Glibenklamida Metode Uji Efek Antidiabetes

e. Penghambat glukosidase alfa Acarbose Golongan ini merupakan penghambat alfa-glukosidase pada brush- border yang terletak pada bagian proximal usus halus. Alfa-glukosidase memecah polisakarida menjadi monosakarida misalnya glukosa sehingga karena adanya penurunan produksi monosakarida intraluminal, kenaikan glukosa plasma postprandial akan tertunda dan menjadi lebih lama. Acarbose memiliki efek minimal terhadap glukosa darah puasa dan efek yang sedang terhadap penurunan HbA1c Reents dan Seymour, 2002. f. DPP-4 Inhibitor Glucagon-like peptide GLP-1 merupakan suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan perangsang kuat pelepasan insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi glukagon. Namun demikian, GLP-1 diubah oleh enzim dipeptidyl peptidase-4 DPP-4, menjadi metabolit GLP-1- 9,36-amide yang tidak aktif. Sekresi GLP-1 menurun pada DM tipe 2 Perkeni,2011.

D. Glibenklamida

Gambar 3. Struktur Glibenklamida DepKes RI, 1995 Glibenklamida Gambar 3 merupakan obat anti-diabetika oral golongan Sulfonilurea. Glibenklamida mempunyai efek farmakologik jangka pendek dan panjang seperti golongan Sulfonilurea pada umumnya. Selama pengobatan jangka pendek, Glibenklamida meningkatkan sekresi insulin dari sel β pulau langerhans, sedangkan pengobatan jangka panjang efek utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa oleh hati. a. Dosis dan cara penggunaan Pengobatan dengan Glibenklamida umumnya dimulai dengan dosis tunggal 5 mg pagi hari, tetapi pada pasien usia lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis awal harus dikurangi menjadi 2,5 mg atau bahkan 1,25 mg sehari. Apabila kadar glukosa darah tidak dapat terkontrol secara adekuat setelah 2-4 minggu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 2,5-5 mg dengan interval yang sama sampai tercapai kontrol yang diinginkan atau tercapai dosis maksimum 15-20 mg sehari. Dosis total sehari dapat diminum bersama makan pagi atau setengah jam sebelumnya. b. Indikasi dan cara penggunaan a Kontrol hiperglikemia pada DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol dengan diet saja. b Pengganti obat hipoglikemik oral yang lain disebabkan efek samping atau kegagalan respons. c Pengganti insulin pada pasien DM tipe 2 yang tidak memerlukan insulin untuk jangka panjang. c. Kontra Indikasi a Diabetes Mellitus Tipe 1 b Penyakit hati c Gagal ginjal berat d Kehamilan atau menyusui e Hipersensitivitas terhadap obat d. Efek samping Glibenklamida secara relatif mempunyai efek samping yang rendah. Hal ini umum terjadi pada golongan Sulfonilurea dan biasanya bersifat ringan dan hilang sendiri setelah obat dihentikan. Hipoglikemia merupakan efek samping utama Glibenklamida yang biasanya bersifat ringan, tetapi kadang- kadang dapat menjadi berat dan berkepanjangan Anonim c, 2008.

E. Metode Uji Efek Antidiabetes

1. Metode Uji Toleransi Glukosa Kemampuan tubuh untuk mentoleransi gula yang dikonsumsi diukur dengan uji toleransi glukosa sesuai dengan pedoman WHO 1985. Uji toleransi glukosa ini dilakukan sebelum dan sesudah menjalani pengobatan. Malam sebelum dilakukannya UTGO hewan uji dipuasakan selama 10-16 jam, kemudian diberikan larutan glukosa yang diberikan secara per oral dan pada awal percobaan sebelum pemberian obat dilakukan pengambilan cuplikan darah sebagai kadar glukosa awal. Pengambilan cuplikan darah diulangi setelah perlakuan pada waktu tertentu. Keadaan hiperglikemia pada uji toleransi glukosa oral hanya berlangsung beberapa jam setelah pemberian glukosa sebagai diabetogen Permatasari, 2008. 2. Metode Uji Dengan Perusakan Pankreas Metode ini dilakukan dengan memberikan diabetogen yang dapat menyebabkan pankreas hewan uji rusak sehingga terkondisi seperti pada penderita DM. Diabetogen yang banyak digunakan adalah aloksan karena obat ini cepat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu dua sampai tiga hari. Zat-zat diabetogen yang lain seperti streptozosin, diaksosida dan adrenalin. Prinsip metode ini adalah induksi DM yang diberikan pada hewan uji dengan disuntikkan aloksan monohidrat. Penyuntikan dilakukan secara intravena. Perkembangan keadaan hiperglikemia diperiksa setiap hari Permatasari, 2008. 3. Metode Resistensi Insulin Metode ini dilakukan dengan memberikan pakan kaya lemak dengan komposisi pakan 80, lemak babi 15, kuning telur bebek 5 dengan jumlah konsumsi setiap hari 15gtikus, dan fruktosa sebesar 1,8gKg BB tikus secara peroral selama 50 hari. Resistensi insulin pada tikus diuji menggunakan 3 parameter, yaitu uji kadar glukosa darah preprandial dan postprandial, aktifitas hipoglikemik glibenklamida dan pengamatan ekspresi protein GLUT- 4 pada jaringan otot Syamsul, Nugroho, Pramono, 2011.

F. Metode Enzimatik GOD-PAP

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL 96% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP TIKUS JANTAN Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 96% Buah Pare(Momordica charantia L.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 17

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL 96% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol 96% Buah Pare(Momordica charantia L.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 13

UJI DAYA ANTIFUNGI JUS BUAH PARE (Momordica charantia Uji Daya Antifungi Jus Buah Pare (Momordica Charantia L) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro.

0 1 7

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Alok

0 0 11

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.)TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Pare (Momordica charantia L.)Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi AloksaN

0 1 15

Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Jantan Wistar yang Diinduksi Aloksan.

0 9 20

Pengaruh jus buncis (Phaseolus vulgaris L.) terhadap kadar gula darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

3 31 81

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 8

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 0 6

Interaksi jus buah pare (Momordica charantia L.) dan jus buah naga merah (Hylocereus purpusii L.) terhadap tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 0 98