PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C DI KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C DI KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Putri Syafrida Riyana NIM. 12101241003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C DI KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA” yang disusun oleh Putri Syafrida Riyana, NIM 12101241003 ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 13 April 2016 Dosen Pembimbing,

Dr. Wiwik Wijayanti, M.Pd. NIP. 19710123 199903 2 001


(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 13 April 2016 Yang Menyatakan,

Putri Syafrida Riyana NIM. 12101241003


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C DI KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA” yang disusun oleh Putri Syafrida Riyana, NIM 12101241003 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Mei 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Wiwik Wijayanti, M.Pd. Ketua Penguji ……….. ………… MM. Wahyuningrum, MM. Sekretaris Penguji ……….. …………

Lutfi Wibawa, M.Pd. Penguji Utama ……….. …………

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.


(5)

v MOTTO

Allah mengangkat derajat orang yang beriman di antara kalian, serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat – Q.S. Al-Mujadaah: 11

(Terjemahan)

Tak ada yang bisa memberimu kemerdekaan. Tak ada yang bisa memberimu kesetaraan, keadilan atau apapun. Jika kamu manusia, buatlah – Malcolm X /

el-Hajj Malik el-Shabazz. (Terjemahan)

Entah persamaan, perbedaan, atau bahkan keduanya akan beriring lalu dihargai bila kita selalu memantaskan diri - Penulis


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas limpahan Rahmat dan Karunia Allah Subhanahuwata’alla saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua orangtua saya tercinta yang selalu mendukung dan menjadi motivasi terbesar. Terima kasih atas doa yang selalu mengiringi setiap langkah belajar saya.

2. Almamater saya, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B DAN C DI KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Putri Syafrida Riyana NIM. 12101241003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan program pendidikan kesetaraan paket B dan C di PKBM Rangsang Imo Joyo yang mencakup: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; dan (3) evaluasi yang dilihat dari lima aspek pendidikan yaitu peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, kurikulum, sarana prasarana, dan keuangan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dengan triangulasi sumber dan teknik. Data dianalisis dengan model interaktif Miles dan Huberman.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Perencanaan, meliputi; (a) Penerimaan dan seleksi warga belajar secara terbuka (b) perekrutan tutor secara tertutup dengan syarat kemauan dan kesehatan psikologis; (c) Penggunaan kurikulum KTSP dengan struktur mata pelajaran terpadu pada Paket B dan penjurusan pada Paket C, fleksibelitas pada durasi SKK untuk kedua Paket; (d) perencanaan sarana prasarana menyangkut modul dan gedung tempat pembelajaran di SMK Pembangunan Yogyakarta; (e) sumber dana dari donatur, iuran warga belajar, dan kas lembaga. (2) Pelaksanaan, meliputi; (a) kebutuhan warga belajar terpenuhi, kedisiplinan kurang; (b) enam dari tujuh pengelola memenuhi kualifikasi pendidikan minimal SMA/sederajat dan mengikuti pelatihan dari lembaga PLS terakreditasi minimal B, tugas menumpuk di pihak tertentu saja; (c) tiga belas dari empat belas tutor memenuhi kualifikasi yaitu berpendidikan minimal S1 dan konsentrasi pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, tidak kesemuanya berasal dari keguruan, kehadiran tutor sering tidak tepat waktu dan jadwal pelajaran meleset; (d) pemanfaatan sarana prasarana mayoritas dalam kelas; (e) pembelajaran dilaksanakan tiga kali seminggu, materi tidak selalu pada RPP/silabus; (f) alokasi dana pendidikan pada kebutuhan operasional insentif tutor dan kegiatan pembelajaran sehari-hari. (3) Evaluasi, meliputi: (a) EHB formatif dengan UH dan UTS, EHB sumatif dengan UAS, UKK, dan UNPK; (b) Evaluasi program dilakukan setiap satu semester sekali yaitu rapat dengan pihak Pembina (Kelurahan Patangpuluhan) dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta secara rutin, serta Evaluasi Internal lembaga secara fleksibel.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengelolaan Program Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta” dengan lancar.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, saran, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Makadari itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama penulis menuntut ilmu. 2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY yang telah memberikan

dukungan secara luas baik selama perkuliahan maupun dalam tugas akhir skripsi ini.

3. Dosen pembimbing, Dr. Wiwik Wijayanti, M.Pd. yang telah meluangkan waktu untuk selalu membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY yang telah mendidik dan memberikan ilmu sebagai bekal penulisan skripsi ini. 5. Drs. Supatmo Priyo, selaku Ketua PKBM Rangsang Imo Joyo, pengelola,

pembina, tutor dan warga belajar program pendidikan kesetaraan paket B dan C yang telah memberikan izin penelitian serta mendukung dalam pengumpulan data.

6. Keluargaku tercinta, Bapak Supriyono dan Ibu Siti Nasikah, juga adik-adikku Farida Nisa’in Prihnaharin dan Muhammad Fadllurridlo yang selalu menjadi motivasi utama dan memberi dukungan serta do’a dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Tim PKM MP 2013 dan seluruh teman-teman MP-A 2012 yang selalu berbagi pengalaman, ilmu, dan memberi berbagai macam bentuk dukungan hingga menumbuhkan rasa kebersamaan yang pasti akan terkenang mulai dari awal hingga akhir.


(9)

ix

8. Teman-teman Kos B20 yang tak lelah mengurus, membantu dalam segala hal, menghibur, dan mendukungku di setiap hari selama hampir empat tahun ini.

9. Anggota KKN 2134 tahun 2015 yang berhasil menjadi salah satu sisi kenangan tak terlupakan dari Yogyakarta.

10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Yogyakarta, 22 April 2016 Penulis


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Masalah ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritis ... 12

1. Konsep Dasar Manajemen dan Manajemen Pendidikan ... 12

2. Pendidikan Nonformal ... 20

3. Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 50

C. Pertanyaan Penelitian ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 60


(11)

xi

C. Subyek Penelitian ... 61

D. Teknik Pengumpulan Data ... 61

E. Instrumen Penelitian... 64

F. Teknik Analisis Data ... 65

G. Pengujian Keabsahan Data ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lembaga Penyelenggara... 69

1. Profil PKBM ... 69

2. Struktur Pengelola ... 70

3. Tujuan Umum Program... 70

4. Bentuk Organisasi ... 71

5. Mitra Kerja ... 72

B. Hasil Penelitian ... 73

1. Perencanaan Program Pendidikan Kesetaraan ... 73

a. Bentuk Penerimaan dan Seleksi Warga Belajar ... 73

b. Bentuk Perekrutan dan Seleksi Calon Tutor dan Nara Sumber Teknis ... 77

c. Penetapan Kurikulum ... 82

d. Proses Penetapan Tempat Pembelajaran dan Pelatihan ... 85

e. Sumber Dana Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C ... 87

2. Pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan ... 89

a. Pemenuhan Tugas dan Kebutuhan Warga Belajar ... 89

b. Kualifikasi serta Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Pengelola ... 96

c. Kualifikasi serta Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Tutor ... 101

d. Pelaksanaan Pembelajaran Akademik ... 106

e. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana ... 110

f. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan ... 114

3. Evaluasi Pendidikan Kesetaraan ... 118


(12)

xii

b. Evaluasi Penyelenggaraan Program ... 121

C. Pembahasan ... 124

1. Perencanaan Program Pendidikan Kesetaraan ... 124

a. Bentuk Penerimaan dan Seleksi Warga Belajar ... 124

b. Bentuk Perekrutan dan Seleksi Calon Tutor ... 127

c. Penetapan Kurikulum ... 132

d. Proses Penetapan Tempat Pembelajaran dan Pelatihan ... 134

e. Sumber Dana Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C ... 136

2. Pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan ... 138

a. Pemenuhan Tugas dan Kebutuhan Warga Belajar ... 138

b. Kualifikasi serta Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Pengelola ... 142

c. Kualifikasi serta Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Tutor ... 146

d. Pelaksanaan Pembelajaran Akademik dan Pemanfaatan Sarana Prasarana ... 149

e. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan ... 155

3. Evaluasi Pendidikan Kesetaraan ... 158

a. Evaluasi Hasil Belajar ... 158

b. Evaluasi Penyelenggaraan Program ... 160

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 163

B. Saran ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 166


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Jumlah Murid Putus Sekolah menurut Jenjang Sekolah dan

Kab/Kota di DIY per tahun 2012 ... 5

Tabel 2. Struktur Kurikulum Paket B ... 45

Tabel 3. Struktur Kurikulum Paket C (Program IPA) ... 46

Tabel 4. Struktur Kurikulum Paket C (Program IPS) ... 47

Tabel 5. Daftar Pengelola PKBM Rangsang Imo Joyo... 96

Tabel 6. Daftar Tutor PKBM Rangsang Imo Joyo ... 102

Tabel 7. Jadwal Pembelajaran Paket B ... 106


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Components of Data Analysis Interactive Model Miles and


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Penelitian ... 170

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 174

Lampiran 3. Catatan Wawancara ... 186

Lampiran 4. Hasil Observasi ... 217

Lampiran 5. Studi Dokumen ... 221

Lampiran 6. Dokumentasi Foto... 224

Lampiran 7. Hasil Dokumentasi ... 227


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan bermasyarakat saat ini memiliki jaringan yang lebih luas dengan ditetapkannya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada 31 Desember 2015. Keadaan ini terkesan fokus pada aspek ekonomi namun jika ditelaah secara mendalam, aspek ekonomi bisa dipengaruhi dan mempengaruhi aspek lain seperti sosial, budaya, pendidikan, ketahanan, dan sebagainya. Pelaku MEA sudah tentu menjadi sosok pokok yang dapat menentukan pencapaian negara Indonesia di ajang MEA tersebut. Pembahasan tentang pelaku MEA berarti masuk dalam ranah Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu aspek penting yang menciptakan sumber daya manusia adalah pendidikan. Manusia merupakan input dan output dari proses pendidikan, sementara sosial, budaya, geografis, lingkungan, keamanan, dan lainnya adalah aspek yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam pelaksaaan pendidikan.

