Strategi Promosi Pada Toserba Gandung dan Sopongiro Surabaya.

44

JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017 : 44 - 50

STRATEGI PROMOSI PADA TOSERBA GANDUNG DAN
SOPONGIRO SURABAYA
Ayouvi Poerna Wardhanie
Valentinus Roby Hananto
Norma Ningsih
Dosen Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya
ABSTRACT
Along with the development of technology, retail business in society is becoming increasingly
important. The retail business is initially seen only limited to providers of goods and services only, is
now viewed as a business that is more innovative, dynamic, and competitive. This study is intended
for retail store owners and employees to train the design drawings and writings using Adobe
Photoshop as a tool to increase sales promotion. The results of these community service is the module
manufacturing of Adobe Photoshop, as a guide to make the design drawings, manufacturing of job
description framework of each business owner and employee, and the outcome of training design
drawings using Adobe Photoshop is used in the media campaign such as t-shirts, banners, posters
and billboards.
Key Words : Retail Business, Marketing Strategy, Integrated Marketing Communication.

ABSTRAKSI
Seiring dengan berkembangnya teknologi, keberadaan bisnis ritel atau eceran di tengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Bisnis ritel yang semula dipandang hanya sebatas
penyedia barang dan jasa saja, sekarang dipandang sebagai bisnis yang semakin inovatif, dinamis,
dan kompetitif. Penelitian ini ditujukan bagi pemilik toko bisnis ritel beserta karyawannya untuk
melatih mendesain gambar dan tulisan dengan Adobe Photoshop sebagai alat bantu untuk
meningkatkan promosi penjualan. Hasil kegiatan dari pengabdian masyarakat ini adalah pembuatan
modul Adobe Photoshop sebagai panduan dalam membuat desain gambar, pembuatan kerangka job
description dari masing-masing pemilik bisnis dan karyawan, dan hasil pelatihan pembuatan desain
gambar menggunakan Adobe Photoshop tersebut digunakan dalam media promosi seperti kaos,
banner, poster dan papan reklame.
Kata Kunci : Bisnis Retail, Strategi Pemasaran, Komunikasi Pemasaran Terpadu.
PENDAHULUAN
Kesuksesan finansial sering bergantung
pada kemampuan pemasaran. Finansial,
operasi, akuntansi dan fungsi bisnis lainnya
tidak akan berarti jika tidak ada cukup
permintaan akan produk dan jasa sehingga
perusahaan bisa menghasilkan keuntungan.
Konsep pemasaran muncul pada pertengahan
tahun 1950 dimana pemasaran masih

memegang filosofi “membuat dan menjual”
yang berpusat pada produk, tetapi saat ini
bisnis beralih filosofi menjadi “merasakan dan
merespon” yang berpusat pada pelanggan.
Tugas pemasaran saat ini bukanlah mencari
pelanggan yang tepat untuk perusahaan,
melainkan menemukan produk yang tepat
untuk
pelanggan
perusahaan.
Strategi
pemasaran yang bagus dapat gagal
diwujudkan akibat implementasi yang buruk.
Jika
perusahaan
memutuskan
untuk
mempertahankan kepemimpinan teknologinya, perusahaan itu harus merencanakan
program untuk memperkuat departemen
R&Dnya, mengumpulkan intelijen teknologi,

mengembangkan produk canggih, melatih
wiraniaga teknik dan mengembangkan iklan

untuk mengomunikasikan kepemim-pinan
teknologinya. Dunia bisnis saat ini menyadari
bahwa jika mereka tidak memperlakukan
pihak berkepentingan (stakeholder) dengan
baik,
misalnya
pelanggan,
karyawan,
pemasok, distributor mereka mungkin tidak
akan pernah menghasilkan laba yang cukup
bagi perusahaannya (Rayana, 2009).
Seiring
dengan
berkembangnya
teknologi, keberadaan bisnis ritel atau eceran
di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin
penting. Hal ini terjadi karena adanya

perubahan pola belanja masyarakat yang
semakin selektif dan adanya perbedaan cara
pandang masyarakat tentang bisnis ritel
(eceran). Mailool dalam (Paramita, 2012)
menjelaskan bahwa perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia yang didukung oleh
meluasnya
penggunaan
kartu
kredit
mendorong kebutuhan ritel modern semakin
meningkat. Perkembangan gaya hidup tersebut
sejalan dengan tumbuhnya mal-mal yang
sangat mendukung tumbuhnya ritel modern,
sehingga terjadi tren modernisasi pola hidup
konsumen di Indonesia. Bisnis ritel yang
semula dipandang hanya sebatas penyedia

