ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RASIO (Studi Kasus Pada PT. Unilever Indonesia Tbk.)

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis
Volume 15, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 37-54

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RASIO
(Studi Kasus Pada PT. Unilever Indonesia Tbk.)
Sri Murwanti, Retno Budi Astuti
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Telp (0271) 717417
Pes. 211, 229 Fax. 715448, Surakarta 57102

Abstract: The purpose of this study was to determine how the assessment of financial performance
of PT. Unilever Indonesia Tbk seen from the ratio keuanganya and how the assessment of financial
performance of PT. Unilever Indonesia Tbk comparison between the financial ratios with industry
averages. Analysis techniques used in this study is Liquidity ratio (Current Ratio), Solvency ratio
(Debt To Equity Ratio and Leverage Ratio), Profitability ratio (Gross Profit Margin, Operating
Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity) and Activity Ratios
(Inventory Turnover, Total Asset Turnover). The reports used are the financial statements contained
in ICMD period 2006 to 2008. Based on research conducted, the results can be determined as
follows, seen from the ratio of the overall financial (Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas,
Aktivitas) assessment of financial performance of PT. Unilever Indonesia Tbk is still not good.

While seen from the comparison of financial ratios with industry averages financial performance
of PT. Unilever Indonesia Tbk from the years 2006-2008 can be said to be good.
Key words: Financial Performance, Liquidity Ratios, Solvency Ratios, Profittabilitas ratio, ratio
of activity.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penilaian kinerja keuangan
PT. Unilever indonesia Tbk dilihat dari rasio keuanganya dan bagaimana penilaian kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk bila dibandingkan antara rasio keuangan dengan rata-rata
industri. Tehnik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Likuiditas(Current
Ratio), Rasio Solvabilitas (Debt To Equity Ratio dan Leverage Ratio), Rasio Profitabilitas (Gross
Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On
Equity) dan Rasio Aktivitas (Inventory Turnover, Total Asset Turnover). Adapun laporan yang
digunakan adalah laporan keuangan yang terdapat pada ICMD periode 2006 sampai dengan
2008. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka hasilnya dapat diketahui sebagai berikut,
dilihat dari rasio keuangan secara keseluruhan (Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas,
Aktivitas) penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk masih kurang baik. Sedangkan
dilihat dari perbandingan rasio keuangan dengan rata-rata industri kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk dari tahun 2006-2008 dapat dikatakan baik.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profittabilitas, Rasio
Aktivitas.


Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

37

PENDAHULUAN
Keputusan ekonomi yang diambil pemakai
laporan keuangan memerlukan evaluasi atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan waktu serta kepastian dari hasil
tersebut. Para pemakai dapat mengevaluasi
kemampuan perusahaan dengan lebih baik kalau
mereka mendapat informasi yang difokuskan
pada posisi keuangan, kinerja, dan perubahan
posisi keuangan. Analisis laporan keuangan
bertujuan untuk mengevaluasi kondisi atau
posisi keuangan saat ini, yang lalu, dan hasil
operasi perusahaan. Proses ini bertujuan untuk
menentukan estimasi terbaik yang mungkin

serta prediksi kondisi yang akan datang atas
keuangan dan kinerja perusahaan (Bernstein,
1998:27).
Stoner et. al. (Anastasia, 2003:125) analisis
fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja
perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi
perusahaan mencapai sasarannya. Untuk
menganalisisa kinerja perusahaan dapat
digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam
empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio solvabilitas, dan profitabilitas.
Horrigan (Tuasikal, 2001: 763) menyatakan
bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan.
Dengan rasio keuangan memungkinkan investor
menilai kondisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan saat ini dan dimasa lalu serta sebagai
pedoman para investor mengenai kinerja masa
lalu dan masa mendatang.
Dengan analisis tersebut, para investor
mencoba memperkirakan harga saham dimasa

mendatang dengan mengestimasi nilai dari
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang dan
menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis dan interprestasi dari macammacam rasio dengan mengkombinasikan berbagai rasio tersebut dapat memberikan pandangan tentang kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan. Apabila hasil perhitungan dari
rasio-rasio tersebut menunjukkan hasil yang baik
bisa dikatakan bahwa kinerja perusahaan
tersebut juga baik, dan sebaliknya apabila hasil
perhitungan menunjukkan hasil yang kurang

38

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

baik maka kinerja perusahaan kurang baik pula.
Analisis rasio pada perkembangannya
mempunyai kendala dan keterbatasan dimana
setiap rasio dianalisis secara terpisah (Weston

1993:163). Pengaruh gabungan beberapa rasio
hanya berdasarkan pertimbangan para analis
keuangan.
Dengan menggunakan rasio tersebut
kemudian dicoba diterapkan untuk menganalisis
laporan keuangan dalam bentuk diskriminan.
Dengan adanya peristiwa tersebut banyak
perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata
mengalami kesulitan keuangan, sehingga perlu
diadakannya suatu analisis untuk mengetahui
bagaimana kondisi keuangan perusahaan.
Sebuah analisis tentang kondisi kesehatan
keuangan suatu perusahaan juga bermanfaat
bagi para investor, apalagi kondisi keuangan
perusahaan-perusahaan yang telah go public dan
kaitannya dengan harga saham.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk dari tahun-ketahun kondisinya tidak stabil,
terlihat dari current ratio dan quick ratio PT.
Unilever Indonesia Tbk, lebih kecil dibandingkan PT. Mustika Ratu Tbk. Operating cash flow to

current liabilities menunjukkan bahwa terjadi
penurunan dan juga perusahaan banyak
melakukan pengeluaran investasi, hal ini terlihat
pada analisis horisontal yaitu adanya penambahan aktiva tetap. Kesimpulan diambil dari
hasil laporan keuangan per 31 desember tahun
lalu.
Laporan Keuangan.Laporan keuangan
pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan data atau ektivitas
perusahaan tersebut (Munawir, 2000:2). Laporan
keuangan (financial statement) memberikan
ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu
perusahaan, dimana neraca (balance sheet)
mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal
sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan
laba rugi (income statement) mencer-minkan hasilhasil yang dicapai selama suatu periode tertentu
biasanya meliputi periode satu tahun (Bambang

