anggaran menggunakan Sistem Anggaran berbasis Kinerja.Anggaran denagn pendekatan Kinerja (Performanced Budgeting) yaitu

suatu system anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan .Perbedaan yang

mendasar dari Anggaran Kinerja ini dengan system yang lama adalah pada sumber dari pengeluaran-pengeluaran yang dialokasikan hanya berasal dari dana-dana desentralisasi. Sehingga pertanggungjawaban kepala daerah terutama pada penggunaan dana-dana tersebut.


(20)

Dalam Permendagri Nomor 13 ahun 2006 ditegaskan bahwa Belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi equitas dana lancar dan merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun yang tidak

akan diperoleh pembayaran kembali oleh daerah.

B. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam. (Bastian, 2002). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :

a) Pajak Daerah b) Retribusi Daerah

c) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

d) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

a. Definisi Pajak dan Retribusi Daerah

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 yang dimaksud Pajak Daerah adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan


(21)

12

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besranya kemakmuran rakyat.Adapun jenis pajak daerah yaitu:

1) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor

b.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d.Pajak Air Permukaan dan

e. Pajak Rokok

2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel

b.Pajak Restoran c. Pajak Reklame

d.Pajak Penerangan Jalan

e. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan f. Pajak Parkir

g.Pajak Sarang Burung Walet h.Pajak Air Tanah

i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan j. Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan

Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untu kepentingan orang pribadi atau umum. Objek Retribusi Daerah terdiri dari: 1). Jasa Umum, 2). Jasa Uasaha, dan 3) Perizinan Tertentu.


(22)

b. Perusahaan Daerah

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah.

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat : a. Memberi jasa.

b. Menyelenggarakan pemanfaatan umum. c. Memupuk pendapatan.

2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan mengutamakan

industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok

pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula

sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut Devas bahwa : kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat


(23)

14

II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri.

C. Dana Perimbangan

Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yanag dialokasikan kepada daerah unuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK), selain ditunjukan untuk konsolidasi desentralisasi fiskal dan memperkecil ketimpangan keuangan antara pusat dan daerah serta antar daerah dengan tetap menjaga netralitas fiskal, juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan daerah. Aturan, prosentase bagi hasil, bagaimana mengolahnya diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan pusat-daerah.

a. Dana Bagi Hasil.

Dana bagi hasil merupakan bagian daerah yang bersumber dari penerimaan yang dihasilkan daerah, seperti penerimaan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 dan PPh 25/29 orang pribadi, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Di samping itu, dana bagi hasil juga berasal dari sumber daya alam (SDA), seperti minyak bumi, gas alam, pertambangan umum, kehutanan, dan perikanan. Dengan


(24)

demikian, daerah yang potensi penerimaannya tinggi, baik itu berupa pajak maupun sumber daya alam, akan dapat menikmati pendapatan yang lebih baik. Besarnya bagian daerah tersebut ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Dana Alokasi Umum

Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. DAU diberikan kepada daerah-daerah dengan tujuan untuk menciptakan

pemerataan antar daerah berdasarkan pertimbangan bahwa potensi fiskal dan kebutuhan dari masing-masing daerah berbeda.

c Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus (DAK) merupakan dana dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mengisi kesenjangan penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanaan dasar masyarakat, khususnya bagi daerah yang kemampuan fiskalnya rendah. Hal ini dimaksudkan selain untuk secara bertahap dapat diarahkan utnuk mencapai keserasian tingkat pelayanan publik di berbagai wilayah, juga dapat mengarahkan sebagian dari pengeluaran daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang merupakan prioritas rasio.


(25)

16

D. Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Teori Makro

Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu (Mangkoesoebroto, 1993; 169):

a) Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah

terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar.

Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan dalam Mangkoesoebroto (1993; 170), bahwa pembangunan ekonomi aktivitas

pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya


(26)

b.) Hukum Wagner

Teori Wagner tentang perkembangan pengeluaran pemerintah disebut sebagai Wagner law of increased government activity. Teori ini mengemukakan

perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase terhadap GNP, dimana teori ini didasarkan pada pengamatan di negara-negara Eropa, US, dan Jepang pada abad ke-19 (Mangkoesoebroto, 1993; 170).

Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum Wagner, sebagai berikut Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut :

n n k k k PPK PP P PPK PP P PPK PP P    ... 2 2 1 1

PPP : Pengeluaran Pemerintah perkapita

PPK : Pendapatan perkapita, yaitu GDP/jumlah penduduk 1,2,...n : Jangka waktu (tahun)

Hukum Wagner ini ditunjukkan dalam grafik 2.2 dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva perkembangan pengeluaran pemerintah (Mangkoesoebroto, 1993; 172).


(27)

18

Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Waktu (tahun) Pk PP

PPK

Grafik 2.1. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner

b) The Displacement Effect

Dari ketiga teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah tersebut, teori Peacock & Wiseman dianggap sebagai teori dan model yang terbaik

(Mangkoesoebroto, 1993; 173). Teori mereka sering disebut sebagai The

Displacement Effect, dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa

pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Dalam Mangkoesoebroto (1993; 173). Peacock dan

Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat

mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh

pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak.Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut (Mangkoesoebroto, 1993; 173) :


(28)

Wagner, Solow Musgrave

Peacock dan W iseman

0 Waktu (tahun)

Pengeluaran Pemerintah/GDP

“Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat, oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan

pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah

menjadi semakin besar.”

Jadi berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, tetapi berbentuk seperti tangga.

Grafik 2.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Peacock dan Wiseman melihat pajak membatasi pengeluaran pemerintah. Ketika ekonomi dan pendapatan bertambah, penghasilan dari pajak akan meningkat, sehingga pengeluaran publik bertambah sesuai GNP. Pada waktu normal, trend pengeluaran publik meningkat, meski terdapat perbedaan antara tingkat

pengeluaran publik dan tingkat pajak yang diinginkan masyarakat. Dalam periode kekacauan sosial, trend pengeluaran publik tergantung. Dalam periode ini,


(29)

20

terjadinya perang dan bencana sosial yang akan meningkatkan pengeluaran publik. Untuk mendanai peningkatan pengeluaran publik, pemerintah terpaksa menaikkan pajak. Kenaikan pajak ini diterima oleh masyarakat pada saat krisis.