45


JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017 : 44 - 50

barang dan jasa saja, sekarang dipandang
sebagai bisnis yang semakin inovatif, dinamis,
dan kompetitif. Saat ini, membanjirnya usaha
minimarket modern seperti Alfamart dan
Indomart tentu akan mengancam bisnis
pemilik ritel tradisional. Seperti yang kita
ketahui bahwa persaingan usaha adalah
sebuah realita dan memang hal yang tidak
dapat terelakkan dalam menjalankan usaha,
dan salah satu hal yang harus dilakukan dan
menjadi
perhatian
terpenting
adalah
mempersiapkan strategi yang lebih baik dalam
mengatasi hal tersebut. Dengan semakin
maraknya minimarket dan supermarket di
Indonesia, khususnya di Surabaya salah satu

toserba yang terkena dampak dari persaingan
sengit tersebut adalah Toserba Gandung dan
Sopongiro.
Toserba Gandung menjual berbagai
macam produk kebutuhan mulai dari rumah
tangga, sembako, alat tulis, listrik hingga
mainan anak-anak. Meskipun tergolong
tradisional tetapi Toserba Gandung dapat
dikatakan cukup modern karena telah
menggunakan CCTV di dalam tokonya, serta
memiliki
aplikasi
penjualan
untuk
memudahkan pemilik mengecek persedian
barang, mengenai barang mana yang laku
terjual dan tidak, jumlah barang keluar dan
lain-lain. Jumlah tenaga kerja di Toserba
Gandung sebanyak empat orang, dimana satu
orang sebagai kasir dan tiga orang mobile

untuk melayani pelanggan, menata dan
mengisi barang-barang di rak dan melakukan
order ke supplier. Strategi penjualan yang
digunakan oleh Toserba Gandung masih
terbilang tradisional dibandingkan dengan
minimarket seperti Indomart atau Alfamart,
mereka masih mengandalkan strategi Low
Cost Leadership dan promosi mouth to mouth
dengan lingkungan sekitar.
Hampir sama dengan Toserba Gandum,
Toserba Sopongiro juga menjual berbagai
macam produk kebutuhan mulai dari rumah
tangga, alat tulis, mainan anak-anak, gas elpiji
hingga saat ini memperluas usahanya dengan
membuka jasa laundry. Toserba Sopongiro
belum dilengkapi dengan teknologi CCTV
serta belum memiliki aplikasi penjualan untuk
memudahkan pemilik mengecek persedian
barang, sehingga proses pengecekan masih
dilakukan secara manual. Jumlah tenaga kerja

di Toserba Sopongiro sebanyak dua orang
yang sekaligus merupakan pemilik toko
tersebut, dimana satu orang sebagai kasir dan
satu orang bergerak untuk melayani
pelanggan, menata dan mengisi barang-barang
di rak dan melakukan order ke supplier.
Strategi penjualan yang digunakan oleh
Toserba Sopongiro masih tradisional, dimana

masih mengandalkan strategi Low Cost
Leadership dan promosi mouth to mouth
dengan lingkungan sekitar.
Kendala dalam hal promosi yang
masih sederhana serta kurangnya pengetahuan
tentang analisa penjualan tersebut membuat
performa Toserba Gandung dan Toserba
Sopongiro belum maksimal. Oleh sebab itu,
dalam pengabdian masyarakat ini pengusul
mencoba melakukan terobosan baru yaitu
peningkatkan ketrampilan / skill pengusaha