Pendidikan dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kualitas manusia serta harkat dan martabat yang ingin diraihnya. Pembentukan manusia yang berkualitas harus disesuaikan dengan identitas bangsa agar mempunyai kapabilitas dan kemandirian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia sangat beragam. Letak geografis bangsa dengan aneka ragam budaya, adat istiadat, dan bahasa menuntut adanya isi dan pola pelaksanaan pendidikan yang berbeda-beda. Keragaman kebutuhan manusia menurut lingkungan dan pekerjaannya menuntut pula isi dan pola layanan pendidikan yang berbeda.


(17)

2

Kewajiban negara yang utama dibidang pendidikan terdapat dalam pembukaan konstitusi negara Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih lanjut, dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dijelaskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam hal ini masyarakat sangat membutuhkan pengelolaan pendidikan dengan dukungan ilmu manajemen pendidikan. Ilmu manajemen pendidikan merupakan kajian terhadap pendayagunaan berbagai potensi sebagai upaya dalam pengembangan potensi manusia untuk tumbuh secara optimal melalui proses belajar, dengan memanfaatkan kurikulum, dan mempergunakan metodologi dan media pendidikan yang selalu berkembang dan dikembangkan. Kajian ini tentunya saling bersinergi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah disebutkan di atas.

Manajemen pendidikan sama halnya dengan pengelolaan pendidikan. Hal ini penting dikemukakan agar tidak terkesan bahwa manajemen pendidikan harus dalam makna manajemen-administratif (urutan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menata staf, mengomando, mengkoordinasikan, dan mengontrol), karena dalam banyak hal tidak semuanya cocok digunakan (Tim Dosen AP, 2010: 11).

Dengan dicanangkannya wajib belajar 12 tahun oleh pemerintah maka segala segi pendidikan wajib mengembangkan diri untuk memperbesar kesempatan belajar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa “jalur pendidikan


(18)

3

terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Fokus penelitian ini ada pada pendidikan nonformal yang mana pendidikan nonformal juga ikut serta membantu masyarakat luas dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan dengan prinsipnya yaitu pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan dalam UU 20 Tahun 2003 maka “pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan”. Pendidikan nonformal menerima peserta didik (warga belajar) yang belum pernah sekolah, putus sekolah, maupun memiliki keterbatasan di beberapa bidang yang membuatnya kekurangan kesempatan menempuh pendidikan formal.

Permendikbud No.81 Tahun 2013 tentang Satuan Pendidikan Nonformal, BAB II Pasal 3 mengatakan bahwa satuan Pendidikan Nonformal (PNF) terdiri atas : (1) Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), (2) Kelompok Belajar (KB), (3) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), (4) Majelis Taklim, dan satuan PNF sejenis. Pasal ini mengisyaratkan bahwa sebagai PLS, PKBM merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang dapat menyelenggarakan satuan-satuan pendidikan luar sekolah. Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan pada pasal 4 bahwa PKBM dapat menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan keterampilan kerja,


(19)

4

pengembangan budaya baca, dan pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat. Menurut Ishak dan Ugi (2012: 57) Program Kelompok Belajar pada pendidikan nonformal dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu:

Kelompok Belajar Fungsional (termasuk dalam kelompok ini adalah: Keaksaraan Fungsional, Kelompok Belajar Usaha (KBU), Kelompok Pemuda Produktif pedesaan (KPPP), Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat (KPSM), dan Kelompok Pemuda Produkdif Mandiri (KPPM). Kelompok Belajar Kesetaraan (Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kelompok Belajar Paket C setara SMU).

Program yang diangkat dalam penelitian ini adalah program kesetaraan kejar paket. Program kesetaraan merupakan program pendidikan nasional yang bermaksud memeratakan kesempatan belajar bagi pihak yang belum memperoleh pendidikan seperti pada umumnya. Menurut Ida Kintamani (2012: 4) pendidikan kesetaraan merupakan bagian dari pendidikan nonformal yang memberikan layanan pendidikan Program Paket A setara SD, Program Paket B setara SMP dan Program Paket C setara SMA, dengan memberikan penekanan pada peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengembangan sikap kepribadian kepada peserta didik. Selain itu Ida Kintamani (2012: 4) juga menjelaskan:

Peserta didik pendidikan kesetaraan adalah anak usia sekolah dan dewasa yang belum mampu menyelesaikan SD, SMP, dan SMA. Dilihat dari sisi peserta didik kesetaraan mempunyai dimensi yang luas, yaitu warga negara yang belum menyelesaikan pendidikan karena keterbatasan yang dimiliki baik dibidang ekonomi, sosial, budaya atau karena kondisi geografis maka mereka berhak untuk mendapatkan pendidikan. Untuk itu, pendidikan kesetaraan yang dapat dikatakan sebagai pendidikan alternatif mempunyai peranan yang strategis untuk mengatasi masalah pendidikan masyarakat yang belum beruntung karena kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakmampuan lainnya.


(20)

5

Sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional lulusan pendidikan kesetaraan mempunyai hak eligibilitas untuk meneruskan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal, serta memiliki pengakuan yang sama ketika mereka memasuki dunia kerja (Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2010).

Badan Pusat Statistik DIY tahun 2013 menunjukaan bahwa data pada tahun 2012 jumlah murid putus sekolah tercatat 1.160 anak atau mengalami peningkatan 0,96 persen dibandingkan tahun 2011, yang berjumlah mencapai 1.149 anak. Hal tersebut dijelaskan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jumlah Murid Putus Sekolah

menurut Jenjang Sekolah dan Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta per tahun 2012

Tingkatan Sekolah

Kabupaten / Kota

DIY Kulon

progo Bantul

Gunung

kidul Sleman

Yogya karta Dikbud

1. SD 27 58 54 33 15 187

2. SMP 34 26 76 30 10 176

3. SMA 18 39 50 9 8 124

4. SMK 40 179 138 69 140 566

Non-Dikbud

1. SD-MI 8 4 12 3 0 27

2. SLTP-MTs 4 12 24 14 1 55

3. SLTA-MA 0 14 0 6 5 25

Jumlah 131 332 354 164 179 1160

Sumber : Katalog BPS Provinsi DIY 2013

Suatu paparan menarik bahwa Kota Yogyakarta yang terkenal sebagai pusat Provinsi DIY sekaligus julukan kota pelajar menjadi urutan ketiga dalam angka putus sekolah se-DIY. Penelitian ini mengambil lokasi di PKBM Rangsang Imojoyo, Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena berada di tengah kota Yogyakarta dengan daerah maju dan padat penduduk. Sebelumnya, selain


(21)

6

Rangsang Imojoyo, ada satu lagi PKBM yang berlokasi di Kecamatan Wirobrajan, namun karena suatu hal PKBM tersebut ditutup sehingga PKBM ini merupakan satu-satunya PKBM yang ada di Kecamatan Wirobrajan sekaligus satu-satunya pihak yang mengelola atau menyelenggarakan program kesetaraan di Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta.

Program yang sedang berjalan di PKBM Rangsang Imojoyo saat ini hanyalah Program Kesetaraan Paket B dan C, sedangkan program lain yang disiapkan yaitu Taman Bacaan Masyarakat (TBM) serta Kelompok Belajar Usaha (KBU). Penanggungjawab untuk masing-masing program yang disiapkan sudah ada dan kini sedang proses pembentukan kegiatan program tersebut.

Penelitian ini menitikberatkan pada pengelolaan terhadap program kesetaraan saja sebab hal tersebut memiliki banyak aspek yang mempengaruhi pengelolaan PKBM secara umum. Program Kesetaraan yang diteliti adalah kejar paket B dan C. Paket A tidak masuk dalam penelitian sebab hanya sekali meluluskan warga belajar yakni pada tahun 2006 dan kini sudah dihentikan. Mulai berdiri pada tahun 2006 hingga sekarang PKBM Rangsang Imojoyo pernah satu kali vakum yakni di tahun 2012. Salah satu alasan vakumnya PKBM ini adalah karena kurangya warga belajar pada program kesetaraan. Kekurangan ini terletak pada tahap perencanaan yaitu salah satunya penerimaan warga belajar sehingga jumlah yang mendaftar menjadi sedikit, bisa jadi dikarenakan kurang sosialisasi ataupun kurangnya pendekatan pengelola kepada masyarakat. Dalam perencanaan, sumber daya


(22)

7

manusia yang dibahas lainnya adalah tutor atau pengajar pendidikan kesetaraan yang mana dalam lembaga ini tutor diambil dari guru maupun mahasiswa. Selain membahas sumber daya manusia, sarana prasarana lembaga juga mengalami hambatan salah satunya adalah belum adanya gedung pembelajaran milik lembaga.

Dalam pelaksanaannya, setiap program kesetaraan berlangsung tiga tahun dengan intensitas tatap muka tiga kali seminggu yakni hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Selama pembelajaran, tutor dan warga belajar terkadang tidak hadir atau terlambat dan hal tersebut mempengaruhi sistem pembelajaran di hari itu. Selain itu, ada perbedaan kondisi sebelum dan setelah vakumnya PKBM Rangsang Imojoyo misalnya di bagian keuangan. PKBM ini memang mendapat Ijin Operasional dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta namun bantuan dana untuk program kesetaraan dari Dinas berhenti setelah PKBM ini mengalami kevakuman. Kekurangan jumlah warga belajar pada program kesetaraan mengakibatkan terhentinya dana bantuan dari Dinas setempat. Saat ini biaya diperoleh dari iuran warga belajar program kesetaraan paket B dan C itu sendiri secara bulanan. Walau demikian, Ketua PKBM mengaku biaya operasional dan lain halnya tidak dapat terpenuhi hanya dari iuran warga belajar tersebut.

