1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penokohan lebih mengarah pada tokoh dan perwatakan didalamnya karena penokohan lebih didalamnya sudah menyangkut tokoh dan perwatakannya.
Penokohan lebih mengarak pada siapa tokoh-tokohnya, bagaimana karakter atau perwatakan yang dimiliki oleh tokoh tersebut, dan bagaimana bentuk pelukisan
para tokoh itu. Peneliti menganalisa sebuah novel dari karya Any Asmara yang berjudul
Grombolan Gagak Seta yang merupakan karya fiksi yang menceritakan tentang tokoh, peristiwa penculikan, pembunuhan, asmara, dan watak tokoh yang
memiliki dua watak atau perilaku ganda. Tokoh dalam novel Grombolan Gagak Seta memiliki keunggulan tentang
siapa tokoh-tokoh didalamnya bahwa tokoh tersebut memiliki ketulusan dalam pengabdiannya terhadap negara dan rela berkorban jiwa dan raga sebagai seorang
tentara, ada tokoh yang suka memberi saran, ada pula tokoh yang selalu dikagumi oleh pembaca dan begitu pula sebaliknya, ada juga tokoh yang selalu menggoda
tokoh-tokoh, ada pula tokoh yang pendiam, dan ada pula tokoh selalu menolong. Tokoh dalam novel Grombolan Gagak Seta terdapat pula pewatakan yang
membedakan tokoh satu dengan tokoh yang lainnya. Terdapat tokoh yang bersifat tetap dalam ceritanya dan ada pula tokoh berkembang dalam ceritanya, semisal
2
tokoh yang memiliki dua pribadi dalam ceritanya. Tokoh yang berwatak licik, sombong, dan serakah yang lebih menghidupkan cerita.
Peristiwa yang terjadi dalam novel Grombolan Gagak Seta yaitu; peristiwa tentang seputar asmara antara pasangan yang saling mencintai terhalang karena
perkawinan paksa, peristiwa perampokan yang menakutkan, peristiwa penculikan, peristiwa tentang narapidana yang kabur dari penjara, dan ada juga peristiwa
melatar belakangi kehidupan dari pengarang itu sendiri. Novel Grombolan Gagak Seta memiliki keunggulan yang berbeda daripada
novel-novel karangan Any Asmara yang lain, seperti 1 Kumandanging Katresnan yang hanya bercerita tentang seputar asmara antara dua tokoh atau pasangan
saling mencintai yang menyedihkan karena dalam cerita terdapat unsur kawin paksa, 2 Kemudian novel Rante Mas juga hanya menceritakan tentang
perjodohan antar para grilya pada saat penjajahan Belanda di daerah Jogjakarta, dan 3 Novel Kencana Tirta Gangga yang bercerita tentang asmara dan adat yang
berada di daerah Bali. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa novel-novel karya Any Asmara
banyak menceritakan tentang asmara para tokoh yang dibumbui dengan perwatakan yang berbeda-beda sesuai permasalahan yang terjadi. Namun, novel
Grombolan Gagak Seta ini menarik untuk dipilih sebagai bahan kajian karena bukan hanya menyajikan fenomena kajiwaan tentang asmara saja, melainkan
tentang peristiwa penculikan, pembunuhan dan juga didalamnya terdapat tokoh yang memiliki dua watak atau dua karakter sehingga jalan ceritanya menarik
3
untuk diteliti lebih lanjut. Dilihat dari judulnya menarik dan penguraian perwatakan dan tokoh yang memiliki dua karakter juga merupakan sesuatu unik.