Riyanto, 2001:327).
Menurut SAK dalam bagian kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

mendefinisikan bahwa laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan
arus kas atau laporan arus dana) dan catatan
atas laporan keuangan, laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan (Robert Ang, 1997:18.6). Sedangkan pengertian analisis laporan keuangan
(financial statement analysis) menurut Soemarso
(1999:430) adalah hubungan antara suatu angka
dalam laporan keuangan dengan angka lain yang
mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah
perubahan (trend) suatu fenomena. Menganalisis
laporan keuangan, berarti melakukan suatu
proses untuk membedah laporan keuangan ke
dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik

dan tepat atas laporan keuangan tersebut (Dwi
Purnomo, 2002:52).
Untuk membantu pembaca dalam menafsirkan data bisnis, laporan keuangan biasanya
disajikan dalam bentuk komparatif. Laporan
komparatif adalah laporan keuangan yang
disajikan berdampingan untuk dua tahun atau
lebih (Simamora, 2000:515). Melalui laporan
keuangan akan dapat dinilai kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, struktur modal perusahaan,
distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan
aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah
dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar,
serta nilai-nilai buku tiap lembar saham
perusahaan yang bersangkutan.
Unsur-unsur laporan keuangan. Laporan
keuangan dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti: (a) faktor ekonomi, (b) faktor industri,
dan (c) faktor orientasi bisnis melalui keputusankeputusan yang diambilnya baik berupa segmen
bisnis, keputusan mengenai keuangan dan

operasi.
Gabungan faktor-faktor ini bercampur
dalam suatu unit identitas perusahaan. Transaksi
yang terjadi dicatat melalui metode akuntansi
yang standart dan akhirnya menghasilkan
laporan keuangan yang dapat dijadikan informasi untuk pengambilan keputusan. Penguasaan
faktor-faktor diatas mutlak perlu analisa laporan
keuangan. (Harahap; 2002)

Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

Kegunaan dan fungsi laporan keuangan.
Kegunaan laporan keuangan bagi akuntan,
menurut Harnanto (1991) yaitu: (a) untuk mengukur sumber-sumber ekonomi yang dimiliki
oleh perusahaan, (b) untuk menentukan dan
menggambarkan kewajiban-kewajiban dan modal
atau hak-hak pemilik, (c) untuk mengukur perubahan dalam sumber-sumber kewajiban dan
modal, (d) untuk menentukan laba-rugi periodik
dari usaha perusahaan, dan (e) untuk menyatakan lain-lain aspek mengenai kegiatan perusahaan dalam satuan mata uang sebagai alat pengukur.
Untuk melakukan suatu penganalisaan

laporan keuangan langkah kerja penganalisaan
laporan keuangan dapat dilakukan sebagai
berikut: (a) menentukan dengan jelas tujuan dari
analisis, (b) memahami konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang mendasari laporan-laporan,
serta alat analisis yang digunakan, (c) memahami
kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain
pada umumnya yang berkaitan dengan perusahaan dalam mempengaruhi usaha.
Seperti yang telah dikemukakan di atas
bahwa dalam menganalisa laporan keuangan
suatu perusahaan terlebih dahulu menentukan
dengan jelas tujuan atau arah dari analisis. Tujuan atau batasan analisis ini akan berkaitan
dengan hasil yang akan diharapkan. Adapun
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
penganalisaan laporan keuangan antara lain:
a. Investor. Investor menggunakan analisis
untuk mengetahui tingkat keuntungan perusahaan, dan perkembangan perusahaan, untuk
mengetahui jaminan investasinya dan untuk
mengetahui kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan tersebut. Titik utama resiko perusahaan adalah mengenai kemungkinan bangkrutnya perusahaan atau kesulitan keuangan

yang bermula dari adanya resesi ekonomi,
inflasi, tingkat persaingan usaha, tersedianya
barang substitusi, kualitas manajemen perusahaan, goodwill perusahaan, hak paten yang
dimiliki perusahaan, dan lain-lain.
b. Kreditur. Digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
pinjaman beserta bunganya baik pinjamam
jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Supplier. Pemasok ingin memastikan apakah
perusahaan itu sehat keuangannya sehingga
dapat terjalin kerjasama lebih lanjut.

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

39

d. Debitur. Fungsi dari analisis ini berkaitan
dengan penjualan kredit, apakah perusahaan akan
mampu memenuhi pesanan yang diharap-kan.
e. Pemerintah. Pemerintah memanfaatkan
laporan keuangan ini dalam rangka menentukan
besarnya pajak bagi industri yang diatur keuntungannya oleh pemerintah dengan menambah sejumlah persentase tertentu diatas biaya
modalnya.
f. Pesaing. Kondisi keuangan pesaing dapat
dianalisis perusahaan untuk mengetahui sejauh
mana kekuatan keuangan pesaing.
g. Pemilik Perusahaan. Hasil dari analisis ini
akan dimanfaatkan oleh pemilik dalam menilai
kinerja manajernya. Kinerja manajer akan dapat
dilihat dari laporan keuangannya yang menyangkut aspek-aspek: hasil-hasil yang telah
dicapai, kemungkinan hasil yang akan dicapai,
bagian keuntungan yang akan diperoleh, dan
perkembangan harga saham.
h. Manajemen Perusahaan. Digunakan untuk
menyusun rencana perusahaan pada masa
mendatang, memperbaiki sistem pengawasan
dan menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat.
Laporan keuangan Dalam Perusahaan.
Secara garis besar dapat dikatakan analisis
laporan keuangan suatu perusahaan dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut: (a) Screening
dalam memilih alternatif investasi atau merger,
(b) alat forecasting atau meramalkan kondisi
keuangan perusahaan dimasa mendatang, (c)
mendiagnosis adanya masalah-masalah yang
terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan
dan masalah lain, dan (d) sebagai alat evaluasi
kinerja manajemen, operasi, efisiensi dsb.
Pengertian dan Macam Analisis Kinerja
Keuangan:
Pengertian Kinerja Keuangan. Kinerja
keuangan perusahaan merupakan gambaran
mengenai hasil operasi perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan
dalam periode tertentu, dan pada dasarnya
merupakan cerminan dari kinerja manajemen
pada periode tersebut. Menurut Erich A.
Helfert kinerja keuangan adalah hasil dari
banyak keputusan individu yang dibuat secara
terus menerus oleh manajemen. Kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil
tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu.
Selain itu ukuran keuangan tersebut dilengkapi

