Penentuan Β- Karoten Denganmenggunakan Spektrofotometri Uv-Vis Λ 25 Dan Pemeriksaan Warna Menggunakan Lovibond Tintometer Pada Cpo Refinery Di Pt.Ciliandra Perkasa Group Pelintung

(1)

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV -

VIS λ 25

DAN

PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN

LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERY

DI PT. CILIANDRA PERKASA GROUP

PELINTUNG

KARYA ILMAH

BINTANG V.T SITOMPUL

112401010

PROGRAM STUDI DIPLOMA D III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PENENTUAN β

- KAROTEN PADA STORAGE TANK CPO DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV

–VIS λ

25 DAN

PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN

LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERY

DI PT. CILIANDRA PERKASA GROUP

PELINTUNG

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Gelar Ahli Madya

BINTANG V.T SITOMPUL

112401010

PROGRAM STUDI DIPLOMA D III KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN β- KAROTEN DENGANMENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS λ 25 DAN PEMERIKSAAN WARNA MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERY DI PT.CILIANDRA PERKASA GROUP PELINTUNG

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : BINTANG V.T SITOMPUL

NomorIndukMahasiswa : 112401010

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui

Medan, Mei 2014 DisetujuiOleh

Program Studi Diploma III Kimia DosenPembingbing Ketua,

Dra. Emma ZaidarNst, M.Si Dr.NimpanBangunM.Sc

NIP. 195509181987012001 NIP.195012221980031002

Diketahui/DisetujuiOleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. RumondangBulanNst, MS NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN β– KAROTEN PADA STORAGE TANK CPO DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV –VIS λ 25 DAN

PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERY

DI PT. CILIANDRA PERKASA GROUP PELINTUNG

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali Beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan ,Mei 2014

BINTANG V.T SITOMPUL 112401010


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Penyusunan Karya Ilmiah ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program studi Diploma–III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada pihak yang membantu penulis mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga penyelesaian Karya Ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan Terimakasih kepada :

1. Kepada ibunda tercinta Pitara Hutabarat, yang member doa, kasih dan dukungan moril maupun materil kepada penulis yang tak terbalaskan.

2. Kepada abangda Tunggul Sitompul, David Sitompul, Fery Sitompul dan kakanda DesySitompul yang telah memeberikan semangat dan dukungan materil kepada penulis mulai dari kuliah sampai dengan selesai menyelesaikan studi.

3. Bapak Dr. Nimpan Bangun M.Sc, selaku Dosen Pembingbing akademik Karya Ilmiiah ini.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 5. Seluruh staff pengajar serta pegawai Program Studi Kimia Analis FMIPA USU

6. Sahabat sahabat seperjuangan KIMIA ANALIS 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah bersama sama dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini.

7. Teman teman satu kos bulang, Suhar Parlay, Iwan Lotok, Salomo, Dani Bos, Marco, Urim Bos, Henri, Nado Bos, Mansur yang memberi dorongan selama proses penyelesaian karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik secara materi dan penyajiannya. Maka daripada itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi terciptanya kesempurnaan pada karya ilmiah ini. Semoga penulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan kita semua.

Medan , Mei 2014 Penulis


(6)

PENENTUAN β- KAROTEN PADA STORAGE TANK CPO DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV –VIS λ 25 DAN

PEMERIKSAAN WARNADENGAN MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERY

DI PT. CILIANDRA PERKASA GROUP PELINTUNG

ABSTRAK

Kandungan β-karoten yang terdapat dalam minyak merupakan syarat mutu kualitas minyak, β-karoten mempunyai fungsi penting dalam kualitas nilai gizi minyak karena karoten dapat sebagai pro vitamin A dalam tubuh dan dapat sebagai anti kanker (antioksidan). Serta warna minyak yang baik (tidak kotor) merupakan nilai ekonomis minyak sawit sebelum di produksi dan di kirim kepada konsumen. Penentuan kadar β -karoten dan pemeriksaan warna dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri UV – Vis λ 25 dan Lovibond Tintometer. Kadar karoten di dasarkan pada standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dan ordinary, dimana kadar karoten yang baik 500 – 700 ppm. Dan standar mutu intensitas warna yang baik pada minyak CPO 25 maks R/Y (Red / Yellow).


(7)

DETERMINATION OF β - CAROTENE IN CPO STORAGE TANK WITH SPECTROPHOTOMETRY UV –VIS λ – 25

AND EXAMINATIONCOLOR WITH USING LOVIBOND TINTOMETER IN CPO REFINERY

PT. CILIANDRA PERKASA GROUP PELINTUNG

ABSTRACT

The β-carotene content in the oil is oil quality standard conditions, β-carotene may have an important role in the quality of the nutritional value of oil for carotene can be pro-vitamin A in the body and can be anti-cancer (antioxidants). And color good oil (not dirty) is the economical production of oil palm plantations in and send to the consumer. Determination of β-carotene and color inspection is done by using UV spectrophotometry - Vis λ 25 and LovibondTintometer. Rate carotene in the ground on Prime Bleach Special quality standards (DPS) and the ordinary, where the rate of carotene good 500-700 ppm.And standard quality good color intensity on oil CPO 25 max R / Y (Red / Yellow).


(8)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penulisan 3

1.4. Manfaat Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Kelapa Sawit 5

2.2. Pengolahan TBS 6

2.3. Komposissi Kimia Kelapa sawit 12

2.4. Sifat Fisiko – Kimia Kelapa Sawit 13

2.5. Minyak Sawit sebagai Industri pangan dan non Pangan 14

2.6. Karotenoida 15

2.6.1. Sifat dan Stabilisasi Karoten dalam Minyak CPO 18

2.6.2. Karoten sebagai Anti Kanker 19

2.6.3. Karoten sebagai Pro Vitamin A 20

2.6.4. Karoten sebagai pewarna Makanan dan Minuman 22

2.7. Spektrofotometri UV- Visible 24

BAB II I BAHAN DAN METODE 28

3.1. Penentuan Kadar β-karoten 28

3.1.1. Alat –Alat 28

3.1.2. Bahan 28

3.1.3. Prosedur Preparasi Sampel 28

3.1.4. Prosedur analisa sampel 29

3.2. PemeriksaanWarna 29

3.2.1. Alat–Alat 29

3.2.2. Bahan 29


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31

4.1. Data dan Hasil Analisis 31

4.1.1. Data hasil Analisa β-Karoten pada CPO 31 4.1.2. Data hasil Analisa Warna pada Minyak CPO 31

4.2. Pembahasan 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 33

5.1. Kesimpulan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 35


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 12 2.2 Nilai Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti

