IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI DINAS PENDIDIKAN KEBUPATEN PACITAN.

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PACITAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Maryani NIM 13110241016

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tapi jadilah seseorang yang bernilai.

(Albert Einstein)

Bermimpilah, Tuhan akan mengijinkan mu untuk mengenggam kemenangan atas mimpimu. Asal kau tak putus asa untuk bekerja keras dan berdoa.


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur yang penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia, rahmat, dan nikmat yang tiada terhingga, sebuah karya tulis ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tua saya Bapak Sularno, Ibu Paiyem, Mama Sumarti dan Papa Wisnu Gunawan yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan moral dan material yang tidak pernah terputus untuk keberhasilan dan kesuksesan anakmu ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Teman-teman Program Studi Kebijakan Pendidikan, khususnya Kelas B angkatan 2013.


(7)

vii

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KESETARAAN DI DINAS PENDIDIKAN KEBUPATEN PACITAN

Oleh Maryani NIM 13110241016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal, Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal, Staf Pembinaan Pendidikan Non Formal, ketua lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan, tutor, dan warga belajar. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian: 1) Implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dilaksanakan melalui tahap perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program yang di dalamya memuat: a) Melalui komunikasi, informasi kebijakan pendidikan kesetaraan ditransformasikan secara konsisten; b) Belum optimalnya sumber daya pendukung dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan; c) Disposisi pelaksana kebijakan terhadap kebijakan sangat tinggi; d) Struktur birokrasi memiliki kesesuaian dengan struktur birokrasi yang ditetapkan. 2) Faktor pendukung: dukungan dari pemerintah, banyaknya tutor yang kompeten, kurikulum yang adaktif, adanya kerjasama dengan berbagai pihak. Faktor penghambat, meliputi: informasi kebijakan belum dipahami secara jelas, kewenangan belum difungsikan secara optimal, belum mencukupinya sumber daya anggaran, faktor ekonomi masyarakat, letak geografis Kabupaten Pacitan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, belum optimalnya penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, rendahnya intensitas kehadiran warga belajar, minimnya gaji yang diterima oleh tutor, kurangnya buku petunjuk kurikulum, kurangnya sarana dan parasarana kegiatan pembelajaran.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pendidikan Non Formal di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan” penulis susun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan, Univesitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari banyak sekali bantuan dan bimbingan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijaksanaannya yang telah memberikan kemudahan dan kesempatan bagi penulis untuk mendapatkan ilmu selama masa studi di kampus tercinta Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengesahkan Tugas Akhir Skripsi.

4. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah mengarahkan dan memberikan segala fasilitas hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi. 5. Drs. L. Hendrowibowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta pengajar di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, yang dengan penuh ketulusan memberikan banyak ilmu dan bekal pengalaman.

7. Bapak Drs. Sakundoko selaku Kepala Dinas Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dan semua staff pegawai Bidang Pembinaan Pendidikan Anak Usia


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN.……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN.……….….. iii

HALAMAN PENGESAHAN..……….. iv

HALAMAN MOTTO…..……….….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN...……….. vi

ABSTRAK………...……….. vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………....……….. x

DAFTAR TABEL……….. xiii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.……….. 1

B. Identifikasi Masalah...……….……….. 5

C. Fokus Penelitian.……….……….. 6

D. Rumusan Masalah..……….……….. 6

E. Tujuan Penelitian……….. 7

F. Manfaat Penelitian..……….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik dan Kebijakan Pendidikan…...……… 9

1. Pengertian Kebijakan Publik………..………... 9

2. Pengertian Kebijakan Pendidikan……….. 10

B. Implementasi Kebijakan Pendidikan……… 11

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan ………... 11


(11)

xi

C. Pendidikan Kesetaraan………... 19

1. Pengertian Pendidikan……….……... 19

2. Pengertian Pendidikan Kesetaraan………... 20

3. Program Pendidikan Kesetaraan…………..………... 21

4. Standar Proses Pendidikan Kesetaraan………... 23

5. Komponen Pendidikan Kesetaraan………... 28

D. Hasil Penelitian yang Relevan.……...……….. 30

E. Kerangka Pikir…….…...……….. 34

F. Pertanyaan Penelitian.……….…….. 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian.………...……….. 38

B. Subjek dan Objek Penelitian....……… 38

C. Waktu dan TempatPenelitian……….. 39

D. Teknik Pengumpulan Data.……….. 40

E. Instrumen Penelitian...……….. 45

F. Teknik Analisis Data..……….. 45

G. Keabsahan Data..……….. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian..……….….. 48

1. Deskripsi Lokasi Penelitian…....……….…...……… 48

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …….……….. 48

b. Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan……….... 48

c. Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan…....………... 52

d. Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan…... 53

e. Data Kependidikan…....……….…...………... 55

2. Data Hasil Penelitian……….. 57

a. Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan ………..…..………... 61

b. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan...……….……… 69

c. Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan …….…….………. 92


(12)

xii

d. Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Kesetaraan………... 94

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan………... 102

B. Pembahasan……....……….. 117

1. Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan ………..…..………... 118

2. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan...……….………... 124

3. Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan …….…….………... 139

4. Struktur Birokrasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan………... 140

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan………... 144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…….……….. 148

B. Saran…………...……….. 150

DAFTAR PUSTAKA ... 151


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisi Pendoman Observasi, Wawancara, dan Dokumetasi... 43 Tabel 2. Data Angka Partisipasi Pendidikan di Kabupaten Pacitan………... 53 Tabel 3. Daftar Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 54 Tabel 4. Data Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.. 56 Tabel 5. Data Jumlah Warga Belajar Kabupaten Pacitan..………... 57 Tabel 6. Data Staf Pelaksana kebijakan Pendidikan Kesetaraan.…...…... 69 Tabel 7. Data Jumlah Tutor Pendidikan Kesetaraan...…….…………... 72


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Faktor penentu implementasi kebijaka menurut Edward III... 14 Gambar 2. Alur Kerangka Pikir... 36 Gambar 3. Teknik Analisis Data Model Miles dan Hubermen... 45 Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan..…….. 51 Gambar 5. Struktur Birokrasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan...……... 94 Gambar 6. Tahapan Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan... 117


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Perizinan……….... 155

Lampiran 2. Pedoman Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi…... 167

Lampiran 3. Catatan Lapangan.………... 185

Lampiran 4. Transkrip Wawancara yang Telah Direduksi.……… 201

Lampiran 5. Daftar Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.……….. 238

Lampiran 6. Daftar Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan……... 242


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki cita-cita tinggi untuk mewujudkan dirinya sebagai negara yang unggul melalui berbagai rangkaian pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan untuk membangun manusia, masyarakat, dan bangsa Indonesia seutuhnya dengan berdasarkan pada Pancasila dan dilaksanakan secara terencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap, dan berkelanjutan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek ketahanan nasional, aspek pendidikan, aspek ekonomi, aspek politik, aspek sosial, dan aspek budaya. Salah satu yang menjadi agenda utama dalam pembangunan nasional adalah pembangunan pendidikan. Di dalam rangkaian pembangunan nasional pendidikan memiliki kedudukan paling penting karena perannya dalam pemberdayaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas meliputi semua aspek diri manusia yang meliputi aspek kepribadian, sikap, mental, serta penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan merupakan proses yang diselenggarakan sebagai usaha untuk mengembangkan dan mengarahkan manusia untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, yaitu menjadi sumber daya yang berkualitas.


(17)

2

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Diharapkan penyelenggaraan jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal mampu menyelenggarakan pendidikan mampu memenuhi hak dasar warga negara sebagaimana amanat UUD 1945 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu hak warga negara untuk memperoleh pendidikan guna mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya dapat terpenuhi.