40

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan
customer, produktivitas dan cost efektiveness
proses bisnis dan produktivitas serta komitmen
personal untuk menentukan kinerja keuangan
perusahaan dimasa yang akan datang.
Analisis Laporan Keuangan. Seorang
analis keuangan dapat melakukan pemeriksaan
terhadap kesehatan perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Alat yang biasa digunakan
dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan
yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data
lainnya. Analisis rasio keuangan adalah studi
tentang informasi yang menggambarkan hubungan diantara berbagai akun dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan serta hasil
operasional perusahaan.
Teknik-teknik analisis laporan keuangan
digunakan untuk memperlihatkan hubungan
dan perubahan-perubahan. Menurut Simamora
(2000:518) terdapat tiga teknik yang lazim
dipakai, yaitu: (a) analisis Horizontal (Horizontal
Analysis). Analisis horizontal adalah teknik yang
dipakai untuk mengevaluasi serangkaian data
laporan keuangan selama periode tertentu, (b)
analisis Vertikal (Vertical Analysis). Analisis
vertikal adalah teknik yang digunakan untuk
mengevaluasi data laporan keuangan yang
menggambarkan setiap pos dari laporan keuangan dari segi persentase jumlahnya, (c)
analisis Rasio (Ratio Analysis). Analisis rasio
menggambarkan hubungan diantara pos-pos
yang terseleksi dari data laporan keuangan.
Kelebihan Analisa Rasio. Analisis rasio ini
memiliki beberapa kelebihan dibanding teknik
analisis yang lainya, kelebihan tersebut antara
lain: (a) rasio merupakan angka-angka atau
ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan, (b) mengetahui posisi perusahaan
ditengah industri lain, (c) merupakan pengganti
yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangannya yang sangat rinci
dan rumit, (d) sangat bermanfaat untuk bahan
dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score), (e)
menstandarisir size perusahaan, (f) lebih mudah
meperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”, (g) lebih

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang, (h)
keterbatasan analisis rasio.
Review Penelitian Terdahulu. Dalam menyusun penelitian diperlukan review penelitian
yang terdahulu. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa tidak semua hasil analisis itu menunjukkan hasil yang baik. Selain itu juga untuk memberitahukan bahwa analisis rasio yang meliputi
likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas itu
sangat bermanfaat untuk digunakan dalam
mengambil suatu keputusan. Maka dari itu review
yang diambil tidak jauh beda dengan masalah
diatas. Review yang diambil antara lain:
Penelitian oleh Yanuar Guntur Prasetyo
pada tahun 2005 yang berjudul Analisis Kinerja
Keuangan pada PT. BATIK DANAR HADI
SOLO. Dapat dibuktikan pada tahun 2001-2004
menunjukkan baik. Rasio Solvabilitas juga
Solvabel, Rasio Aktivitas juga Efisien, dan Profitabilitas adalah Profit.
Penelitian oleh Galuh Megawati berjudul
Analisis Rasio sebagai dasar kinerja keuangan
pada KPRI GUYUP RUKUN Surakarta Pada
tahun 2008. Hasilnya Rasio Likuiditas baik,
solvabitas baik tapi rentabilitas buruk. Kesimpulannya adalah kinerja keuangan belum tentu
akan terbukti baik.
Indarti Budi Nurani. (2000). Yang berjudul
 

Analisis laporan keuangan sebagai dasar penilaian efisiensi penggunaan dana pada PT. Intan
Pariwara Klaten. Dengan hasil analisa bahwa
perusahaan pada periode 1995 sampai dengan
1997 dapat dikatakan efisien, hal ini dibuktikan
dengan penjualan dan profit margin yang terus
meningkat dari 7,22 % menjadi 7,43 %. Selain
itu rentabilitas ekonomi sendiri juga mengalami
kenaikan pada tahun 1995 yang berkisar antara
10,58 % - 15,24 %. Kesimpulannya tingkat
likuiditas keseluruhan juga baik.

METODE PENELITIAN
Dalam menganalisa dan menilai posisi
keuangan atau kemajuan-kemajuan suatu
perusahaan, faktor-faktor utama yang diperhatikan untuk penganalisa adalah: (1) Likuiditas,
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, (2) Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, (3) Rentabilitas,
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu, (4)
Aktivitas, mengukur efektifitas perusahaan
dalam mempergunakan sumber-sumber.
Berdasarkan kajian penelitian dapat disusun
kerangka berpikir dalam gambar 1.