Sawit

13

2.3 Zat – zat pewarna yang termasuk uncertified 23 2.4 Batas maksimum ADI (Acceptable Daily Intake) 23 2.5 Warna warna yang dihubungkan dengan panjang gelombang 24

4.1.1 Data hasil Analisa β - Karoten pada CPO 31 4.1.2 Data hasil Analisa Warna pada Minyak CPO 31


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

1.1 Struktur dari β- Karoten 17 1.2 Sruktur dari vitamin C 22


(12)

DAFTAR LAMPIRAN


(13)

PENENTUAN β- KAROTEN PADA STORAGE TANK CPO DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV –VIS λ 25 DAN

PEMERIKSAAN WARNADENGAN MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERY

DI PT. CILIANDRA PERKASA GROUP PELINTUNG

ABSTRAK

Kandungan β-karoten yang terdapat dalam minyak merupakan syarat mutu kualitas minyak, β-karoten mempunyai fungsi penting dalam kualitas nilai gizi minyak karena karoten dapat sebagai pro vitamin A dalam tubuh dan dapat sebagai anti kanker (antioksidan). Serta warna minyak yang baik (tidak kotor) merupakan nilai ekonomis minyak sawit sebelum di produksi dan di kirim kepada konsumen. Penentuan kadar β -karoten dan pemeriksaan warna dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri UV – Vis λ 25 dan Lovibond Tintometer. Kadar karoten di dasarkan pada standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dan ordinary, dimana kadar karoten yang baik 500 – 700 ppm. Dan standar mutu intensitas warna yang baik pada minyak CPO 25 maks R/Y (Red / Yellow).


(14)

DETERMINATION OF β - CAROTENE IN CPO STORAGE TANK WITH SPECTROPHOTOMETRY UV –VIS λ – 25

AND EXAMINATIONCOLOR WITH USING LOVIBOND TINTOMETER IN CPO REFINERY

PT. CILIANDRA PERKASA GROUP PELINTUNG

ABSTRACT

The β-carotene content in the oil is oil quality standard conditions, β-carotene may have an important role in the quality of the nutritional value of oil for carotene can be pro-vitamin A in the body and can be anti-cancer (antioxidants). And color good oil (not dirty) is the economical production of oil palm plantations in and send to the consumer. Determination of β-carotene and color inspection is done by using UV spectrophotometry - Vis λ 25 and LovibondTintometer. Rate carotene in the ground on Prime Bleach Special quality standards (DPS) and the ordinary, where the rate of carotene good 500-700 ppm.And standard quality good color intensity on oil CPO 25 max R / Y (Red / Yellow).


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak sawit mentah (CPO) disimpan dalam tangki penimbunan sebelum diolah menjadi biodiesel. Adapun tahapan pembuatan biodiesel meliputi proses Refinery, kemudian ditransesterifikasi seperti diagram alir dibawah ini.

Kadar - karotenoid ditentukan sebelum proses degumming dan bleaching,

untuk mendapatkan jumlah bahan asam posphat ( ) dan bleaching earth yang akandigunakan.

Pada proses degumming, CPO ditambahkan dengan asam phospat konsentrasi 80-85% dan disertai penambahan air. Tujuan utama dari degumming ini adalah untuk menghilangkan kadar phospatida dalam minyak mentah karena adanya komponen ini akan memberikan rasa dan warna gelap yang tidak diinginkan, dan memperpendek umur penyimpanan minyak (minyak akan teroksidasi).

Setelah dari proses degumming minyak dilakukan proses bleaching yaitu penambahan bleaching earth untuk proses pemucatan warna pada minyak. Tujuan penambahan bleaching earth adalah :

1. Mengabsorbi impurities yang tidak diinginkan dalam minyak CPO seperti trace metal, moisture.


(16)

- karoten, karoten, α-karoten. (Madya, et.al , 2006)

Karotenoid merupakan pigmen alami dalam CPO (500-700 ppm), berwarna kuning sampai merah, namun karotenoid akan terdegradasi (terurai) dan terbuang selama proses pemurnian CPO. Karena selama proses bleaching karoten yang berfungsi sebagai pigmen akan diserap oleh adsorben dan dilakukan pemanasan pada suhu tinggi, dimana akan mengurangi kadar karoten dalam minyak sebab karoten tidak stabil pada suhu tinggi. (100-120 ° C). (Ketaren, 2005).

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk

membahasnya dalam Karya Ilmiah ini yang berjudul “ PENENTUAN -

KAROTEN PADA STORAGE TANK CPO DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV -VIS λ β5 DAN PEMERIKSAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN LOVIBOND TINTOMETER PADA CPO REFINERYDI PT. CILIANDRA PERKASA GROUP –PELINTUNG, Dumai”

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan pada analisa -karoten minyak CPO adalah

a) Mengapa -karoten di analisa pada proses refinery ?

b) Apa masalah dan akibat apabila –karoten tidak di analisa pada proses


(17)

1.3. Tujuan Analisa

Adapun tujuan dari Analisa - karoten dan pemeriksaan warna pada CPO sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui kadar -karoten di dalam CPO (Crude Palm Oil)

b) Untuk mengetahui skala intensitas warna pada CPO yang baik

c) Untuk mengetahui manfaat -karoten di dalam tubuh dan di dalam industri. 1.4. Manfaat Analisa

Adapun manfaat Analisa -karoten dan pemeriksaan warna pada CPO adalah :

a) Untuk meningkatkan atau menjaga kualitas -karoten dalam CPO

b) Untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang fungsi -karoten di dalam tubuh, dimana -karoten adalah provitamin A (antioksidan) yang sangat berpengaruh terhadap nilai gizi dalam tubuh dan bidang kesehatan lainnya sehingga produk CPO dapat digunakan konsumen dengan baik.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaesis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan plama yang termasuk tanaman tahunan. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamkan dengan inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping adalah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu ββ˚C - γβ˚ C. Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikrap dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalamperikarp sekitar 30-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Hasil utama yang dapat di peroleh dari buah sawit adalah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika - kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah paenyerbukan.Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak,maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan


(19)

telah terdapat buah memberondol normal. Minyak yang mula mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Di Indonesia, kelapa sawit hanya berperan sebagai tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman penghias jalanan. Mulai tahun 1911, barulah kelapa sawit dibudidayakan secara komersil. Orang yang merintis usaha ini pertama kali adalah Adrian Hallet, seorang belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di afrika. Luas kelapa sawit di indonesia terus bertambah pada tahun 1916 seluas 1.272 bertambah luas menjadi 92.307 pada tahun 1938.Ekspor minyak dan inti sawit dimulai pada tahun 1919 dan 1923,sebesar 576 ton dan 850 ton. Pada tahun 1948/1949 produksi perkebunan kelapa sawit pun menyusut tajam hanya 56 ribu ton, produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurun dikarenakan perubahan manajemen dan kondisi politik keamanan di dalam negeri belum stabil. Penurunan ini menjadikan posisi Indonesia, sebagai salah satu pemasok minyak sawit di dunia yang terbesar menjadi tergeser oleh Malasyia.

2.2. Pengolahan TBS

Pegolahan TBS bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS dan brondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkan nya minyak sawit dan hasil – hasil samping nya.


(20)

Pada dasar nya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik, yaitu ;

- Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah, dan

- Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. (Pahan, I. 2006)

Dibawah ini akan dijelaskan proses pengolahan TBS hingga menjadi CPO. 2.2.1. Perebusan TBS (Sterilizer)

Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 1β5˚C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandan ny.( Tim penulis, 1997)

Tujuan perebusan adalah :

a) Untuk menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB)

Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya cukup dengan perebusan hingga temperature 50˚C selama beberapa menit. Nmaun, jika di tinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.


(21)

Untuk melepaskan brondolan (spikelets fruit) dari tandan secara manual, sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karena nya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperatur yang semestinya di bagian dalam tandan buah. (Pahan, I. 2006)

c) Penyempurnaan dalam pengolahan

Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan. Dengan berkurang nya air, susunan daging buah (pericarp) berubah, yang mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat non lemak (non oil solid).

d) Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari inti sawit terhadapnya cangkang nya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkang nya akan menjadi berkurang.

2.2.2. Pemipilan (Stripper)

TBS yang telah direbus di kirim ke bagian pemipilan dan di tuangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting craneatautransfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting - banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandan nya. Tandan yang belum cukup terpipil


(22)

dikumpulkan untuk direbus ulang. Tandan yang keluar dari pemipil, dapat diteliti hal – hal berikut :

a) Banyak nya tandan kosong yang harus direbus ulang dalam satu hari. Hal ini dipakai dalam menghitung berkurangnya kapasitas PKS karena pekerjaan ulangan (rework)

b) Brondolan yang masih terdapat dalam tandan kosong dianalissis secara teratur untuk mengetahui kerugian yang timbul

c) Dalam jangka waktu tertentu, tandan kosong harus diambil untuk di analisis minyak yang terserap oleh tandan kosong tersebut. Hal ini berhubungan dengan ekstraksi yang dihasilkan PKS.

2.2.3. Pencacahan (digester) dan Pengempaan (presser)

Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecil nya. Selama proses pengempaan berlangsung. Air panas di tambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga, massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10 – 15 % dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 90˚C. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50 % minyak, 42 % air, dan 8 % zat padat.

2.2.4. Pemurnian Minyak (Clarifierr oils)

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran (impurities), baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun


(23)

air. Tujuan dari pembersihan/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin.Beberapa alat yang digunakan dalam proses pengolahan TBS menjadi minyak CPO, sebagai berikut :

1. Sand Trap Tank

Alat ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan, yang dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan garafitasi yaitu mengendapkan padatan. Ditinjau dari segi mekanismenya bahwa bentuk silinder memberikan aliran sirkular yang dapat mempercepat proses pengendapan pasir atau padatan yang BJ (berat jenis) nya lebih besar dari minyak.

2. Vibrating screen

Pemisahan ini bertujuan untuk memisahkan non oil solid yang berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya didapatkan minyak yang memenuhi standar. Pada proses ini ditambahkan air panas dengan tujuan agar partikel – partikel pasir dapat terpisah dengan baik. Suhu air pencuci diusahakan agar tetap panas 80 –90˚ C. (Ponten, 1998)

3. Crude Oil Tank

Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur 95 – 100˚C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. (Pahan, I. 2006)


(24)

Fungsi dari Setling tank ialah mengendapkan kotoran- kotoran (NOS) yang terdapat dalam minyak. Proses pengendapan ini dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu 80˚C. Pada suhu ini kekentalan minyak lebih rendah sehingga fraksi – fraksi yang BJ

≥ 1 akan berada di bagian bawah tangki dan mengendap. Campuran

minyak yang terdapat dalam oil setling tank terdiri dari tiga lapisan; lapisan minyak, lapisan sludge dan lapisan lumpur. Semakin lama minyak berada dalm oil setling tank maka pemisahan akan semakin sempurna. 5. Sludge tank

Sludge yang berada dalam sludge tank mendapat pemanasan dengan menggunakn pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang, karena pemanasan yang tinggi dapat memisahkan minyak yang terikat pada lumpur, oleh sebab itu suhu dalam sludge tank dipertahankan 90 – 100˚ C. 6. Sludge separator

Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya 1. Air dan kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drabt dengan kadar minyak kering/zat kering 7 – 10 %. Suhu minyak dalam sludge separator

dipertahankan diatas 90 ˚ C.

7. Oil tank

Minyak dalam oil tank masih mengandung kotoran ringan.Alat COT digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga suhu 90˚C. Tujuan pemanasan adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air. Suhu minyak dalm oil tank sangat berpengaruh pada proses oil purifier


(25)

dan vacum dryer, karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga suhu pada oil tank adalah sumber panas.