Permasalahan yang ada, masih banyak masyarakat yang masih belum terpenuhi hak dasarnya untuk memperoleh pendidikan secara maksimal. Banyak masyarakat yang berada di usia sekolah maupun sudah dewasa belum menyelesaikan pendidikan atau putus sekolah di jenjang pendidikan dasar maupun menengah karena berbagai alasan. Peran pendidikan informal sebagai dasar pendidikan belum menjalankan perannya secara optimal, dimana kesadaran dan keinginan orangtua untuk menyekolahkan anak yang masih rendah, keadaan status ekonomi keluarga yaitu masyarakat yang mayoritas hidup dalam taraf ekonomi menengah ke bawah banyak mengeluhkan biaya yang dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan. Hal ini


(18)

3

menyebabkan alasan biaya menjadi alasan yang sering ditemui dan membudaya sebagai akar permasalahan putus sekolah di masyarakat.

Kemudian, pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun yang menggratiskan biaya pendidikan jenjang SD dan SMP dirasa belum efektif dalam menutup keresahan masyarakat miskin terkait dengan pemenuhan biaya pendidikan. Biaya untuk seragam, uang saku, uang transportasi, dan uang untuk kebutuhan pendukung lain seperti tas, sepatu, buku tulis, dan alat tulis menjadi beban pendidikan yang harus dipenuhi khususnya orang tua yang menyekolahkan anaknya. Begitu juga dengan jenjang pendidikan menengah atas yang tidak seperti jenjang pendidikan SD dan SMP yang masuk ke dalam program pemerintah wajib belajar 9 tahun yang mana pendidikan pada jenjang ini tidak dipungut biaya atau gratis, jenjang SMA masih membebani peserta didik dengan biaya tanggungan pendidikan yang cukup tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah memerlukan upaya khusus untuk memperluas akses pendidikan bagi setiap warga negara yang belum menuntaskan pendidikannya dan tidak tertampung di pendidikan formal, khususnya bagi masyarakat yang putus sekolah maupun yang membutuhkan studi lanjut, yaitu salah satunya melalui kebijakan pendidikan kesetaraan yang memiliki fungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Non Formal pasal 1 ayat


(19)

4

(15) menerangkan bahwa pendidikan kesetaraan merupakan salah satu wujud program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara dengan pendidikan SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA, meliputi program kesetaraan paket A setara SD/MI, program kesetaraan paket B setara SMP/MTS, dan program kesetaraan paket C setara SMA/MA. Dengan diselenggarakannya pendidikan kesetaraan yang memiliki slogan “menjangkau yang tidak terjangkau”, diharapkan masyarakat yang belum mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di pendidikan formal dapat memperoleh kesempatan pendidikan. Hasil dari pendidikan kesetaraan ini dihargai sama dengan hasil yang diperoleh dari pendidikan formal, yaitu setelah melalui serangkaian proses penilaian penyetaraan yang mengacu pada standar nasional pendidikan.

Kabupaten Pacitan yang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur memiliki jumlah warga belajar pendidikan kesetaraan yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari dokumentasi jumlah peserta pendidikan kesetaraan yang tercatat di Kabupaten Pacitan. Pada tahun ajaran 2016/2017 berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan tercatat sebanyak 1.743 peserta pendidikan kesetaraan yang terbagi 23 peserta paket A, 493 peserta paket B, dan 1.227 peserta paket C. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kasus anak putus sekolah paling banyak terjadi pada jenjang SMP dan SMA.

Kaitannya dengan hal tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sebagai lembaga yang bertanggung jawab membantu Bupati dalam


(20)

5

melaksanakan urusan pendidikan berusaha menyelenggarakan pendidikan kesetaraan dengan harapan melalui kebijakan pendidikan kesetaraan mampu memberikan kesempatan pendidikan kepada masyarakat yang tidak berkesempatan mendapatkan pendidikan dasar dan menengah di pendidikan formal. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan belum terlaksana secara optimal, karena program pendidikan kesetaraan belum semuanya berjalan, kurangnya sumber daya pendukung, dan warga belajar yang tidak menyelesaikan pendidikan. Penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan, oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi kebijakan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyak masyarakat yang masih belum terpenuhi hak dasarnya untuk memperoleh pendidikan secara maksimal.

2. Banyak masyarakat yang belum menyelesaikan pendidikan atau putus sekolah.

3. Peran pendidikan informal sebagai dasar pendidikan belum menjalankan perannya secara optimal.

4. Kesadaran dan keinginan orangtua untuk menyekolahkan anak yang masih rendah.


(21)

6

5. Keadaan status ekonomi keluarga yaitu masyarakat yang mayoritas hidup dalam taraf ekonomi menengah ke bawah banyak mengeluhkan biaya mahalnya pendidikan.

6. Alasan biaya menjadi alasan yang sering ditemui dan membudaya sebagai akar permasalahan putus sekolah di masyarakat.

7. Pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun belum efektif.

8. Mahalnya biaya pendidikan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.

9. Belum optimalnya implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Di dalam penelitian ini tidak semua permasalahan yang teridentifikasi akan dikaji. Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka permasalahan di dalam penelitian ini dibatasi pada implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?


(22)

7 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak tekait, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan tambahan pengetahuan mengenai “implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan” kepada peneliti maupun instansi-instansi yang terkait.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti: hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap peneliti mengenai implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan.

b. Bagi masyarakat: hasil penelitian diharapkan mampu memberi wawasan kepada masyarakat sekaligus memberi gambaran mengenai pendidikan kesetaraan.


(23)

8

c. Bagi dinas pendidikan dan pemerintah kota: hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi dalam membuat keputusan atau kebijakan mengenai pendidikan kesetaraan.

d. Bagi penelitian selanjutnya: hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang serupa.


(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik dan Kebijakan Pendidikan

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik dapat diartikan sebagai keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mewujudkan tujuan suatu negara (H. A. R Tilaar dan Riant Nugroho, 2012:184). Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye adalah “pilihan tindakan apapun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah” (Solichin Abdul Wahab, 2012:12). Anderson mengartikan kebijakan sebagai serangkain tindakan yang memiliki tujuan yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku, baik seseorang maupun kelompok dalam rangka memecahkan suatu masalah (Joko Widodo, 2008:13).

Menurut W. I. Jenkins kebijakan publik adalah keputusan yang diambil oleh seseorang atau sekelompok aktor politik tentang tujuan beserta dengan cara-cara untuk mencapainya, di mana secara prinsip keputusan yang dibuat dalam batas kewenangan kekuasaan aktor tersebut (Solichin Abdul Wahab, 2012:15). Sedangkan, Lemeieux memberikan makna kebijakan publik sebagai produk aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah publik yang dilakukan oleh aktor yang terstruktur (Solichin Abdul Wahab, 2012:15).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas tentang pengertian kebijakan dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu


(25)

10

keputusan yang ditetapkan melalui serangkaian proses politik oleh aktor-aktor politik yang digunakan sebagai pedoman dan strategi di dalam mencapai tujuan berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat atau publik.

2. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan merupakan salah satu kebijakan publik yang ditetapkan sebagai tindakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Menurut Arif Rohman (2012: 82), kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik, karena kebijakan yang dilaksanakan digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan krusial yang bersifat publik di bidang pendidikan. Hal yang sama dikemukakan oleh Riant Nugroho (2008: 37), bahwa kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik, kebijakan ini dipahami sebagai bagian dari kebijakan publik di bidang pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan negara-bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari tujuan pembangunan negara bangsa secara keseluruhan.