Laporan Keuangan

Laporan

Probabilitas

Neraca

Aktivitas

Likuiditas

Solvabilitas

Tingkat kinerja keuangan
Rasio Rata-Rata
Baik atau tidak

Sumber : Agnes Sawir, 2001
Gambar 1. Kerangka Analisis

Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

41

Laporan keuangan perusahaan meliputi
neraca dan laporan rugi laba. Dari kedua laporan
keuangan tersebut akan dianalisa dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Analisa rasio
keuangan merupakan alat utama untuk menjawab pertanyaan tentang keadaan keuangan
perusahaan.
Dalam menganalisa dan menilai posisi
keuangan atau kemajuan-kemajuan suatu perusahaan, faktor-faktor utama yang diperhatikan
untuk penganalisa adalah: (1) Likuiditas,
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, (2) Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, (3) Rentabilitas,
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu, dan
(4) Aktivitas, mengukur efektifitas perusahaan
dalam mempergunakan sumber-sumber.
Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan
langsung dengan kepentingan analisis kinerja
perusahaan dalam penelitian ini meliputi:
Quick Asset to Inventory (QAI). QAI
merupakan salah satu rasio aktivitas (produktifitas) yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancer (terutama dalam bentuk kas) dari perputaran
persediaan. Semakin cepat perputaran inventory
atau persediaan, menunjukkan semakin produktif perusahaan dalam menghasilkan aktiva
lancar. Meningkatnya kepercayaan investor
maupun kreditor terhadap perusahaan maka
harga saham di pasar modal diprediksikan
meningkat. Dengan meningkatnya harga saham
maka total return saham (penjumlahan capital
gain./loss dan devidend yield) juga meningkat,
sehingga QAI berpengaruh positif terhadap
total return saham. (Machfoedz, 1994:118).
Net Profit Margin (NPM). Net Profit Margin
(NPM) atau sering disebut sebagai net income to
sales (NIS) merupakan rasio antara net income after
tax (NIAT) terhadap net sales. Rasio ini menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih
terhadap penjualan bersihnya sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Jika NPM cash flow to current liabiliy
(CFCL), quick asset to inventory (QAI), debt to total
assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit
margin (NPM), return on assets (ROA), dan earning

42

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

per share (EPS) semakin besar mendekati satu,
maka berarti semakin efisien biaya yang
dikeluar-kan sehingga semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih. (Robert Ang,
1997:18.31).
NIAT merupakan pendapatan bersih
sesudah pajak, tetapi kalau ada keuntungan hak
minoritas harus diperhitungkan, sedang-kan net
sales merupakan total penjualan (penjualan tunai
dan kredit) dikurangi dengan return dan
potongan penjualan (Robert Ang, 1997:18.32).
Return On Asset (ROA). Rasio kedua dari
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah return on asset (ROA) yang sering
disebut sebagai return on investment (ROI)
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas/profitabilitas yang
lainnya. ROA atau ROI diperoleh dengan cara
membandingkan antara net income after tax
(NIAT) terhadap avarege total asset. NIAT
merupakan pendapatan bersih sesudah pajak,
tetapi kalau ada keuntungan hak minoritas
harus ikut diperhitungkan. Avarage total assets
merupakan rata-rata total asset awal dan akhir
tahun. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat
kembalian semakin besar (Robert Ang, 1997:
hal.18.32-18.33).
DTA atau lazim disebut sebagai leverage ratio
digunakan untuk mengukur total hutang terhadap total assets yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini diukur dengan cara membandingkan
antara total debts terhadap total assets. Total debts
merupakan total liabilities (baik hutang jangka
pendek maupun jangka panjang), sedangkan total
assets merupakan total aktiva (aktiva lancar dan
aktiva tetap) yang digunakan untuk operasional
perusahaan. Tingkat DTA yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat kembalian yang semakin tinggi
(Robert Ang, 1997:hal. 18.34-18.35).
Debt to Equity Ratio (DER). Rasio kedua dari
leverage ratio adalah debt to equity ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total modal yang dimliki perusahaan.
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi
total hutang (jangka pendek dan jangka penjang)
semakin besar dibanding dengan total modal
sendiri, sehingga berdampak semakin besar
beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Robert Ang, 1997:18.35).
Jenis Data dan Sumber Data. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsug dari buku-buku
yang berhubungan langsung dengan penelitian.
Penelitian dilakukan dengan mengambil
objek dari perusahaan kelompok industri
manufaktur khususnya Sector Consumer Good.
Sumber penelitian ini menggunakan data
yang diambil dari laporan BEI (Bursa Efek
Indonesia) dan ICMD (International Capital Market
Directory) data tersebut berupa laporan periodik
perusahaan.
Teknik Analisa Data. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan
alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis keuangan dapat digunakan dalam menjawab pertanyaan tentang keadaan keuangan
perusahaan.
Analisis Rasio Keuangan. Macam-macam rasio
yang digunakan untuk menilai kinerja PT.
UNILEVER INDONESIA Tbk. adalah: (a) Rasio
Likuiditas. Rasio ini bertujuan untuk mengukur
seberapa likuid suatu perusahaan. Rasio ini juga
menyatakan kemampuan perusa-haan jangka
pendek untuk memenuhi obligasi (kewajiban)
yang jatuh tempo, (b) Rasio solvabilitas. Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio
ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan
rasio pengungkit yaitu menggunakan uang
pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan.,
(c) Rasio Aktivitas. Rasio ini menunjukkan
kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam
memanfaat-kan harta-harta yang dimilikinya,
(d) Rasio Profitabilitas. Rasio ini menunjukkan
keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan.
Analisis Perbandingan. Dalam penelitian ini
menggunakan analisis perbandingan, karena
angka-angka rasio yang berdiri sendiri mempu-

Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

nyai arti yang kecil. Untuk menentukan baik atau
tidak baiknya maka digunakan angka pembanding.
Angka pembanding bisa menggunakan: (a)
data masa lalu atau data historis. Menggunakan
data 3 tahun yang lalu yaitu 2006 sampai 2008
akan membantu mengidentifikasi bagaimana
kinerja keuangan perusahaan PT. UNILEVER
INDONESIA Tbk apakah baik atau tidak baik,
(b) angka-angka dari perusahaan lain yang
sejenis, yang diringkaskan kedalam rata-rata
industri.

ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
Untuk menganalisa kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk. Maka harus melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung rata-rata industri tahun 2006,
2007, dan 2008 dengan rumus jumlah tiap
rasio dibagi tiga.
2. Membandingkan rasio PT. Unilever
Indonesia Tbk, dengan rasio rata-rata
industri sejenis.
3. Melakukan penilaian terhadap perbandingan
yang telah dilakukan berdasarkan teori yang
dicantumkan dalam penelitian.
1. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dari
Analisis Rasio Keuangan
Berdasarkan data-data laporan keuangan
ICMD maka rasio keuangan yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk dari tahun 2006 sampai tahun
2008 sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas
Tabel 1. Perhitungan Rasio Likuiditas
Tahun 2006-2008
Tahun

Current Ratio ( X )

2006
2007
2008

1,27
1,11
1,00

Sumber : Data Sekunder Yang Diolah
Keterangan : X adalah kali

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

43

Dari perhitungan diatas dapat dilihat rasio
likuiditas untuk CR (Current Ratio) selama tiga
tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2006
CR sebesar 1,27X dan tahun 2007 1,11X. Berarti
terjadi penurunan sebesar 0,16X. Sedangkan
pada tahun 2008 CR sebesar 1,00X. Apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun
2006 turun sebesar 0,27X dan tahun 2007 turun
sebesar 0,11X.
Ini artinya kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk masih kurang baik karena belum
terpenuhinya kewajiban-kewajiban jangka
pendek oleh aktiva lancar yang dimiliki.

Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya tahun 2006 LR tetap dan tahun 2007
LR naik sebesar 0,03X.
Menetap dan kemudian naiknya LR setiap
tahun ini mengidentifikasikan bahwa kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk kurang
baik karena rasio yang tinggi berarti perusahaan
juga menggunakan hutang yang tinggi.
c. Rasio Profitabilitas
Tabel 3. Perhitungan Rasio Profitabilitas
Tahun 2006-2008
(Dalam %)

b. Rasio Solvabilitas
Table 2. Perhitungan Rasio Solvabilitas
Tahun

DER ( X )

LR ( X )

2006
2007
2008

0,95
0,98
1,10

0,49
0,49
0,52

Sumber : Data Sekunder Yang Diolah
Keterangan : X adalah kali

Pada perhitungan rasio solvabilitas untuk
DER (Debt to Equity Ratio) selama tiga tahun
mengalami kenaikan. Semakin tinggi rasio ini
maka kondisi perusahaan semakin tidak baik.
Pada tahun 2006 DER sebesar 0,95X dan tahun
2007 DER sebesar 0,98X. berarti terjadi kenaikan
DER sebesar 0,03X. Sedangkan tahun 2008 DER
sebesar 1,10X. Apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya tahun 2006 DER naik sebesar
0,15X dan tahun 2007 DER naik sebesar 0,12X.
Kenaikan setiap tahun ini mengidentifikasikan bahwa kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk kurang baik karena rasio yang tinggi
berarti perusahaan juga menggunakan hutang
yang tinggi.
Sedangkan pada perhitungan rasio solvabilitas untuk LR (Leverage Ratio) selama tiga tahun
mengalami kenaikan. Sama halnya dengan DER
diatas semakin tinggi nilai rasio ini maka kondisi
perusahaan semakin tidak baik. Pada tahun 2006
LR sebesar 0,49X dan pada tahun 2007 LR sebesar 0,49X. Berarti tidak terjadi kenaikan atau
penurunan. Pada tahun 2008 LR sebesar 0,52X.

44

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

Tahun

GPM

OPM

NPM

ROI

ROI

2006
2007
2008

0,50
0,50
0,49

0,21
0,22
0,22

0,15
0,16
0,15

37,22
36,79
37,01

72,69
72,88
77,64

Sumber : Data Sekunder Yang Diolah

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk
GPM (Gross Profit Margin) selama tiga tahun tetap
bahkan mengalami penurunan. Pada tahun 2006
GPM sebesar 0,50% dan tahun 2007 GPM
sebesar 0,50%. Berarti tidak terjadi kenaikan
ataupun penurunan. Pada tahun 2008 GPM
sebesar 0,49%. Apabila dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya tahun 2006 GPM tetap
dan tahun 2007 GPM turun sebesar 0,01%. Ini
artinya kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk kurang baik yang ditunjukkan dengan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba kotor setiap tahun tetap bahkan mengalami
penurunan.
Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk
OPM (Operating Profit Margin) selama tiga tahun
mengalami kenaikan kemudian tetap. Pada
tahun 2006 OPM sebesar 0,21% dan tahun 2007
OPM sebesar 0,22%. Berarti terjadi kenaikan
OPM sebesar 0,01%. Sedangkan pada tahun 2008
OPM sebesar 0,22%. Apabila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya OPM tahun
2006 naik sebesar 0,01% dan tahun 2007 OPM
tetap. Ini artinya kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase dari OPM yang naik
kemudian tetap. Dan juga bisa dikatakan