8. Oil Purifier

Oil purifier ini disebut oil centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dengan cara sentrifugasi, yang dapat menurunkan kadar air pada minyak. 9. Storage Tank

Fungsi dari storage tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak hasil pengolahan dari TBS sebelum di proses selanjut nya. (Ponten, 1998). Bagian dalam tangki penyimpanan minyak sawit dilengkapi dengan pipa uap untuk memanaskan minyak sawit supaya tidak sampai membeku. (Ketaren, 1986)

2.3. Komposisi Kimia Kelapa Sawit

Seperti jenis minyak yang lain,minyak sawit tersusun dari unsur unsur C, H, dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang (Tim penulis, 1998). Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% pericarp dan 20 % buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam pericarp sekitar 30 – 40 %. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tepat. Rata – rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlah nya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam lemak Minyak kelapa sawit (persen)

Minyak inti sawit (persen)


(26)

Asam kaproat - 3 – 7

Asam laurat - -

Asam miristat 1,1- 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearate 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2

(Ketaren, 1986) Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera lebih kurang 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren, 1986) 2.4. Sifat fisiko – kimia kelapa sawit

Sifat fisiko – kimia minyak kelapa sawit meliputi, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling poin), titik pelonakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Tabel 2.2. Nilai Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 – 0,913 Indeks bias D 40 ˚ 1,4565 - 1,4585 1,495 – 1,415

Bilangan iod 48 – 56 14 – 20

Bilangan penyabunan 196 -205 244 – 254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam asam lemak digliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan


(27)

bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan ionone. Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda beda. (Ketaren, 1986)

2.5. Minyak sawit sebagai industri pangan dan non pangan

Minyak sawit digunakan sebagai produk pangan biasnya dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Sebagai bahan baku untuk minyak makan,minyak sawit antar lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening untuk pembuatan kue kue dan lain sebagai nya. Dari nilai gizi nya, penggunaan minyak sawit sebagai minyak goreng cukup menguntungkan. Adanya karoten dan tokoferol yang terkandung di dalamnya menyebabkan minyak sawit ini perlu dikembangkan sebagai sumber vitamin. Selain itu minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng non kolesterol (kadar kolesterol nya rendah ).

CPO kasar mengandung karotenoid (pro-vitamin A) yang sangat tinggi Karotenoid bisa berfungsi ganda; yaitu sebagai antioksidan dan sumber vitamin A bagi tubuh. Minyak goreng sawit yang beredar di pasaran telah mengalami proses pemurnian dan pemucatan, sehingga kandungan karotenoid nya telah turun dengan tajam. Karena itu perlu diperkenalkan ke konsumen, RPO yang diproduksi dengan teknik permurnian khusus tidak menyebabkan hilangnya karotenoid.CPO secara alami merupakan sumber vitamin E yang potensial, tertutama dalam bentuk tokoferol dan tokotrienol.(Mensink dkk. 1999).


(28)

Selain bahan yang baku untuk industri makanan, minyak sawit mempunyai potensi yang sangat besar untuk digunakan di industri – industri non pangan dari industri farmasi sampai industri oleochemikal, untuk produk non pangan juga dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti minyak sabagai melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin. Minyak sawit juga digunakan dalam industri farmasi, terutama dikaitkan dengan karoten dan tokoferol, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker, paru paru dan payudaraselain karoten, kandungan minor lainnya yang mempunyai nilai komersil adalah tokoferol.Unsur ini dikenal sebagai antioksidan alam, dan juga sebagai sumber vitamin E. Diketahui bahwa tokoferol merupakan sumber vitamin E yang cukup potensial.Manfaat nya dalam tubuh adalah mengurangi kerusakan sel dalam tubuh. (Tim penulis, 1997)

2.6. Karotenoida

Karotenoida adalah zat warna kuning yang terdapat dalam tumbuh tumbuhan dan isomernya likopena, keduanya adalah zat hidrokarbon yang tak jenuh. Sejumlah zat warna tumbuh tumbuhan lain yang mengandung oksigen adalah berhubungan erat dengan zat – zat ini. Golongan zat – zat warna ini disebut karotenoida berasal dari karotena (karotin). Karena zat- zat ini larut dalam lemak – lemak dan terdapat dalam lemak tumbuh tumbuhan dan hewan, maka golongan ini disebut juga lipochrom.

Menurut (Meyer, 1966) Karotenoida dapat digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu:


(29)

a) Karoten yaitu karotenoida hidrokarbon yang termasuk ke dalam golongan ini adalah , α, - karoten dan Likopena.

b) Xantrofil dan derivat derivat karoten yang mengandung oksigen dan hidroksil. Yang termasuk dalam grup ini antara lain kriptosantin

( 5OH), lutein ( (OH ).

c) Ester xantrofil yaitu ester xantrofil asam lemak yaitu Zeassantin

d) Asam karotenoida yaitu derivat karoten yang mengandung gugus karboksil.

Karoten sangat merata terdapat dalam dunia tumbuh tumbuhan, dalam daun disamping chlorofil dan ksantofil, dalam banyak bunga bunga dan dalam buah buahan. Juga dalam dunia hewan karoten terdapat dalam lemak susu dan serum darah. Orang mengenal tiga buah karoten ( ) isomer,dinyatakan

sebagai α, , -karotena. Zat warna karoten dari beberapa tanaman terdiri atas

ketiga isomer ini.

– karotena menurut struktur nya mengandung dua kali rangka karbon -ionon, dihubungkan dengan sebuah rantai yang terdiri atas 12 atom karbon, yang mempunyai 2 buah gugus sebagai rantai rantai cabang. Ke 11 ikatan ikatan rangkapnya letaknya semua di konjugasi. Molekul molekul karotenoida mengandung beberapa ikatan rangkap yang konjugasi dan dapat di pandang sebagai poliena - poliena. Warna warna zat ini, sebagai warna yang sangat merah (likopena) dan merah jingga (karotena).

α – karoten mengkristal sebagai jarum merah tua, mencair pada suhu 187 °C dan menunjukkan kegiatan optis = + 380 °. Zat ini terdapat dalam zat-zat


(30)

berasal dari tumbuhan disamping -karoten, antara lain dalm minyak kelapa sawit. Struktur -karoten dan α – karoten berbeda pada tempat ikatan rangkap nya.

