Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi

  

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KESETARAAN

PROGRAM PAKET C DI KABUPATEN BEKASI

LAPORAN KKL

  Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  Universitas Komputer Indonesia

  

Disusun oleh:

AGUS MUSLIM

NIM. 41709007

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

  

2012

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1.Identitas Diri

  Nama : Agus Muslim Tempat, dan Tanggal Lahir : Bekasi, 1 Agustus 1989 Status Perkawinan : Belum Kawin Alamat : Perumahan Taman Aster Blok F8/11, RT

  011/007, Desa Telaga Asih, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi. Nama Ayah : Drs. Ahmad Tadjiri Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil (PNS) Nama Ibu : Upit Sulastri Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil (PNS) Alamat Orang Tua : Perumahan Taman Aster Blok F8/11, RT

  011/007, Desa Telaga Asih, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi.

  2. Pendidikan Formal Tingkat Sekolah Dasar Nama Sekolah : SDN 1 Sukatani, Bekasi

  Tahun Lulus : 2001 Tingkat Sekolah Menengah Pertama Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Cikarang Barat, Bekasi Tahun Masuk : 2002 Tahun Lulus : 2004 Tingkat Sekolah Menengah Atas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cikarang Barat, Bekasi Tahun Masuk : 2005 Tahun Lulus : 2007 Tingkat Perguruan Tinggi Nama Universitas : Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Tahun Masuk : 2009 Status Sekarang : Sedang Menempuh

  3. Pendidikan Non Formal Kursus Musik Nama Tempat Kursus : Purwacaraka Music School Alamat Tempat Kursus : Jababeka, Cikarang, Bekasi Tahun Masuk : 2008 Tahun Lulus : 2009 Pelatihan Nama Acara Pelatihan : Table Manner Class Tempat Pelatihan : Maja House, Bandung Waktu Pelatihan : 8 Desember 2010 Seminar

  Tempat Acara Seminar : Sasana Budaya Ganesha, Bandung Waktu Acara Seminar : 26 Februari 2011 Nama Acara Seminar : Diskusi Politik Tempat Acara Seminar : Gedung Indonesia Menggugat, Bandung Waktu Acara Seminar : 31 Mei 2011 Nama Acara Seminar : Kuliah Umum Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP

  Unikom Tempat Acara Seminar : Auditorium Unikom, Bandung Waktu Acara Seminar : 13 Maret 2012

  Bandung, 29 Oktober 2012 AGUS MUSLIM

  

DAFTAR ISI

  2.1.1 Pengertian Implementasi ......................................... 5

  3.1 Hasil Kegiatan KKL ................................................................ 16

  BAB III HASIL KEGIATAN & PEMBAHASAN KKL

  2.1.5 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan ............ 14

  2.1.4 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan ..................... 13

  2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan ........................ 7

  2.1.2 Pengertian Kebijakan ............................................... 6

  2.1 Landasan Teori ....................................................................... 5

  Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

  BAB II LANDASAN TEORI

  1.4 Lokasi & Waktu Pelaksanaan KKL ......................................... 4

  1.3 Metode KKL ............................................................................ 3

  1.2 Kegunaan KKL ........................................................................ 2

  1.1 Latar Belakang Laporan KKL .................................................. 1

  BAB I PENDAHULUAN

  3.2 Pembahasan KKL .................................................................. 18

  BAB IV PENUTUP ................................................................................. 25 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 27 LAMPIRAN ............................................................................................. 29

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan tanggung jawab untuk menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, serta shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Pada Laporan KKL ini saya sebagai mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom menyusun dan menulis laporan hasil pelaksanaan KKL yang sudah lakukan selama sebulan di salah satu instansi pemerintahan daerah, tepat nya di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dengan mengambil judul

  

Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di

Kabupaten Bekasi, saya mendapat banyak pelajaran dan pengalaman baru

  selama pelaksanaan KKL di instansi tersebut, saya menjadi mengetahui bagaimana kerja di salah satu Instansi Pemerintahan. Penyusunan Laporan KKL ini, dimaksudkan sebagai salah satu kewajiban untuk menyelesaikan perkuliahan di program studi Ilmu Pemerintahan pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

  Saya menemukan banyak kesulitan yang dirasakan tapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak saya dapat menyelesaikan penyusunan. Saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan saya dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan Laporan KKL ini.