Hasil observasi awal di atas dikuatkan oleh penuturan Ketua PKBM melalui wawancara informal yang dilakukan peneliti. Saat ini, jumlah pengelola PKBM seluruhnya adalah tiga belas orang dan pengelola inti pendidikan kesetaraan ada tujuh orang, namun pembagian tugasnya belum


(23)

8

terlalu jelas dan sering terjadi penumpukan di beberapa pihak saja. Kurang optimalnya pembagian kerja oleh pengelola cukup mempengaruhi hasil pengelolaan program kesetaraan yang ada.

Di tahap evaluasi ada beberapa masalah yang menyangkut tidak konsistennya pemberian evaluasi hasil belajar harian atau tengah semester oleh tutor kepada warga belajar sebab hal tersebut sepenuhnya merupakan tanggungjawab lembaga. Selain itu ada pula masalah internal yang mana evaluasi penyelenggaraan program di PKBM Rangsang Imo Joyo tidak berjalan tertib yang diiringi pula oleh kurang intensnya pembinaan dari pihak Kelurahan Patangpuluhan. Walau demikian, sebelum vakum PKBM Rangsang Imojoyo telah meluluskan dua generasi pada program kesetaraan. Lulusan pertama yakni periode 2006-2009, lulusan kedua yakni periode 2009-2011. Setelah vakum pada 2012, ditahun 2013 PKBM Rangsang Imojoyo mulai aktif kembali. Angkatan 2013 hingga 2015 kini mengalami penyusutan warga belajar namun pembelajaran program kesetaraan di PKBM tetap berjalan.

Maka dari itu, penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana bentuk dan pola pengelolaan program pendidikan kesetaraan jika ditinjau dari teori pengelolaan, peraturan pemerintah dan kebijakan penyelenggara program tersebut melalui tiga tahap pengelolaan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.


(24)

9 B. Identifikasi Masalah

1. Pada tahap perencanaan, sistem penerimaan lembaga menghasilkan warga belajar program kesetaraan yang sedikit dan lembaga belum memiliki gedung pribadi untuk kegiatan pembelajaran.

2. Pada tahap pelaksanaan, pembagian kerja oleh pengelola tidak merata serta kehadiran tutor dan warga belajar kurang tertib sehingga mempengaruhi sistem pembelajaran dan hambatan keuangan dialami lembaga dengan dihentikanya BOK dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta karena jumlah warga belajar tidak memenuhi standar minimal.

3. Evaluasi belajar diserahkan pada lembaga namun belum konsisten dilaksanakan dan evaluasi penyelenggaraan program oleh pembina dan internal lembaga tidak berjalan tertib dan intens.

C. Batasan Masalah

Pengelolaan program ini akan dilihat melalui 3 tahap manajemen yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi. Komponen yang diteliti melalui komponen tersebut adalah Pengelolaan Peserta didik (Warga Belajar), Kurikulum, Personalia (Pendidik dan Tenaga Kependidikan), Sarana Prasarana, dan Keuangan. Data yang diambil berkaitan dengan program kesetaraan paket B dan C di PKBM Rangsang Imojoyo, Wirobrajan Yogyakarta.


(25)

10 D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan program kesetaraan paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan program kesetaraan paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta?

3. Bagaimana evaluasi program kesetaraan paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta?

E. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan perencanaan program kesetaraan paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta

2. Mendeskripsikan pelaksanaan program kesetaraan paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta

3. Mendeskripsikan evaluasi program kesetaraan paket B dan C di Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam rangka mendukung kajian tentang “Pengelolaan Program Pendidikan Kesetaraan”.

b. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas pengetahuan di bidang pendidikan yang terkait dengan pengelolaan pendidikan nonformal khususnya program kesetaraan di lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Wawasan pengetahuan


(26)

11

ini juga dapat menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa di lingkungan pendidikan, khususnya bidang Manajemen Pendidikan. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan peneiti-peneliti selanjutnya yang mempunyai obyek penelitian yang sama.

2. Secara Praktis

Memberi informasi mengenai bentuk pengelolaan beserta program kesetaraan yang ada di PKBM Rangsang Imojoyo sehingga pengelola bisa melihat secara nyata capaian kinerja pengelola selama ini terhadap peraturan maupun outcome yang dihasilkan. Jika bentuk pengelolaan sudah diketahui, maka dapat meminimalisir masalah yang bisa timbul di pengelolaan lembaga. Hal ini bermanfaat secara sempit dan luas.


(27)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A.Kajian Teoritis

1. Konsep Dasar Manajemen dan Manajemen Pendidikan a. Pengertian Manajemen

Istilah management dalam bahasa Inggris (yang diserap dalam bahasa Indonesia) mengandung dua substansi menurut Tim Dosen AP UNY (2010:7) yaitu “manajemen sebagai proses atau kegiatan memanajemeni dan sebagai orang yang melakukan kegiatan manajemen tersebut (manager).”

Manajemen bukan sekedar proses melakukan sesuatu, melainkan sebagai seni. Mary Parker Follet (dalam Sule dan Saefullah, 2010:5) menegaskan bahwa “manajemen is the art of getting things done through people.” Artinya, manajemen adalah seni menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Manajemen sebagai seni sangat tergantung pada subyek yang melaksanakannya.

Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Nickels dkk. (dalam Sule dan Saefullah, 2010:6). Mereka menyebutkan pengertian manajemen sebagai “the process used to accomplish organizational goals through planning, organizing, directing, and controlling people and other organizational goals”. Bermacam definisi dari kata manajemen, namun menurut perkembangan sekarang ini, “Manajemen bukan sekedar menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu, melainkan


(28)

13

menyelenggarakan atau melaksanakannya dengan lebih baik, yaitu dengan ditata dan diatur”, (Tim Dosen AP UNY, 2010:8).

Didin dan Imam (2013: 36) menyebutkan fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli, antara lain: 1) Henry Fayol (Perencanaan, Pengorganisasian, Pemberian Perintah, Pengooordinasian, Pengendalian), 2) G.R Terry (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengendalian), 3) James Stoner (Perencanaan, Pengorganisasian, Memimpin, Pengendalian), dan 4) Louis A. Allen (Perencanaan, Penyusunan Kerja, Memimpin, Pengendalian).

Selanjutnya Didin dan Imam menjelaskan bahwa persamaan dari beberapa pendapat tersebut adalah Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengendalian. Sedangkan perbedaannya ada pada makna pelaksanaan (actuating) yang disebutkan melalui kata pemberian perintah, pelaksanaan, dan memimpin.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan fungsi manajemen kedalam 3 tahap sebagai pola penelitian sekaligus bahan pembahasan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.

b. Pengertian Manajemen Pendidikan

Dalam konteks lingkungan pendidikan, Manajemen adalah perencanaan program sekolah, pelaksanaan program sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, pengawas/evaluasi, dan sistem


(29)

14

informasi sekolah (Usman, 2011: 5). Lebih lanjut Usman (2011: 12) mengemukakan definisi manajemen pendidikan sebagai berikut:

Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasar pada fungsi manajemen dalam Didin dan Imam di atas, ada tiga fungsi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu perencaaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang menyangkut tentang pendidikan nonformal khususnya pada pendidikan kesetaraan yang dilihat dari lima bidang manajemen berdasar pembatasan penelitian ini yaitu warga belajar, tenaga pendidik dan kependidikan (tutor dan pengelola), kurikulum, sarana prasarana, dan keuangan.

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap paling awal dalam fungsi-fungsi manajemen.

Perencanaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan pemikiran yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang hrus dilakukan, langkah-langkah, metode, dan pelaksana yang dibutuhkan untuk menyelengarakan kegiatan pencapaia tujuan yang dirumuskan secara rasional dan logis serta berorientasi ke masa depan (Burhanuddin dalam Didin dan Imam, 2013: 126).

Perencanaan mencakup perumusan tujuan dan langkah strategis di masa depan demi mencapai tujuan. Perencanaan merupakan langkah awal yang juga menentukan hasil di masa


(30)

15

depan karena dari tahap ini akan diketahui sasaran-sasaran program dengan pemilihan prioritas dan beberapa hal yang bisa dikesampingkan. Dengan begitu perencanaan bisa membantu pelaksanaan secara baik, namun tetap harus didukung dengan segala sumber daya yang memadai dan saling bersinergi.

Menurut Sri Minarti (2011: 162), fungsi perencanaan bagi warga belajar adalah penerimaan siswa baru menyangkut waktu, persyaratan, dan proses penerimaan. Pada hakikatnya, penerimaan siswa baru bukan sekedar menerima siswa melainkan juga menyeleksi sesuai persyaratan yang ditetapkan.

Sri Minarti (2011: 134) juga menjelaskan perencanaan tenaga kependidikan meliputi kepastian jumlah dan kualitas pegawai, pengadaan pegawai, dan sistem penyusunan formasi melalui beberapa cara seperti persiapan, pemberian tes, wawancara, evaluasi medis, dan keputusan.

Perencanaan kurikulum menurut Sri Minarti (2011: 96) menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Guru sebagai manajer hendaknya mampu mengelola kelas. Pada tahap ini perlu dijabarkan melalui Rencana Pembelajaran (a) menjabarkan silabus, (b) menghitung hari kerja efektif dan jam pelajaran, (c) menyusun program kerja tahunan, dan (d) menyusun program semester.


(31)

16

Sri Minarti (2011: 253) menjelaskan bahwa dalam perencanaan sarana prasarana harus memperhatikan syarat antara lain: (a) pengadaan harus integral dengan peningkatan kualiatas, (b) perencanaan harus jelas, (c) berdasar kesepakatan bersama, (d) mengikuti pedoman, (e) sesuai plafon anggaran dan prosedur yang berlaku.