Menurut Peacock dan Wiseman, ini adalah “efek pemindahan”, pengeluaran

publik dipindahkan ke atas dan periode krisis memindahkan pengeluaran swasta untuk pengeluaran publik. Proses ini menunjukkan perpindahan garis trend pengeluaran publik ke atas. Setelah periode krisis, pengeluaran publik tidak kembali ke tingkat asal. Perang tidak dibiayai oleh pajak. Negara meminjam uang dan membayar hutang setelah perang berakhir.

Efek lain yang terjadi adalah “efek inspeksi”, yang timbul dari kesadaran rakyat

terhadap masalah sosial pada periode krisis. Pemerintah menambah lingkup layanan untuk meningkatkan kondisi sosial, dan karena persepsi masyarakat terhadap pajak tidak kembali ke tingkat semula, pemerintah dapat membiayai tingkat pengeluaran yang lebih tinggi dengan menambah cakupan pemerintah dan hutang.

2. Teori Mikro

a). Tujuan dari teori ekonomi mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan

permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik.


(30)

b) Interaksi antara permintaan dan penawaran barang untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut akan menimbulkan permintaan akan barang lain.

Anggaran belanja yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas pemerintah,salah satunya aktivitas pemerintah adalah pengeluaran pembangunan dalam berbagai sector. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah direncanakan dalam perumusan anggaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, karena anggaran tersebut merupakan variabel yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Alokasi dana pemerintah dalam anggaran (budget)

yang bertindak sebagai alat pengatur urutan prioritas pembangunan dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai oleh karena itu usaha

pembangunan harus selalu berlandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Trilogi Pembangunan. (M. Suparmoko, 1999:49)

Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa faktor dibawah ini :

1. Perubahan permintaan akan barang publik.

2. Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik, dan juga perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

3. Perubahan kualitas barang publik.

4. Perubahan harga-harga faktor-faktor produksi.(Guritno Mangkoesoebroto, 2000:178)


(31)

22

Melihat perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun, peranan pemerintah cenderung meningkat. Peningkatan kegiatan pemerintah ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Adanya kenaikan tingkat penghasilan masyarakat, maka kebutuhan

masyarakat juga meningkat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kegiatan pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, seperti kebutuhan akan prasarana transportasi, pendidikan dan kesehatan umum. 2. Perkembangan penduduk, hal ini membutuhkan peningkatan kegiatan

pemerintah untuk mengimbangi perkembangan penduduk dalam memenuhi kebutuhan penduduk tersebut.

3. Perkembangan ekonomi, juga dibutuhkan peranan pemrintah yang besar guna mengisi kegiatan ekonomi.

E. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Michael P Todaro

Faktor utama atau komponen pertumbuhan ekonomi dalam suatu masyarakat adalah:

a. Akumulasi modal

b. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja c. Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pertumbuhan Penduduk (walaupun dapat dihambat) dan tenaga kerja, secara tradisional, dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan


(32)

ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produltif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik.

Kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan cara penyelesaian tugas tradisional. Ada tiga klasifikasi dasar kemajuan teknologi, yaitu: pertama teknologi yang netral, yang hemat pekerja (labour saving), dan

yang hemat modal (capital saving). Kemajuan teknologi yang netral terjadi

apabila penggunaan teknologi berhasil mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama.

Pertumbuhan ekonomi juga merupakan proses kenaikan output kenaikan per kapita dalam jangka panjang. Untuk aspek pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melaui :

1. Peningkatan jumlah dan presentase belanja pembangunan diharapkan setiap tahun meningkat serta signifkan dari total APBD.

2. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 4. Meningkatan laju Pertumbuhan Ekonomi.

5. Pengurangan jumlah dan presentase penduduk miskin. 6. Pengurangan jumlah dan presentase pengangguran.

7. Memacu pertumbuhan sektor industri dan sektor unggulan lainnya, terutanma sektor pariwisata, perdagangan, pertambangan, jasa-jasa dan koperasi.


(33)

24

8. Peningkatan sarana dan prasarana daerah untuk dapat melayani kepentingan publik secara merata.

9. Peningkatan dan pengembangan investasi, baik investasi pemerintah maupun investasi swasta dan asing.

10.Peningkatan kesempatan dan lapangan kerja.

Dalam mencapai pertumbuhan dan perbaikan yang ingin dicapai, beberapa kendala yang mungkin menjadi penghambat adalah :

1. Kemiskinan dan Pengangguran

Kemiskinan dan Pengangguran menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktifitas kerja serta tumbuhnya sikap yang apatis terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan yang akan dicapai.

2. Rendahnya Kualitas Suber Daya Manusia

Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan salah satu kendala pembangunan yang paling penting, sebagian besar penduduk masuk dunia kerja dengan pendidikan SD dan SLTP, serta sering tanpa disertai

ketrampilan khusus. Dari segi pendidikan sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM) untuk pendidikan dasar, dan menengah masih sangat rendah 3. Lambatnya pemulihan Ekonomi Daerah

Pemulihan ekonomi daerah akibat krisis moneter dan ekonomi telah berakibat pertumbuhan ekonomi daerah mengalami pertumbuhan yang negatif dan saat ini sudah mulai membaik. Belum pulihnya perekonomian disebabkan juga oleh belum banyaknya investasi yang masuk dari luar daerah.


(34)

4. Minimnya Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah yang diterima oleh pemerintah daerah akan mempengaruhi proses pembiyaan pembangunan yang harus dikerjakan,

mengingat keteerbatasan dana pembiayaan pembangunan dari pemerintah pusat. Apabila PAD meningkat maka presentase belanja pembangunan akan meningkat dan mempermudah proses pembangunan

F. Flypaper Effect dan Pengaruhnya pada Belanja Daerah

Flypaper Effect merupakan suatu kondisi dimana stimulus terhadap pengeluaran

daerah yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam jumlah transfer dari

Pemerintah Pusat lebih besar dari stimulus yang disebabkan oleh perubahan dalam pendapatan daerah.

Fenomena flypaper effect dapat terjadi dalam dua versi (Gorodnichenko, 2001).