– karoten mengkristal sebagai jarum violet, mencaur pada 178° dan bersifat tak optis aktif. Dalam molekul – karoten terdapat sebuah gugus siklis,

ialah gugus - ionon. (Djohari,A. dkk.1946)

Kaidah Woorward – Fieser untuk memperhitungkan suatu molekul di samping tidak berlaku untuk ikatan rangkap silang juga tidak berlaku untuk struktur molekul poliena (dengan ikatan rangkap yang terkoyugasi lebih dari empat ). Selanjutnya Feiser –Kuhn telah mengembangkan dan dari struktur poliena. Kaidah Feiser – Kuhn untuk poliena dinyatakan sebagai :

= 114 + 5R + 1(48 – 1,71) – 16,5 – 10

= 1,74 x I R = Jumlah substituent alkil I = Jumlah ikatan terkonyugasi

= Jumlah lingkar dengan ikatan rangkap endosiklik = Jumlah lingkar dengan ikatan rangkap eksosiklik


(31)

Gambar 1.1. Struktur dari - Karoten Struktur molekul - karoten mengandung :

- 11 ikatan rangkap terkonyugasi : I = 11

- 10 substituen alkil : R = 10

- 2 endosiklik lingkar dengan ikatan : = 2

= 114 + 5R + 1 (48 – 1,71) – 16,5 – 10

= 114 + (5 x 10) + 11 (48 – 1,7 x 11) – (16,5 x 2 ) – (10 x 10)

= 114 + 50 + 322,3–33 = 453 ,3 nm

= 1,74 x x I = 1,74 X x 11

=1,91 x (Mulja, M. 1995)

2.6.1. Sifat dan Stabilitas Karoten dalam Minyak CPO

Adanya karotenoid menyebabkan warna kuning kemerahan. Bila minyak dihidrogenasi maka akan terjadi hidrogenasi karotenoid dan warna merah akan berkurang. Selain itu, perlakuan pemanasan juga akan mengurangi warna pigmen,


(32)

karena karotenoid tidak stabil pada suhu tinggi. Pigmen ini mudah teroksidasi sehingga minyak mudah tengik. Cara menghilangkan pigmen biasanya dilakukan dengan absorben seperti arang aktif dan bleaching earth. (Winarno, FG. 1992) Adapun sifat fisika - kimia karoten sebagai berikut : (Djoari, A. dkk. 1946)

a) Karotenoida sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon dengan banyak ikatan tidak jenuh

b) – karotena tidak optis aktif

c) Larut dalam benzene, chloroform dan karbondisulfida dengan baik d) Sukar melarut dalam alkohol

e) Karoten dan likopena hanya oleh oksigen saja sudah teroksidasi (auto– oksidasi); sifat ini berhubungan dengan keadaannya yang sangat tak jenuh. f) - karotena berbentuk kristal merah tua dalam daun - daun

g) M

2.6.2. Karoten sebagai anti kanker

Karoten menyimpan potensi yang cukup berharga karena dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker. Kanker terdapat pada manusia di dalam jaringan epeitel,tergantung pada retinoid untuk perbedaan sel normal. Beberapa ilmu epidemiologi menyatakan sebagai hubungan kebalikan antara kandungan vitamin A pada makanan rendah lemak dan resiko pada kanker dan percobaan menyatakan bahwa retinoid mampu mengurangi beberapa efek karsinogenik.

– karoten merupakan sebuah antioksidan yang memungkinkan peranan dalam menangkap peroksida radikal bebas di dalam jaringan pada tekanan oksigen yang rendah. Kemampuan – karoten sebagai antioksidan merupakan


(33)

stabilisasi pada organik peroksida radikal bebas dengan terkonjugasi pada struktur alkil. Sejak – karoten efek pada konsentrasi oksigen yang rendah melengkapi antioksidan pada vitamin E.(Murray, R,1988).

Radikal bebas secara alami terdapat di dalam tubuh sebagai hasil metabolisme normal. Kandungan radikal bebas dapat meningkat pada kondisi stress dan kerja keras. Selain itu, radikal bebas dapat berasal dari polutan dan makanan. Radikal bebas ini berperan sebagai oksidan yang kuat bagi komponen disebut sebagai kerusakan oksidatif, bisa menyebabkan penyimpangan pada fungsi sel. Tokoferol dan tokotrienol dari CPO dapat berperan sebagai antioksidan alami, menangkap radikal bebas, karena itu berperan melindungi sel-sel dari proses kerusakan. (Mustard dkk. 2002).

2.6.3. Karoten sebagai Pro Vitamin A

Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali, meempunyai sifat yng sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar, dan lemak yang sudah tengik. Sebagian besar sumber Vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan- bahan nabati. Tubuh manusia mempunyai kemampuan mengubah sejumlah besar karoten menjadi vitamin A. Dalam tanaman terdapat beberapa

jenis karoten, namun yang lebih banyak ditemui adalah α-, -, - karoten;

mungkin juga terdapat kriptoxantin.

Dalam bahan makanan terdapat vitamin A dalam bentuk karoten sebagai ester vitamin A dan sebagai Vitamin A yang bebas. Keaktifan biologis karoten jauh lebih rendah dibandingkan dengan vitamin A. Dalam tubuh vitamin A


(34)

berperan dalam penglihatan/mata, permukaan epitel, serta membantu proses pertumbuhan. Peranan retinol untuk penglihatan normal sangat penting karena daya penglihatan normal sangat penting karena daya penglihatan mata sangat tergantung oleh adanya rhodopsin, suatu pigmen yang mengandung retinol.

Vitamin A berperan menjaga agar kornea mata selalu sehat.Mata yang normal biasanya mengeluarkan mucus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Akan tetapi bila kekurangan vitamin A, sel epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein yang larut dalam air dan bukan mucus. Bila sel – sel mengeluarkan keratin, sel–sel membran mengalami kering dan mengeras, dan keadaan tersebeut dikenal dengan istilah keratinisasi. Keadaan tersebut berlanjut akan menyebabkan penyakit xeroftalmia. Xeroftalmia adalah keadaan bila orang mengalami kekurangan vitamin A, mula – mula konjungasi mata mengalami keratinisasi, kemudian korneanya juga terpengaruh. Bila tidak diobati, maka akan menjadi buta. Dengan karakteristik unik yang dimilikinya; terutama dalam hal potensi kandungan vitamin E dan karotenoid, serta tidak mengandung asam lemak trans, maka berbagai penelitian telah banyak yang menunjukan adanya manfaat kesehatan dari penggunaan CPO.