  Saya juga sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

  1 Nia Karniawati, S.IP., M.Si Selaku Ketua Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unikom.

  2 Rino Adibowo, S.IP selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

  3 Drs. H. Abdur Rofiq, M.Si Selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

  4 Drs. H. Ruminta, Selaku Pembimbing instansi KKL di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

  5 Semua pihak yang telah mendukung dan membantu, semoga menjadi amal baik di hari nanti.

  Saya menyadari masih adanya kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan dalam penyusunan Laporan KKL ini. Akhir kata saya berharap semoga Laporan KKL ini dapat berguna bagi saya pada khusus nya dan pembaca pada umum nya.

  Bandung, Oktober 2012 Peneliti Agus Muslim

DAFTAR PUSTAKA

  Wahab, SA., 2001, Analisis Kebijaksanaan, dari Formulasi ke Implementasi Kebijakasanaan Negara, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Agustino, Leo, 2008, Politik & Kebijakan Publik, Edisi 1, Penerbit Alfabeta, Jakarta.

  Badjuri, Abdul Kahar, dan Teguh Yuwono, 2002, Kebijakan Publik Konsep dan Strategi, Universitas Diponegoro, Semarang.

  Winardi, 1990. Asas-asas manajemen. Penerbit Mandar maju, Bandung. Dunn, William N, 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Terjemahan), Edisi Kedua , Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

  Dwijowijoto, R.N, 2003, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Elex Media Komputindo, Jakarta.

  Wahab, SA., 2001, Analisis Kebijaksanaan, dari Formulasi ke Implementasi Kebijakasanaan Negara, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

  Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2003). Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo. Danim, Sudarwan. 1997, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara. Dunn, William N. 1999, Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Darwin, 1998, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Penyunting Muhadjir. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

  • – Edward III, George C dan Ira Sharkansky, 1978, The Policy Predicament Making and Implementing Public Policy, San Fransisco : W.H Freeman and Company. Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan atau Program, Surakarta: Pustaka Cakra. Islamy, M. Irfan, 2004, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta. Jones, Charles O. 1994, Pengantar Kebijakan Publik Terjemahan Ricky Istamto, Jakarta: Roja Grafindo Persada. RUJUKAN ELEKTRONIK:

  Kebijakan KEMENDIKNAS. 2010. Kebijakan Pendidikan Kesetaraan

  Program Paket C. Melalui

  DOKUMEN: Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, 2010. Evaluasi Strategi Kebijakan

Pengembangan dengan peningkatan Mutu Pendidikan, Bekasi, Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

  Dalam Negara kita Indonesia begitu banyaknya permasalahan yang ada, permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya ialah masalah mengenai pendidikan masyarakatnya yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, masalah pendidikan belum semua terselesaikan dengan baik dan merata, dari berbagai macam masalah pendidikan yang ada, masalah putus sekolah yang banyak terjadi di Negara kita. Untuk mengatasi permasalahan putus sekolah itu Kemendikbud mengeluarkan Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C.

  Sesuai instruksi dari Menteri Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2009

  “Tentang Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C

  ” dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2009

  “Tentang Penyelenggaraan Program Paket C Kejuruan” kebijakan ini dibuat bertujuan untuk mengatasi masalah putus sekolah di Indonesia.

  Program Paket C adalah program pendidikan nonformal yang setara dengan pendidikan formal SMA, yang dibuat sejak tahun 2009 sebagai alternatif program untuk mengatasi masalah putus sekolah yang harus diimplementasikan oleh tiap dinas pendidikan diseluruh daerah indonesia. Program Paket C merupakan program penyempurnaan dari program Ujian Persamaan yang sebelumnya diberlakukan. Dalam Program Paket C, siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) diwajibkan untuk terlebih dahulu mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan (LPPK) sedangkan Ujian Persamaan sebelumnya tidak ada kewajiban untuk mengikuti pendidikan. Ijazah dari Paket C ini dihargai sama dengan Ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dapat dipergunakan untuk melamar kerja, melanjutkan kuliah di PTN atau PTS dalam dan luar negeri, penyesuaian golongan jabatan di TNI, POLRI, PNS dan pegawai swasta.