H. A. R Tilaar dan Riant Nugroho (2012: 140) memaknai kebijakan pendidikan sebagai “keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu”. Rusdiana (2015: 142) memaknai kebijakan pendidikan sebagai produk yang digunakan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang


(26)

11

legal-netral dan sesuai dengan lingkungan hidup secara moderat. Menurut Carter V. Good (Rusdiana, 2015: 142), kebijakan pendidikan adalah pertimbangan yang digunakan sebagai dasar mengoperasikan pendidikan yang bersifat melembaga dan sebagai pedoman di dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas tentang pengertian kebijakan pendidikan dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik yang di dalamnya berisikan serangkaian aktivitas pendidikan yang dijadikan dasar pedoman pencapaian tujuan pendidikan dan ditujukan untuk penyelesaian masalah pendidikan.

B. Implementasi Kebijakan Pendidikan

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang paling menentukan karena kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan mencapai tahap pelaksanaan. Sebuah kebijakan tanpa adanya implementasi hanya berbentuk rencana selamanya dan tujuan yang ditetapkan tidak akan pernah terwujud. Implementasi kebijakan merupakan proses yang krusial karena seberapapun baiknya suatu kebijakan apabila tidak dipersiapkan dan direncanakan dengan baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan publik tidak akan bisa terwujudkan (Joko Widodo, 2008: 85).

Menurut Yoyon Bahtiar Irianto (2012: 41), implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan tindak lanjut dari kebijakan yang telah


(27)

12

ditetapkan, yang di dalamnya antara lain memuat pengambilan keputusan, langkah-lagkah strategis, maupun operasional yang ditempuh untuk mewujudkan secara nyata suatu program atau kebijakan, untuk mencapai sasaran dari kebijakan yang telah ditetapkan, serta menjadi tolak ukur keberhasilan suatu kebijakan. Arif Rohman (2012: 105) memaknai implementasi kebijakan sebagai proses menjalankan kebijakan yang berwujud berupa undang-undang, instruksi presiden, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, peraturan menteri, dan sebagainya. Penjelasan mengenai implementasi kebijakan di atas, dapat disimpulkan secara singkat bahwa implementasi kebijakan adalah proses pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas tentang pengertian implementasi kebijakan dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan pendidikan merupakan proses pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebagai langkah penyelesaian persoalan-persoalan pendidikan, kemudian dilaksanakan atau diimplementasikan sehingga diperoleh dampak yang diinginkan yaitu tercapainya tujuan pendidikan.

Pada hakikatnya implementasi kebijakan adalah kegiatan mengoperasikan suatu kebijakan yang didalamnya memuat serangkaian tahapan. Tachjan (2006: 35) menjelaskan tentang tahapan aktivitas dalam


(28)

13

implementasi suatu kebijakan, dimana dalam proses implementasi terdapat tiga aktivitas penting, yaitu:

a. Merancang bangun (mendesain) program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja, biaya dan waktu;

b. Melaksanakan (mengaplikasikan) program, dengan mendayagunakan struktur-struktur dan personalia, dana dan sumber-sumber lainnya, prosedur-prosedur, dan metode-metode yang tepat; dan

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan.

2. Model Implementasi Kebijakan Pendidikan

Terdapat beberapa model yang dikemukan oleh ahli yang membahas tentang implementasi kebijakan yang dapat mempermudah pemerhati tingkat awal untuk melihat proses implementasi kebijakan. Peneliti menggunakan model implementasi kebijakan George C. Edward III yang dibahas di dalam buku karya Joko Widodo (2008: 96-110). George C. Edward III menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Di dalam mencapai tujuan kebijakan, ke empat faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Empat faktor tersebut tidak berdiri sendiri tetapi


(29)

14

saling berkaitan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan faktor-faktor tersebut:

Gambar 1. Faktor penentu implementasi kebijakan menurut Edward III Sumber: Edward III ( dalam Joko Widodo, 2008:107)

a. Komunikasi

Komunikasi menyangkut kegiatan penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Informasi disampaikan agar pelaksana kebijakan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang arah, tujuan, isi, dan kelompok sasaran kebijakan agar pelaksana kebijakan dapat melaksanakan kebijakan dan tujuan kebijakan dapat tercapai. Menurut George C. Edward, terdapat tiga dimensi komunikasi yang dapat dijadikan indikator keberhasilan komunikasi kebijakan, yaitu:

1) Transformasi, penyaluran komunikasi kebijakan diharapkan dapat disampaikan kepada pelaksana kebijakan, sasaran kebijakan, dan Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Struktur


(30)

15

pihak-pihak yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kebijakan.

2) Kejelasan, informasi atau komunikasi kebijakan yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami dengan jelas oleh pelaksana kebijakan, sasaran kebijakan, dan pihak-pihak yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kebijakan, baik tentang maksud, tujuan, dan sasaran kebijakan.

3) Konsistensi, informasi atau komunikasi kebijakan yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan, sasaran kebijakan, dan pihak-pihak yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kebijakan konsisten dari awal sampai dengan akhir.

b. Sumber Daya

Sumber daya berperan penting di dalam implementasi kebijakan. Menurut George C. Edward III (Joko Widodo, 2008: 98), sumber daya menjadi faktor penting di dalam implementasi kebijakan, karena apabila pelaksana kebijakan tidak memiliki sumber daya yang efektif, maka implementasi kebijakan pendidikan juga tidak akan efektif. Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia, sumber daya anggaran, informasi, kewenangan, dan sumber daya peralatan.

1) Sumber daya manusia

Menurut George C. Edward III, sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan harus terpenuhi secara jumlah dan


(31)

16

keahliannya. Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kebijakan harus tercukupi dan harus memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana kebijakan yaitu berupa kemampuan dan keterampilan yang diperlukan sebagai pelaksana kebijakan. Keterbatasan sumber daya manusia baik secara jumlah maupun kualitasnya maka implementasi kebijakan tidak akan berjalan efektif.

2) Sumber daya anggaran

Sumber daya angaran menjadi sumber daya pendukung yang secara langsung menunjang keberhasilan kebijakan. George C. Edward III mengemukakan bahwa sumber daya anggaran yang terbatas akan berpengaruh kepada tidak optimalnya pelaksana kebijakan di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta akan mempengaruhi disposisi pelaksana kebijakan di dalam melaksanakan kebijakan, sehingga berdampak pada gagalnya implementasi kebijakan.

3) Informasi

Informasi menjadi sumber daya yang sangat diperlukan di dalam implementasi kebijakan. Menurut George C. Edward III, informasi yang cukup dan relevan dibutuhkan pelaksana kebijakan untuk dapat melaksanakan kebijakan secara efektif. Informasi yang dimaksud meliputi informasi tentang bagaimana cara


(32)

17

melaksanakan kebijakan dan informasi tentang kesanggupan dan kepatuhan pihak-pihak lain yang terkait dengan kebijakan.

4) Kewenangan

Kewenangan juga mempengaruhi efektifitas dari implementasi kebijakan. George C. Edward III menegaskan bahwa ketika pelaksana kebijakan dihadapkan dengan permasalahan yang membutuhkan sebuah keputusan, keberadaan kewenangan yang cukup sangatlah penting bagi pelaksana kebijakan untuk membuat keputusan. Keterbatasan kewenangan yang dimiliki pelaksana kebijakan berdampak pada merosotnya kewibawaan pelaksana kebijakan, serta permasalahan kebijakan tidak terselesaikan dan akan semakin berkembang.