Pertama merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran pengeluaran pemerintah yang berlebihan. Kedua mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Dalam khasanah ekonomi, telaah mengenai flypaper

effect dapat dikelompokkan menjadi 2 aliran pemikiran, yaitu model birokratik

(bureaucratic model) dan ilusi fiskal (fiscal illusion model). Model birokratik

menelaah flypaper effect dari sudut pandang dari birokrat, sedangkan model ilusi

fiskal mendasarkan kajiannya dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap anggaran pemerintah daerahnya. Aliran


(35)

26

birokrat lebih kuat dalam pengambilan keputusan publik. Ia mengasumsikan birokrat berperilaku memaksimisasi anggaran sebagai proksi kekuasaannya. Dengan asumsi ini, kuantitas barang publik disediakan pada posisi biaya rata-rata sama dengan harganya. Pada posisi biaya marginal lebih tinggi daripada

harganya, kuantitas barang publik menjadi tersedia terlalu banyak. Dengan demikian, transfer akan menurunkan harga barang publik sehingga memicu birokrat untuk membelanjakan lebih banyak anggaran. Secara implisit, model birokratik menegaskan flypaper effect sebagai akibat dari perilaku birokrat yang

lebih leluasa membelanjakan transfer daripada menaikkan pajak.

Oates (1979) menyatakan fenomena flypaper effect dapat dijelaskan dengan ilusi

fiskal. Bagi Oates, transfer akan menurunkan biaya rata-rata penyediaan barang publik (bukan biaya marginalnya). Namun, masyarakat tidak memahami

penurunan biaya yang terjadi adalah pada biaya ratar-rata atau biaya marginalnya. Masyarakat hanya percaya harga barang publik akan menurun. Bila permintaan barang publik tidak elastis, maka transfer berakibat pada kenaikan pajak bagi masyarakat. Ini berarti flypaper effect merupakan akibat dari ketidaktahuan

masyarakat akan anggaran pemerintah daerah. Lebih jauh, ilusi fiskal diartikan sebagai kesalahan persepsi masyarakat baik mengenai pembiayaan maupun alokasi anggaran dan keputusan mengenai kedua hal tersebut dihasilkan justru dari kesalahan persepsi semacam ini (Schawallie, 1989. Turnbull (1992)

menawarkan penjelasan lain mengenai keberlanjutan kesalahan persepsi tersebut. Menurut Turnbull, ketidakpastian tingkat harga barang publik akan menciptakan risiko. Risiko ini dalam jangka panjang akan memicu pengeluaran yang berlebih. Fillimon, Romer, dan Rosenthal (1982) mengembangkan hipotesis ilusi fiskal


(36)

dalam konteks ketidaktahuan masyarakat akan jumlah transfer yang diterima. Dalam kasus ini, pemerintah daerah menyembunyikan jumlah transfer yang diterima dari pusat dan kemudian membelanjakannya pada level puncak. Akibatnya, masyarakat memandang telah terjadi kenaikan pengeluaran

pemerintah daerah dengan kenaikan yang lebih tinggi daripada kenaikan kuantitas yang diminta sebagai cerminan dari kenaikan pendapatannya. Becker (1996) dan Oates (1994) mengemukakan karena alasan politis pengeluaran pemerintah daerah bisa jadi tidak sensitive terhadap penurunan transfer yang menunjukkan flypaper

effect terjadi dalam satu arah.

G. Penelitian-Penelitian Terdahulu.

Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atau pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan tersebut akan dialokasikan dalam belanja. Secara empiris juga ditemukan adanya flypaper effect

dalam hubungan pendapatan dengan belanja. Moisio (2002) menyatakan bahwa orang akan lebih hemat dalam membelanjakan pendapatan yang merupakan hasil dari effort-nya sendiri dibanding pendapatan yang diberikan pihak lain (seperti

grants atau transfer).

Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis.


(37)

28

Sementara dana perimbangan merupakan sumber penerimaan utama pemerintah daerah (sekitar 90-95%), namun bersifat contingent karena ditentukan oleh

pemerintah pusat.

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dengan Pengeluaran Pemerintah.

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang dikenal dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan

disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau

pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran. Dalam konteks Internasional, beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja daerah menemukan bahwa hipotesis pajak –belanja berlaku untuk kasus pemda di beberapa Negara Amerika Latin, yakni Kolombia, Republik Dominika, Honduras, dan Paraguay. (Prakosa, 2004).

2. Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah .

Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006), bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pempus dengan belanja pemerintah daerah.

Studi Legrensi dan Milas (2001), menggunakan sample municipalities di Italia, menemukan bukti empiris bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa


(38)

variable-variabel kebijakan pemda dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan

transfer yang diterima.(Maemunah, 2006) Dalam jurnalnya, Bambang Prakosa (2004) menjelaskan bahwa sebagian studi menyatakan bahwa pendapatan

mempengaruhi belanja, sementara sebagian lainnya menyatakan bahwa belanjalah yang mempengaruhi pendapatan.Sementara studi tentang pengaruh transfer atau grants dari pempus terhadap keutusan pengeluaran atau belanja Pemda sudah berjalan lebih dari 30 tahun.

3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dengan Pengeluaran Pemerintah.

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pengeluaran publik. Perubahan penduduk mempengaruhi beberapa layanan seperti kesehatan dan pendidikan. Pertambahan penduduk mempengaruhi kondisi layanan. Meningkatnya kepadatan penduduk akan mengakibatkan biaya sosial kepadatan bertambah. Biaya kepadatan penduduk ini berdampak negatif pada utilitas individu karena sumber daya tambahan harus digunakan untuk layanan agar kesejahteraan individu tetap baik sebelum dan sesudah pertambahan penduduk. Karena biaya eksternal kepadatan, peningkatan penduduk akan meningkatkan pengeluaran dengan asumsi bahwa tingkat output dan kualitas layanan tetap.

Pada PenelitianNawarti Bustamammenemukan bahwa faktor – faktor yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan total pengeluaran pemerintah di Propinsi Riau ialah jumlah penduduk dan total pengeluaran pemerintah di Propinsi Riau ialah jumlah penduduk dan total pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya.. Jumlah penduduk merupakan faktor yang paling besar mempengaruhi peneluaran pemerintah di Propinsi Riau, terutama terhadap pengeluaran pembangunan tahu


(39)

30

sebelumnya. Jumlah penduduk merupakan faktor yang paling besar

mempengaruhi pengeluaran pemerintah di Propinsi Riau, terutama terhadap pengeluaran.