dalam memanfaatkan media promosi misalnya
banner, brosur dan media sosial. Selain itu
pengusul juga memberikan pelatihan dalam
membuat desain promosi dengan bantuan
Adobe Photoshop dan pelatihan pemanfaatan
media promosi sebagai pendukung keputusan
promosi penjualan
TINJAUAN PUSTAKA
Bisnis Retail (Eceran)
Berbagai definisi dan pengertian
bisnis ritel atau perdagangan eceran telah
dibuat oleh para ahli manajemen dan bisnis.
(Shofiah, 2000) menyatakan: ”Retaling atau
sistem perdagangan eceran merupakan
tahapan terakhir dalam proses penyaluran
barang yang membentuk bisnis dan orangorang yang terlibat dalam suatu pergerakkan
fisik maupun transfer kepemilikan antara
barang dan jasa dari produsen ke pelanggan”.
(Kotler
&

Armstrong,
Dasar-Dasar
Pemasaran, 1998) menyatakan perdagangan
eceran (retailing) meliputi semua aktivitas
yang dilakukan untuk menjual barang atau
jasa langsung kepada konsumen akhir bagi
penggunaan pribadi dan bukan untuk bisnis.
Seorang pebisnis atau pedagang
eceran harus memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan dan keinginan dari konsumen.
Seringkali diperlukan perubahan kebijakan
dan strategi dari pihak pedagang untuk
mengantisipasi perkembangan dan perubahan
keinginan
atau
kebutuhan
konsumen.
Informasi dari pemerintah, buku-buku dan
laporan bisnis lainnya diperlukan dalam
mengembangkan bisnis eceran. Konsep yang

mendukung sukesnya usaha seseorang dalam
bisnis eceran yaitu menerapkan enam prinsip,
menjual barang yang tepat (the right item),
dengan tempat yang tepat (in the right place),
pada waktu yang tepat (at the right time),
jumlah yang tepat (in the right quantity) dan
harga yang sesuai (at the right price) dan
pelayanan yang memuaskan (with the right
service) (Medyawati & dkk, 2000). Bisnis ritel
terbagi dalam berbagai jenis yang sangat
beragam berdasarkan klasifikasi menurut
bentuk, ukuran, dan tingkat modernitasnya.
Berdasarkan tingkat modernitas, bisnis ritel

Ayouvi Poerna, Valentinus, Norma: Strategi Promosi Pada Toserba Gandung .......................46
dapat diklasifikasikan dalam ritel tradisional
dan ritel modern. Klasifikasi tersebut
umumnya dipersempit pengertiannya hanya
pada in-store retailing yaitu bisnis ritel yang
menggunakan toko untuk menjual barang
dagangannya. Termasuk regulasi pemerintah
mengenai bisnis ritel cenderung menggunakan
pendekatan tersebut. Perpres No 112 Tahun
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, memberikan batasan pasar tradisional
dan toko modern dalam pasal 1 sebagai
berikut:
a. Pasar Tradisional adalah pasar yang
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah termasuk kerjasama
dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar.
b. Toko Modern adalah toko dengan sistem
pelayanan mandiri, menjual berbagai
jenis barang secara eceran yang
berbentuk Minimarket, Supermarket,
Department Store, Hypermarket ataupun
grosir yang berbentuk Perkulakan.
Pakar pemasaran dunia (Kotler P. ,
1997) memberikan gambaran lebih utuh
dengan membagi perdagangan eceran menjadi
pengecer toko (store retailing), penjualan
eceran tanpa toko (nonstore retailing), dan
berbagai
organisasi
eceran
(retail
organizations).
1. Pengecer Toko (Store Retailing), jenisjenisnya adalah: toko khusus (specialty
stores); toko serba ada (deparment
stores); pasar swalayan (supermarkets);
toko kelontong (convenient stores); toko
diskon (discount stores); pengecer
potongan harga (off-price retailers)
terdiri dari toko pabrik (factory outlets),
pengecer potongan harga independen
(independent offprice retailers), dan klub
gudang (warehouse clubs)/ klub grosir
(wholesale
clubs);
toko
super
(superstores) terdiri dari toko kombinasi
(combination store) dan pasar hiper
(hypermarket); dan ruang pamer katalog
(catalog showrooms).
2. Penjualan Eceran Tanpa Toko (Nonstore
Retailing),
jenis-jenisnya
adalah:
penjualan langsung (direct selling),
terdiri dari penjualan satu-satu (one-toone selling), penjualan satu kebanyak/
pesta (one-to-many (party) selling),