Novel Grombolan Gagak Seta yang selanjutnya disingkat dengan novel GGS adalah salah satu dari sekian banyak bentuk karya sastra. Dari satu sisi dapat
dianggap sebagai gambaran masyarakat, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Dari sisi lain novel GGS dapat menambah khasanah sastra
jawa. Dengan demikian, novel GGS dapat dianggap sebagai perekaman
kehidupan masyarakat pada suatu tempat yang mengungkap tentang perwatakan oleh pelaku cerita dalam novel. Hal ini bukan hanya sebagai rekaman kejadian
sehari-hari dalam masyarakat semata, melainkan perwujudan gagasan pengarang. Pemikiran tersebut dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan tentang cara
untuk lebih jauh memahami hidup di tengah-tengah masyarakat. Cerita dalam novel GGS merupakan bagian dari karya sastra, seperti halnya
dengan cerpen dan puisi. Maka sebuah cerita juga memiliki unsur-unsur pembangun cerita dan saling terkait. Melalui unsur-unsur pembangunan dalam
karya sastra yang ada dalam novel GGS, pengarang memaparkan permasalahan yang bergejolak dalam kehidupan masyarakat dan cerita yang jarang di jumpai
dalam dunia nyata. Unsur-unsur tersebut perlu ditelaah untuk mendapatkan
totalitas penelitian dalam sebuah teks cerita. Dalam karya sastra terungkap berbagai pengalaman hidup manusia: yang baik, yang jahat, yang benar, maupun
yang salah. Karya sastra juga memberi hiburan, sehingga dalam lubuk hati
4
manusia tertanam kecintaan dan keindahan terhadap karya sastra. Serta karya sastra adalah ekspresi dari keindahan yang selalu menyenangkan untuk dibaca.
Novel GGS menceritakan tentang keadaan yang terjadi pada saat karya ini dibuat, yaitu pada tahun 1960-an oleh Any Asmara. Pengarang menciptakan karya
sastra ini berdasarkan pada kejadian-kejadian atau permasalahan yang dialami dalam suatu lingkungan masyarakat di sekitarnya. Novel GGS di dalamnya
terdapat tokoh yang memiliki kepribadian ganda, artinya tokoh yang sewaktu- waktu sebagai orang biasa tetapi terkadang menjadi sosok yang tidak pernah
dijumpai atau bahkan dikenal. Novel GGS termasuk novel detektif karena menceritakan tentang
penyelidikan seorang polisi rahasia bernama Prajitno menyamar menjadi orang tua dengan ciri-ciri yaitu; jubah putih, berjanggut, dan berambut putih mengaku
dirinya bernama Mliwis Putih. Diketahui novel ini merupakan novel detektif, bahwa bagian akhir cerita semua kejahatan Saleh alias yaitu; pemimpin
Grombolan Gagak Seta terbongkar kedoknya yang mengaku sebagai keponakan dari R. Wirjo di desa Tempel dan sebenarnya R. Wirja adalah gembong pengedar
ganja yang sudah lama dicari-cari polisi. Serta Sutopo yang selalu membela kebenaran dan membasmi kejahatan. Termasuk novel detektif karena memiliki
ciri: terdapat tokoh polisi, korban, penculikan, dan pembunuhan di dalam novel GGS.
Hal-hal yang dialami para tokoh dalam novel GGS adalah 1 peristiwa perampokan yang dilalukan oleh para grombolan yang menakutkan; datang dan
pergi tanpa jejak seperti hantu saja, 2 peristiwa penculikan yaang dilakukan
5
grombolan tersebut; grombolan tersebut menculik janda muda B. Wirjo yang kemudian menculik gadis kembang desa hitam manis, Endang Pudjiwati
namanya. Endang adalah adik dari Sutopo dan kekasih dari Inspektur Salip, 3 kenudian peristiwa tentang narapidana yang kabur dari penjara yang bersembunyi
di daerah Magelang, dekat Djogdjakarta. Serta masih banyak lagi peristiwa yang menarik lainnya.
Hal-hal lain yang menarik pada novel GGS menceritakan tentang peristiwa pada tahun 1961 yang menunjukkan adanya hal-hal penting, yaitu watak rela
berkorban tehadap tanah air Indonesia dan rasa yang tumbuh atas dasar hati nurani dalam dari pribadi masyarakat, tidak bisa lepas dari kisah asmara yang tulus tanpa
paksaan, dan pemilihan tokoh dalam perwatakan yang baik, sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat yang baik dalam novel tersebut.
Peneliti memilih novel berbahasa Jawa karena novel tersebut perlu dikaji lebih lanjut agar dapat diketahui sejauh mana perkembangan dan pertumbuhan
sastra Jawa; sehingga tetap lestari dan dapat mengetahui bagaimana bentuk alur cerita melalui penokohan atau perwatakan yang menjelaskan tentang tokoh yang
memiliki watak, sifat, dan karakter masing-masing dalam novel GGS. Serta dapat mengetahui bahwa novel GGS karya Any Asmara termasuk jenis novel detektif.
1.2 Rumusan Masalah