  Masalah putus sekolah banyak dihadapi di tingkat daerah seperti halnya di Kabupaten Bekasi yang memiliki cakupan wilayah yang luas, dan jumlah pendudukan yang besar. Kondisi ini merupakan potensi dalam pengembangan dan pembangunan Kabupaten Bekasi. Namun demikian masih banyak masalah yang berkaitan dengan aspek pengembangan sumber daya manusia di Kabupaten Bekasi.

  Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi mencoba juga mengatasi masalah- masalah pendidikan yang ada, diantaranya mengenai putus sekolah dan lainnya dengan mengimplementasikan Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi sesuai dengan instruksi dari KEMDIKBUD (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 76 dan 36 Tahun 2009 mengenai Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C.

  Sebagaimana dengan Visi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi adalah mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter, dan berakhlaq, sedangkan Misi nya meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan relevansi pendidikan, serta meningkatkan tata kelola dan pencitraan publik.

  Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan

  Progr am Paket C di Kabupaten Bekasi”, dan melaksanakan KKL di Dinas

  Pendidikan Kabupaten Bekasi dengan tujuan mendapatkan pelajar dan pengalaman secara langsung dilapangan.

1.2 Kegunaan KKL

  Pelaksanaan KKL ini dilakukan dengan kegunaan, sebagai berikut :

  1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai Implementasi Kebijakan Pendidikan

  Menambah pengalaman belajar yang berharga untuk peneliti sebagai mahasiswa dengan keterlibatannya dalam masyarakat dan dunia kerja di instansi tersebut secara langsung.

  2. Secara Teoritis Secara teoritis, penulisan ini untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam laporan KKL ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat.

  3. Secara Praktis Diharapkan penulisan ini dapat bermanfaat dalam hal peningkatan mutu pendidikan seperti yang diharapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

  Bekasi, Jawa Barat.

  1.3 Metode KKL

  Sesuai dengan laporan yang ditulis pada laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode.

  Peneliti dalam melakukan penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Peneliti melakukan kegiatan observasi secara langsung ke lapangan, melakukan penelitian secara langsung di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, peneliti kemudian menggambarkan kondisi dilapangan yang terjadi mengenai Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kabupaten Bekasi yang kemudian meringkas dan menarik gambaran tentang kondisi dan situasi dalam laporan ini.

  1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL

  Lokasi yang diambil sebagai tempat KKL adalah di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Komplek Perkantoran Pemerintahan Kabupaten Bekasi JL. Deltamas Kecamatan Cikarang Pusat, Telp. (021) 89970351.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

  Dalam menyusun laporan KKL ini penulis melaksanakan selama 6 bulan, mulai dari observasi lokasi KKL sampai seminar KKL seperti pada tabel berikut :

  Tahun 2012 Tahun Waktu Kegiatan 2013

  Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Feb Observasi Lokasi KKL Pengajuan Judul KKL Penyusunan Usulan KKL Pengajuan Surat ke Tempat KKL Pelaksanaan KKL Bimbingan KKL Pengumpulan Laporan KKL Seminar KKL

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Implementasi

  Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

  Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solihin Abdul Wahab adalah: “Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to

  implemen ”t. Dalam kamus besar webster, to implement

  (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give

  practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab, 2004:64).

  Berdasarkan diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

  Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan- pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

  Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut: “Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan” (Mazmanian dan Sebastiar). Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

2.1.2 Pengertian Kebijakan

  Menurut N. Dunn, menyatakan bahwa kebijakan publik (Public policy) adalah “Pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah” (N. Dunn, 2000:132).

  Pendapat Anderson yang dikutip oleh Wahab, merumuskan kebijaksanaan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2004:3). Oleh karena itu, kebijaksanaan menurut Anderson merupakan langkah tindakan yang sengaja dilakukan oleh aktor yang berkenaan dengan adanya masalah yang sedang di hadapi.

  Kebijakan menurut pendapat Carl Friedrich yang dikutip oleh Wahab bahwa: “Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2004:3). Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan.

  Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

  Menurut Carl friedrich yang dikutip oleh Leo Agustino mendefinisikan kebijakan adalah : “Serangakaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu diamana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dankemungkinan- kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud” (Dalam Leo, 2006:7). Kebijakan merupakan salah satu produk pemerintah dengan tujuan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik sehingga suatu kebijakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

  2.1.3 pengertian Implementasi Kebijakan

  Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah:

  “Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknikyang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraihdampak atau tujuan yang diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno,2002:101-102). Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.