Perencanaan pembiayaan menurut (Sri Minarti, 2011: 229) mencakup dua kegiatan yaitu: (a) Penyusunan anggaran biaya dalam hal ini adalah sumber pendanaan dan pengeluaran, (b) Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS).

Berdasar pada uaraian di atas, dalam tahap perencanaan dibahas :

a) Penerimaan dan seleksi warga belajar baru b) Perekrutan dan seleksi tenaga kependidikan c) Penetapan Kurikulum

d) Penyusunan sarana prasarana

e) Sumber dana pendidikan kesetaraan. 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen dengan maksud memastikan kinerja sumber daya harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun, kecuali memang ada hal-hal khusus, sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian bukan berarti merubah tujuan hanya merubah pola dalam pencapaian tujuan


(32)

17

tersebut. Setiap sumber daya khususnya sumber daya manusia harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing.

Keterangan tersebut senada dengan pendapat Didin dan Imam (2013: 131) yang menyatakan bahwa pelaksanaan (actutating) adalah upaya untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja serta mendayagunakan fasilitas yang ada untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama.

Dalam tahap pelaksanaan, warga belajar masuk dalam proses pembelajaran. Sri Minarti (2011: 170) menjelaskan bahwa pengelolaan proses pembelajaran merupakan pemberdayaan peserta didik yang dilakukan melalui interaksi perilaku guru dan peserat didik baik di ruang maupun di luar kelas. Sri Minarti (2011: 193) menambahkan bahwa menegakkan kedisiplinan bagi peserta didik tidak bertujuan mengurangi kebebasan namun sebaliknya yaitu untuk memberi kemerdekaan lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.

Pelaksanaan tugas pengelola dan tutor dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari sesuai peraturan yang disepakati. Sri Minarti (2011: 140) menjelaskan bahwa ketika tenaga kependidikan sudah bekerja dan mampu mengisi kekosongan jabatan yang ada, kepala wajib menjaga atau memelihara tenaga kependidikan itu untuk tetap profesional dan memiliki kinerja yang tinggi.


(33)

18

Pelaksanaan kurikulum telah dipaparkan Sri Minarti (2011: 97) dengan mengatakan bahwa pelaksanaan kurikulum adalah proses yang memberikan kepastian bahwa pembelajaran telah memiliki SDM dan sarana prasarana yang diperlukan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Pemanfaatan sarana prasarana harusnya menyangkut pemeliharaan dan penataan, menurut Sri Minarti (2011: 268) tujuan dari pemeliharaan sarana prasarana ini adalah: (a) mengoptimalkan usia pakai, (b) menjamin kesiapan operasional, (c) menjamin ketersediaan, dan (d) menjamin keselamatan pemakai.

Pelaksanaan pembiayaan menurut Sri Minarti (2011: 239) secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua kegiatan yaitu: (a) penerimaan pembiayaan pendidikan dari sumber-sumber dana yang menyangkut anggaran rutin, anggaran pembangunan, anggaran penunjang, dana masyarakat, donatur, dan lainnya; (b) pengeluaran yaitu penggunaan dana dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien.

Berdasar pada uaraian di atas, dalam tahap pelaksanaan dibahas :

a) Pelaksanaan tugas dan pemenuhan kebutuhan warga belajar b) Pelaksanaan tugas pengelola


(34)

19

d) Pemanfaatan sarana prasarana e) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan 3) Evaluasi

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa di dalam tahapan pengawasan dilakukan evaluasi untuk memperoleh umpan balik sebagai dasar perencanaan selanjutnya, atau untuk perencanaan kembali. Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri sendiri, ada pemantauan dan pelaporan.

Evaluasi sangat bermanfaat agar organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali. Menurut Sudjana (2004: 248) evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai serta dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Sementara Imam dan Didin (2013: 370) menyatakan evaluasi dalam konteks pembelajaran menjadi umpan balik bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.

Farida Yusuf dalam Imam dan Didin (2013: 387) menyampaikan dua model evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Model evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi dan membantu memperbaiki program yang sedang dilaksanakan,, sedangkan model evaluasi sumatif dilakukan di akhir program


(35)

20

untuk menilai apakah program diteruskan, direvisi, atau dihentikan.

Dalam penelitian ini akan ditemukan: a) evaluasi hasil belajar dan, b) evaluasi program sehingga pendidikan kesetaraan tetap berjalan walaupun dengan berbagai masalah yang ada selama proses pengelolaan program.

2. Pendidikan Nonformal

a. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal merupakan jenis pendidikan yang bukan di sekolah formal dan bukan pendidikan keluarga. Pendidikan ini disebut juga Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan luar sekolah lebih menitikberatkan pendidikan oleh, dari, dan untuk masyarakat. Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan sekolah. Namun kedua pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi. Dengan meninjau sejarah dan banyaknya aktivitas, pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang dijelaskan Ishak Abdulhak (2012: 25) sebagai berikut:

1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan.

2) Pendidikan non formal menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan belajarnya.

4) Waktu penyelenggaraannya relative singkat, dan pada umumnya tidak berkesinambungan.


(36)

21

5) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta didik.

6) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada belajar mandiri.

7) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak bersifat informal dan akrab, peserta didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan sebagai instruktur.

8) Penggunaan sumber lokal. Mengingat sumber-sumber untuk pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber lokal digunakan seoptimal mungkin.

Pendidikan nonformal merupakan kebutuhan bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi warga masyarakat dengan dana dan daya mandiri. Dengan demikian, “Khalayak sasaran pendidikan non formal adalah semua orang yang membutuhkan layanan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan dalam upaya menggapai derajat, martabat, dan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih bermakna.”, (Ishak Abdulhak, 2012: 45).

Pendidikan nonformal berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor : 20 tahun 2003 disebutkan secara jelas “Diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”. Penambah sekolah formal maksudnya adalah memberi kesempatan bagi peserta didik atau masyarakat untuk memperdalam pengetahuan yang didapat di sekolah. Pelengkap sekolah formal maksudnya adalah memberi pengetahuan maupun


(37)

22

keterampilan baru yang belum didapat di sekolah. Sedangkan manfaat sebagai pengganti sekolah formal maksudnya adalah memberi peluang bagi anak-anak atau masyarakat umum yang belum memperoleh kesempatan menuntut ilmu di sekolah formal. Selain mendukung program pendidikan sepanjang hayat, pendidikan nonformal sangat bermanfaat bagi masyarakat awam karena salah satu prinsipnya yaitu mengutamakan pembelajaran partispatif. Menurut Sujarwo (2013: 27) pembelajaan partisipatif melibatkan warga belajar dalam proses membuat rencana, kegiatan proses belajar-mengajar (PBM) , dan evaluasinya. Pembelajaran partisipatif menggunakan metode pembelajaran orang dewasa, maka pengertian orang dewasa menurut Suprijanto (2007: 14) adalah:

Pendidikan bagi orang dewasa yang menggunakan sebagian waktunya dan tanpa dipaksa ingin meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mangubah sikapnya dalam rangka pengembangan dirinya sebagai individu dan meningkatkan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya secara seimbang dan utuh.

Kedua hal tersebut tercantum dalam pengembangan pembelajaran pendidikan noformal yang mana memiliki sasaran sangat bervariatif dan umum.

b. Manajemen Pendidikan Nonformal

Fungsi manajemen itu bewujud kegiatan berurutan dan berhubungan sehingga satu kegiatan menjadi syarat bagi kegiatan lainnya. Adapun fungsi manajemen pendidikan dari segi nonformal dapat dilihat dari hal dibawah ini:


(38)

23 1) Perencanaan

Langkah-langkah perencanaan program nonformal dilakukan kegiatan: Pertama, penelaahan kebijakan; Kedua, penelaahan terhadap kebutuhan belajar masyarakat (Sudjana, 2004: 102). Pada langkah penyusunan program dilakukan identifikasi potensi dan seleksi sasaran program, pengolahan data, menyusun proposal, memotivasi calon warga belajar, melaksanakan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi (Sudjana, 2004: 103).

Berdasar pada uraian di atas, perencanaan penddikan nonformal menyangkut:

a) Identifikasi sasaran b) Persiapan administrasi c) Penyusunan proposal d) Persiapan pembelajaran 2) Penggerakan

Tahapan penggerakan dalam penyelenggaraan program di lapangan menurut Sudjana (2004: 203) adalah melakukan konsultasi kepada pemuka masyarakat, berkomunikasi dengan sasaran, menjelaskan manfaat program, dan mencatat sasaran dan kegiatan.

Konsultasi ini dapat diperoleh masukan antara lain tentang kondisi masyarakat, saran-saran untuk pelaksanaan program.


(39)

24

Komunikasi dengan sasaran menggunakan materi, metode dan teknik, serta waktu dan tempat pelaksanaan program. Pelaksanaan program harus dapat menarik perhatian warga belajar sehingga bisa membangkitkan motivasi sehingga dapat memecahkan masalah yang telah terkonsep.

Sasaran kegiatan dicatat dalam daftar yang telah disiapkan berikut kejadian yang diaggap penting.

Berdasar uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggerakan nonformal terdiri dari:

a) Konsultasi dengan pembina

b) Komunikasi yang baik untuk semua pihak c) Pemanfaatan materi dan metode pembelajaran d) Sinkronisasi waktu dan tempat kegiatan

e) Strategi pembelajaran yang berpusat pada warga belajar.

3) Evaluasi

Kategori pendekatan evaluasi dibagi menjadi penilaian untuk pengambilan keputusan, bagian program, jenis data dan kegiatan program, proses evaluasi, pencapaian tujuan, dan evaluasi hasil serta pengaruh (Sudjana, 2004: 303).

Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini ada dalam bagian-bagian di atas, yakni evaluasi program dan evaluasi hasil kegiatan yang difokuskan pada pembelajaran.