(40)

III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan kedudukan variabel-variabel penelitian yang diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2003). Ada beberapa variabel dalam penelitian ini, yaitu :

a. Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel bebasnya sebagai berikut : X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD)

X2 : Jumlah Dana Perimbangan

X3 : Jumlah Penduduk

b. Variabel Dependen atau Variabel terikat

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Jumlah Pengeluaran Pemerintah Daerah yang dalam estimasi disimbolkan dengan huruf Y.


(41)

32

Adapun variabel-variabel yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini meliputi:

a. Jumlah Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah, merupakan total dari semua belanja yang dilakukan oleh suatu pemerintah.

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Variabel PAD yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD masing-masing daerah di propinsi Lampung yang diambil dari BPS mulai tahun 2002 sampai 2007.

c. Jumlah Dana Perimbangan Dana Perimbangan, terdiri dari:

•Bagian daerah dari perimbangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

•Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

• Dana Alokasi Umum (DAU), yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, geografis, Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, sehingga perbedaan antara daerah yang belum berkembang dapat diperkecil.

•Dana Alokasi Khusus (DAK), bertujuan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan khusus daerah.

d. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di di suatu daerah tanpa di bedakan mana yang angkatan kerja maupun yang bukan. Jumlah penduduk ini merupakan suatu komponen penting dalam penyusunan DAU yang akan diterima suatu daerah tertentu.


(42)

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari data time series dan cross section selama 6 Tahun di 10 Kabupaten/Kota se

Provinsi Lampung yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi besaran

pengeluaran pemerintah. Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan antara data time series dan cross section dari 8 Kabupaten dan 2 Kota di

Provinsi Lampung periode 2002 sampai dengan 2007. Pemilihan rentang waktu yang dimulai dari periode anggaran 2002 sampai dengan 2007, didasari karena pada periode tersebut terjadi kebijakan baru dalam pemerintahan dengan

diberlakukannya otonomi daerah yang mendorong terjadinya desentralisasi fiskal dalam keuangan daerah.

B. Model Regresi Data Panel

Data panel ( Panel pooled data) adalah data menggabungkan antara data time

series dan data cross section. Time series sendiri merupakan data yang terdiri atas

satu objek tetapi meliputi beberapa kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini data time series-nya yaitu data pada Pengeluaran Pemerintah, Pendapatan Asli Daerah

(PAD), Dana Perimbangan, dan Jumlah Penduduk pada satu Kabupaten/Kota tertentu pada kurun waktu periode tahun 2002-2007, sedangkan data cross section

terdiri dari beberapa objek pengamatan pada satu waktu tertentu, cross section

pada penelitian ini yaitu data pada Pengeluaran Pemerintah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Jumlah Penduduk di beberapa


(43)

34

digabungkan akan terbentuk data panel. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel.

Pertama, data panel yang merrupakan gabungan dua data time series dan cross

section mampu meyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan

degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data

tine series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variabel).

Jika setiap unit cross section mempunyai data time series yang sama maka

modelnya disebut model regresi panel data seimbang (balance panel), sedangkan

jika jumlah observasi time series dari unit cross section tidak sama maka disebut

regresi panel data tidak seimbang (unbalance panel).

Secara umum dengan menggunakan data panel kita akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap individu (daerah) dan setiap periode waktu. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul, yaitu:

1.Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu dan individu (daerah) dan perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh periode gangguan. 2.Diasumsikan slope adalah tetap tetapi intersep berbeda antar individu.

3.Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu maupun antar individu.

4.Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu.

5.Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu.

Namun demikian ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengesitimasi model regresi dengan data panel yaitu dengan pendekatan Common Effect, Fixed


(44)

1. Koefisen Tetap Antar Waktu dan Individu (Common Effect)

Teknik yang paling sederhana untuk mengestinasi data panel adalah dengan mengkombinasikan data time series dan cross section tanpa melihat perbedaan

antara waktu dan individu dengan menggunakan metode OLS. Metode ini dikenal dengan estimasi Common Effect. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan

dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu.

2. Slope Konstan Tetapi Intersep Berbeda Antar Individu (Fixed Effect)

Teknik model fixed effect adalah teknik mengestimasi data panel variabel dummy

untuk menagkap adanya perbedaan intersep. Pengertian fixed effect ini didasarkan

adanya perbedaan intersep antara individu namun intersepnya sama antar waktu (time invariant). Disamping itu model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien

regresi (slope) tetap antar individu dan antar waktu.Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variables (LSDV).

3. Estimasi Dengan Pendekatan Random Effects

Dimasukanya Variabel dummy di dalam model Fixed Effect bertujuan untuk

mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degreeof freedom) yang

pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error term) dikenal dengan metode random

effect. Di dalam model ini kita akan mengestimasi data panel dimana variabel


(45)

36

yang tepat untuk mengestimasi model random effect adalah Generalized Least

Squares (GLS).

C. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel

Untuk mengestimasi data panel ada tiga teknik yang dapat digunakan yaitu model dengan metode OLS (common), model Fixed Effect dan model Random Effect.

Untuk menentukan teknik mana yang paling tepat dalam mengestimasi data panel maka perlu dilakukan pengujian. Adapun pengujiannya terdiri dari, pertama uji statistik F digunakan untuk memilih antara metode OLS tanpa variabel dummy

atau Fixed Effect. Kedua, uji Langrange Multiplier (LM) digunakan untuk

memilih antara OLS tanpa variabel dummy atau Random Effect. Terakhir, untuk

memilih antara Fixed Effect atau Random Effect digunkan uji yang dikemukakan

oleh Hausman.

1. Uji Signifikansi Fixed Effect

Uji F digunakan untuk mengetahui teknik regresi data panel dengan Fixed Effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy dengan melihat

residual sum of squares (RSS). Adapun uji F statistiknya adalah sbb:

) /( ) ( / ) ( 2 2 1 k n RSS m RSS RSS F   

dimana RSS1 dan RSS2 merupakan residual sum of Squares teknik tanpa variabel

dummy dan teknik fixed effect dengan dummy.

Hipotesis nulnya adalah bahwa intersep adalah sama. Nilai statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat kebebasan (df) sebanyak m untuk numerator dan sebanyak n-k untuk denumerator. m merupakan jumlah restrikasi


(46)

dalam model tanpa variabel dummy, dimana n merupakan jumlah observasi dan k

adalah jumlah paramater dalam model Fixed Effect.

