Kontribusi Jami’ah Almuslim dalam Bidang Sosial

249 mulai dari jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Di sisi lain, dikembangkanlah guru keliling sebagai wadah bagi pembelajaran luar sekolah yang kemudian lebih dikenal dengan dakwah atau pengajian-pengajian. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sekaligus pengembangan kepribadian dalam tanggungjawab sosial yang dikelola secara sistematis oleh Jami‟ah Almuslim dalam menggapai cita-cita pembaruannya. Menyimak tentang pembaruan pendidikan Islam yang dilakukan J ami‟ah Almuslim, baik dalam bidang lembaga pendidikan, dalam bidang manajemen, dalam bidang sistem pendidikan yang meliputi: tujuan, pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, serta evaluasi, maupun dalam bidang metodologi, maka dapat disimpulakan bahwa upaya tersebut memenuhi unsur-unsur modernisasi, baik kebersengajaan, kebaruan, keberterimaan, kekhususan dan memiliki tujuan yang jelas. Kesemua unsur-unsur ini terpenuhi dengan baik, maka wajar Safwan Idris menyebutkan bahwa Jami‟ah Almuslim merupakan bagian dari gerakan modernist di Indonesia yang membawa obor pembaruan dalam bidang pendidikan Islam. 114

E. Kontribusi Jami’ah Almuslim terhadap Kehidupan Sosial, Keagamaan,

Intelektual dan Politik di Aceh Kontribusi Jami‟ah Almuslim yang akan penulis jelaskan pada subbab ini meliputi kontribusi dalam bidang sosial, keagamaan, intelektuan dan politik sesudah Jami‟ah Almuslim didirikan.

1. Kontribusi Jami’ah Almuslim dalam Bidang Sosial

Pertanyaan awal yang harus diajukan adalah apakah selama ini Jami‟ah Almuslim ikut memberikan kontribusinya dalam bidang sosial kemasyarakatan di Aceh yang dapat memecahkan problematika masyarakat, atau justru menjadi bagian dari problematikan masyarakat itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan ini sebenarnya tidak sulit, secara historis dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan Jami‟ah Almuslim bersama pegurusnya dalam menjalankan roda organisasi 114 Idris, Jami’ah Almuslim, h. 6. 250 Jami‟ah, yang tidak saja berkutat dan terfokus pada persoalan pendidikan semata, tetapi juga ikut memberikan kontribusi nyata dalam bidang sosial. Sejarah telah memberikan bukti signifikan bahwa Jami‟ah Almuslim yang memiliki visi pembaruan memiliki kemampuan dalam melakukan transformasi total terhadap perkembangan sosial masyarakat yang majemuk dan heterogen, tanpa harus mengorbankan identitas dan jati dirinya sebagai organisasi pembaruan. Almuslim sebagai sebuah Jami‟ah berada pada posisi strategis dalam ikut membangun dan mewarnai kehidupan sosial masyarakat Aceh, sehingga bisa tetap bertahan survive mulai zaman penjajahan sampai zaman reformasi sekarang. Tidak dapat disangkal bahwa Jami‟ah Almuslim telah memberikan andil besar dalam memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dari karya nyata Jami‟ah Almuslim dalam memperbaiki hasil panen petani di Aceh, terutama di Takengen, Aceh Tengah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut pada tanggal 9 Agustus 1982, Jami‟ah Almuslim telah mendirikan sebuah pesantren pertanian yang pertama di Aceh dalam rangka membantu para petani Aceh guna meningkatkan produksi hasil pertaniannya. Aceh merupakan zona agraris , di mana sebagian besar penduduknya terlibat dalam usaha pertanian. Untuk meningkatkan hasil pertanian tersebut membutuhkan tenaga ahli dalam bidang pertanian yang dapat merobah pola pikir masyarakat untuk menerima dan memanfaatkan berbagai teknologi baru, sebagaimana diungkapkan Kaslan: Meningkatkan usaha tani dan pendapatannya harus dengan pemanfaatan teknologi-teknologi baru yang dapat mendinamisir pandangan hidup petani, kalau penerapan teknologi tersebut berhasil dilakukan oleh para petani, maka petani akan lebih terangsang untuk menerima pembaruan inovasi lebih lanjut. 115 Usaha Jami‟ah Almuslim dalam mengembangkan ilmu pertanian melalui Pesantren Pertaniannya pada ketika itu membawa hasil yang gemilang, ditandai dengan banyaknya petani yang merubah sistem taninya dari pola manual ke sistem teknologi modern, khususnya masyarakat Kabupaten Aceh Utara dan kabupaten 115 Kaslan, Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983, h. 77. 251 Aceh Teungah. Seiring dengan perkembangannya, maka pada tahun 1986, Pesantren Pertanian Almusim menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian STIP Almuslim. Sekolah Tinggi ini telah banyak memainkan perannya dalam membantu Petani di Aceh, baik dengan menelorkan tenaga ahli dalam bidang budi daya pertanian, maupun mengirimkan mahasiswanya guna membantu secara praktis masyarakat petani di Aceh dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. 116 Kedua, Bantuan kesehatan kepada masyarakat kurang mampu, melalui program khitan massal dan pengobatan gratis yang dilakukan oleh Program Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim, yang sangat dirasakan mamfaatnya oleh masyarakat Aceh. Ketiga, Program kerja nyata yang dilakukan mahasiswa berbagai program studi di lingkungan Unversitas dan STAI Almuslim juga telah manyak memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan berbagai program bantuan lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen guna membatu masyarakat yang tertimpa musibah, baik berskala lokal Tsunami, nasional bantuan gempa, banjir dan lain-lain, maupun internasional bantuan untuk Palestina dan Afganistan. Ini semua merupakan kontribusi nyata Jami‟ah Almuslim terhadap masyarakat. 117 Semua kegiatan ini merupakan kontribusi nyata Jami‟ah Almuslim dan lembaga-lembaga pendidikan di bawahnya dalam bidang sosial di Aceh.

2. Kontribusi Jami’ah Almuslim dalam Bidang Keagamaan