3.

pemasaran bertingkat/ jaringan (multilevel (network) marketing); pemasaran
langsung (direct marketing), termasuk di
dalamnya pemasaran lewat telepon
(telemarketing), pemasaran tanggapan
langsung lewat televisi (program home
shopping dan infomercials), dan belanja
elektronik:
penjualan
otomatis
(automatic vending): dan jasa pembelian
(buying service).
Organisasi Eceran (Retail Organizations), jenis-jenisnya adalah: jaringan
toko korporat (corporate chain stores);
jaringan sukarela (voluntary chain);
koperasi pengecer (retailer cooperative);
koperasi konsumen (consumer cooperative); organisasi waralaba (franchise
organization);
dan
konglomerat
perdagangan (merchandising conglomerate).

Persaingan Bisnis Ritel
Persaingan bisnis ritel berada dalam
lingkup lingkungan industri dan individual.
Keragaman jenis bisnis ritel juga membawa
implikasi adanya persaingan pada jenis ritel
yang sama dan pada sesama bisnis ritel dari
kelas yang berbeda. Bahkan, pembahasan
persaingan bisnis ritel menjadi lebih menarik
dengan memasukkan persaingan antar
supplier. Persaingan antar supplier meskipun
bukan merupakan salah satu jenis bisnis ritel,
namun dalam lingkungan industri bisnis ritel,
supplier memiliki relevansi kuat untuk
memberi corak dinamika persaingan bisnis
ritel (Utomo, 2010). (Tambunan & dkk, 2004)
dalam penelitian mengenai persaingan bisnis
ritel di Jakarta, menyatakan bahwa persaingan
dalam industri retail yang ada di Jakarta dapat
dilihat dari berbagai segi, yaitu persaingan
antara retail modern dan tradisional,
persaingan antar sesama retail modern,
persaingan antar sesama retail tradisional, dan
persaingan antar supplier.
Menurut pakar retail Koestarjono
Prodjolalito dalam (Tambunan & dkk, 2004),
permasalahan utama antara retail modern
(minimarket, supermarket dan hypermarket)
dan retail tradisional, terutama di kota-kota
besar seperti Jakarta adalah lokasi, di mana
retail modern dengan kekuatan modalnya yang
luar biasa berkembang begitu pesat yang
lokasinya berdekatan dengan lokasi retail
tradisional yang sudah lebih dulu berada di
lokasi tersebut. Regulasi mengenai pengaturan
lokasi bagi retail modern sudah dibuat baik
melalui peraturan dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Jarak minimum
antara retail modern dengan retail tradisional
biasanya sudah ditentukan untuk memberi