2. Uji Signifikansi Random Effect

Uji signifikansi Random Effect ini dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk uji signifikansi model Random Effect didasarkan pada nilai

residual dari metode OLS. Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan formula yang terdapat pada buku Ekonometrika karangan Agus Widarjono. Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of freedom

sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM statistik lebih besar nilai kritis statistik chi-squares maka kita menolak hipotesis nul. Artinya, estimasi yang tepat

untuk model regresi data panel adalah metode Random Effect dari pada metode

OLS. Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai statistik Chi-squares

sebagi niali kritis maka kita menerima hipotesis nul. Estimasi Random Effect

dengan demikian tidak dapat digunakan untuk regresi data panel, tetapi digunakan metode OLS.

3. Uji Signifikansi Fixed Effect Atau Random Effect

Hausman telah mengembangkan suatu uji untuk memilih apakah menggunakan model Fixed Effect atau Random Effect. Uji Hausman ini didasarkan pada ide

bahwa LSDV di dalam metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien sedangkan metode OLS tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efisiensi dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan berasarkan perbedaan estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan


(47)

38

perbedaan estimasi tersebut. Hasil metode Hausman adalah bahwa perbedaan kovarian dari estimator yang efisien dengan estimator yang tidak efisien adalah nul , uji Hausman ini akan mengikuti distribusi chi-squares. Statistik uji Hausman

ini mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree of freedom sebanyak k

dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model Fixed Effect

sedangkan sebaliknya bila niali statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model Random Effect.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan unuk menghitung berkaitan dengan studi empiris ini, yaitu dengan model regresi data panel. Data panel pada penelitian ini diduga akan mengunakan metode Fixed Effect yang secara umum ditulis sebagai berikut:

lnYit = o + 1lnX1it + 2lnX2it + 3D1i… +13D9 + eit

Keterangan

Yit = Pengeluaran Pemerintah masing-masing daerah ( Juta )

X1it = PAD masing-masing daerah ( Juta )

X2it = Dana Perimbangan masing-masing daerah ( Juta )

X3it = Jumlah Penduduk masing-masing daerah (Ribu Jiwa)

eit = residual secara menyeluruh

β0, β1, β2, β3 = koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter Y

D1…D9 = Dummy


(48)

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D2 = 1 Lampung Selatan

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D3 = 1 Untuk Lampung Timur

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D4 = 1 Untuk Lampung Tengah

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D5 = 1 Untuk Lampung Utara

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D6 = 1 Untuk Way Kanan

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D7 = 1 Untuk Tulang Bawang

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D8 = 1 Untuk Bandar Lampung

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya D9 = 1 Untuk Metro

= 0 Untuk Kabupaten/kota lainya

Dalam penelitian ini hanya mempunyai sepuluh kabupaten/kota yang berbeda maka hanya memerlukan sembilan variable dummy untuk mengetahui perbedaan

intersep antara tersebut. Di dalam model ini Kabupaten Lampung Barat

merupakan Kabupaten/Kota pembanding sehingga kita tidak memerlukan variabel dummy untuk Lampung Barat. Dari pendekatan regresi dengan metode fixed effect

ini akan diperoleh parameter masing-masing variabel independen yang


(49)

40

dependen. Koefisien yang akan didapat merupakan estimasi faktor-faktor tersebut dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah di 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung terhadap koefisien regresi tersebut, dan kemudian akan

dilakukan pengujian statistik, yaitu uji t-statistik serta uji F-statistik dan koefisien determinasi R2.

Menurut Judge ada empat pertimbangan pokok untuk memilih Fixed Effect model

(FEM) dan Error Component Model (ECM), yaitu:

1. Jika jumlah time series (T) besar dan jumlah cross-section (N) kecil mka nilai

taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan perhitungan, yaitu FEM.

2. Bila N besar dan T kecil penaksiran dengan FEM dan ECM menghasilkan perbedaan yang signifikan. Pada ECM diketahui bahwa β0i = β0 + εi, dimana εi

adalah komponen acak cross-sectional, pada FEM diperlakukan β0 adalah

tetap atau tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau cross-section tidak

acak maka FEM lebih tepat, sebaliknya jika cross-section acak maka ECM

lebih tepat.

3. Jika komponen penggangu individu εi berkorelasi maka penaksiran ECM

adalah bias dan penaksir FEM tidak bias.

4. Jika N besar dan T kecil serta asumsi ECM dipenuhi maka penaksiran ECM lebih efisien dari penaksiran FEM.

Menurut asumsi di atas dapat di pastikan metode yang akan digunakan untuk menganalisis data panel pada penelitian ini adalah metode Random Effect karena


(50)

menggunakan asumsi diatas pemilihan metode regresi data panel pada penelitian ini akan ditentukan dengan menggunakan 3 uji perbandingan yaitu uji

perbandingan antara metode OLS dengan Fixed Effect dan uji perbandingan

antara OLS dengan Random Effect serta uji Hausman.

E. Pengujian Hipotesis

Setelah data terkumpul akan dikelompokkan sesuai dengan variabel-variabel, kemudian data tersebut diuji dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut:

1. Uji t - Statistik

t-statistik digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel independent

berpengaruh signifikan secara individu terhadap variabel dependent. Metode yang

digunakan dalam t-test adalah dengan cara membandingkan nilai thitung dari

masing-masing koefisien variabel bebas terhadap nilai ttabel pada derajat keyakinan

5%. Jika t-hitung > t-tabel berarti variabel independen secara individu berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen. Semakin kecil derajat keyakinan yang digunakan, maka kemungkinan penolakan H0 semakin kecil, sehingga dapat

disimpulkan variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

2. Uji F - Statistik

Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent yang digunakan dalam

model secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen. Dalam pengujian ini, hipotesis yang dikemukakan adalah :


(51)

42

• Hipotesis nol (H0) : β1, β2, βn = 0

• Hipotesis alternatif (Ha) : β1, β2, βn ≠0

Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fstatistik terhadap nilai Ftabel. Jika

Fstatistik <Ftabel, maka H0 diterima. Jika hipotesis nol diterima, maka dapat diartikan

bahwa semua parameter estimasi sama dengan nol. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel-variabel independent dengan variabel

dependent.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi R2digunakan untuk menyatakan tingkat keeratan

hubungan antara variabel-variabel independent dan variabel-variabel dependent. Nilai R2terletak diantara 0 dan 1. semakin besar nilai R2(mendekati 1), dapat

disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan adalah baik. Nilai R2digunakan

untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent yang digunakan


(52)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci disertai dengan langkah-langkah analisis data yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Jumlah Penduduk terhadap Pengeluaran Pemerintah. Objek Penelitiannya adalah 10 Kabupaten/Kota di Provinsi , untuk periode tahun 2002-2007. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data dari Laporan Anggaran APBD dan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang di dapat dari BPS Provinsi Lampung.

