6
yang akan disandikan memiliki panjang yang tetap maka pada blok terakhir tersebut harus ditambah byte-byte tertentu sehingga ukurannya menjadi sama
dengan ukuran blok penyandian[4].
Pengujian algoritma kriptografi dilakukan dengan menggunakan korelasi. Teknik Statistik yang dipergunakan untuk mengukur kekuatan hubungan 2
variabel dan juga untuk dapat mengetahui bentuk hubungan antara 2 variabel tersebut dengan hasil yang sifatnya kuantitatif. Kekuatan hubungan antara 2
variabel yang dimaksud adalah apakah hubungan tersebut erat, lemah, ataupun tidak erat sedangkan bentuk hubungannya adalah apakah bentuk korelasinya linier
positif ataupun linier negatif. Kekuatan hubungan antara 2 variabel biasanya disebut dengan koefisien korelasi dan dilambangkan dengan symbol “r”. Nilai
koefisian r akan selalu berada di antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi akan selalu berada di dalam Range[10].
-1 r
+ 1 8
Jika ditemukan perhitungan diluar Range tersebut, berarti telah terjadi kesalahan perhitungan dan harus di korelasi terhadap perhitungan.
Koefisien korelasi sederhana disebut juga dengan koefisien korelasi pearson. Dimana “r” didapat dari jumlah nilai selisih perkalian antara x dan y dengan hasil
perkalian jumlah total x dan y dibagi dengan hasil akar dari selisih perkalian jumlah x kuadrat dengan kuadrat pangkat dua untuk jumlah total x dengan selisih
jumlah y kuadrat dengan kuadrat pangkat dua untuk total y dimana x sebagai plainteks dan y sebagai cipherteks. Maka persamaannya adalah[10]:
=
{ }{
}
9
3. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahap penelitian yang terbagi dalam enam tahapan, yaitu: 1 Identifikasi dan Perumusan Masalah, 2 Analisa
Kebutuhan dan Pengumpulan Data, 3 Perancangan Sistem, 4 Implementasi Sistem, 5 Pengujian Sistem dan Analisis Hasil Pengujian, dan 6 Penulisan
Laporan.
Gambar 4 Tahapan Penelitian
7
Tahapan 1: Identifikasi dan Perumusan Masalah, yaitu mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dibahas, serta merumuskannya kedalam kriptografi
block cipher baru menggunakan pola anyaman keranjang teknik tiga sumbu sebagai algoritma;
Tahapan 2: Analisa Kebutuhan dan Pengumpulan Data, yaitu melakukan analisa kebutuhan apa saja yang akan dibutuhkan, serta mengumpulkan data-data
yang terkait dengan pembuatan kriptografi baru, seperti mencari alur algoritma untuk proses enkripsi dan dekripsi;
Tahapan 3: Perancangan Sistem, yaitu bagaimana merancang bagan proses enkripsi dan dekripsi, juga membuat gambaran umum tentang penerapan
kriptografi block cipher menggunakan pola anyaman keranjang teknik tiga sumbu sebagai algoritma;
Tahapan 4: Implementasi Sistem, yaitu proses pengimplementasian kedalam aplikasiprogram sesuai kebutuhan sistem berdasarkan perancangan sistem yang
telah dilakukan; Tahapan 5: Pengujian Sistem dan Analisis Hasil Pengujian, yaitu melakukan
pengujian sistem yang dirancang dengan metode five-tuple Stinson, kemudian melakukan analisa algoritma apakah memenuhi metode Stinson. Serta analisis
keamanan dan keacaan data berdasarkan nilai korelasi pada setiap proses.
Tahapan 6: Penulisan Laporan, yaitu melakukan penulisan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari awal sampai akhir kedalam sebuah tulisan, yang akan
dijadikan laporan penelitian. Tahapan ini menjelaskan tentang proses pembuatan kriptografi block cipher
menggunakan algoritma pola anyaman keranjang teknik anyaman tiga sumbu. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Algoritma berbasis pada teknik anyaman tiga sumbu pada pola anyaman keranjang.
2. Jumlah plainteks dan kunci sama menampung 256 karakter serta proses putarannya terdiri dari 4 proses.
3. Panjang bloknya 16×16 256 bit. 4. Pada proses enkripsi-dekripsi menggunakan hexa sebagai pola acak.
5. Panjang kunci mempunyai panjang 256 karakter. Rancangan kriptografi block cipher menggunakan pola anyaman keranjang
teknik tiga sumbu dirancang dengan putaran 4 proses. Pola acak tersebut menggunakan algoritma pola anyaman keranjang teknik tiga sumbu. Kriptografi
ini sama seperti pada kriptografi umumnya yaitu menggunakan inputan plainteks dan kunci. Kedua inputan tersebut dilakukan pada proses enkripsi dan dekripsi.
Dimana proses plainteks i, i=1, 2, 3....,256 dan proses kunci i, i=1, 2, 3....,256.
Rancangan umum kriptografi block cipher ditunjukkan pada Gambar 5. Plainteks yang diinput akan diproses menggunakan alur pola anyaman keranjang
tiga sumbu dari proses 1 sampai proses 4. Dimana disetiap proses akan dilakukan proses acak masuk dan ambil. Perbedaannya yaitu pola yang digunakan dalam
setiap proses. Kunci yang diinput juga akan diproses menggunakan alur pola anyaman keranjang tiga sumbu dari proses 1 sampai proses 4. Pada setiap proses
akan dilakukan proses acak masuk dan ambil. Dimana pada proses acak masuk pada plainteks dan kunci menggunakan pola anyaman keranjang teknik tiga
8
sumbu. sedangkan untuk proses acak ambil pada plainteks dan kunci menggunakan pola yang berbeda. Plainteks yang telah diproses kemudian di XOR
dengan kunci yang juga telah diproses, hasil dari XOR akan digunakan untuk proses berikutnya sampai proses 4 yang menghasilkan cipherteks.
Gambar 5 Rancangan Umum Rancangan Block Cipher Menggunakan
Teknik Anyaman Tiga Sumbu
Pada Gambar 6 menunjukkan use case proses enkripsi dan proses dekripsi. Dimana pada use case tersebut menjelaskan tentang user yang melakukan 2 prose
yaitu: proses enkripsi dan proses dekripsi. Proses enkripsi yang didalam proses terdapat inputan plainteks, inputan kunci, proses acak hexa, proses XOR dan hasil
cipherteks. Sedangkan untuk proses dekripsi yang didalamproses terdapat inputan cipherteks, inputan kunci, proses acak hexa, proses XOR dan hasil
plainteks.
Gambar 6 Use Case Proses Enkripsi Dan Dekripsi
4. Hasil dan Pembahasan