(40)

25 3. Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket

a. Konsep Dasar dan Pengelolaan Pendidikan Kesetaraan

Kedudukan pendidikan kesetaraan telah tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (6) bahwa hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Program Pendidikan Kesetaraan meliputi program Kelompok belajar paket A setara SD, Kelompok Belajar paket B setara SMP dan Kelompok Belajar paket C setara SMA. Program Kesetaraan berperan sebagai pengganti pendidikan di jalur formal. Pendidikan non formal yang difokuskan dalam penelitian ini adalah program pendidikan kesetaraan paket B dan C.

Draft Standar Nasional Pendidikan Nonformal Pasal 27 ayat 1 dan 5 menyatakan bahwa Pengelolaan Program Kesetaraan dilakukan oleh satuan program pendidikan kesetaraan yang terdiri dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Kelompok Belajar (KB), dan satuan pendidikan sejenis. Setiap satuan program pendidikan kesetaraan harus memiliki pedoman yang mengatur kurikulum, kalender pendidikan/akademik, struktur organisasi, pembagian tugas di antara pendidik, pembagian tugas di antara tenaga kependidikan, peraturan akademik, tata tertib, kode etik, dan biaya operasional.

Beberapa hal tersebut sudah seharusnya dimiliki program kesetaraan agar pengelolaan berjalan secara terarah. Kurikulum memastikan pembelajaran berjalan secara teratur, kalender pendidikan dapat menjadi pedoman pengelola maupun pendidik untuk


(41)

26

menyiapkan dan melaksanakan tugas masing-masing, struktur pendidikan menggambarkan sistem birokrasi yang menyangkut segala hal dalam program kesetaraan, pembagian tugas diantara pendidik dan tenaga kependidikan dimaksudkan pula untuk membagi pekerjaan sesuai porsi masing-masing dengan melihat jobdesk yang diampu dengan target penyelesaian yang sudah ditentukan, peraturan akademik/tata tertib/kode etik secara tidak langsung memberi stimulus kepada semua pihak untuk bersikap sebagaimana aturan telah ditetapkan demi tertibnya pelaksanaan kesetaraan, dan aspek terakhir adalah biaya operasional yang mana menjadi hal pokok pada setiap pengelolaan program karena biaya menjadi tonggak berjalannya sumber daya yang lain.

Sebagai sebuah pendidikan alternatif, pendidikan kesetaraan mempunyai sasaran peserta didik yang spesifik, yaitu anak usia sekolah maupun dewasa yang belum menyelesaikan pendidikan formal karena adanya lima hambatan, yaitu ekonomi, waktu, geografis, keyakinan, dan sosial/hukum (Ida Kintamani, 2012: 4). Hal ini menggambarkan bahwa program kesetaraan membantu menyelesaikan permasalahan pendidikan dengan maksud ikut menuntaskan pendidikan bagi masyarakat. Masalah ekonomi, geografis, sosial, dan lain sebagainya memang hambatan pendidikan, tetapi bukan berarti pendidikan berjuag sendiri untuk menghadapinya.


(42)

27

Aspek selain pendidikan juga harus mengemban tanggungjawab untuk menekan permasalahan yang dihadapi masyarakat umum.

Lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan salah satunya adalah PKBM. Mustofa Kamil (2011: 128) menerangkan beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam pengelolaan program PKBM sebagai strategi pembelajaran dan sekaligus sebagai wadah proses pembelajaran yaitu:

1) Partisipasi warga belajar dalam pengelolaan pembelajaran, 2) Pemberian taggungjawab kepada warga belajar dalam

mengelola kegiatan pembelajaran itu sendiri.

Pengelolaan program kesetaraan tidak akan berjalan tanpa pengelola yang menggerakkannya. Aturan pengelola bagi program kesetaraan adalah sebagai berikut :

Draf SNPPNF Th. 2013 Pasal 23 ayat (3) menyebutkan bahwa tenaga kependidikan (pengelola) yang harus ada untuk menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan paling kurang: 1 (satu) orang dan tenaga administrasi 1 (satu) orang yang bertanggungjawab pada pengelolaan keuangan, sarana prasarana, serta administrasi pembelajaran.

Draft Standar Nasional Pendidikan Nonformal Pasal 27 ayat 5 menyebutkan, Pengelola adalah warga masyarakat yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan dan bertugas mengelola kegiatan program pendidikan kesetaraan. Tenaga administrasi adalah warga masyarakat yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan dan bertugas menyelenggarakan administrasi pada program pendidikan kesetaraan.

Kualifikasi akademik bagi Pengelola program kesetaraan adalah Lulusan MA/SMK/MA/Paket C dan telah memperoleh sertifikat


(43)

28

pelatihan sebagai pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C yang dilakukan oleh Jurusan PLS terakreditasi minimal B, atau PPPNFI atau BPPNFI, (Permendiknas No. 44 Tahun 2009). Aturan tersebut menyangkut pula dengan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh pengelola program kesetaraan. Adapun kompetensi yang harus dimiliki pengelola program kesetaraan ada tiga yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial.

1) Kompetensi kepribadian

a) Melaksanakan tugas atas dasar keimanan, akhlak mulia dan panggilan jiwa

b) Memiliki jiwa kewirausahaan. 2) Kompetensi Sosial

c) Membangun komunikasi dan kerjasama

d) Mempunyai tanggungjawab sosial atas kinerja dan citra program.

3) Kompetensi Manajerial

e) Memimpin penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan f) Memotivasi semua komponen penyelenggara Pendidikan

Kesetaraan

g) Merencanakan penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan

h) Mengorganisasikan penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan

i) Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program pendidikan Kesetaraan

j) Mengendalikan program Pendidikan kesetaraan.

Selain itu, ada satu peraturan yang bisa dijadikan strategi pemecahan masalah saat lembaga belum bisa memenuhi kebutuhan sumber daya manusianya, yaitu: Draf SNPPNF Th. 2013 Pasal 23 ayat (4) yang berisi: Fungsi Tenaga Kependidikan (Pengelola) dapat dijalankan oleh Tenaga Pendidik (Tutor).


(44)

29

b. Program Kesetaraan Paket B dan C

1) Pengertian Program Kesetaraan Paket B dan C

Pengertian ini tertera dalam petunjuk teknis (juknis) program kesetaraan paket B dalam Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a: 5):

Program Pendidikan Kesetaraan Paket B adalah layanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformal yang ditujukan bagi anak yang karena berbagai faktor tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMP/MTs (putus sekolah di SMP/MTS atau putus lanjut SD), yang diselenggarakan oleh lembaga/organisasi atau satuan pendidikan nonformal sehingga pada gilirannya lulusannya diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinyatakan dan diakui setara dengan lulusan SMP/MTs).

Menurut pengertian di atas, tujuan paket B adalah menetaskan wajib belajar sembilan tahun yang saat ini dilaksanakan oleh pendidikan Indonesia. Program kesetaraan paket B termasuk dalam ranah pendidikan dasar. Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang ingin mendapat ijazah setara dengan SMP, dimana ijazah tersebut dapat digunakan sebagai syarat untuk menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun dan berguna bagi syarat untuk menempuh pendidikan tingkat atas setara SMA/sederajat.

Pendidikan kesetaraan setingkat SMA/sederajat adalah program kesetaraan paket C, pengertiannya menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.b: 5) sebagai berikut:

Program Pendidikan Kesetaraan Paket C adalah layanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformal yang ditujukan bagi masyarakat yang karena berbagai faktor tidak


(45)

30

dapat menyelesaikan pendidikannya atau putus sekolah di tingkat SMA/SMK/MA, yang diselenggarakan oleh lembaga/organisasi atau satuan pendidikan nonformal sehingga pada gilirannya lulusannya diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinyatakan dan diakui setara dengan lulusan SMA/MA.

Penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan Paket C bertujuan untuk PAUD-DIKMAS (2015.b: 6):

a) Menyediakan layanan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal untuk menjaring anak-anak yang putus sekolah di tingkat SMA/SMK/MA untuk mensukseskan rintisan wajib belajar pendidikan menengah

b) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga belajar sehingga memiliki kemampuan yang setara dengan SMA/MA

c) Membekali dasar-dasar kecakapan hidup yang bermanfaat untuk bekerja mencari nafkah atau berusaha mandiri d) Membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga

belajar yang memungkinkan lulusan program dapat meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, atau meningkatkan kariernya dalam pekerjaannya.

Selain pengetahuan umum, program kesetaraan juga ingin mengembangkan keterampilan dan sikap warga belajarnya dengan maksud mempersiapkan tenaga kerja dibidangnya untuk mensejahterakan masyarakat.

2) Lembaga Penyelenggara Paket B dan C

Draft SNPNF Pasal 27 ayat 1 dan 5 menyatakan bahwa Pengelolaan Program Kesetaraan dilakukan oleh satuan program pendidikan kesetaraan yang terdiri dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Kelompok Belajar (KB), dan satuan pendidikan sejenis. Adapun kriteria untuk lembaga penyelenggara


(46)

31

Paket B dan C menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b: 7-8) adalah :

a) Administratif:

i) memiliki legalitas, berupa akte notaris pendirian lembaga, dan/atau ijin operasional lembaga dari instansi berwenang

ii) memiliki rekening bank atas nama lembaga

iii) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama lembaga

iv) memperoleh rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten/ kota setempat.

b) Substantif:

i) memiliki sekretariat lembaga dengan alamat yang jelas ii) memiliki susunan pengurus yang dilengkapi dengan

uraian tugas

iii) mampu menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran/pelatihan

iv) dapat menyediakan tutor/narasumber yang kompeten sesuai bidang studi atau mata pelajaran yang dibelajarkan

v) sanggup melaksanakan proses pembelajaran dan pelatihan bagi warga belajar sesuai standar kompetensi yang ditentukan sampai dengan akhir program.