  Pengertian implementasi kebijakan di atas, maka Edward III mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

  1. Comunication (Komunikasi)

  2. Resources (Sumber Daya)

  3. Disposition (Disposisi)

  4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi) (Edward 1980:147)

  Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor

  mengetahui apa yang harus dilakukan, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

  Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi, antara lain dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik dapat ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan dapat diterima dengan jelas sehingga dapat diketahui yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran.

  Kedua, sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.

  Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi. Implementasi sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), dengan demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang di tanganinya. Sumber daya anggaran merupakan sumber daya yang mempengaruhi implementasi setelah adanya sumber daya menusia, terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan terhadap publik yang harus diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Terbatasnya anggaran menyebabkan disposisi para pelaku rendah bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan oleh pelaku terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

  Sumber daya peralatan juga merupakan sumber daya yang mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu implementasi, menurut Edward III yaitu :

  “Sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijak an”. (Edward III,

  1980:102) Terbatasnya fasilitas peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan menyebabkan gagalnya pelaksanaan kebijakan, karena dengan terbatasnya fasilitas sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat, andal, dan dapat dipercaya akan sangat merugikan pelaksanaan akuntabilitas. Sumber daya informasi dan kewenangan juga menjadi faktor penting dalam implementasi, informasi yang relevan dan cukup tentang berkaitan dengan bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan. Informasi tentang kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para pelaksana tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan tentang bagaimana cara mengimplementasikan.

  Ketiga, disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

  pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn terdapat tiga macam elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, antara lain:

  “Tiga elemen yang dapat mempengaruhi disposisi, yaitu: pengetahuan (cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance,

  neutrality, and rejection), intensitas terhadap

  kebijakan”.(Van Meter dan Van Horn dalam Widodo,2007: 105) Elemen yang dapat mempengaruhi disposisi adalah pengetahuan, dimana pengetahuan merupakan elemen yang cukup penting karena dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat membantu pelaksanaan implementasi tersebut. Pemahaman dan pendalaman juga dapat membantu terciptanya dan terlaksananya implementasi sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat menentukan keberhasilan suatu implementasi, karena dapat menentukan sikap apakah masyarakat menerima, netral atau menolak.

  Keempat, struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering

  terlibat dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur Organisasi merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Didalam struktur birokrasi terdapat dua hal penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek struktur birokrasi yang penting dari dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).

  SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya. Selain SOP yang mempengaruhi struktur birokrasi adalah fragmentasi yang berasal dari luar organisasi.

  Menurut Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

  1. Ukuran dan tujuan kebijakan.

  2. Sumber-sumber kebijakan.

  3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana.

  4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

  5. Sikap para pelaksana, dan 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.

  (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:79) Keberhasilan suatu implementasi menurut kutipan Wahab dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor di atas, yaitu:

  Kesatu yaitu ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam

  melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan program yang sudah direncanakan.

  Kedua, sumber daya kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn yang

  dikutip oleh Agustino, sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu (Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

  Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan untuk kelancaran pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan. Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan.

  Ketiga, keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri

  badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya.

  Keempat, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya

  koordinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa: sekedar menyangkut persoalan

  “Koordinasi bukanlah mengkomunikasikan informasi-informasi atau pun membentuk struktur-struktur administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan” (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2004:77). Berdasarkan teori diatas maka Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

  Kelima, menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Widodo,

  bahwa karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter dan Horn dalam Subarsono, 2006:101). Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki terhadap tugasnya masing- masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Keenam, dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan

  menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh mana lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan, lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial, dan politik (Meter dan Horn dalam Agustino, 2006:144). Lingkungan ekonomi, sosial dan politik juga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu implementasi.

  Menurut Teori implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial karena seberapa baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan dengan baik implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan publik tidak akan terwujud (George Edward III 1980: 1).

  Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

2.1.4 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

  Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (M. Irfan Islamy 1997: 102-106) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:

  a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dandisahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

  b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai. (Islamy 1997: 102-106)

  Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Solichin Abdul Wahab (1991: 36) dalam buku analisis kebijakan: dari formulasi ke implementasi kebijakan negara mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut: Tahap I Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

  a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas b. Menentukan standar pelaksanaan

  c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan. Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode. Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan:

  a. Menentukan jadwal

  b. Melakukan pemantauan

  c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program. Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan

  Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.

2.1.5 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

  Menurut Budi Winarno implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan: “Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Winarno 2002:102). Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya.

  Berdasarkan teori diatas bahwa faktor pendukug implementasi kebijakan harus didukung dan diterima oleh masyarakat, apabila anggota masyarakat mengikuti dan mentaati sebuah kebijakan maka sebuah implementasi kebijakan akan berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa ada hambatan-hambatan yang mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Setelah membaca dan mengutip beberapa definisi menurut para ahli diatas saya dapat mengerti dan menganalisi apa itu implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah untuk menjalankan suatu keputusan atau program yang dibuat dan dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri untuk memperbaiki atau mengatasi masalah yang ada.

  Implementasi kebijakan dapat berhasil apabila empat faktor dapat terpenuhi dan berjalan, yaitu :

  1. Komunikasi

  2. Sumber daya

  3. Disposisi

  4. Struktur birokrasi Dengan komunikasi masyarakat atau pemerintah yang mengimplementasi mengetahui apa yang harus dilakukan, dapat terhubung dengan semua elemen yang ada. Sumber daya juga merupakan hal yang penting dalam implementasi. Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, dan juga sumber daya informasi.

  Disposisi merupakan faktor selanjutnya agar suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik. Disposisi merupakan watak yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan itu sendiri. Dan faktor terakhir yang mempengaruhi suksesnya implementasi kebijakan adalah struktur birokrasi. Struktur birokrasi merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan dan sangat berpengaruh besar terhadap kebijakan.

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 Hasil Kegiatan KKL

  Pada saat saya melaksanakan KKL banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang saya dapat secara langsung. Saya dapat merasakan bagaimana prakteknya berkerja secara langsung di salah satu instansi pemerintahan dalam hal ini yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten bekasi.

  Melaksanakan KKL di Dinas Pendidikan kabupaten Bekasi saya melakukan banyak aktivitas yang diberikan oleh para pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, aktivitas-aktivitas tersebut berbagai macam, ada yang mudah dan sulit, beragam setiap hari nya. Namun semua nya bisa saya selesaikan dengan lancar dengan baik dengan ada nya bimbingan dan bantuan dari pembimbing saya di dinas tersebut dan juga dari para pegawai lain di dinas tersebut.

  Aktivitas awal KKL saya di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi yaitu dimulai dengan pengenalan dan interview dengan pembimbing instansi KKL saya. Saya memperkenalkan diri saya dan menjelaskan maksud dan tujuan saya melaksanakan KKL di dinas tersebut. Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi meminta saya untuk membantu pekerjaan-pekerjaan dibagian kepegawaiannya, dan saya siap terima untuk ditempatkan dibagian Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi.

  Kemudian setelah saya diterima untuk melaksanakan KKL di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi saya mulai mendapat berbagai macam aktivitas pekerjaan baru yang beragam, diantaranya seperti membantu mengurus surat keluar dan masuk, membantu membuat surat edaran, membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada dibagian PLS (pendidikan Luar Sekolah), membantu membuat surat dibagian Tata Usaha, dan membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada dibagian Tata Usaha. Begitu lah aktivitas hari-hari saya pada saat melaksanakan KKL di Dinas pendidikan Kabupaten Bekasi.

  Pada minggu ketiga pelaksanaan KKL saya selain membantu pekerjaan- pekerjaan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi saya juga mempelajari program yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, seperti Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

  Dari PKBM itu saya mempelajari mengenai suatu wadah yang menyediakan informasi dan kegiatan belajar masyarakat yang dibuat dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri.

  Kegiatan lain pada saat saya melaksanakan KKL waktu itu mendata jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Bekasi. Dari keseluruhan sekolah yang saya data, dikabupaten Bekasi angka putus sekolah yang terjadi adalah sebagai berikut :

  1. Tingkat pendidikan SD sebanyak 239 murid;

  2. Tingkat pendidikan SMP sebanyak 367 murid;

  3. Tingkat pendidikan SMA sebanyak 86 murid;

  4. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMK tidak tercatat adanya angka putus sekolah.

  Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Tahun 2011

  Kegiatan KKL saya mengenai Program Paket C yaitu membantu mendata Kecamatan mana saja yang ikut serta Ujian Kesetaraan Program Paket C pada agustus kemarin. Ada 8 Kecamatan dikabupaten Bekasi yang ikut serta dalam Ujian Kesetaraan Program Paket C bulan agustus kemarin, diantaranya :

  1. Kecamatan Kedungwaringin

  2. Kecamatan Sukawangi

  3. Kecamatan Cabang Bungin

  4. Kecamatan Pebayuran

  5. Kecamatan Bojongmangu

  6. Kecamatan Tambelang

  7. Kecamatan Muara Gembong

  8. Kecamatan Cikarang Pusat

  Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Tahun 2011

  Minggu terakhir melaksanakan KKL di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Sudah tidak banyak aktivitas yang saya lakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. Secara resmi dengan keluarnya surat telah melakukan KKL saya sudah selesai melaksanakan kegiatan KKL di Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi.

  Dengan melaksanakan berbagai tugas yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten bekasi tersebut saya banyak belajar bagaimana berkerja di instansi pemerintahan. Saya dapat pengalaman yang sangat bagus bagaimana menjadi seorang pelayan masyarakat yang baik dan benar. Saya juga dapat mengenal banyak orang-orang yang sudah berpengalaman di instansi pemerintahan, khususnya di Dinas Pendidikan kabupaten Bekasi.

3.2 Pembahasan KKL

  Sesuai instruksi dari Menteri Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2009

  “Tentang Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C

  ” dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2009

  “Tentang Penyelenggaraan Program Paket C Kejuruan” kebijakan ini dibuat bertujuan untuk mengatasi masalah putus sekolah di Indonesia.

  Program Paket C adalah program pendidikan nonformal yang setara dengan pendidikan formal SMA, yang dibuat sejak tahun 2009 sebagai alternatif program untuk mengatasi masalah putus sekolah yang harus diimplementasikan oleh tiap dinas pendidikan diseluruh daerah indonesia. Program Paket C merupakan program penyempurnaan dari program Ujian Persamaan yang sebelumnya diberlakukan. Dalam Program Paket C, siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) diwajibkan untuk terlebih dahulu mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan (LPPK) sedangkan Ujian Persamaan sebelumnya tidak ada kewajiban untuk mengikuti pendidikan. Atas (SMA) yang dapat dipergunakan untuk melamar kerja, melanjutkan kuliah di PTN atau PTS dalam dan luar negeri, penyesuaian golongan jabatan di TNI, POLRI, PNS dan pegawai swasta.

  Masalah putus sekolah banyak terjadi di Kabupaten Bekasi yang memiliki cakupan wilayah yang luas, dan jumlah pendudukan yang besar. Kondisi ini merupakan potensi dalam pengembangan dan pembangunan Kabupaten Bekasi. Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi sebagai instansi yang diarahkan langsung oleh Kemendikbud harus mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan program paket c ini untuk mengatasi masalah mengenai putus sekolah yang ada di Kabupaten Bekasi. Sebagaimana dengan Visi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi adalah :

  1. mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter, dan berakhlaq Sedangkan Misi nya adalah :

  1. Meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan,

  2. Meningkatkan mutu pendidikan, dan relevansi pendidikan, 3. Serta meningkatkan tata kelola dan pencitraan publik. Program Paket C merupakan salah satu Program Pendidikan Non

  Formal. Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi :

  a. Penguatan satuan-satuan pendidikan non-formal melalui pengembangan standarisasi, akreditasi, dan sertifikasi serta penguatan kemampuan manajerial pengelolanya.

  b. Menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan non-formal.

  c. Penyedian informasi pendidikan yang memadai yang memungkinkan masyarakat untuk memilih pendidikan non-formal sesuai dengan minat, potensi, dan kebutuhan. Dengan Grand Teori yang saya gunakan dari Edward III yang mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

  1. Comunication (Komunikasi)

  3. Disposition (Disposisi)

  4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi) (Edward 1980:147)

  Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor

  mengetahui apa yang harus dilakukan, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.