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

kemampuan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam
memperoleh laba bersih sebelum bunga dan
pajak meningkat kemudian tetap.
Pada perhitungan rasio Profitabilitas untuk
NPM (Net Profit Margin) selama tiga tahun
mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun
2006 NPM sebesar 0,15% dan tahun 2007 NPM
sebesar 0,16%. Berarti terjadi kenaikan NPM
sebesar 0,01%. Sedangkan pada tahun 2008 NPM
sebesar 0,15%. Apabila dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya NPM tahun 2006 tetap
dan tahun 2007 NPM turun sebesar 0,01%. Ini
artinya kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk belum bisa dikatakan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase dari NPM yang
naik kemudian turun. Dan juga bisa dikatakan
kemampuan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam
memperoleh laba bersih dari penjualanya belum
maksimal.
Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk
ROI (Return On Invesment) selama tiga tahun
mengalami penurunan. Pada tahun 2006 ROI
sebesar 37,22% dan tahun 2007 ROI sebesar
36,79%. Berarti terjadi kenaikan ROI sebesar
0,43%. Sedangkan pada tahun 2008 ROI sebesar
37,01%. Apabila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya ROI tahun 2006 turun sebesar
0,21% dan tahun 2007 ROI turun sebesar 0,22%.
Jadi selama tiga tahun ini persentase kenaikan
lebih besar dibanding persentase penurunan. Ini
artinya kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk cukup baik, hal ini ditunjukan dengan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari investasinya meningkat.
Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk
ROE (Return On Equity) selama tiga tahun
mengalami kenaikan. Pada tahun 2006 ROE
sebesar 72,69% dan tahun 2007 ROE sebesar
72,88%. Berarti terjadi kenaikan sebesar 0,19%.
Pada tahun 2008 ROE sebesar 77,64%. Apabila
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
tahun 2006 ROE naik sebesar 4,95% dan tahun
2007 ROE naik sebesar 4,76%. Jadi selama tiga
tahun ini terjadi peningkatan. Ini artinya kinerja
PT. Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal
ini ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari modal sendirinya
meningkat.

Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

d. Rasio Aktivitas
Tabel 4. Perhitungan Rasio Aktivitas
Tahun 2006-2008
Tahun

IT ( X )

TAT ( X )

2006
2007
2008

7,47
7,29
6,19

2,45
2,35
2,39

Sumber : Data Sekunder Yang Diolah
Keterangan : X adalah kali

Pada perhitungan rasio aktivitas untuk IT
(Inventory Turnover) selama tiga tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2006 IT sebesar 7,47X
dan tahun 2007 IT sebesar 7,29X. berarti terjadi
penurunan IT sebesar 0,18X. Sedangkan IT
tahun 2008 sebesar 6,19X. Apabila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya pada tahun
2006 IT turun sebesar 1,28X dan tahun 2007 IT
turun sebesar 1,1X. Apabila rasio ini semakin
kecil maka semakin buruk pula keadaan suatu
perusahaan, Berarti kegiatan penjualan berjalan
lamban. Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan masa perputaran persediaan
selama tiga tahun mengalami kenaikan,
sehingga akan mempercepat persediaan tersebut
menjadi uang kembali.
Pada perhitungan rasio aktivitas untuk
TAT (Total Asset Turnover) selama tiga tahun
mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun
2006 TAT sebesar 2,45X dan tahun 2007 TAT
sebesar 2,35X. Berarti terjadi penurunan TAT
sebesar 0,10X. Sedangkan tahun 2008 TAT
sebesar 2,39X. Apabila dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2006 TAT
turun sebesar 0,06X dan pada tahun 2007 TAT
naik sebesar 0,03X. Apabila rasio TAT semakin
rendah maka semakin buruk pula kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualannya. Ini
artinya kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk dapat dikatakan baik, hal ini disebabkan
karena dana yang tertanam pada keseluruhan
aktiva perputarannya mengalami kenaikan.

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

45

2. Penilaian Kinerja Perusahaan Antara Rasio
Keuangan Dengan Rata-rata Industri.
Berdasarkan data-data dalam laporan
keuangan ICMD maka dapat dibandingkan
antara rasio-rasio keuangan dengan rata-rata
industri yang sejenis yang digunakan untuk
menilai kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk dari tahun 2006 sampai dengan 2008.
Berikut penjelasannya :
a. Perbandingan Rasio Keuangan dengan Ratarata Industri Tahun 2006
Pada tabel 4.5 dapat dilihat perhitungan
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
Yang pertama rasio likuiditas dilihat dari
CR (Current Ratio) sebesar 1,27X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 5,76X maka dapat dikatakan bahwa CR
berada dibawah rata-rata industrinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan pada PT.
Unilever Indonesia Tbk adalah buruk. Jadi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang lancarnya bila dibandingkan rata-rata
industri tiga perusahaan sejenis belum bisa
dikatakan Likuid.

Yang kedua ratio solvabilitas dilihat dari
DER (Debt to Equity Ratio) sebesar 0,95X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 0,38X maka dapat dikatakan bahwa DER
berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan pada PT. Unilever
Indonesia Tbk memuaskan. Karena kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua hutanghutangnya bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan solvabel.
Sedangkan rasio solvabilitas dilihat dari LR
(Leverage Ratio) sebesar 0,49X. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya 0,24X
maka dapat dikatakan bahwa LR berada diatas
rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian
kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia
Tbk memuaskan. Karena kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang-hutangnya
dengan aktiva yang dimiliki bila dibandingkan
dengan rata-rata industri dari tiga perusahaan
yang sejenis dapat dikatakan solvabel.
Yang ketiga rasio profitabilitas dilihat dari
GPM (Gross Profit Margin) sebesar 0,50%. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya

Tabel 5. Perbandingan Rasio Keuangan Dengan Rata-rata Industri
Tahun 2006
Keterangan
1.
2.

3.

Rata-rata Industri

Penilaian

1,27

5,76

Buruk

0,95
0,49

0,38
0,24

Memuaskan
Memuaskan

0,50
0,21
0,15
37,22
72,69

0,44
0,18
0,15
17,58
28,28

Baik
Baik
Sama
Baik
Baik

7,47
2,45

8,14
1,29

Baik
Baik

Rasio Likuiditas
a. CR
Rasio Solvabilitas
a. DER
b. LR
Rasio Profitabilitas
a.
b.
c.
d.
e.

4.

Rasio Keuangan

GPM
OPM
NPM
ROI
ROE

Rasio Aktivitas
a.
b.