3) Perencanaan Program Kesetaraan Paket B dan C

Schaffer dalam Sudjana (2004:57) kegiatan perencanaan tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Perencanaan Paket B dan C dimulai dengan perumusan tujuan Paket B dan C, kemudian lanjut pada sasaran secara umum yang dikembangkan dalam bentuk rencana penerapan tujuan yang lebih rinci dalam setiap kegiatan. Adapun tahapan perencanaan program Paket B dan C menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a: 10) yaitu pendataan dan seleksi calon warga belajar, pembentukan rombongan belajar, pendataan dan


(47)

32

seleksi calon tutor dan narasumber teknis, penetapan tempat pembelajaran dan pelatihan, serta pengusulan bantuan operasional kegiatan.

a) Pendataan dan Seleksi Calon Warga Belajar

Peserta didik di Pendidikan Nonformal sering dikenal dengan istilah Warga Belajar. Lembaga penyelenggara program melakukan pendataan dan seleksi calon warga belajar yang meliputi aspek: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat tempat tinggal, jenis kelamin, pendidikan terakhir yang pernah diikuti, dan nama ibu kandung (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.a.b).

Dalam aturan Ditjen PAUD-DIKMAS tersebut juga dijelaskan mengenai Sasaran Program Pendidikan Kesetaraan Paket B adalah warga negara Indonesia yang ingin memperoleh pendidikan setara SMP/MTs yaitu (1) Tamatan Paket A/SD/MI, (2) Putus sekolah di SMP/MTS, dibuktikan dengan raport terakhir, (3) Prioritas bagi anak usia sekolah, (4) Bersedia mengikuti proses pembelajaran dan pelatihan sampai akhir program.

Sasaran Program Pendidikan Kesetaraan Paket C adalah (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.b: 8) : (1) putus sekolah di kelas X, XI, dan XII di tingkat SMA/SMK/MA, dibuktikan dengan raport terakhir, (2) tamatan Paket B/SMP/MTs,


(48)

33

prioritas bagi anak usia sekolah (< 21 tahun), (3) bersedia mengikuti proses pembelajaran dan pelatihan sampai akhir program.

b) Pendataan dan Seleksi Calon Tutor dan Nara Sumber Teknis Paket B dan C

Tutor adalah pendidik yang memberikan bimbingan pada warga belajar dalam proses pembelajaran program Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C sesuai dengan kompetensinya (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.a.b).

Adapun persyaratan calon tutor, adalah sebagai berikut: i) Pendidikan minimal S1, prioritas yang berlatar

belakang pendidikan keguruan diutamakan yang berprofesi sebagai Guru SMP/MTS (Paket B) dan sebagai Guru SMA/MAN (Paket C)

ii)Menguasai substansi yang akan dibelajarkan

iii)Memiliki dasar-dasar kemampuan pembelajaran partisipatif serta mampu mengelola proses pembelajaran orang dewasa

iv)Bersedia membelajarkan warga belajar sampai akhir penyelenggaraan program.

Peraturan di atas menggambarka tentang syarat calon tutor sedangkan di bawah ini ada peraturan yang hampir mirip mengenai kualifikasi akademik untuk tutor yang dinyatakan dengan ijazah menurut (Draf SNPPNF Pasal 22 ayat (1)) :

i) Ijazah sarjana strata satu (S1) atau Diploma Empat (D-IV) pendidikan bidang studi atau sarjana bidang studi yang telah memiliki akta IV yang diperoleh dari program studi terakreditasi untuk melaksanakan proses pembelajaran pada program pendidikan kesetaraan, atau bukti lain bahwa yang bersangkutan mampu melakukan tugas sebagai pendidik suatu mata ajar yang diampu,


(49)

34

ii)Ijazah serendah-rendahnya Pendidikan Menengah untuk Program Pendidikan Kesetaraan Paket A dan B. Sedangkan persyaratan untuk calon narasumber teknis adalah:

iii)Pendidikan tidak dipersyaratkan

iv)Menguasai atau memiliki keterampilan/keahlian tertentu yang diminati oleh warga belajar

v) Memiliki sarana dan prasarana pelatihan keterampilan sesuai substansi yang akan dilatihkan.

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan calon tutor dan nara sumber teknis adalah: (1) nama lengkap, (2) tempat dan tanggal lahir, (3) alamat tempat tinggal, (4) pekerjaan atau profesi, (5) jenis kelamin, (6) pendidikan terakhir, (7) pelatihan yang pernah diikuti (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.a.b). c) Penetapan Tempat Pembelajaran dan Pelatihan Paket B

dan C

Sarana dan prasarana termasuk kebutuhan yang harus dipersiapkan dalam perencanaan program Paket B dan C. Hal-hal yang termasuk dalam sarana prasarana program Paket B dan C adalah ruangan atau space untuk pembelajaran, alat-alat pembelajaran (papan tulis, spidol, buku pelajaran atau modul, meja, kursi), serta media pembelajaran yang dapat mendukung penyampaian materi kepada warga belajar.

Berdasar pada peraturan Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b) dalam menetapkan lokasi pembelajaran dan pelatihan, perlu mempertimbangkan:


(50)

35

i) Jarak tempuh lokasi tempat belajar, tidak terlalu jauh dari rumah warga belajar, atau mudah dijangkau oleh warga belajar

ii) Luas ruang belajar yang memadai, minimal bisa memuat sebanyak 15 orang (Paket B) dan minimal memuat 20 orang (Paket C).

iii) Memiliki sarana belajar, seperti: papan tulis/whiteboard, kapur/spidol, meja belajar dan kursi, dan fasilitas pembelajaran lainnya

iv) Memiliki penerangan yang cukup.

Apabila lokasi atau tempat pembelajaran/pelatihan kurang memadai sesuai persyaratan, dapat dipilih salah satu lokasi atau tempat yang paling mendekati persyaratan sebagai tempat penyelenggaraan program. Bila kondisi lembaga tidak dapat memenuhi hal tersebut secara mandiri, maka ada alternatif berdasar Draf SNPPNF Th. 2013 Pasal 24 ayat (3) yang mengatakan bahwa satuan pendidikan nonformal yang belum memiliki kemampuan untuk menyediakan sarana penunjang penyelenggaraan, dapat bermitra dengan pihak lain yang terkait.

d) Pengusulan Bantuan Operasional Kegiatan Paket B dan C Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, manajemen pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal tersebut didukung oleh Draf Standar Nasional Pendidikan Nonformal Pasal 31 ayat (3) menyatakan bahwa sumber pembiayaan dapat diperoleh dari pemerintah,


(51)

36

pemerintah daerah, yayasan, partisipasi masyarakat dan atau pihak lain yang tidak mengikat.

Pengusulan Bantuan Operasional Kegiatan Paket B dan C dilakukan setelah memiliki data warga belajar, tutor, lokasi penyelenggaraan program, dan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran/pelatihan.

Menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b) Bantuan Operasional Kegiatan Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C selanjutnya disebut Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) adalah sejumlah dana yang diberikan kepada lembaga penyelenggara program yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran dan pelatihan program Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C.

Pemberi BOK adalah pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diberikan kepada lembaga penyelenggara program yang ditetapkan sebagai penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan Paket B dan C.

Tahapan Penyaluran Dana Bantuan untuk Paket B dan C menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b) yaitu (1) Sosialisasi Program, (2) Pengajuan Proposal, (3) Penilaian Proposal, (4) Verifikasi Lembaga, (5) Penetapan Lembaga Penerima Bantuan, (6) Penyaluran Bantuan.

Sebelum melaksanakan pengusulan dana, lebih baik bila merencanakan keuangan terlebih dahulu. Hartani (2011: 156), perencanaan keuangan yang strategis salah satunya diawali dengan analisis sumber-sumber dana dan jumlah nominal yang


(52)

37

mungkin diperoleh serta dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan.

4) Pengorganisasian Program Kesetaraan Paket B dan C

Menurut Yohannes Yahya (2006: 81), pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.

Dalam mengorganisasikan pembelajaran Paket A, Paket B dan Paket C, pengelola atau penyelenggara harus mampu mengetahui kemampuan tutor dan dapat mendistribusiakan tugas dan tanggung jawab secara tepat serta menetapkan peraturan pelaksanaan dengan maksud agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai ketentuan (Linatus, 2010: 32).

Pendapat di atas bisa dilengkapi dengan pengorganisasian untuk pengelola program kesetaraan. Pengelola tidak selalu bersentuhan langsung dengan pelaksanaan program namun tugas pokok dan fungsi dari struktur pengelola sebaiknya dipaparkan pula sebagai bentuk pengorganisasian program kesetaraan.

Selain itu, pengorganisasian juga bisa dilaksanakan pada warga belajar dengan mengelompokkan mereka dalam kelompok belajar menurut aturan tertentu. Berikut dijelaskan mengenai pembagian rombongan belajar dalam Paket B dan C.


(53)

38

Rombongan Belajar Paket B merupakan pembagian warga belajar ke dalam beberapa kriteria. Penempatan warga belajar Paket B di kelas VII, VIII atau kelas IX, atas dasar kriteria sebagai berikut (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.a: 11): (1) Rombongan belajar untuk kelas VII adalah calon warga belajar yang tamat SD/MI atau putus SMP/MTs di kelas VII, (2) Rombongan belajar untuk kelas VIII adalah calon warga belajar yang putus SMP/MTs di kelas VIII, (3) Rombongan belajar untuk kelas IX adalah calon warga belajar yang putus SMP/MTs di kelas IX. Setiap rombongan belajar dapat berjumlah antara 15 – 25 orang warga belajar.