5) Sumber daya peralatan

Menurut George C. Edward III, sumber daya peralatan sangat diperlukan di dalam implementasi kebijakan yang berupa tanah, gedung, dan peralatan-peralatan lain yang membantu mempermudah pelaksana kebijakan di dalam melaksanakan kebijakan dan memberikan pelayanan kebijakan.

c. Disposisi

Disposisi merupakan kemauan, keinginan, dan kecenderungan para pelaksana kebijakan di dalam mengimplementasikan kebijakan. Menurut George C. Edward III, keberhasilan dari implementasi kebijakan tidak hanya ditentukan sejauh mana pelaksana kebijakan


(33)

18

mengetahui apa yang harus dilakukan dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh disposisi yang kuat terhadap kebijakan. Van Mater & Van Horn menegaskan bahwa disposisi pelaksana kebijakan dipengaruhi oleh tiga elemen respon, yaitu: pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman terhadap kebijakan; arah respon pelaksana kebijakan terhadap kebijakan tersebut (menerima, netral, atau menolak); dan intensitas pelaksana kebijakan terhadap kebijakan.

d. Struktur Birokrasi

Keberhasilan implementasi kebijakan ikut ditentukan oleh adanya struktur birokrasi yang efektif. Menurut George C. Edward III, tidak efektifnya implementasi kebijakan bisa saja dipengaruhi oleh tidak efisiennya struktur birokrasi. Strukur birokrasi terdiri dari struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antarunit di dalam organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak di luar organisasi. Terdapat dua karakteristik utama di dalam struktur birokrasi, yaitu Standard Operational Procedures (SOP) dan fragmentasi.

1) Standard Operational Procedures (SOP)

SOP merupakan petujuk pelaksanaan tugas yang dibuat berdasarkan standar yang ditetapkan yang berfungsi untuk memudahkan pelaksana kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam SOP memuat tentang mekanisme, sistem dan prosedur


(34)

19

pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab pelaksana kebijakan.

2) Fragmentasi

Fragmentasi merupakan penyebaran atau pemecahan tanggung jawab atau tugas-tugas kebijakan ke dalam unit-unit kerja untuk memudahkan melaksanakan kebijakan, akan tetapi di dalam organisasi pelaksana kebijakan yang terfragmentasi membutuhkan koordinasi yang intensif antar unitnya agar tidak terjadi ketimpangan informasi yang mengagalkan kebijakan.

C. Pendidikan Kesetaraan 1. Pengertian Pendidikan

Keberadaan pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Pendidikan menjadi kebutuhan dasar manusia, dan sudah ada sejak adanya kehidupan manusia yang kemudian terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Pendidikan menjadi bagian dari upaya pembentukan kepribadian manusia secara utuh yang menghantarkan individu menjadi manusia memiliki kualitas diri.

Nurani Soyomukti (2013: 27) memaknai pendidikan sebagai proses yang ditujukan untuk memberikan manusia berbagai macam situasi untuk memberdayakan diri. Menurut Crow and Crow, pendidikan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kehidupan sosial dan membantu mewariskan adat, budaya, dan kelembagaan sosial (Fuad Ikhsan, 2013: 5). Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan sebagai


(35)

20

upaya untuk menumbuhkembangkan budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak secara seimbang agar dapat mencapai keseimbangan antara hidup dan dunianya (Fuad Ikhsan, 2013:5). Driyakarya menjelaskan bahwa pendidikan adalah “proses memanusiakan manusia muda” (Rugaiyah dan Atiek Sismiati, 2013: 6).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas tentang pengertian pendidikan dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan dari upaya pembentukan kepribadian manusia secara utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai proses pewarisan adat istiadat dari generasi ke generasi selanjutnya.

2. Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan merupakan salah salah satu jenis pendidikan yang masuk ke dalam pendidikan non formal. Pendidikan non formal merupakan satu dari tiga jalur pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Bersama dengan pendidikan informal, pendidikan non formal yang masuk kedalam cakupan pendidikan luar sekolah diselenggarakan oleh pemerintah sebagai mitra dari pendidikan formal. Melalui berbagai jenis pendidikan yang diselenggarakan, pendidikan non formal bersama-sama dengan pendidikan formal berusaha untuk menyiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan bimbingan, pengajaran, pembelajaran dan latihan untuk kehidupan masa depannya termasuk pemenuhan perannya di masa yang akan datang.


(36)

21

Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan non formal yang ditetapkan pemerintah sebagai kebijakan untuk memenuhi kesempatan pendidikan dasar dan menengah bagi masyarakat yang setara dengan pendidikan foemal. Mustofa Kamil (2011: 97-98) memaknai pendidikan kesetaraan sebagai pendidikan yang ditujukan kepada peserta didik yang tidak sekolah atau putus sekolah, lulusan program kesetaraan atau pendidikan informal, dan berkeinginan untuk menempuh pendidikan atau pendidikan selanjutnya yang setara dengan pendidikan formal melalui program kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA.

Standar kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan dinilai setara dengan pendidikan formal. Peserta didik yang memiliki ijazah pendidikan kesetaraan, memiliki hak yang sama dan setara dengan pemilik ijazah dari pendidikan formal. Ijazah tersebut dapat digunakan untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk kepentingan lain seperti mendaftar pekerjaan.

3. Program Pendidikan Kesetaraan

Program kesetaraan yang diselenggarakan pemeritah melingkupi tiga jenis program yaitu program kesetaraan paket A yang setara yang SD/MI, program kesetaraan paket B yang setara dengan SMP/MTS dan program kesetaraan paket C yang setara dengan SMA/MA.


(37)

22 a. Program kesetaraan paket A

Program Paket A merupakan pendidikan non formal yang setara SD/MI yang diselenggarakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan. Pelaksanaannya program paket A memprioritaskan anak-anak yang berada pada kelompok usia 13-15 tahun (3 tahun di atas usia SD/MI), yaitu anak-anak usia sekolah dasar yang tidak melanjutkan sekolah dan merupakan anak-anak yang berada pada usia wajib belajar 9 tahun. Menurut Mustofa Kamil (2011: 97), di program kesetaraan paket A tidak mengenal level kelas 1-6 tetapi level hanya dibagi menjadi dua yaitu paket A awal dan paket A dasar.

b. Program kesetaraan paket B

Program Paket B merupakan pendidikan non formal yang setara SMP/MTs yang diselenggarakan sebagaibagian dari upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan. Menurut Mustofa Kamil (2011: 98), di program kesetaraan paket B tidak mengenal level 7, 8, 9 tetapi menggunakan level atau drajah, yaitu drajah 3 terampil 1 dan drajah 4 terampil 2.

c. Program kesetaraan paket C

Program Paket C merupakan pendidikan non formal yang setara SMA/MA yang diselenggarakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan. Program Paket C bertujuan:


(38)

23

1) Memperluas akses pendidikan menengah melalui jalur pendidikan nonformal yang menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan sikap kepribadian dan akhlak mulia, dan kemampuan kecakapan hidup.

2) Meningkatkan mutu dan daya saing lulusan, sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan atau mampu memasuki dunia kerja maupun berwirausaha (Profil Paket C, 2013 dalam Kasiono).

4. Standar Proses Pendidikan Kesetaraan

Pelaksanaan pendidikan kesetaraan mengacu pada standar proses yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. Standar proses yang dimaksud mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran.

a. Perencanaan Proses Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran pendidikan kesetaraan mencakup silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di dalamnya memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan


(39)

24

sumber belajar yang dalam pembuatannya memperhatikan karakteristik dari warga belajar.