1. Uji perbandingan metode OLS dengan model Fixed Effect

Uji ini menggunakan formula sbb:

) /( ) ( / ) ( 2 2 1 k n RSS m RSS RSS F    dimana:

m= jumlah pembatasan dalam model tanpa variable dummy


(53)

44

k = Jumlah parameter dalam model Fixed Effect

dengan asumsi Fkritis ≤ F[(n-1) , (nT-k)] tolak H0, maka hasilnya adalah:

5774302 , 8 0177857 , 0 1525556 , 0 56 / ) 996 , 0 ( 9 / ) 996 , 0 369 , 2 (    F F

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa nilai dari Fhitung adalah sebesar 8,577430

sedangkan nilai Fkritis dengan numerator 9 dan denumarator 56 pada α=5% dan

α=1% masing-masing adalah 2,12 dan 2,89 yang berarti Fkritis ≤ Fhitung maka

dengan demikian kita menolak hipotesis nul. Asumsi bahwa koefisien intersep dan slope adalah sama tidak berlaku sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan :

lnYit = o + 1lnX1it + 2lnX2it + 3lnX3it + eit.

Model panel data yang tepat untuk menganalisis perilaku sepuluh Kota dan Kabupaten se-Provinsi Lampung adalah metode Fixed Effect dengan teknik LSDV

daripada model OLS .

2. Uji Perbandingan metode OLS dengan model Random Effect

Dari hasil uji antara metode OLS dengan model Fixed Effect diatas mehasilkan

bahwa metode Fixed Effect yang paling tepat untuk menganalisis data panel ini,

namun ada satu uji lagi yang harus dilakukan untuk mendapatkan model yang paling tepat dalam menganalisis data panel pada penelitian ini yaitu

membandingankan OLS dengan model Random Effect. Uji ini dilakukan

berdasarkan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji signifikansi model Random Effect


(54)

model Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode OLS. Adapun

nilai statistik LM dihitung berdasarkan formula yang terdapat pada buku Agus Widarjono adalah: 0031176 , 0 1 369 , 2 315 , 2 ) 1 6 ( 2 ) 6 (

10 2

      LM

sedangkan nilai kritis tabel distribusi chi squares dengan df sebesar 3 pada α=1% dan α=5% masing-masing sebesar 11.345 dan 7.81473. karena LM ≤ nilai chi squares, maka dengan demikian secara statistik tidak signifikan sehingga kita

menerima hipotesis nul. Metode OLS lebih tepat dibandingkan dengan Model Random Effect.

3. Uji Perbandingan metode Fixed Effect dengan model Random Effect

Menggunakan uji Hausman dengan alat bantu software Eviews didapat nilai H=23,1068 Sedangkan nilai kritis dengan df sebesar 3 pada α=5% dan α=1% masing-masing sebesar 11,345 dan 7,81473. Sesuai dengan hipotesis awal yaitu: H0 = metode FEM koeifisien dan tidak bias metode ECM efisien, H1 = metode

FEM koefisien dan tidak bias metode ECM bias. Maka kita menolak hipotesis nul karena nilai uji Hausman > nilai chi square karena ECM akan menghasilkan

estimasi yang bias, dengan demikian berdasarkan uji Hausman model yang tepat untuk menganalisis perilaku pengeluaran Pemerintah daerah di Propinsi Lampung adalah model Fixed Effect daripada Random Effect.

Dari tiga uji diatas dapat diambil simpulan bahwa metode analisis data yang paling tepat dalam menganalisis data panel dalam penelitian ini adalah model


(55)

46

Fixed Effect, sebagai alat bantu analisis penulis mengunakan software Eviews

yang mana hasilnya ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Hasil Regresi Model Fixed Effect

Dependent Variable: LOG(Y?)

Method: GLS (Cross Section Weights) Sample: 2002 2007

Included observations: 6

Number of cross-sections used: 10 Total panel (balanced) observations: 60 One-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LOG(X1?) 0.261474 0.049720 5.258886 0.0000

LOG(X2?) 0.223080 0.067614 3.299295 0.0019

LOG(X3?) 4.636937 0.843750 5.495628 0.0000

Fixed Effects

_LAMBAR--C -20.22777

_TGMS--C -23.42691

_LAMSEL--C -25.38654

_LAMTIM--C -23.94527

_LAMTENG--C -24.77306

_LAMUT--C -21.79678

_WK--C -19.74011

_TUBA--C -23.12781

_BALAM--C -23.63747

_METRO--C -15.41135

Weighted Statistics

R-squared 0.999449 Mean dependent var 14.76931

Adjusted R-squared 0.999308 S.D. dependent var 5.535458

S.E. of regression 0.145599 Sum squared resid 0.996361

F-statistic 7102.637 Durbin-Watson stat 1.658874

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.910703 Mean dependent var 12.71708

Adjusted R-squared 0.887904 S.D. dependent var 0.441428

S.E. of regression 0.147793 Sum squared resid 1.026611

Durbin-Watson stat 1.662578

Dalam persamaan diatas dapat dilihat bahwa koefisien regresi PAD adalah positif yaitu sebesar 0.261474, sedangkan koefisien regresi Dana Perimbangan nilainya positif yaitu 0.223080, dan koefisien Jumlah Penduduk bernilai positif yaitu 4.636937.


(56)

B. Pengujian Hipotesis

1. Uji t-Statistik

Yaitu pengujian statistik terhadap parameter-parameter regresi secara individual. Hal ini untuk membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel, dengan tingkat signifikansi 5%

Tabel 4.2 Hasil Uji Signifikansi

Variabel t-statistik t-tabel Keterangan Log (X1) Log (X2) Log (X3) 5.258886 3.299295 5.495628 1,943 1,943 1,943 Signifikan Signifikan Signifikan Dengan α= 5% n = 10 t-tabel = (α, n-k) k = 4

Dari tabel 4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing daerah Kota dan Kabupaten Provinsi Lampung berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran pemerintah masing-masing daerah Kota dan Kabupaten tersebut, hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (5,259) yang lebih besar dari nilai t-tabelnya (1,943), H0 ditolak.