Sementara itu, ada pula Penempatan Rombongan Belajar Paket C di kelas X, XI atau kelas XII, atas dasar kriteria sebagai berikut (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.b: 12): (1) rombongan belajar untuk kelas X adalah calon warga belajar tamatan Paket B/SMP/MTs atau yang putus SMA/SMK/MA di kelas X, (2) rombongan belajar untuk kelas XI adalah calon warga belajar yang putus SMA/SMK/MA di kelas XI, (3) rombongan belajar untuk kelas XII adalah calon warga belajar yang putus SMA/SMK/MA di kelas XII. Setiap rombongan belajar dapat berjumlah antara 20 – 30 orang warga belajar.


(54)

39

5) Pelaksanaan Program Kesetaraan Paket B dan C a) Lembaga Penyelenggara Program Paket B dan C

Dalam pelaksanaan program kesetaraan paket B dan C, lembaga penyelenggara memiliki tugas pokok sebagai berikut (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.a.b) :

i) Bertanggungjawab penuh atas penyelenggaraan program

ii) Membuat dan menyusun silabus pembelajaran dan pelatihan sebagai dasar penyusunan rpp oleh tutor dan nara sumber teknis

iii) Membuat pedoman penyelenggaraan program iv) Membuat jadwal pembelajaran dan pelatihan

v) Menyediakan dan menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran dan pelatihan serta fasilitas belajar (teori dan praktek) yang diperlukan

vi) Membuat dan menyusun peraturan dan tata tertib pembelajaran dan pelatihan

vii) Menyediakan dan mengadministrasikan dokumen pendukung penyelenggaraan program, seperti: buku presensi peserta didik dan tutor, kapur atau spidol, alat dan bahan praktek keterampilan, buku evaluasi kemajuan belajar warga belajar

viii)Menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan program

ix) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan program

x) Menilai keaktifan dan kemampuan tutor

xi) Menumbuhkan dan memotivasi minat belajar warga belajar.

b) Warga Belajar Paket B dan C

Warga belajar merupakan input penting yang menjadi fokus dalam pelaksanaan program kesetaraan paket B dan C. Adapun kewajiban warga belajar selama pelaksanaan program menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b) adalah sebagai berikut (1) mengikuti seluruh proses pembelajaran dan


(55)

40

pelatihan sesuai jadwal yang ditentukan, (2) mematuhi semua ketentuan dan peraturan yang ditentukan, serta mentaati tata tertib yang disepakati, (3) menghargai dan menghormati tenaga pendidik (tutor dan nara sumber teknis) dan tenaga kependidikan (pengurus atau pengelola lembaga penyelenggara program), (4) memelihara dan merawat sarana/prasarana pembelajaran dan pelatihan.

Selain kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga belajar, adapula Hak warga belajar yang harus dipenuhi oleh tenaga pendidik dan kependidikan di program kesetaraan Paket B dan C menurut Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b). Hak tersebut yaitu (1) memperoleh bimbingan, pengajaran, dan pelatihan sesuai dengan kurikulum dan silabus pembelajaran dan pelatihan yang ditentukan, (2) memperoleh bahan belajar/modul yang digunakan, (3) memperoleh penilaian hasil belajar, sesuai dengan tahap-tahapannya, (4) mengikuti evaluasi hasil belajar dan ujian nasional yang dilaksanakan pemerintah.

c) Tutor dan Nara Sumber Teknis Paket B dan C

Dijelaskan dalam Ditjen PAUD-DIKMAS (2015.a.b) tentang tugas Tutor dan Nara Sumber Teknis program paket B dan C selama pelaksanaan program: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran/pelatihan (RPP), (2) mendidik,


(56)

41

mengajar, dan melatih peserta didik sesuai dengan bidang studi yang dipelajari baik di dalam kelas maupun di luar kelas, (3) membuat bahan belajar pelengkap yang diperlukan untuk mempercepat penguasaan warga belajar terhadap bidang studi yang dipelajari, (4) menilai perkembangan hasil belajar warga belajar, (5) menumbuhkan dan memotivasi minat belajar warga belajar.

d) Pelaksanaa Pembiayaan Pendidikan

Mulyasa dalam Sri Minarti (2011: 211) menyebutkan ada tiga kegiatan pokok atau tiga fase yang harus dilakukan dalam manajemen keuangan yaitu perencanaan pembiayaan (budgeting), pelaksanaan pembiayaan (accounting), dan evaluasi pembiayaan (controlling).

Draf SNPPNF Pasal 31 ayat (2) menyebutkan jenis dan pemanfaatan pembiayaan pendidikan kesetaraan yaitu:

i) Biaya investasi, untuk pengadaan sarana prasarana, dan pengembangan SDM,

ii) Biaya operasional, untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan (pengelola) serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung,

iii) Biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Langkah awal pengelolaan anggaran biaya pendidikan mencakup dua hal menurut Sri Minarti (2011: 229) :


(57)

42

i) Penyusunan anggaran pembiayaan yang dikembangkan dalam format sumber pendanaan dan pengeluaran,

ii) Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS), kegiatan ini termasuk kelanjutan poin di atas.

e) Proses Pembelajaran dan Pelatihan Paket B dan C i) Pembelajaran Akademik

Pembelajaran pada Pendidikan Kesetaraan adalah serangkaian kegiatan yang diciptakan oleh tutor untuk mendorong dan menggiatkan aktivitas pembelajaran (Linatus, 2010: 20).

Pendidikan akademik mayoritas dilakukan di dalam kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ruang kelas menurut Hartani (2011: 145) adalah:

(1) Kapasitas Ruang : standar yang dipakai saat ini adalah antara 32-40 peserta didik per kelas. Semakin kesil jumlah peserta didik akan semakin tinggi tingkat interaksi antara guru dan peserta didik. (2) Jadwal Penggunaan Ruang : (a) menetap, peserta didik tetap di ruangan dan guru yang menghampiri, (b) bergerak, peserta didik bergerak menuju ruang kelas tempat guru mengajar mata pelajaran tertentu. (3) Pengaturan tata letak ruang kelas : tempat duduk dapat diatur setiap saat untuk kegiatan kelompok kecil atau kelompok besar, posisi tempat duduk dapat ditukar antar peserta didik pada waktu tertentu, dan mengganti posisi hiasan ruangan untuk menghindari kebosanan. (4) Kebersihan dan keindahan ruang kelas yang ditujukan untuk kenyamanan guru serta peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran akademik dilakukan sesuai ketentuan standar isi dan standar proses, yaitu: (1) pembelajaran


(58)

43

dilakukan minimal 2 hari dalam seminggu @3 jam pelajaran, atau 3 hari dalam seminggu @2 jam pelajaran, (2) pembelajaran dilakukan dengan tatap muka, tutorial, dan/atau mandiri, (3) materi pembelajaran mengacu kepada standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen PAUD-DIKMAS, 2015.a.b).

Pembelajaran pendidikan kesetaraan dikembangkan berdasar kurikulum yang berlaku. Kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri dari tiga hal yaitu rencana pembelajaran, susunan materi, dan metode pembelajaran (Draf SNPPNF Th. 2013, Pasal 8 ayat 2).

Alternatif kurikulum yang baik digunakan untuk pendidikan kesetaraan salah satunya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Prinsip yang terkandung dalam KTSP sesuai dengan prinsip pendidikan kesetaraan.

Menurut Trianto (2010: 22) KTSP dikembangkan berdasar pada prinsip: 1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat, 7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.


(59)

44

Bila kondisi pembelajaran belum sesuai dengan ketentuan, maka Trianto (2010: 119) yang mengatakan bahwa eksistensi guru dalam implikasi pembelajaran terpadu dapat dilakukan salah satunya dengan sistem guru tunggal yang mengajar mata pelajaran serumpun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C, beban belajar program pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam satuan kredit kompetensi (SKK) yang menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran, baik melalui tatap muka, praktek keterampilan, dan atau kegiatan mandiri.

Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbangan muatan SK dan KD tiap mata pelajaran. Satu SKK adalah satu satuan kompetensi yang dicapai melalui pembelajaran 1 jam tatap muka atau 2 jam tutorial atau 3 jam mandiri, atau kombinasi secara proposional dari ketiganya. Satu jam tatap muka yang dimaksud adalah satu jam pembelajaran, yaitu sama dengan 40 menit (Paket B) dan 45 menit (Paket C).


(1)

255

belas orang.

Kesimpulan Total warga belajar yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016 seluruhnya empat belas orang. Jumlah warga belajar yang terdaftar di Paket B saat ini adalah enam orang dan di Paket C adalah delapan orang. Rombel dibagi atas dasar raport dan ijazah terakhir. Kebutuhan belajar warga belajar dipenuhi namun kedisiplinan warga belajar kurang optimal. 2. Kualifikasi serta Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Pengelola

Hasil Wawancara Pengelola terdiri dari pengurus harian, ketua, sekretaris, bendahara dan koordinator program, serta pengelola tambahan, petugas piket. Tugas petugas piket adalah menjaga absensi warga belajar serta memastikan jumlah tutor yang hadir pada hari tersebut dan bila tidak seluruhnya hadir sedangkan tugas masing-masing pengelola belum ada. Tidak semua pengelola melaksanakan tugasnya secara optimal karena beberapa tugas menumpuk di beberapa pihak saja. Walalu begitu, pengelola sudah melaksanakan tugasnya untuk menyiapakan pembelajaran.