IT
TAT

Sumber : Data Sekunder Yang Diolah

46

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

sebesar 0,44% maka dapat dikatakan bahwa
GPM berada diatas rata-rata industrinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan pada PT.
Unilever Indonesia Tbk adalah baik, karena laba
yang dihasilkan perusahaan bila dibandingkan
dengan rata-rata industri dari tiga perusahaan
yang sejenis sudah maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
dilihat dari OPM (Operating Profit Margin)
sebesar 0,21%. Apabila dibandingkan dengan
rata-rata industrinya sebesar 0,18% maka dapat
dikatakan bahwa OPM berada diatas rata-rata
industrinya. Yang artinya penilaian kinerja
keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk
adalah baik, karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis bisa
dikatakan baik.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
dilihat dari NPM (Net Profit Margin) sebesar
0,15%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata
industrinya sebesar 0,15% maka dapat dikatakan bahwa NPM setara dengan rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja keuangan
pada PT. Unilever Indonesia Tbk belum maksimal, karena laba yang dihasilkan perusahaan bila
dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga
perusahaan yang sejenis belum maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
dilihat dari ROI (Return On Invesment) sebesar
37,22%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata
industinya sebesar 17,58% maka dapat dikatakan bahwa ROI berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja keuangan
pada PT. Unilever Indonesia Tbk adalah baik.
Karena laba yang dihasilkan perusahaan bila
dibandingkan dengan rata-rata industri tiga perusahaan yang sejenis dapat dikatakan maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
dilihat dari ROE (Return On Equity) sebesar
72,69%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata
industinya sebesar 28,28% maka dapat dikatakan bahwa ROE berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja keuangan
pada PT. Unilever Indonesia Tbk adalah baik.
Karena laba yang dihasilkan perusahaan bila
dibandingkan dengan rata-rata industri tiga
perusahaan yang sejenis dapat dikatakan
maksimal.

Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

Yang keempat rasio aktivitas dilihat dari
IT (Inventory Turnover) sebesar 7,47X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 8,14X maka dapat dikatakan bahwa IT
berada dibawah rata-rata industrinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan pada PT.
Unilever Indonesia Tbk adalah buruk. Karena
waktu yang dibutuhkan untuk berputarnya
persediaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis belum
dapat dikatakan efisien.
Perhitungan rasio aktivitas dilihat dari TAT
(Total Asset Turnover) sebesar 2,45X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 1,29X maka dapat dikatakan bahwa TAT
berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan pada PT. Unilever
Indonesia Tbk adalah baik. Karena waktu yang
dibutuhkan untuk berputarnya persediaan bila
dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga
perusahaan yang sejenis dapat dikatakan efisien.
b. Perbandingan Rasio Keuangan dengan Ratarata Industri Tahun 2007
Pada tabel 4.6 dapat dilihat perhitungan
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
Yang pertama rasio likuiditas dilihat dari
CR (Current Ratio) sebesar 1,11X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 7,61X dapat dikatakan bahwa CR berada
dibawah rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk buruk. Jadi kemampuan perusahaan
memenuhi hutang lancarnya bila dibandingkan
rata-rata industri tiga perusahaan sejenis belum
bisa dikatakan likuid.
Yang kedua ratio solvabilitas untuk DER
(Debt to Equity Ratio) sebesar 0,98X. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 0,39X dapat dikatakan bahwa DER
berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk memuaskan. Karena kemampuan
perusahaan memenuhi semua hutang-hutangnya
bila dibandingkan dengan rata-rata industri dari
tiga perusahaan yang sejenis dapat dikatakan
solvabel.
Sedangkan rasio solvabilitas untuk LR
(Leverage Ratio) sebesar 0,49X. Apabila diban-

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

47

Tabel 6. Perbandingan Rasio Keuangan Dengan Rata-rata Industri
Tahun 2007
Keterangan
1.
2.

3.

4.

Rasio Keuangan

Rata-rata Industri

Penilaian

1,11

7,61

Buruk

0,98
0,49

0,39
0,24

Memuaskan
Memuaskan

0,50
0,22
0,16
36,79
72,88

0,47
0,21
0,15
17,22
27,82

Baik
Baik
Sama
Baik
Baik

7,29
2,35

4,33
1,26

Baik
Baik

Rasio Likuiditas
a. CR
Rasio Solvabilitas
a. DER
b. LR
Rasio Profitabilitas
a. GPM
b. OPM
c. NPM
d. ROI
e. ROE
Rasio Aktivitas
a. IT
b. TAT

Sumber : Data Sekunder Yang Diolah

dingkan dengan rata-rata industrinya 0,24X
dapat dikatakan bahwa LR berada diatas ratarata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk memuaskan. Karena kemampuan perusahaan memenuhi
semua hutang-hutangnya dengan aktiva yang
dimiliki bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan solvabel.
Yang ketiga rasio profitabilitas untuk GPM
(Gross Profit Margin) sebesar 0,50%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar
0,47% dapat dikatakan bahwa GPM berada diatas
rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian
kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk baik,
karena laba yang dihasilkan perusahaan bila
dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga
perusahaan yang sejenis sudah maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas untuk OPM (Operating Profit Margin) sebesar 0,22%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 0,21% dapat dikatakan bahwa
OPM berada diatas rata-rata industinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik, karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan maksimal.