1) Silabus

Menurut E. Mulyasa (2007: 190), silabus merupakan rencana pembelajaran dalam kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang di dalamnya mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan satuan oleh satuan pendidikan. Silabus pendidikan kesetaraan dikembangkan berdasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), dan kurikulum pendidikan kesetaraan yang disusun oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang yang menyelenggarakan pendidikan. Silabus pendidikan kesetaran di dalamnya memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu sesuai dengan jenis layanan pembelajaran, dan sumber belajar.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus


(40)

25

(Kusnandar, 2007: 263). RPP disusun oleh tutor/pendidik untuk setiap kompetensi Dasar (KD), di mana dalam RPP tersebut memuat beberapa komponen, yaitu: identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan materi pembelajaran, materi ajar, alokasi watu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (meliputi: pendahuluan, inti, penutup), sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kesetaraan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan tatap muka, kegiatan tutorial, dan kegiatan mandiri dengan pengaturan kegiatan pembelajaran tatap muka minimal 20%, tutorial minimal 30%, dan mandiri maksimal 50%. Di setiap kegiatan tersebut mencakup kegiatan implementasi dari RPP yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

c. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh tutor atau pendidik terhadap hasil pembelajaran. Penilaian ini digunakan untuk mengukur tingkat


(41)

26

pencapaian kompetensi peserta didik serta sebagai bahan untuk penyusunan laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar pendidikan kesetaraan baik program kesetaraan Paket A, program kesetaraan Paket B, dan program kesetaraan Paket C yang digunakan untuk memperoleh ijazah dilakukan setelah peserta didik telah mencapai SSK yang telah disyaratkan.

d. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan terhadap proses pembelajaran pendidikan kesetaraan dilaksanakan melalui lima kegiatan, yaitu pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.

1) Pemantauan

Pemantauan dilakukan di tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pembelajaran oleh pihak penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

2) Supervisi

Supervisi dilakukan di tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pembelajaran oleh pihak penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung


(42)

27

jawab di bidang pendidikan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.

3) Evaluasi

Evalusi proses pembelajaran pendidikan kesetaraan dilakukan untuk semua tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian proses pembelajaran dengan berpusat pada keseluruhan kinerja pendidik dengan cara membandingkan antara proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan dan mengidentifikasi kinerja pendidik sesuai dengan pencapaian kompetensi peserta didik. 4) Pelaporan

Kegiatan pemantauan, supervisi dan evaluasi yang telah dilaksanakan, hasilnya kemudian dilaporkan kepada pihak pemangku kepentingan.

5) Tindak lanjut

Tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan pada hasil evaluasi yang dilaporkan, meliputi: penguatan dan penghargaan kepada pendidik yang telah memenuhi standar, kesempatan mengikuti pelatihan atau penataran lebih lanjut kepada pendidik, dan teguran yang mendidik kepada peserta didik yang belum memenuhi standar.


(43)

28 5. Komponen Pendidikan Kesetaraan

Komponen pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan kesetaraan membutuhkan beberapa komponen pendidikan, antara lain:

a. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan dapat diartikan sebagai hasil yang diharapkan dari pendidikan. Adanya tujuan yang jelas akan mempermudah untuk merancang berbagai kebutuhan untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya pendidikan secara umum, tujuan pendidikan juga tidak dapat dipisahkan dari pendidikan kesetaraan. Tujuan pendidikan kesetaraan adalah memperluas akses pendidikan bagi masyarakat, khususnya dalam memperoleh pendidikan umum yang setara dengan pendidikan dasar dan menengah di sekolah formal melalui program kesetaraan Paket A setara dengan SD, program kesetaraan Paket B setara dengan SMP, dan program kesetaraan Paket C setara dengan SMA.

b. Warga Belajar

Menurut Umberto Sihombing (2001: 26), warga belajar merupakan anggota masyarakat yang ikut dalam kegiatan pembelajaran dan turut aktif dalam menentukan apa yang ingin dipelajari. Dalam pendidikan formal disebut dengan siswa atau peserta didik. Warga belajar di pendidikan kesetaraan tidak terikat oleh umur.


(44)

29

Penetapan jumlah rombongan belajar dari masing-masing program kesetaraan disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya satuan pendidikan. Menurut Mustofa Kamil (2011: 97-98), jumlah warga belajar pada program kesetaraan paket A sejumlah antara 20 sampai 30 orang, program kesetaraan paket B rata-rata 40 orang, dan program paket C sekitar 40 sampai dengan 50 orang. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah jumlah maksimal rombongan belajar pendidikan kesetaraan adalah: Program kesetaraan paket A= 20 orang, program kesetaraan paket B= 25 orang, dan program kesetaraan paket C= 30 orang.

c. Tutor

Pendidik merupakan orang yang secara sengaja mempengaruhi orang lain untuk mecapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi yang secara akademis disebut dengan tenaga kependidikan (Wiji Suwarno, 2013: 37). Di dalam pendidikan non formal pendidik disebut dengan tutor. Tutor yang mengajar di pendidikan kesetaraan merupakan orang yang memiliki kompetensi khusus yaitu memiliki kemampuan untuk menjadi tutor yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan di setiap masing-masing program pendidikan kesetaraan.

d. Kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman atau acuan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang berfungsi untuk mengatur jalannya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Di dalam proses


(45)

30

pendidikan kurikulum memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis, yaitu berperan penting dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan di dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan diharapkan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kondisi daerah dengan menekankan pada tercapainya tujuan akademik, keterampilan fungsional, serta sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi proses penyelenggaraan pendidikan kesetaraan secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk gedung sekolah yang digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dan juga bahan pembelajaran seperti buku teks, modul, dan sumber bahan belajar lain yang dapat digunakan oleh peserta didik.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai langkah untuk menghindari duplikasi, maka peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu. Dari penelusuran penelitian terdahulu diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Penelitian Yon Yatjeng dengan judul penelitian “Implementasi Program Pendidikan Kesetaraan yang Dilakukan Oleh PKBM Emphaty Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana implementasi pendidikan kesetaraan oleh PKBM Emphaty Medan. Tipe penelitian


(46)

31

adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data berupa teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan keterlibatan langsung. Data yang diperoleh dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat deskripsi kualitatif yang jelas untuk menggambarkan proses implementasi Program Pendidikan Kesetaraan oleh Yayasan Empahty Medan. Hasil penelitian ini diketahui bahwa program pendidikan kesetaraan oleh PKBM Emphaty sudah berjalan sesuai dengan kriteria, yaitu: terdapat warga belajar, tenaga pengajar dan kegiatan belajar. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Emphaty berhasil mensosialisasikan program pendidikan kesetaraan, dilihat dari bertambah banyaknya warga belajar yang terdaftar di PKBM Emphaty Medan. Akan tetapi PKBM Empahaty Medan kurang dapat perhatian terutama masalah dana dari pemerintah, tenaga pengajar pun masih kurang meskipun memiliki loyalitas tinggi dalam mengajar.

2. Penelitian Adwiputro Sampurno dengan judul “Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C Di Kota Malang (Studi Penelitian pada Dinas Pendidikan Kota Malang)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melukiskan atau memberi gambaran mengenai suatu fenomena atau pokok permasalahan yang timbul di lapangan tanpa mempersoalkan jalinan atau hubungan antarvariabel. Teknik analisa data yang dilakukan peneliti menggunakan analisa kualitatif dengan jenis penelitian berupa penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini diketahui


(47)

32

bahwa Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kota Malang meliputi mekanisme prosedur pelaksanaan di lapangan dari awal sampai akhir sehingga persepsi masyarakat yang selama ini masih meragukan mutu dan ijazah Program Paket C sering dianggap tidak layak karena kualitas nilai tidak menjamin dengan kemampuan seseorang. Padahal untuk era persaingan saat ini yang dibutuhkan utama adalah kemampuan dan skill individu, sedangkan ijazah nomor dua sehingga penjelasan bahwa selama proses pelaksanaan berlangsung dapat membuktikan realitas persepsi yang muncul di kalangan masyarakat. 3. Penelitian Dian Novitasari dengan judul “Penyelenggaraan Pendidikan

Kesetaraan Paket C di Unit Pelaksana Teknis Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Gunungkidul”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C, hambatan dalam pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C, dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C di UPT SKB Gunungkidul. Penelitian yang dilaksankan merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi sumber, serta analisis data menggunakan model analisis kualitatif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C di UPT SKB Gunungkidul dilakukan dengan cara pemahaman terhadap latar belakang pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C di UPT SKB Gunungkidul, melakukan


(48)

33

perumusan tujuan, menentukan peserta didik dan tenaga pendidik, menyusun materi dan metode pembelajaran, menentukan tempat dan waktu pembelajaran, menyediakan fasilitas serta mengatur pembiayaan; hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaaan pendidikan kesetaraan paket C di UPT SKB Gunungkidul yaitu: kurangnya ketersediaan sumber belajar dan fasilitas pembelajaran, minimya dana serta kurangnya motivasi mengajar tutor; dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan kesetaraan paket C di UPT SKB Gunungkidul yaitu: pelatihan dan workshop bagi tenaga pendidik serta pengadaan dana swadaya melalui kesepakatan dengan warga belajar.