2. Dana Perimbangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada masing-masing daerah Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran pemerintah masing-masing daerah Kota dan Kabupaten tersebut, hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (3,299) yang lebih besar daripada t-tabelnya (1,943), H0 ditolak.

3. Jumlah Penduduk di masing-masing daerah Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai besaran


(57)

48

pengeluaran pemerintah masing-masing daerah tersebut, hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung (5,496) yang lebih besar daripada t-tabelnya (1,943), H0

ditolak.

2. Uji F-Statistik

Yaitu pengujian secara serempak hubungan variabel-variabel independen secara keseluruhan dengan variabel dependen, dengan membandingkan antara F-hitung dengan F-tabelnya. F-hitung yang dihasilkan adalah 7102,637 (lihat tabel 4.1) sedangkan F-tabel dengan tingkat signifikansi α= 5%, (α, (k-1) (n-k)) adalah (5%, (3) (6)) = 4,76. Dengan F-hitung lebih besar daripada F-tabelnya maka Ho ditolak, ini berarti variabel-variabel independen secara serempak dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

3. Uji Koefisien R2

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variabel dependennya. Dari perhitungan diperoleh hasil bahwa R2sebesar 0,99 atau sekitar

99% dari variasi pengeluaran pemerintah masing-masing Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung dapat dijelaskan oleh variasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing daerah, Dana Perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah masing-masing, dan jumlah penduduk pada daerah masing-masing.


(58)

C. Pembahasan

Dari hasil estimasi yang didapat, maka hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen dapat ditunjukkan sebagai berikut :

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1), mempunyai koefisien positif

sebesar 0,26 yang berarti setiap ada kenaikan jumlah PAD pada masing-masing daerah di Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan tingkat pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah sebesar 0,26%, dengan asumsi variabel yang lain tetap (Cateris

Paribus).

2. Variabel Dana Perimbangan (X2), mempunyai koefisien positif sebesar 0,22

yang berarti setiap ada kenaikan jumlah Dana Perimbangan pada masing-masing daerah di Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan tingkat pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah sebesar 0,22%, dengan asumsi variabel yang lain tetap (Cateris

Paribus).

3. Variabel Jumlah Penduduk (X3), mempunyai koefisien positif sebesar 4,64

yang berarti setiap ada pertambahan jumlah penduduk pada masing-masing daerah di Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung sebesar 1% akan

menyebabkan kenaikan tingkat pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah sebesar 4,64%, dengan asumsi variabel yang lain tetap (Cateris


(59)

50

Dari hasil perhitungan diatas kita dapat melihat perkembangan kegitatan pemerintah dari tahun ke tahun, peranan pemerintah cenderung meningkat. Peningkatan kegiatan pemerintah ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu : 1. Adanya kenaikan tingkat penghasilan masyarakat, maka kebutuhan

masyarakat juga meningkat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kegiatan pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, seperti kebutuhan akan prasarana transportasi, pendidikan dan kesehatan umum. 2. Perkembangan penduduk, hal ini membutuhkan peningkatan kegiatan

pemerintah untuk mengimbangi perkembangan penduduk dalam memenuhi kebutuhan penduduk tersebut.

3. Perkembangan ekonomi, juga dibutuhkan peranan pemrintah yang besar guna mengisi kegiatan ekonomi.

D. Implikasi Kebijakan

Dari berbagai pembahasan yang telah dikemukakan, ada beberapa implikasi kebijakan yang dapat disampaikan dengan harapan dapat memberikan buah pikiran agar pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik lagi. Implikasi kebijakan itu antara lain :

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah yang signifikan pada uji t dengan α=5% serta hanya mempengaruhi sebesar 0,26 % pada setiap kenaikan 1%

menunjukkan peranan PAD dalam membiayai pengeluaran pemerintah pada masing-masing Kota dan Kabupaten di Provinsi Lampung. PAD yang tertinggi di peroleh Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi sebesar


(60)

Rp. 250.359.767.000 akan tetapi jika dibandingkan dengan Dana

Perimbangannya sebesar Rp. 2.285.677.254.000 dan tingkat pengeluaran pemerintahnya Rp. 2.601.949.801.000 yang berarti 89% pembiayaan dibiayai oleh Dana Perimbangan. Kondisi diatas hendaknya memacu daerah-daerah di Provinsi Lampung untuk meningkatkan penerimaan PAD, adapun langkah yang dapat di tempuh adalah memberdayakan potensi daerah semaksimal mungkin terutama dari penerimaan pajak, retribusi dan Badan Usaha Milik Daerah. Salah satu caranya adalah memperbaiki kinerja pengelolaan pemungutan pajak, antara lain:

a. Pendataan kembali wajib pajak dan objek pajak yang sudah ada dalam rangka penggalian keuangan daerah.

b. Penyusunan PERDA yang representatif bagi penduduk, sehingga tidak menggangu dan membebani mereka.

c. Melakukan perhitungan efisiensi dan efekifitas pemungutan pajak, sehingga biaya pemungutan pajak dapat dikurangi.

d. Meningkatkan kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan sehingga kebocoran dapat dikurangi.

2. Dana Perimbangan mempunyai hubungan yang positif dengan perkembangan tingkat pengeluaran pemerintah, artinya peningkatan Dana perimbangan juga akan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Hal tersebut menunjukkan adanya ketergantungan fiskal kepada pemerintah pusat. Keadaan ini harus disikapi dengan bijak oleh pemrintah daerah agar tidak terlalu mengandalkan bantuan pemerintah pusat untuk membiayai kegiatan pemerintahan mereka,


(61)

52

adapun cara yang dapat di tempuh adalah pemberdayaan PAD secara optimal seperti penulis telah sebutkan diatas.

3. Faktor pertumbuhan Penduduk dalam hubunganya dengan tingkat perkembangan pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif. Itu artinya semakin tinggi jumlah penduduk akan mempengaruhi besarnya pengeluaran pemerintah.Sesuai tujuan dari otonomi daerah yaitu mensejahterakan

masyarakat maka perlu adanya tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tujuan utama suatu kebijakan dapat terwujud. Salah satu cara dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu dengan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana merupakan bagian penting dari upaya pembangunan sumber daya manusia melalui pembangunan keluarga kecil sehat sejahtera.


