54 2
Pemberian terapi latihan Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung
pada macam dan berat cederanya. Terapi latihan yang dapat dilakukan berupa:
a Latihan lingkup gerak sendi.
b Latihan peregangan.
c Latihan daya tahan cardiovasculer.
d Latihan yang spesifik.
3 Pemberian ortesa alat bantu tubuh
Pada cedera akut, ortesa berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera sehingga
membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan.
d. Rehabilitasi Cedera Bulutangkis
Rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin setelah cedera. Teknik rehabilitasi fisioterapi akan membantu mengurangi rasa nyeri
dan kaku sehingga dapat kembali bekerja dan olahraga. Rehabilitasi yang dimaksud berupa perbaikan kualitas ligamen dan pengembalian
fungsi otot serta saraf. Adapun fase-fase rehabilitasi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip cedera olahraga adalah fase reduksi, fase
pemulihan, dan fase re-integrasi.
55 1
Fase reduksi akut Prinsip-prinsip fase ini meliputi inflamasi dan kontrol nyeri.
Cedera ini dapat melibatkan trauma makro atau mikro. Prinsip price protection, rest, ice, compress, and elevation merupakan
suatu sarana intervensi efektif yang dapat diterapkan dan harus dilakukan segera mungkin setelah cedera. Gejala fase ini timbul
berulang dan menyebabkan terjadinya proses biomekanik yang salah dan efisien sehingga timbul cedera atau disfungsi jaringan.
2 Fase pemulihan sub-akut
Prinsip fase ini meliputi pemulihan jangkauan gerak sendi dan ekstensibilitas jaringan lunak serta pemulihan kekuatan dan
daya tahan otot, termasuk pengurangan beban. Fase ini bersifat sub-akut karena merupakan fase pengobatan setelah fase reduksi.
Fase ini dilakukan setelah berhasil memulihkan fleksibilitas, kekuatan, dan daya tahan. Prinsip-prinsip ini dapat sedikit
bertumpang tindih, namun paling baik apabila dilakukan secara berurutan. Fase ini merupakan awal transisi bagi fungsi jaringan
yang terkoordinasi. Setelah fleksibilitas pulih, penguatan membaik, maka latihan daya tahanpun dapat dimulai dan tubuh atlet siap
memulai pelatihan kembali dalam berolahraga. 3
Fase re-integrasi transisi Prinsip fase ini berisi tingkatan-tingkatan pelatihan fungsi
kembali, antara lain latihan olahraga berkecepatan rendah,
56 kemudian latihan dikelompokkan ke dalam sesi-sesi dengan
manufer aktifitas olahraga dan akhirnya dapat melakukan olahraga dengan bentuk yang aman dan efisien. Pada fase ini,
kebugaran kardiovaskuler terus dipertahankan sehingga atlet yang cedera dapat memulai olahraga untuk periode waktu yang lebih
lama. Rehabilitasi fase ini antara lain berkaitan dengan program pemeliharaan sehingga atlet akan mengalami perkembangan fungsi
yang mandiri dalam berolahraga. Karena program pemeliharaan menjamin cedera tidak berulang.
e. Pencegahan Cedera Bulutangkis