Berdasarkan dari ketiga penelitian terdahulu di atas, dapat diketahui persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan di dalam penelitian ini, yaitu implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Akan tetapi, tidak semua dari ketiga penelitian terdahulu tersebut yang benar-benar sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Di dalam penelitian ini, peneliti mengambil fokus penelitian bagaimana Dinas Pendidikan sebagai lembaga pemerintahan daerah yang melaksanakan tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pendidikan dengan mengkoordinasi implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan.

Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan di dalam penelitian ini adalah tentang pelaksanaan pendidikan kesetaraan. Penelitian yang dilakukan oleh Yon Yatjeng memfokuskan pada proses pembelajaran pendidikan kesetaraan Program Paket C di Pusat


(49)

34

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Penelitian Adwiputro Sampurno memfokuskan pada prosedur pelaksanaan dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan kesetaraan Program Paket C di Sanggar Kelompok Belajar (SKB). Dan penelitian Dian Novitasari memfokuskan penelitian pada proses perumusan tujuan dan kegiatan pembelajaran di Sanggar Kelompok Belajar (SKB). Sedangkan fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana proses implementasi di tataran dinas pendidikan sebagai lembaga pengelola pusat dan lembaga yang mengkoordinasi implementasi pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan, bukan pada tahap pembelajaran di satuan penyelenggara pendidikan kesetaraan.

Dari ringkasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dan persamaan yang cukup jelas antara penelitian tedahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang ini. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan” dapat dilaksanakan.

E. Kerangka Pikir

Belum optimalnya penyelenggaraan pendidikan menjadi masalah yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Ditandai dengan masalah putus sekolah yang sampai saat ini belum terselesaikan. Hal tersebut terjadi karena belum efektifnya penyelenggaraan program wajib belajar 9 tahun yang mengratiskan biaya pendidikan jenjang SD dan SMP, biaya pendidikan yang terlalu membebani termasuk biaya di SMA, serta masih rendahnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya pendidikan. Berbagai kebijakan


(50)

35

dilaksanakan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya melalui kebijakan pendidikan kesetaraan.

Pendidikan kesetaraan merupakan jalur pendidikan non formal yang ditetapkan pemerintah sebagai kebijakan untuk memenuhi kesempatan pendidikan dasar dan menengah bagi masyarakat yang setara dengan pendidikan formal melalui program paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA. Dalam melaksanakan kebijakan pendidikan kesetaraan tersebut, Dinas Pendidikan sebagai salah satu pelaksana kebijakan pendidikan kesetaraan di bawah pemerintah pusat memiliki peran penting dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Di dalam mengimplementasikan pendidikan kesetaraan Dinas Pendidikan hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan tersebut yang meliputi komunikasi, sumber daya, disposisi, sampai dengan struktur birokrasi pelaksanaan pendidikan kesetaraan.

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang mengkoordinasi implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan. Informasi dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan koreksi dinas pendidikan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan pendidikan kesetaraan. Berikut skema berpikir dalam penelitian ini:


(51)

36

Gambar 2. Alur Kerangka Berfikir

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai dasar untuk mengambarkan tentang bagaimana implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, yaitu:

1. Bagaimana tahapan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana komunikasi dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?

Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan

Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Struktur Birokrasi Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 81 Tahun 2013

tentang pendirian Satuan Pendidikan, Permendiknas Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program


(52)

37

3. Bagaimana sumber daya dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?

4. Bagaimana disposisi pelaksana Kebijakan dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?

5. Bagaimana struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan?

6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan?


(53)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan” ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 89), penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Melalui jenis penelitian kualitatif ini, penelitian ini akan mengambarkan secara faktual mengenai implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menggambarkan, dan menguraikan secara mendalam tentang bagaimana implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan berdasarkan pada data yang diperoleh di lapangan dari informan penelitian, baik berupa data tertulis maupun lisan.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan individu yang dijadikan informan atau narasumber untuk memperoleh data selama penelitian. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah individu yang dianggap mengetahui dan memahami mengenai implementasi kebijakan pendidikan


(54)

39

kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, yaitu Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal, Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal, staf Pembinaan Pendidikan Non Formal, ketua PKBM, tutor, dan warga belajar.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan pokok permasalahan di dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah segala hal yang berkaitan dengan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan yang dilakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Pra penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2016. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Penetapan tempat penelitian sangat penting untuk mempertanggung jawabkan data yang diambil. Tempat yang dipilih dalam penelitian adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Jawa Timur yang beralamat di Jalan Dewi Sartika No. 17 Pacitan. Alasan pengambilan tempat di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan karena berdasarkan observasi sebelumnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan memiliki kepedulian yang tinggi untuk menanggapi kebutuhan masyarakat akan pendidikan kesetaraan. Selain itu, implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan belum terpublikasi bagaimana pelaksanaannya karena belum dilaksanakan


(55)

40

penelitian yang sama mengenai pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan. Dilakukannya penelitian ini diharapkan hasil dapat dijadikan bahan pertimbangan pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan maupun rekomendasi kebijakan selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013: 308) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi

Menurut Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 165), observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, waktu, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Yang menjadi hal penting dalam teknik observasi adalah kemampuan pengamatan dan ingatan dari peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

Di dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk mengamati implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Adapun unsur-unsur yang dikaji antara


(56)

41

lain mengenai Letak geografis tempat penelitian, kultur lembaga, serta sarana dan prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Dan dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pemeran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi melakukan fungsi pengamatan. Peneliti sebagai anggota pura-pura, tidak melebur dengan yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian untuk menggali informasi terkait penelitian yang dilakukan. Menurut Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 175), teknik wawancara mejadi teknik pengumpulan data yang khas dari penelitian kualitatif, karena penelitian kualitatif biasanya menekankan pada teknik wawancara.

Wawancara yang ditujukan untuk Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal, Ketua Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal digunakan untuk mencari data mengenai pelaksanaan indikator implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, yaitu komunikasi, sumber daya pendukung, disposisi, struktur birokrasi. Wawancara yang ditujukan untuk Staf Pembinaan Pendidikan Non Formal digunakan untuk mencari data mengenai pelaksanaan standar proses pendidikan kesetaraan.