Penggunaan minyak sawit merah (Red Palm Oil, RPO) misalnya, telah terbukti efektif meningkatkan status vitamin A pada anak-anak dan ibu-ibu (Panorama dkk. 1997). Pada anak-anak yang diberi makan dengan biskuit yang mengandung RPO, hasilnya ada peningkatan vitamin A yang signifikan, diukur dengan serum retinol, hasil tersebut sebanding dengan anak-anak yang telah diberi


(35)

dkk. 2001). Jumlah kebutahan vitamin A yang dianjurkan (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1978) adalah 1.200 – 2.400 IU bagi bayi dan anak anak di bawah 10 tahun, dan 3.500 – 4.000 IU untuk orang dewasa. (Winarno, FG. 1992)

Hubungan -karoten terhadap vitamin A dapat dilihat pada struktur, dimana - isomer mengandung 2 residu vitamin A.

Gambar 1.2. Struktur dari vitamin A (retinol)

Karotenoid tidak mempunyai vitamin aktif sendiri. Vitamin A atau retinol merupakan sebuah senyawa polisoprenoid yang mengandung sebuah cincin siklohexenil.Vitamin A merupakan bentuk umum terhadap semua senyawa dari sumber hewan yang menunjukan aktivitas biologi pada vitamin A. Di dalam tubuh fungsi utama vitamin A merupakan pembawa keluar melalui retinol dan mempunyai 2 turunan retinal dan asam retinoik. (Murray, R, 1988)

2.6.4. Karoten sebagai pewarna makanan dan minuman

Golongan karoten menghasilkan warna jingga sampai merah yang dapat larut dalam lemak walaupun kelarutan nya tidak besar. Zat zat ini digunakan dalam mewarnai produk – produk minyak dan lemak seperti margarin dan minyak goreng. Untuk penggunaan yang lebih luas telah dikembangkan zat pewarna karoten yang dapat terdispersi dalam air sehingga dapat dipergunakan untuk mewarnai minuman, puding, keju, maupun es krim.


(36)

Penggunaan karotenoid ini berkembang setelah zat pewarna yang larut dalm minyak (FD & C Yellow no 3 dan 4) dicoret dari daftar certified color. Harga karotenoid jauh lebih mahal daripada zat pewarna certified, sehingga dalam praktek, zat warna certified lebih banyak digunakan daripada karotenoid.

Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat pewarna alami dan zat warna mineral, walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti – karoten dan kantaxantin yang telah dibuat secara sintetik. Untuk penggunaan nya, zat pewarna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap. Satu satunya zat pewarna uncertified yang penggunaan nya masih bersifat sementara adalah Carbon Blake.

Tabel 2.3. Zat – Zat pewarna yang termasuk uncertified dan penggunaanya. Zat Pewarna Penggunaan

Tepung Alga Ransum ayam (warna kuning kulit ayam dan telur)

Ekstrak Anato Tidak boleh lebih dari 15 mg/lb

Β-Apo-8-karotenol

Tepung bit Kantaxanin Tidak boleh lebih dari 15 mg/lb

Karamel - Karoten

Sumber:Winarno, FG. 1992

Seperti hal nya certified color, uncertified color juga mempunyai batas maksimum pemakaian seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4. Batas Maksimum ADI (Acceptable Daily Intake) untuk Uncertified Color

Zat Pewarna ADI

Maksimum, mg/kg Annato

Kantaxantin -Apo-8-karotenol


(37)

Β-Karoten

Kunyit ( Turmeric) Riboflavin

(Winarno, FG. 1992)

2.7. Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometri uv –vis adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190 – 380) dan sinar tampak (380 –780 nm). Spektrofotometri UV-VIS melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada produk yang di analisis,sehingga spektrofotometri UV – Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian,spectra ultraviolet dan spectra tampak dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keaddan dasar (ground state). Transisi –transisi elektronik akan meningkatkan energi molecular dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi.

Warna sinar tampak dapat digunakan dengan panjang gelombang nya.Sinar putih mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar tampak. Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) dapat dipilih dari sinar putih (sebagai contoh dari alat prisma )

Tabel 2.5. Warna warna yang dihubungkan dengan panjang gelombang. Panjang Gelombang Warna yang diserap Warna yang diamati


(38)

400 - 435 nm Ungu (Lembayung)

450 - 480 nm Biru Kuning

480 - 490 nm Biru Kehijauan Orange

490 - 500 nm Hijau Kebiruan Merah

500 - 560 nm Hijau Merah anggur

560 - 580 nm Hijau kekuningan Ungu(Lembayung)

580 - 595 nm Kuning Biru

595 - 610 nm Oranye Biru Kekuningan

610 - 750 nm Merah Hijau kebiruan

(Mulja, M. 1995) Frekuensi banyaknya gelombang melewati suatu titik tertentu dalam satuan waktuadalah seper waktu, dan satuan yang biasanya digunakan adalah detikˉ1. Satuan frekuensi juga dapat dinyatakan sebagai putaran perdetik atau Hertz (Hz).Frekuensi biasanya disimbolkan dengan huruf latin nu(v). Bilangan gelombang merupakan seperpanjang gelombang (1/λ) sehingga satuan nya adalah 1/panjang. Jika panjang gelombang dinyatakan dengan cm,maka bilangan gelombang dinyatakan dengan cm. Hubungan antara energi yang dimiliki radiasi elektromagnetik, frekuensi,dan panjang gelombang dapat dirumuskan sebagai berikut:

E =

h.v

(1)

V = (2)

Dengan menggabungkan persamaan (1) dan persamaan (2) maka akan diperoleh persamaan berikut.

E =


(39)

h = Tetapan planck yang harganya 6,626 x joule c = Kecepatan cahaya yang harganya(2,998 x ) λ = Panjang gelombang

Analisis dengan spektrofotometri UV – Vis selalu melibatkan pembacaan absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan (%T).Hukum Lambert beer menyatakan bahwa “Intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.Dalam Hukum Lambert Beer tersebut ada beberapa batasan yaitu :

- Sinar yang dating dianggap monokromatis.

- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama.

- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut.

- Tidak terjadi fluoresensi atau fosforesensi.

- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Lambert dan Beer membuat formula secara matematik hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis atau tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai :


(40)

A = Log =€.c.b Dimana T = % T

Io = Intensitas radiasi yang datang It = Intensitas radiasi yang diteruskan ε = Absorbansi molar (Lt

C = Konsentrasi (Mulja, M. 1995)

Pada kenyataannya, spectrum UV-Vis yang merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai ordinat)dan panjang gelombang (sebagai absis) bukan merupakan garis spectrum akan tetapi merupakan suatu pita spectrum. Terbentuknya pita spectrum UV-Vis tersebut disebabkan oleh terjadinya eksitasi elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks. (Ibnu ghalib ganjar dan Abdul ,R.2007)


(41)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Penentuan kadar -karoten 3.1.1. Alat –Alat

Alat – alat yang dipergunakan dalam penentuan kadar - karoten pada CPO meliputi

- Moisture Analizer

- Cawan moisture analyzer - Labu takar

- Pipet Tetes - Kuvet

- Spektrofotometer uv-vis λ β5 3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penetapan kadar -karoten pada CPO yaitu - Sampel (CPO Storage Tank)

- Isooctan

3.1.3.Prosedur Preparasi Sampel

- Dipanaskan cawan moisture kosong ke dalam alat,untuk memghilangkan kadar air pada cawan

- Di tekan tombol start untuk mengatur angka normal (nol) pada alat - Dimasukkan sampel CPO sebanyak 0,5 gram ke dalam cawan moisture


(42)

- Ditutup kembali moisture analyzer

- Ditekan tombol start pada alat, maka alat akan bekerja pada suhu 105 °C, di tunggu sampai alat tersebut bunyi yang menandakan prose

penghilangan impuritis telah selesai

- Diangkat cawan moisture yang berisi sampel CPO dari dalam alat moisture analizer.

3.1.4. Prosedur analisa sampel

- Di timbang sampel CPO yang telah di moisture analyzer sebanyak 0,1 gram ke dalam labu takar di dalam neraca analitik

- Ditambahkan larutan isooctane ke dalam labu takar sampai garis batas - Dihomogenkan

- Dibilas kuvet dengan larutan isooctane dan sampel yang telah diencerkan - Dimasukkan kuvet yang telah berisi sampel yang telah di encerkan ke

dalam spektrofotometer uv-vis λ β5

- Diukur absorbansi sampel CPO pada panjang gelombang 446 nm. 3.2. Pemeriksaan Warna

3.2.1.Alat

- Lovibond Tintometer Colorimeter Model 3.2.2.Bahan

- Sampel (CPO) 3.2.3.Prosedur Kerja

- Dituangkan sampel ke dalam sel lovibond

- Dimasukkansel lovibond ke dalam alat lovibond tintometer pada kondisi yang tepat


(43)

- Diukur warna Red /Yellow pada rak lovibond untuk mencocokkan warna sampel (sebelah kanan) dan warna alat lovibond (sebelah kiri), sampai warna keduanya sama atau mendekati.


(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari analisis yang dilakukan didapat data sebagai berikut

4.1.1. Data hasil analisa -Karoten pada storage tank CPO pada panjang gelombang 446 nm sebagai berikut :

NO NO Sampel Berat - karoten

1 CPO 2 0,1151 534,30

2 CPO 3 0,1041 528,65

3 CPO 4 0,1091 524,89

4 CPO 5 0,1140 530,31

5 CPO 6 0,1088 551,21

4.1.2. Data hasil analisa warna pada storage tank CPO

NO Nomor sampel (CPO) Warna

1 CPO 1 22/22

2 CPO 2 22/22

3 CPO 3 22/22

4 CPO 4 22/22

5 CPO 5 22/22

4.2. Pembahasan

Alasan utama industri minyak kelapa sawit memurnikan minyak ialah karena konsumen lebih menyukai minyak murni yang mempunyai rasa, bau dan warna yang pucat dan nilai gizi yang terkandung di dalam minyak. Pada penentuan kadar karoten menggunakan spektrofotometri uv –vis λ β5 dengan


(45)

panjang gelombang 446 nm,diperoleh kandungan karoten dari crude palm oil (CPO) telah memenuhi standart mutu Special Prime Bleach (SPB) dan Ordinary (500 -700 ppm) dan juga standart di PT. CILIANDRA PERKASA GROUP-PELINTUNG sebesar 350 ppm minimal.

Begitu juga hal nya dengan warna minyak,apabila warna minyak gelap atau kotor maka konsumen kurang menyukai nya dan juga industri minyak sawit akan menurun sebab minyak dengan mutu yang tinggi memiliki warna yang pucat, oleh karena itu minyak perlu di serap dari zat pengotor dengan menggunakan adsorben (pemucatan), warna minyak berhubungan juga dengan -karoten karena -karoten merupakan pigmen pada minyak CPO. Maka dari pemeriksaan warna minyak yang telah dilakukan menggunakan lovibond tintometer dihasilkan intensitas minyak 22/22 (Red/Yellow) yang telah memenuhi dengan standart warna di PT. CILIANDRA PERKAS GROUP-PELINTUNG sebesar 25 max.


(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan, diperoleh kadar -karoten dalam CPO sebagai berikut :

 CPO 2=534,30  CPO 3=528,65  CPO 4=524,89  CPO 5=530,31  CPO 6= 551,21

- Dari pemeriksaan warna yang telah dilakukan pada minyak CPO dihasilkan intensitas warna minyak 22/22 (red/yellow)

- Adanya -karoten dalam minyak dapat mempengaruhi nilai gizi yaitu sebagai pro vitamin A dan juga berfungsi sebagai anti kanker (anti oksidan) dalam jaringan di dalm tubuh, dan juga dapat digunakan sebagai pewarna makanan dan minuman yang tidak berbahaya di dalam tubuh akan tetapi untuk mendapatkan nya sangat sulit dan mahal.

5.2.Saran

- Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap α, karoten dalam CPO dan pada sampel lain nya seperti kelapa.


(47)

- Sebaiknya selama melakukan analisa perlu dihindari kesalahan dalam menggunakan instrument seperti spektrofotometri dan lovibond tintometer supaya mendapatkan hasil analisis yang akurat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Djohari, A.,Ardiwikarta,D.,Hardjodarsono, S, dan Imanwiredjo,U.1946. Kimia Organik.Djakarta : J.B. Wolters – Djakarta,Groningen Ibnu Gholib dan Rohman, A. 2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Jakarta; Penebar Swadaya. Ketaren,S. 1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak dan Pangan.Jakarta

: Penerbit Universitas Indonesia Press.