48

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

Untuk perhitungan rasio profitabilitas
untuk NPM (Net Profit Margin) sebesar 0,16%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 0,15% dapat dikatakan bahwa
NPM berada diatas rata-rata industrinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik, karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas untuk ROI (Return On Invesment) sebesar 36,79%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata
industinya sebesar 17,22% dapat dikatakan
bahwa ROI berada diatas rata-rata industrinya.
Yang artinya penilaian kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk baik. Karena laba yang
dihasilkan perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata industri tiga perusahaan yang
sejenis dapat dikatakan maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
untuk ROE (Return On Equity) sebesar 72,88%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata industinya sebesar 27,82% dapat dikatakan bahwa ROE
berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik. Karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata

BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

industri tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan maksimal.
Yang keempat rasio aktivitas untuk IT
(Inventory Turnover) sebesar 7,29X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 4,33X dapat dikatakan bahwa IT berada
diatas rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia
Tbk baik. Karena waktu yang dibutuhkan untuk
berputarnya persediaan bila dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga perusahaan yang
sejenis dapat dikatakan efisien.
Perhitungan rasio aktivitas untuk TAT
(Total Asset Turnover) sebesar 2,35X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 1,26X dapat dikatakan bahwa TAT
berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk baik. Karena waktu yang dibutuhkan
untuk berputarnya persediaan bila dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat dikatakan efisien.
c. Perbandingan Rasio Keuangan Dengan Ratarata Industri Tahun 2008
Pada tabel 4.7 dapat dilihat perhitungan
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profita-

bilitas dan rasio aktivitas.
Yang pertama rasio likuiditas dilihat dari
CR (Current Ratio) sebesar 1,00X. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 5,33X dapat dikatakan bahwa CR berada
dibawah rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk buruk. Jadi kemampuan perusahaan
memenuhi hutang lancarnya bila dibandingkan
rata-rata industri tiga perusahaan sejenis belum
bisa dikatakan likuid.
Yang kedua ratio solvabilitas untuk DER
(Debt to Equity Ratio) sebesar 1,10X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 0,4X dapat dikatakan bahwa DER berada
diatas rata-rata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk
memuaskan. Karena kemampuan perusahaan
memenuhi semua hutang-hutangnya bila dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat dikatakan solvabel.
Sedangkan rasio solvabilitas untuk LR
(Leverage Ratio) sebesar 0,52X. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya 0,23X
dapat dikatakan bahwa LR berada diatas ratarata industrinya. Yang artinya penilaian kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk memuas-

Tabel 7. Perbandingan Rasio Keuangan Dengan Rata-rata Industri
Tahun 2008

Keterangan
1. Rasio Likuiditas
a. CR

Rasio Keuangan

Rata-rata Industri

Penilaian

1,00

5,33

Buruk

1,10
0,52

0,4
0,23

Memuaskan
Memuaskan

0,49
0,22
0,15
37,01
77,64

0,43
0,19
0,12
15,94
27,14

Baik
Baik
Sama
Baik
Baik

6,19
2,39

3,99
1,27

Baik
Baik

2. Rasio Solvabilitas
a. DER
b. LR
3. Rasio Profitabilitas
a.
b.
c.
d.
e.

GPM
OPM
NPM
ROI
ROE

4. Rasio Aktivitas
a. IT
b. TAT
Sumber : Data Sekunder Yang Diolah

Volume 15, Nomor 1, Juni 2010: 37-54

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan

49

kan. Karena kemampuan perusahaan memenuhi
semua hutang-hutangnya dengan aktiva yang
dimiliki bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan solvabel.
Yang ketiga rasio profitabilitas untuk GPM
(Gross Profit Margin) sebesar 0,49%. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 0,43% dapat dikatakan bahwa GPM
berada diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk baik, karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis sudah
maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
untuk OPM (Operating Profit Margin) sebesar
0,22%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata
industrinya sebesar 0,19% dapat dikatakan
bahwa OPM berada diatas rata-rata industinya.
Yang artinya penilaian kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk baik, karena laba yang
dihasilkan perusahaan bila dibandingkan
dengan rata-rata industri dari tiga perusahaan
yang sejenis dapat dikatakan maksimal.
Sedangkan perhitungan rasio profitabilitas
untuk NPM (Net Profit Margin) sebesar 0,15%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 0,12% dapat dikatakan bahwa
NPM berada diatas rata-rata industrinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik, karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri dari tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan maksimal.
Untuk perhitungan rasio profitabilitas
untuk ROI (Return On Invesment) sebesar 37,01%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya sebesar 15,94% dapat dikatakan bahwa
ROI berada diatas rata-rata industrinya. Yang
artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik. Karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan maksimal.
Sedangkan perhitungan rasio profitabilitas
untuk ROE (Return On Equity) sebesar 77,64%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata industinya sebesar 27,14% dapat dikatakan bahwa
ROE berada diatas rata-rata industrinya. Yang

50

Sri Murwanti, Retno Budi Astuti

artinya penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik. Karena laba yang dihasilkan
perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata
industri tiga perusahaan yang sejenis dapat
dikatakan maksimal.
Yang keempat rasio aktivitas untuk IT
(Inventory Turnover) sebesar 6,19X. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata industrinya
sebesar 3,99X dapat dikatakan bahwa IT berada
diatas rata-rata industrinya. Yang artinya
penilaian kinerja keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk baik. Karena waktu yang dibutuhkan untuk berputarnya persediaan bila
dibandingkan dengan rata-rata industri dari tiga
perusahaan yang sejenis dapat dikatakan efisien.
Sedangkan perhitungan rasio aktivitas
untuk TAT (Total Asset Turnover) sebesar 2,39X.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata
industrinya sebesar 1,27X dapat dikatakan
bahwa TAT berada diatas rata-rata industrinya.
Yang artinya penilaian kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk baik. Karena waktu
yang dibutuhkan untuk berputarnya persediaan
bila dibandingkan dengan rata-rata industri dari
tiga perusahaan yang sejenis dapat dikatakan
efisien.
Berdasarkan penilaian dengan rasio
keuangan maka dapat dijelaskan bahwa kinerja
PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
likuiditas kinerja keuangan buruk karena belum
mampu dalam memenuhi kewajiban lancarnya.
Dilihat dari rasio solvabilitas kinerja keuangan
bagus karena selama dalam penggunaan hutang
rendah. Dari rasio profitabilitas kinerja keuangan buruk karena laba yang dihasilkan
belum maksimal.