Hasil

Dokumentasi

Buku Induk Pengelola

Jumlah pengelola inti untuk Program Kesetaraan Paket B dan C adalah tujuh orang. Empat diantara pengelola berjenis kelamin Perempuan dan tiga orang berjenis kelamin Laki-laki. Dari tabel juga diketahui bahwa dua orang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lima yang lainnya Non-PNS. Empat orang sudah memiliki latar belakang minimal S1 dan tiga lainnya masih di bawah jenjang tersebut. Adapun latar belakang yang menyangkut Kependidikan ada dua orang dan lainnya berasal dari bidang Non-Kependidikan. Akta Notaris Pembagian tugas dan pekerjaan diantara anggota

badan pengurus diserahkan kepada mereka sendiri. Kesimpulan Jumlah pengelola inti untuk Program Kesetaraan

Paket B dan C adalah tujuh orang. Empat orang sudah memiliki latar belakang minimal S1 dan tiga lainnya masih di bawah jenjang tersebut. Adapun latar belakang yang menyangkut Kependidikan ada dua orang dan lainnya berasal dari bidang


(2)

Non-256

Kependidikan. Selain pengelola inti, PKBM rangsnag Imo Joyo juga memiliki petugas piket sebanyak tiga orang. Tugas petugas piket adalah menjaga absensi warga belajar serta memastikan jumlah tutor yang hadir pada hari tersebut dan bila tidak seluruhnya hadir sedangkan tugas masing-masing pengelola belum ada. Tidak semua pengelola melaksanakan tugasnya secara optimal karena beberapa tugas menumpuk di beberapa pihak saja.

3. Kualifikasi serta Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Tutor

Hasil Wawancara Mayoritas tutor sudah S1 namun kedisiplinan dalam jadwal mengajar kurang optimal. Proses pembuatan RPP dan silabus juga menjadi salah satu tanggungjawab tutor, namun pelaksanaannya tidak optimal. Jadwal mengajar tutor satu mata pelajaran terjadi setiap hari dengan tingkatan kelas yang berbeda-beda tetapi kehadiran tutor sering tidak tepat waktu dan jadwal mengajar kadang meleset dari jadwal pelajaran yang sudah disiapkan oleh pengelola.

Hasil

Dokumentasi

Buku Induk Tutor

Mayoritas tutor Paket B dan C memiliki minimal pendidikan Strata-1. Hanya ada satu tutor yang belum yaitu Pak Henry Wahono yang mana beliau sedang menempuh pendidikan untuk menyelesaikan gelar Strata-1, dan secara tidak langsung pendidikan terakhirnya adalah SMA. Bila dilihat lebih lanjut, latar belakang pendidikan tutor mayoritas sudah sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Jadwal

Pelajaran

Tugas mengajar tutor satu mata pelajaran terjadi setiap hari dengan tingkatan kelas yang berbeda-beda. Secara tidak langsung, tugas mengajar tutor adalah tiga kali dalam seminggu. // mata pelajaran Paket B berjumlah enam yang terdiri dari Bahasa Inggris, Matematika, IPA, PKn, IPS, dan Bahasa Indonesia. Dari data tersebut juga diketahui bahwa jumlah mata pelajaran Paket C berjumlah sebelas dan terdiri dari Sosiologi, PKn, Ekonomi, Fisika, Biologi, Kimia, Matematika, Geografi, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.


(3)

257

Absensi Jumlah tutor yang aktif adalah sembilan orang. Hasil Observasi Pembelajaran Tutor tidak mendapat jatah mengajar ketika warga

belajar didikannya tidak hadir.

Kesimpulan Mayoritas tutor Paket B dan C berpendidikan minimal S1 dan hanya ada satu tutor yang belum memenuhi. Walaupun konsentrasi pendidikan tutor kebanyakan sudah sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, namun tidak kesemuanya berasal dari jurusan pendidikan. Proses pembuatan RPP dan silabus juga menjadi salah satu tanggungjawab tutor, namun pelaksanaannya tidak optimal. Jadwal mengajar tutor sering bergeser akibat kehadiran siswa atau tutor itu sendiri yang tidak masuk. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Akademik

Hasil Wawancara Satu minggu tiga kali pertemuan antara setelah Ashar sampai menjelang Maghrib. Jumlah mata pelajaran hari itu sesuai dengan kehadiran tutor namun rata-rata dua sampai tiga mata pelajaran. Pembelajaran dilakukan di kelas dengan materi disampaikan melalui penyelesaian soal.

Hasil Observasi Pembelajaran Pembelajaran diadakan tiga kali dalam satu minggu yaitu hari Senin, Rabu, dan Jum’at. // PBM dimulai pukul 16.00 dan berakhir pukul 17.30 WIB. // Pembelajaran sering dilakukan dalam satu ruang kelas dengan dibagi menjadi kelompok kecil sesuai tingkatan kelas masing-masing warga belajar. Hasil

Dokumentasi

Jadwal Pelajaran

Mata pelajaran antara satu tingkatan kelas dan lainnya tidak saling berbenturan. Hal tersebut memungkinkan tutor untuk mengajar secara bergiliran tanpa ada jadwal rangkap. Mata pelajaran setiap pertemuan minimal dua macam. Kehadiran tutor paling tidak dua pertemuan dari tiga kali seminggu. // Durasi untuk pelajaran setiap pertemuan adalah sama yaitu empat jam PBM dan lima belas menit istirahat sehingga total waktu dalam satu pertemuan adalah empat jam lima belas menit mulai dari 13.30-17.45 WIB. // Satu tingkatan kelas dilaksanakan selama satu tahun ajaran dengan total satu Paket (B atau C) dilaksanakan selama tiga tahun.


(4)

258

Kesimpulan Pembelajaran di PKBM Rangsang Imo Joyo diadakan tiga kali dalam satu minggu yaitu hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Jadwal pelajaran yang tertulis berbeda dengan pelaksanaan di lapangan. Pembelajaran di PKBM Rangsang Imo Joyo tidak selalu menggunakan RPP dan silabus sehingga materi yang diberikan fleksibel. Materi pembelajaran pendidikan kesetaraan mengacu kepada standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah.

5. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana

Hasil Wawancara Sarana prasarana di lembaga ini dari segi data misalnya susunan materi pelajaran. Selain itu, ada pula sarpras dari segi bentuk barang yang menyangkut gedung pembelajaran, ruang kelas dan perangkat pendukung penyampaian materi pelajaran seperti meja, kursi dan papan tulis. Peminjaman sarpras tidak dipungut biaya.

Hasil Observasi Pembelajaran Pelajaran dilakukan dengan diskusi melalui soal atau materi yang telah difotocopy oleh tutor dan atau melalui softfile. Penjelasan materi diberikan melalui tulisan langsung di buku siswa.

Kondisi Sarpras

Satu kelas di gedung SMK Pembangunan Yogyakarta bisa menampung 32 siswa.

Kesimpulan Sarana prasarana dari segi data misalnya susunan materi pelajaran. Selain itu, ada pula dan sarpras dari segi bentuk barang menyangkut gedung pembelajaran, ruang kelas dan perangkat pendukung penyampaian materi pelajaran seperti meja, kursi dan papan tulis. Peminjaman sarpras tidak dipungut biaya. Sarana prasarana yang digunakan dalam PBM ini tidak banyak sebab sistem pembelajaran seluruhnya dilaksanakan dengan pemberian materi di dalam kelas. PBM sering dilakukan dalam satu ruang kelas dengan dibagi menjadi kelompok kecil. Ruang kelas memenuhi standar kuota kelas minimal.

6. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan

Hasil Wawancara Pembiayaan untuk kegiatan operasional yakni untuk insentif tutor/pengelola dan untuk biaya


(5)

259

pembelajaran sehari-hari. Pembiayaan dikelola langsung oleh pengelola. Pengelola terpaksa menarik iuran dari warga belajar untuk menambah dana pendidikan namun tetap kurang untuk memenuhi kebutuhan sehingga strategi yang digunakan adalah menggunakan dana kas lembaga. Hasil

Dokumentasi

Proposal Alokasi pengusulan dana bantuan ditujukan untuk Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada tahun 2009 dengan rincian :

1) Pengadaan Bahan : Pengadaan Bahan Persiapan UNPK dan Penilaian 1 kali

2) Bantuan Alat : ATK Peserta didik, Administrasi Pembelajaran, dan Sarana Pembelajaran

3) Bantuan Tenaga : Transport Tutor dan Transport Pengelola.

Kesimpulan Lembaga tidak membuat RAPBS secara resmi dan rutin. Alokasi anggaran dana di Pendidikan Kesetraaan PKBM Rangsang Imo Joyo fokus pada dana operasional yang dibagi menjadi dana untuk hak tutor dan untuk kegiatan pembelajaran sehari-hari. PKBM Rangsang Imo Joyo terpaksa harus menarik iuran dari warga belajar sebagai salah satu sumber dana pendidikan. Iuran yang dimaksud sebesar dua puluh ribu rupiah setiap bulannya. Dalam pelaksanaannya, berbagai sumber dana termasuk iuran warga belajar masih belum mampu memenuhi segala kebutuhan lembaga dari segi finansal.

F. EVALUASI

1. Evaluasi Perkembangan Warga Belajar

Hasil Wawancara Ada lima jenis Evaluasi Hasil Belajar (EHB) warga belajar di PKBM Rangsang Imo Joyo yaitu UH, UTS, UAS, UKK, dan UNPK dengan pelaksanaan yang berbeda-beda dan bahkan ada beberapa tutor yang tidak menggunakan semua jenis ulangan tersebut.

Hasil Observasi Beberapa tutor lain memilih menggunakan metode pembahasan soal-soal dalam penyampaian materi sehingga ulangan harian bukan menjadi momentum. Kesimpulan Ada lima jenis Evaluasi Hasil Belajar (EHB) warga


(6)

260

belajar di PKBM Rangsang Imo Joyo yaitu UH, UTS, UAS, UKK, dan UNPK dengan pelaksanaan yang berbeda-beda dan bahkan ada beberapa tutor yang tidak menggunakan semua jenis ulangan tersebut.

2. Evaluasi Penyelenggaraan Program

Hasil Wawancara Evaluasi program dilakukan pengelola setiap satu semester sekali, setiap akhir PBM atau menjelang Evaluasi Hasil Belajar (EHB). Bentuk evaluasi adalah rapat dengan pihak Pembina Lembaga (Kelurahan Patangpuluhan), Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dan Evaluasi Internal lembaga. Hubungan pembina dan pengelola termasuk akrab.