(57)

42

Wawancara yang ditujukan untuk warga belajar digunakan untuk mencari data mengenai motivasi dan kesulitan dalam mengikuti pendidikan kesetaraan. Sedangkan Wawancara yang ditujukan untuk Ketua PKBM dan tutor digunakan untuk mencari data pendukung mengenai pelaksanaan indikator implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dan pelaksanaan standar proses pendidikan kesetaraan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data di lapangan. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data terkait kondisi fisik tempat dilaksanakan penelitian dan juga dokumentasi milik lembaga yang dapat digunakan sebagai penambah validitas data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data mengenai profil Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, data kepegawaian, foto, data tutor, data warga belajar, data sarana dan prasarana, data TUPOKSI, data satuan penyelenggara pendidikan kesetaraan, dan lain sebagainya. Data tersebut digunakan sebagai penambah data penelitian sehingga mampu menambah validitas data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Adapun Kisi-kisi pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi yang digunakan peneliti sebagai bahan acuan kajian dokumentasi terkait data


(58)

43

implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi

No. Rumusan

Masalah

Aspek yang

dikaji Indikator

Teknik Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Dokumentasi

1. Implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan a.Tahapan pelaksanaan 1) Perencanaan program v 2) Pelaksanaan program v 3) Pengawasan program v b.Komunikasi 1) Konsistensi v

2) Transmisi v v

3) Kejelasan v v c.Sumber

Daya

1) Sumber daya manusia

v v

2) Sumber daya anggaran

v

3) Informasi v v v

4) Kewenangan v v 5) Sumber daya

peralatan

v v

d.Disposisi Kemauan, keinginan, kecenderungan pelaksana kebijakan

v v

e.Struktur Birokrasi

1) Struktur organisasi

v

2) SOP v v

3) Tupoksi v

2. Faktor pendukung dan penghambat Faktor pendukung dang penghambat implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan

1) Tujuan v

2) Warga belajar v

3) Tutor v

4) Kurikulum v v

5) Sarana dan

prasarana v

E. Instrumen Penelitian

Nilai kepercayaan dari suatu penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang diperoleh dari sumber data yang tepat dan instrumen yang berkualitas dalam pengungkapan data. M. Djunaidi Ghony dan Fauzan


(59)

44

Almanshur (2012:163) mengungkapkan bahwa pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri (human instrument) untuk mengumpulkan data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan/subyek yang diteliti. Peneliti menjadi instrumen utama dan instrumen kunci dalam melakukan pencarian data dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data. Instrumen pendukung lain yang di gunakan dalam panduan observasi, panduan wawancara, panduan dokumentasi, alat tulis, alat perekam suara, dan kamera.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dilakukan oleh peneliti sejak awal terjun ke lokasi penelitian sampai dengan akhir penelitian dengan melalui pengaturan data secara logis dan sistematis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Hubbermen, di mana dalam kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga diperoleh data yang jenuh. Analisis data kualitatif menurut model ini melalui tiga alur kegiatan yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Djunaidi ghony dan Fauzan Almanshur, 2012: 89).


(60)

45

Gambar 3. Teknik Analisis Data Model Miles dan Hubbermen

1. Reduksi data

Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian kualitatif berlangsung. Reduksi data merupakan proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data (data kasar) yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo.

2. Penyajian data

Penyajian data diarahkan agar data yang telah direduksi dapat terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah untuk dipahami terutama untuk penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti berusaha menyusun data relevan yang diperoleh dari lapangan menjadi informasi yang memiliki makna dan dapat disimpulkan. Penyajian data dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain bagan, diagram, grafik, matrik, dan bentuk-bentuk lainnya yang memiliki makna.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Kesimpulan/ Verifikasi Penyajian Data


(61)

46 3. Penarikan kesimpulan

Makna atau kesimpulan muncul dari data yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, dan validitasnya. Pada proses penarikan kesimpulan, peneliti memberi pemaknaan kepada fenomena yang telah diteliti.

G. Keabsahan Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang dilaporan dengan data yang terjadi pada objek. Pada penelitian kualitatif, data dinyatakan valid ketika data yang dilaporkan oleh peneliti sesuai atau tidak berbeda dengan data yang sesungguhnya yang terjadi pada obyek penelitian. Sugiyono (2013:368) menjelaskan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

Dari cara pengujian keabsahan data yang telah disebutkan, peneliti menggunakan uji kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sumber lain. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan trianggulasi teknik. Triangulasi sumber merupakan kegiatan membandingkan dan data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara pengecekan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini, triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek


(62)

47

data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yaitu: Kepala Seksi Pendidikan Non Formal, staf pendidikan Non Formal, Ketua PKBM, tutor, dan warga belajar. Trianggulasi selanjutnya yang digunakan oleh peneliti adalah teknik triangulasi teknik, di mana dalam penelitian ini peneliti menguji kredibilitas data hasil penelitian dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.


(63)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Letak geografis Kabupaten Pacitan berada di Barat Daya Provinsi Jawa Timur yang terletak di antara 110º 55′-111º 25′ Bujur Timur dan 7º 55′- 8º 17′ Lintang Selatan. Kabupaten Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha yang terbagi menjadi 12 Kecamatan, 5 Kelurahan dan 166 Desa.

Secara administrasi, perbatasan wilayah Kabupaten Pacitan adalah sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pacitan merupakan pegunungan kapur dan terkenal dengan pariwisata goa dan pantai, sehingga dijuluki sebagai kota 1001 goa.

b. Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan merupakan lembaga pemerintah daerah yang bertugas membantu Bupati untuk menyelenggarakan urusan pendidikan di Kabupaten Pacitan


(64)

49

berdasarkan tugas pokok dan fungsinya dalam Peraturan Bupati Pacitan Nomor 54 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Struktur Organisasi, serta Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan berada di Jalan Dewi Sartika Nomor 17.

1) Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

Keberadaan suatu visi menjadi dasar di dalam suatu organisasi atau lembaga. Visi menggambarkan apa yang akan diwujudkan di dalam lembaga tersebut. Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sebagai lembaga yang bertanggungjawab melaksanakan urusan pendidikan di Kabupaten Pacitan memiliki visi: Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Cerdas, Berakhlak, Kompetitif, dan Berbudaya.

Keberadaan visi juga tidak terlepas dari misi. Misi menjadi sebuah komitmen organisasi atau lembaga untuk mencapai visi tersebut. Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan adalah:

a) Memperluas ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan.

b) Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan.

c) Mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan.


(65)

50

Berdasarkan visi dan misi tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan berupaya menyelenggarakan pendidikan berkualitas bagi semua warga Pacitan. Pendidikan kesetaraan menjadi salah satu kebijakan pendidikan yang diselenggarakan untuk memberikan layanan pendidikan bagi Pacitan. Dinas Pendidikan berupaya menjangkau warga yang tidak memperoleh pendidikan formal.

2) Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

Untuk mempermudah pelaksanaan tugas pendidikan, pemerintah daerah Kabupaten Pacitan menyusun susunan organisasi beserta dengan tugas dan fungsinya melalui Peraturan Bupati. Susunan organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 54 Tahun 2016 Pasal 5 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Struktur Organisasi, serta Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Susunan organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan ini mengalami pembaharuan pada tahun 2017. Adapun struktur birokrasi yang dimaksud, yaitu sebagai berikut:


(66)

51

Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan KEPALA DINAS

BID. PEMBINAAN PAUD DAN PNF

SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SEKERTARIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAG KEUANGAN BID. PEMBINAAN PENDIDIKAN DASAR

BID. PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BID. KEBUDAYAAN

SEK. PEMBINAAN PAUD

EK. PEMBINAAN PNF

SEK. SARANA PRASARANA PAUD DAN

PNF

SEK. PEMBIAAN SD

SEK. SARPRAR DIKDAS SEK. PEMBINAAN SMP

UPT TK DAN SD

SEK. PTK PAUD DAN NON FORMAL

SEK.PEMBINAAN SMP

SEK. PENINGKATAN MUTU UPT

SEK. PEMBINAAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN

SEK. PEMBINAAN SEJARAH DAN TRADISI

SEK. PEMBINAAN SENI

UPT RUMAH PINTAR UPT SANGGAR KEGIATAN

BELAJAR

UPT SMP SUBBAG PROGRAM,

EVALUASI, DAN PELAPORAN


(67)

52

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan memiliki satu kepala dinas yang membawahi sekertaris, kelompok fungsional, 4 Bidang diantaranya yaitu: Bidang Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal; Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Bidang Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan; Bidang Kebudayaan, dan selanjutnya UPT Dinasyang terdiri dari UPT TK dan SD; UPT Rumah Pintar, UPT Sanggar Kegiatan Belajar, dan UPT SMP.