47

JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017 : 44 - 50

kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk
tetap bisa mendapatkan pembeli dari
masyarakat sekitar pasar tersebut. Namun
kenyataannya masih banyak ditemukan ritel
modern yang didirikan berdekatan atau
bahkan bersebelahan dengan ritel tradisional.
Persaingan antara ritel modern dan ritel
tradisional semakin tidak seimbang dengan
adanya jam buka ritel modern (terutama
minimarket) yang panjang, bahkan hingga 24
jam penuh. Kelebihan lain ritel modern adalah
kondisi yang nyaman, kebersihan yang
terjaga, berkesan elit, pelayanan bagus, dan
barang-barang yang dijual murah, lengkap,
dan berkualitas.
Dalam hal persaingan antara sesama
retail
tradisional,
penelitian
diatas
menyebutkan bahwa berbeda dengan retailer
modern yang dalam menentukan lokasinya
selalu
mempertimbangkan
banyaknya
konsumen, accessibility dan feasibility, bagi
retail
tradisional,
lokasi
tidaklah
mempengaruhi omzet penjualan perharinya.
Masing-masing pedagang tradisional sudah
mempunyai pelanggan sendiri. Tidak adanya
kesepakatan harga di antara para pedagang,
menimbulkan persaingan di antara mereka
sehingga mereka berusaha dengan caranya
sendiri
untuk
menggaet
pelanggan.
Selanjutnya, penelitian diatas memasukkan
persaingan antar supplier, baik yang dilakukan
oleh produsen langsung maupun oleh agen,
dalam kajian persaingan bisnis ritel.
Persaingan yang terjadi antar supplier adalah
persaingan dalam memberikan keuntungan
bagi ritel. Namun, ternyata persaingan tersebut
hanya ditemukan dalam kaitannya dengan ritel
modern. Salah satu penyebabnya adalah
karena lemahnya posisi tawar (bargaining
position) para supplier terhadap pengusaha
ritel modern. Ritel modern biasanya
menerapkan
aturan yang
ketat atas
kemungkinan suatu produk bisa diterima,
sementara banyak supplier yang ingin
memasok produknya ke ritel modern. Ritel
modern juga biasa menekan harga dari
supplier agar harga jualnya nanti bisa dibuat
sesuai keinginan retailer. Supplier yang bisa
memenuhi keinginan retailer dan menyisihkan
supplier-supplier yang lain yang akhirnya bisa
memasok produknya ke ritel modern.
Strategi Promosi
Strategi promosi menurut (Lamb,
2009), “Strategi promosi adalah rencana untuk
penggunaan yang optimal dari elemen-elemen
promosi: periklanan, hubungan masyarakat,
penjualan pribadi, dan promosi penjualan”.
Menurut (Kotler & Armstrong, Marketing
management (14th ed.), 2012), Promosi adalah

suatu
unsur
yang
digunakan
untuk
memberitahukan dan membujuk pasar tentang
produk atau jasa yang baru pada perusahaan
melalui iklan, penjualan pribadi, promosi
penjualan, maupun publikasi. (Kotler &
Armstrong, Marketing management (14th ed.),
2012) mendefinisikan bauran promosi
(promotion mix) sebagai perpaduan spesifik
alat-alat promosi yang digunakan perusahaan
untuk mengkomunikasikan value ke customer
secara persuasif dan membangun customer
relationships.
Menurut (Hedynata & Radianto,
2016) Bauran promosi (promotional mix)
terdiri dari 8 model dirangkum dari buku
Kotler dan Keller (2012:498-501); Kotler dan
Armstrong (2012:408), yaitu:
1. Iklan/ Advertising merupakan semua
bentuk
terbayar
dari
persentasi
nonpersonal dan promosi ide, barang
atau jasa melalui sponsor yang jelas
melalui media cetak (koran dan majalah),
media penyiaran (radio dan televisi),
media jaringan (telepon, kabel, satelite,
wireless), dan media elektronik (rekaman
suara, rekaman video, CD-ROM,
halaman website), dan media pameran
(billboard, papan petunjuk, dan poster).
2. Promosi Penjualan/Sales Promotion,
merupakan berbagai insentif jangka
pendek untuk mendorong percobaan atau
pembelian produk atau jasa termasuk
promosi konsumen (seperti sampel,
kupon, dan premi), promosi perdagangan
(iklan dan tunjangan), dan bisnis dan
promosi tenaga penjualan (kontes untuk
reputasi penjualan).
3. Acara dan Pengalaman/ Even and
Experiences merupakan kegiatan dan
program yang disponsori perusahaan
yang dirancang untuk menciptakan
interaksi harian atau merek khususterkait interaksi dengan konsumen,
termasuk seni olahraga, hiburan, dan
menyebabkan acara atau kegiatan
menjadi kurang formal.
4. Hubungan Masyarakat dan Publisitas/
Public
Relations
and
Publicity
merupakan berbagai program yang
diarahkan secara internal kepada
karyawan
dari
perusahaan
atau
konsumen luar, perusahaan
lain,
pemerintah,
dan
media
untuk
mempromosikan , membangun hubungan
antar perusahaan dengan publik ,
melindungi dan membangun citra
perusahaan atau produk komunikasi
individu yang positif.
5. Penjualan Personal/ Personal Selling,
merupakan interaksi tatap muka yang