(62)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK

TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI

PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

NANANG SUKO PURNOMO

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(63)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD),

DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK

TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI

PROVINSI LAMPUNG

Oleh

N

N

a

a

n

n

a

a

n

n

g

g

S

S

u

u

k

k

o

o

P

P

u

u

r

r

n

n

o

o

m

m

o

o

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(64)

Judul Skripsi

:

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP

PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa

:

N

NaannaannggSSuukkooPPuurrnnoommoo

No. Pokok Mahasiswa

:

0511021078

Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas

:

Ekonomi

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si.

NIP. 196112091988031003

2. Pj. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si.


(65)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Rahmat S.E. ...

2. Pj. Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S. NIP 195809231982111001


(1)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul” Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S. selaku Pj. Dekan Fakultas Ekonomi Unila;

2. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si. selaku Pj. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan sebagai pembimbing Utama atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini; 3. Bapak Rahmat S.E., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk

masukan dan saran-saran pada seminar hasil terdahulu;


(2)

5. Para Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang tak bisa disebutkan satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

6. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Bu Mar, Bang Herman dan Mas Kus, yang telah banyak membantu Penulis.

7. Perpustakaan Universitas Lampung, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, atas izinnya untuk penulis dalam memperoleh data.

8. Mama’ dan Bapak yang tak pernah berhenti memberikan cinta kasih, do’a dan sembah sujudnya, semangat, dukungan dan materi untukku.

9. Kakak-kakakku dan keponakan-keponakanku. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya selama ini. Serta seluruh keluarga besarku yang tidak bisa disebutkan. Terimakasih untuk semuanya.

10. Almamater-ku tercinta yang sudah memberi banyak wawasan dan pengalaman berharga, UNILA.

11. Teman-teman terbaikku dan teman seperjuanganku. Ahsan Kamil S.E., Faisol Aditama, Bulan Septiana, Abdullah Herizon, Saptanio Rangga, Hadi Rifai, Julfiando Silalahi, Dian Fuadi, Febrilendo Piscatara, Adi Irawan, Nopep, Firman Ranau,Putra, Wawan dan Livia. terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan kehangatan yang kalian berikan dalam persahabatan kita. Sayang kalian dan tetap sama-sama selalu semangat ya.

12. Dwi Aprilia, terima kasih atas semangat, dukungan, doa, cinta dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

13. Teman- Temanku di EP’05. Gita, Rama Wibowo, Yuni, Siti Zuliah, Ratih, Renti, Asri, Yunizar, Napoleon, Ika Safitri, Galas, Mustika, Merina, Indra,


(3)

Grestiana, Jaya, Andhika, Ridho, Aries, Agung, Pamil, Harumi,Alan, Deris, Yudis, Patra, Maryuansyah, Firman, Endi, Ferdi,Hesty, Ema, Dini, Rizky, Selvi, Roby, Edi, serta teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Menjadi indah dan berharga mengenal kalian, terima kasih atas kebersamaannya selama ini dan semoga akan selalu hadir kebersamaan itu yang tidak hanya dalam hati.

14. Rekan kakak-kakak tingkat, Anggun ’03, Fejrin’03, Andhika ’03, Haki ’03, Rahmat ’03, Anton’03, Bina ’03, Roy ’03, Bram ’04, Diky ’04, Bagas ’04, Welly ’04, Marta ’04, Dwi ’04, Ardian ’04, dan kakak-kakak tingkat yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu telah memberikan nasehat dan

semangat.

15. Rekan Adik-adik tingkat, Iin ’06, Desi ’06, Tantri ’06, Suharti ’06, Rio ’06, Ivana ’06, Jusindra ’06, Ingga 06, tingkat yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu telah membantu dan memberi dukungan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Ammin.

Bandar Lampung, Mei 2010 Penulis


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa data yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah pada daerah Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil estimasi bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berpengaruh secara signifikan terhadap Pengeluaran Pemerintah pada masing-masing kabupaten/kota. Peranan PAD dalam membiayai pengeluaran

pemerintah pada masing-masing daerah yang mana pengeluaran tersebut terdiri dari belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik. Yang mana setiap kenaikan 1% PAD akan menyebabkan pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah bertambah sebesar 0,26%.

2. Variabel independen Dana Perimbangan secara signifikan berpengaruh terhadap variabel pengeluaran pemerintah di Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung. Dengan kata lain Dana Perimbangan mampu mempengaruhi pengeluaran pemerintah masing-masing daerah secara positif. Kenaikan 1% Dana Perimbangan yang diberikan pemerintah pusat pada pemerintah daerah Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah di masing-masing daerah sebesar 0,22%. Hal ini berarti Daerah masih tergantung dengan transfer dana dari Pemerintah pusat


(5)

54

dalam membiayai pengeluaran pemerintah disetiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

3. Jumlah Penduduk mampu mempengaruhi pengeluaran pemerintah masing-masing daerah secara positif, hal ini sesuai dengan hipotesis. Kenaikan 1% Jumlah Penduduk pada setiap pemerintah daerah Kota dan Kabupaten se Provinsi Lampung akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah di masing-masing daerah sebesar 4,64%. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan menaikan pengeluaran pemerintah, ini disebabkan pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana seperti : sarana transportasi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah daerah otonom kabupaten/kota di Provinsi Lampung dalam menyusun dan merealisasikan APBD perlu memperhatikan rasio dan trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah.

2. Penetapan besaran kebutuhan dana perimbangan dari pusat hendaknya disertai dengan peningkatan PAD.

3. Pemerintah daerah otonom kabupaten/kota di Provinsi Lampung dalam

menyusun dan realisasi pendapatan dan belanja daerah perlu juga memperhatikan arah perkembangan pola hubungan dan kemampuan keuangan daerahnya agar menunjukkan kondisi yang lebih baik.


(6)

55

4. Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses

pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.

Dan dari penelitian ini juga diharapkan agar otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga suatu daerah benar-benar dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat.Dengan penlitian diatas, dapat diketahui bahwa besarnya Belanja daerah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah Dana Perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat, hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat masih tinggi. Jika hal ini masih terus berlanjut maka dikhawatirkan pelaksanaan otonomi daerah akan terhambat.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

6 106 122

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Propinsi Sumatera Utara

4 79 97

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

0 6 17

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN 2005 2007

0 3 108

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah.

1 4 17

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah.

0 2 15