Setiap kelompok jabatan melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing dalam melaksanakan urusan pendidikan. Tugas dan fungsi masing-masing kelompok jabatan secara rinci dijelaskan di dalam Peraturan Bupati Kabupaten Pacitan Nomor 54 Tahun 2016. Pembagian kelompok jabatan ini merupakan revisi terbaru dari pemerintah Kabupaten Pacitan.

c. Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

Di dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pelaksana urusan pendidikan di Kabupaten Pacitan, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan memiliki pegawai sebanyak 80 orang yaitu: pegawai Seketariat 33 orang, Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal 12 orang, Bidang Pendidikan dan Tenaga Pendidikan 14 orang, Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar 13 orang, Bidang Pembinaan SMP 8 orang, dan Bidang Kebudayaan 8 orang.


(68)

53

Sedangkan jumlah keseluruhan kepegawaian yang mengabdi sebagai pegawai lembaga Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sebanyak 753 orang yang bertugas di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan maupun di Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Berikut data pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu:

Tabel 2. Daftar Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD/MI/ Kejar Paket A 23

2. SMP/MTs/ Kejar Paket B 36 3. SMA/SMK/MA/ Kejar Paket C 517

4. D 1 3

5. D 2 15

6. D 3 11

7. D 4/S 1 103

8. S 2 25

9. Informal 20

(Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan) Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sebagian besar sudah memenuhi kualifikasi akademik sebagai pegawai Dinas Pendidikan, akan tetapi ada juga pegawai yang belum memenuhi kualifikasi tersebut.

d. Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Pelaksanaan tugas Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan didukung oleh sarana dan prasarana yang dapat dikatakan lengkap.


(69)

54

Adapun data sarana dan prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Data Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Tanah 5

2 Mobil Roda 4 7

3 Sepeda Motor 165

4 Meja Kerja 175

5 Meja Komputer 2

8 Kursi Putar 20

9 Kursi Rapat 100

10 Bangku Tunggu 3

11 Kursi Tamu/Sice 6

12 Kipas Angin 10

13 AC 13

14 Filing Kabinet 34

15 Almari 19

16 Rak 27

17 Meja Podium 1

18 Papan Tulis 0

19 Berangkas 4

20 Kalkulator -

21 Mesin Ketik 12

22 Mesin Stencil 2

23 Faximile 2

24 Printer 11

25 Televisi 1

26 Dispencer 1

27 Kaca Berhias 1

28 Jam Dinding 2

29 Microphone 2

30 tape Recorder 1

31 Warles 2

32 Kontrol Salon 1

33 Pesawat Telephone 1

34 Power Supply 1

41 Kulintamg 1

42 Laptop 5

43 Komputer 24

44 Switch Hub 1

45 Note Book 4

46 Monitor Komputer 3

49 Scanner 2

53 Accu Kering UPS 1


(70)

55

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dapat dikatakan lengkap. Sarana dan prasarana yang tersedia dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif. Sedangkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam memberikan pelayanan pendidikan kesetaraan, antara lain meliputi: 10 meja, kursi, 1 set kursi tamu, 5 rak, 6 almari, 4 berangkas, 6 komputer, 6 printer, 3 AC, 1 kipas angin. Sarana dan prasarana tersebut juga dilengkapi jaringan Wifi sangat membantu pegawai di dalam menjalankan tugasnya.

e. Data Kependidikan

Kabupaten Pacitan memiliki angka putus sekolah yang cukup tinggi karena berbagai permasalahan termasuk permasalahan pendidikan informal yang belum optimal dalam berperan memberikan kesempatan pendidikan kepada anak karena status ekonomi keluarga yang berada pada ekonomi taraf menengah ke bawah dan masih rendahnya kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya pendidikan, serta permasalahan pendidikan formal yang belum optimal memberikan kesempatan pendidikan.

Angka putus sekolah ini berdampak pada angka partisipasi pendidikan di Kabupaten Pacitan, dimana angka partisipasi pendidikan di Kabupaten Pacitan masih cukup rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan data sebagai berikut:


(71)

56

Tabel 4. Data Angka Partisipasi Pendidikan di Kabupaten Pacitan

Kelompok Usia Sekolah APK (Angka Partisipasi Kasar) APM

(Angka Partisipasi Murni)

APS (Angka Partisipasi

Sekolah ) 2014/2015 2015/2016 2014/2015 2015/2016 2014/2015 2015/2016 SD (7-12

tahun) 99,09 97,84 96,51 92,70 95,76 99,36

SMP (13-15

tahun) 101,55 102,32 82,49 82, 81 82,49 82,81

SMA (16-18

tahun) 84,54 84,86 59,92 64, 86 59,91 64,85

(Sumber: BPS Kabupaten Pacitan)

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa angka partispasi pendidikan Kabupaten Pacitan tahun ajaran 2015/2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun ajaran sebelumnya. Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa Kabupaten Pacitan memiliki kecenderungan menurunnya tingkat partisipasi pendidikan seiring dengan semakin meningkatnya tingkat jenjang pendidikan. Angka partisipasi pendidikan paling rendah adalah penduduk kelompok usia sekolah SMA (16-18 tahun) yang diikuti oleh penduduk kelompok usia sekolah SMP (13-15 tahun) dan penduduk kelompok usia sekolah SD (7-12 tahun).

Rendahnya angka partisipasi sekolah pada jenjang SMA mengindikasikan rendahnya akses dari penduduk usia sekolah untuk dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan kesetaraan program paket C di Kabupaten Pacitan dilaksanakan lebih maksimal dan memiliki jumlah warga belajar lebih banyak daripada program paket A dan program paket B. Adapun data jumlah warga belajar program Paket A, program Paket B, dan program


(1)

242

LAMPIRAN 6


(2)

243

Lampiran 6. Daftar Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan No. Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

1 PKBM Wirawati 2 PKBM Bina Sejahtera 3 PKBM Nurul Imam

4 PKBM Wiyata Harapan Nusa 5 PKBM Sasono Mulyo

6 PKBM Sido Maju 7 PKBM Argo Mulyo 8 PKBM Sedya Langgeng 9 PKBM Maju Asri 10 PKBM Darul Huda 11 PKBM Mekar Melati 12 PKBM Nawang Sari 13 PKBM Tunas Bangsa 14 PKBM Giri Lasito 15 PKBM Kasih

16 PKBM Dharma wiyata 17 PKBM Maju Lancar 18 PKBM Mawar

19 PKBM Binas Mandiri 20 PKBM Bangun Karya 21 PKBM Nilamsari

Sanggar Kelompok Belajar (SKB) 1 SKB Pacitan

2 PPS Babussalam 3 PPS Al Fallah 4 PPS Nurul Iman 5 PPS Nurudh Dholam 6 PPS Misbahul Jannah 7 PPS Al Fattah


(3)

244

LAMPIRAN 7


(4)

245 Lampiran 7. Dokumentasi

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gerbang Depan Dinas Pendidikan Lapangan Upacara Dinas Pendidikan

Mushola Dinas Pendidikan Tempat Parkir Dinas Pendidikan

Plakat Pendirian Gedung Dinas Pendidikan


(5)

246 Motto dan Janji layanan Dinas

Pendidikan

Struktur Organisasi

Gedung Depan Dinas Pendidikan Lobi Dinas Pendidikan


(6)

247

Ruang Bidang Pembinaan PAUD Dan PNF