Ayouvi Poerna, Valentinus, Norma: Strategi Promosi Pada Toserba Gandung .......................48
dilakukan
oleh tenaga
penjualan
perusahaan dengan satu atau lebih
pembeli
prospektif
untuk
tujuan
melakukan
pertemuan
penjualan,
presentasi pribadi, menjawab pertanyaan,
pengadaan pesanan, membuat penjualan,
dan hubungan pelanggan.
6. Pemasaran Langsung/ Direct Marketing
merupakan penggunaan surat, telepon,
facsimile, e-mail, atau internet untuk
berkomunikasi atau berhubungan secara
langsung dengan meminta respon atau
tanggapan dan melakukan dialog dari
pelanggan dan prospek tertentu.
7. Pemasaran Interaktif/ Interactive Online
Marketing adalah kegiatan dan program
online yang dirancang untuk melibatkan
pelanggan atau prospek dan secara
langsung
atau
tidak
langsung
meningkatkan kesadaran memperbaiki
citra, atau menciptakan penjualan produk
dan jasa.
8. Pemasaran dari mulut ke mulut/ Word of
Mouth
Marketing,
merupakan
komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik
antar masyarakat yang berhubungan
dengan keunggulan atau pengalaman
membeli atau menggunakan produk atau
jasa.
Tujuan utama promosi adalah
memberi informasi, menarik perhatian dan
untuk selanjutnya memberi pengaruh terhadap
meningkatnya penjualan. Suatu kegiatan
promosi jika dilaksanakan dengan baik dapat
mempengaruhi konsumen mengenai dimana
dan bagaimana konsumen membelanjakan
pendapatannya. Promosi berusaha agar
demand tidak elastis (Buchari, 2008).
METODE PELAKSANAAN
Metode Pendekatan yang Ditawarkan
Dalam rangka mencapai tujuan
pengembangan usaha dengan objek Toserba
Gandung dan Sopongiro Surabaya, maka
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengadakan pelatihan desain gambar
dengan bantuan aplikasi Adobe Photoshop,
misalnya pembuatan poster, banner, brosur
dan lainnya.
2. Melakukan diskusi atau sharing tentang
peningkatan brand awareness toko mitra
dengan memanfaatkan media promosi,
seperti pemasangan papan reklame yang
berisikan informasi penting tentang produk
atau kegiatan toserba serta bagaimana cara
dalam membuat job description yang baik
untuk sumber daya manusia dalam toserba
tersebut.
Pelatihan dilakukan selama kurang
lebih 5 kali pertemuan dimana pertemuan

pertama berupa pengenalan anggota tim
beserta diskusi singkat tentang profil toko,
perkembangan toko saat ini dan kendala apa
saja yang dihadapi. Pertemuan kedua sampai
kelima akan dilakukan pemberian materi
berupa penggunaan Adobe Photoshop serta
materi pemanfaatan media promosi yang
sedang tren saat ini. Pelaksanaan pelatihan
telah disepakati oleh pihak toko mitra yaitu
pada bulan Oktober sampai dengan
November. Dalam kesepakatan tersebut,
pemilik toko juga menginginkan adanya
tambahan materi tentang job description yang
ada di dalam struktur toko retail, seperti tugas
dan tanggung jawab kepala toko, kasir,
pramuniaga, logistik dan lainnya. Hal ini
dilakukakan mengingat para karyawan masih
sangat awam dan kesulitan dalam memahami
tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.
REALISASI PELAKSANAAN
Kegiatan pelatihan desain gambar
menggunakan Adobe Photoshop ini telah
dilaksanakan pada tanggal 30 September – 4
November 2016, dengan perincian jadwal dan
materi sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Pelatihan
Desain Gambar Adobe Photoshop di
Toserba Sopongiro dan Gandung Surabaya

Sasaran Pelaksanaan
Peserta pelatihan adalah pemilik toko
dan karyawan dari masing-masing mitra yang
berjumlah 4 orang. Adapun rincian dari
peserta pelatihan akan dijelaskan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. Peserta Pelatihan Desain Gambar
Adobe Photoshop

LOKASI DAN WAKTU KEGIATAN

49

JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017 : 44 - 50

Program
pengabdian
pada
masyarakat ini dilaksanakan di Toserba
Sopongiro dan Toserba Gandung Surabaya.
Kegiatan dilaksanakan mulai tanggal 30
September – 4 November 2016. Pelatihan
dilakukan selama lima kali pertemuan dengan
waktu kurang lebih satu setengah jam setiap
pertemuan.
PEMBAHASAN
Hasil yang telah dicapai dalam
pelaksanaan pengabdian masyarakat di dua
mitra, yaitu Toserba Gandung dan Toserba
Sopongiro Surabaya adalah pembuatan modul
desain gambar Adobe Photoshop, yang sudah
dilengkapi dengan tutorial per tahapan dengan
terstruktur sehingga dapat dipahami dengan
mudah oleh para pemilik bisnis toko retail
maupun karyawannya. Disamping itu, kami
juga telah mempersiapkan hasil gambar dari
penggunaan Adobe Photoshop yang telah
kami kerjakan sendiri sebagai contoh nyata,
bahwa dengan mempelajari tools ini akan
menambah ilmu, kreatifitas dan skill pemilik
sekaligus karyawan toko dalam meningkatkan
promosi penjualan toko mereka.
FAKTOR PENDUKUNG
Faktor yang ikut mendukung
terlaksananya pelatihan ini adalah adanya
dukungan program dan dana dari Institut
Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya yang
terwadahi dalam program Pengabdian pada
Masyarakat. Faktor lain yang sangat penting
adalah respon positif dari mitra Toserba
Gandung dan Toserba Sopongiro Surabaya
yang menyambut baik program ini. Demikian
juga antusiasme karyawan dan pemilik dalam
mengikuti pelatihan yang begitu tinggi. Dari
sisi fasilitas, kesediaan pemilik toserba dalam
menyediakan tempat di toko tersebut sangat
membantu terlaksanannya pelatihan ini. Hal
ini besar pengaruhnya bagi keberhasilan
pelatihan. Dari sisi tim pelatih, ketersediaan
tenaga ahli dari Jurusan Sistem Informasi dan
Manajemen Bisnis merupakan faktor yang
sangat membantu suksesnya kegiatan ini.
FAKTOR PENGHAMBAT
Tidak ada hambatan besar yang
mengganggu dalam pelaksanaan pelatihan ini.
Hambatan yang ada antara lain tingkat
kemampuan pemakaian laptop dari karyawan
dan pemilik toko yang sangat bervariasi. Hal
ini dikarenakan karyawan maupun pemilik
toserba jarang menggunakan laptop sebagai
alat dalam pembuatan desain gambar serta
belum pernah mendapatkan pengetahuan
tentang Adobe Photoshop. Disamping itu,
faktor waktu dalam melakukan pelatihan yang

sangat minim. Hal ini diakibatkan oleh
keterbatasan tim pelatih dan mitra toko dalam
mengatur jadwal pelatihan, dikarenakan
kesibukan masing-masing orang. Oleh sebab
itu ukuran keberhasilan dari pelatihan desain
gambar dan tulisan menggunakan Adobe
Photoshop ini hanya sampai pada tahap
pengenalan dasar-dasar Adobe Photoshop dan
pembuatan desain promosi bagi mitra toko.
EVALUASI
Kemauan yang keras dari peserta
pelatihan
merupakan
indikator
awal
keberhasilan pelatihan desain gambar dan
tulisan menggunakan Adobe Photoshop.
Indikator lain yang sangat menggembirakan
adalah
peserta
yang
belum
pernah
menggunakan laptop sebelumnya, setelah
pelatihan menunjukkan kemampuan untuk
mengoperasikan laptop dan bahkan mampu
membuat desain gambar dan tulisan
menggunakan Adobe Photoshop. Namun
demikian dalam pelatihan ini belum semua
peserta
menguasai
secara
optimal,
dikarenakan oleh faktor usia dan jarang
berlatih menggunakan Adobe Photoshop. Oleh
sebab itu para peserta menginginkan agar
diadakan pelatihan-pelatihan lanjutan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada pelatihan ini telah dilakukan
beberapa persiapan yaitu, modul pelatihan
untuk peserta dan trainer. Pelatihan
dilaksanakan pada bulan September sampai
dengan November 2016, hal ini dikarenakan
jadwal pelatihan menyesuaikan kondisi mitra.
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama 5
kali pertemuan, mulai jam 18.00 sampai
dengan jam 19.30 (1,5 jam). Setelah dilakukan
pengamatan, indikator keberhasilan yang telah
dicapai dalam pelatihan ini, adalah:
1.
Peserta
memahami materi yang diberikan.
2.
Peserta mampu
menyelesaikan latihan yang ada di dalam
modul.
3.
Peserta
antusias meminta pelatihan lanjutan.
Berdasarkan tanggapan, respon, dan
partisipasi dari peserta dapat diambil
kesimpulan bahwa peserta merasa puas atas
kegiatan yang diselenggarakan dan berharap
akan adanya pelatihan lanjutan.
Berdasarkan respon positif peserta
yang telah dikumpulkan oleh tim, peserta
sangat berharap akan adanya pelatihan
lanjutan
untuk
lebih
meningkatkan
kemampuan karyawan dalam membuat desain
gambar dan tulisan sebagai media promosi
dengan memakai bantuan Adobe Photoshop.

Ayouvi Poerna, Valentinus, Norma: Strategi Promosi Pada Toserba Gandung .......................50
Harapan yang lain adalah mempertahankan
kerjasama yang telah dibina oleh tim
pengabdian masyarakat Institut Bisnis dan
Informatika Stikom Surabaya dengan kedua
mitra yaitu Toserba Gandung dan Sopongiro
Surabaya
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buchari. (2008). Manajemen Pemasaran
dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV
Alfabeta.
2. Hedynata, & Radianto. (2016). Strategi
Promosi Dalam Meningkatkan Penjualan
Luscious Chocolate Potato Snack.
PERFORMA: Jurnal Manajemen dan
Start-Up Bisnis, Volume 1, Nomor 1,
April 2016.
3. Kotler, & Armstrong. (1998). DasarDasar Pemasaran. Edisi V Jilid 2
Prentice Hall, Jakarta.
4. Kotler, & Armstrong. (2012). Marketing
management (14th ed.). New Jersey, US:
Pearson Education, Inc.
5. Kotler, P. (1997). Manajemen
Pemasaran. Jakarta: Alih bahasa Hendra
Teguh dan Ronny Antonius,
Prenhallindo.
6. Lamb. (2009). Essentials of marketing
(6th ed). Mason, US: South-Western
Cengage Learning.
7. Medyawati, & dkk. (2000). Mini Shop
Management : Merchandising and
Inventory. Universitas Gunadarma,
Depok.
8. Paramita. (2012). Pengaruh Aplikasi
Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan
Pelanggan Toko Modern (Studi Kasus
Pada Carrefour di Depok).
9. Rayana. (2009). Prospek Ritel Modern
Masih Menjanjikan. Diambil Kembali
dari Road To Success (Growth
Innovation Leadership).
10. Shofiah. (2000). Bisnis Eceran
Tradisional di Tengah Bisnis Eceran
Modern. Kebi STIEKERS, 76-81.
11. Tambunan, T., & dkk. (2004). Kajian
Persaingan dalam Industri Retail. Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
12. Utomo, T. J. (2010). Lingkungan Bisnis
dan Persaingan Bisnis Retail. STIE
Pelita Nusantara Semarang.