Muhammad Mulja,dan Suharman.1995.Analisis Instrumental.Surabaya: Airlangga University Press.

Mensink, R.P., A.C. Houwelingen, D. Kromhout,& G. Hornstra. 1999.

A vitamin E concentrate rich in tocotreinols had no effect on serum lipids, lipoproteins, or platelet function in men with mildly elevated serum lipid concentrations. Am J Clin Nutr. 69: 213-219.

Murray, R.,Granner, D.,Mayes,P and, Rodwel,V.1988.Harper’s Biochemistry. Twenty-fifthEdition. New York: McGraw-Hill.

Mustard, V.A, C.A. Smith, P.P. Ruey, N.K. Edens, & S.J. De Michele. 2002. Supplementation with 3 compositionally different tocotrienol supplements does not improve cardiovascular disease risk factors in men and women with hypercholesterolemia. Am J Clin Nutr. 76: 1237-1243.

Naibaho.P .1998.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Panorama, R. & S. Mahapatra. 1997. The protective effect of red palm oil in comparison with massive vitamin A dose combating vitamin A deficiency in Orissa. India. Asia Pac J Clin Nutr. 6: 56-59.

Rossell, J. and Hamilton,R.Analysis of Oils and Fat. London and New York; ElsevierApplied Science.


(49)

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan AspekPemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Van Stuijvenberg M.E., M.A. Dhansay, C.J. Lombard, M. Faber, & A.J.Benade 2001. The effect of a biscuit with red palm oil as a source of beta-carotene on the vitamin A status of primary school children: a comparison with beta- carotene from a synthetic source in a randomised controlled trial. Eur J Clin Nutr. 55: 657-662.

Lampiran 1.1. Diagram alir proses Biodiesel

Deodorizing Storage Produk

(RBDPO) Esterifikasi( + Metanol

dan HCL) Tangki

Penimbunan CPO

Degumming (Penambahan

Bleaching (Penambahan bleaching earth)


(50)

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan AspekPemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Van Stuijvenberg M.E., M.A. Dhansay, C.J. Lombard, M. Faber, & A.J.Benade 2001. The effect of a biscuit with red palm oil as a source of beta-carotene on the vitamin A status of primary school children: a comparison with beta- carotene from a synthetic source in a randomised controlled trial. Eur J Clin Nutr. 55: 657-662.

Lampiran 1.1. Diagram alir proses Biodiesel

Deodorizing Storage Produk

(RBDPO) Esterifikasi( + Metanol

dan HCL) Tangki

Penimbunan CPO

Degumming (Penambahan

Bleaching (Penambahan bleaching earth)


(51)

Pemisahan Metanol

Transesterifikasi ( + Metanol dan KOH)

Pemisahan Gliserol

Pencucian/Pe netralan Pengeringan


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan, diperoleh kadar -karoten dalam CPO sebagai berikut :

 CPO 2=534,30  CPO 3=528,65  CPO 4=524,89  CPO 5=530,31  CPO 6= 551,21

- Dari pemeriksaan warna yang telah dilakukan pada minyak CPO dihasilkan intensitas warna minyak 22/22 (red/yellow)

- Adanya -karoten dalam minyak dapat mempengaruhi nilai gizi yaitu sebagai pro vitamin A dan juga berfungsi sebagai anti kanker (anti oksidan) dalam jaringan di dalm tubuh, dan juga dapat digunakan sebagai pewarna makanan dan minuman yang tidak berbahaya di dalam tubuh akan tetapi untuk mendapatkan nya sangat sulit dan mahal.

5.2.Saran

- Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap α, karoten dalam CPO dan pada sampel lain nya seperti kelapa.


(2)

- Sebaiknya selama melakukan analisa perlu dihindari kesalahan dalam menggunakan instrument seperti spektrofotometri dan lovibond tintometer supaya mendapatkan hasil analisis yang akurat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Djohari, A.,Ardiwikarta,D.,Hardjodarsono, S, dan Imanwiredjo,U.1946. Kimia Organik.Djakarta : J.B. Wolters – Djakarta,Groningen Ibnu Gholib dan Rohman, A. 2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Jakarta; Penebar Swadaya. Ketaren,S. 1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak dan Pangan.Jakarta

: Penerbit Universitas Indonesia Press.

Muhammad Mulja,dan Suharman.1995.Analisis Instrumental.Surabaya: Airlangga University Press.

Mensink, R.P., A.C. Houwelingen, D. Kromhout,& G. Hornstra. 1999.

A vitamin E concentrate rich in tocotreinols had no effect on serum lipids, lipoproteins, or platelet function in men with mildly elevated serum lipid concentrations. Am J Clin Nutr. 69: 213-219.

Murray, R.,Granner, D.,Mayes,P and, Rodwel,V.1988.Harper’s Biochemistry. Twenty-fifthEdition. New York: McGraw-Hill.

Mustard, V.A, C.A. Smith, P.P. Ruey, N.K. Edens, & S.J. De Michele. 2002. Supplementation with 3 compositionally different tocotrienol supplements does not improve cardiovascular disease risk factors in men and women with hypercholesterolemia. Am J Clin Nutr. 76: 1237-1243.

Naibaho.P .1998.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Panorama, R. & S. Mahapatra. 1997. The protective effect of red palm oil in comparison with massive vitamin A dose combating vitamin A deficiency in Orissa. India. Asia Pac J Clin Nutr. 6: 56-59.

Rossell, J. and Hamilton,R.Analysis of Oils and Fat. London and New York; ElsevierApplied Science.


(4)

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan AspekPemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Van Stuijvenberg M.E., M.A. Dhansay, C.J. Lombard, M. Faber, & A.J.Benade 2001. The effect of a biscuit with red palm oil as a source of beta-carotene on the vitamin A status of primary school children: a comparison with beta- carotene from a synthetic source in a randomised controlled trial. Eur J Clin Nutr. 55: 657-662.

Lampiran 1.1. Diagram alir proses Biodiesel

Deodorizing Storage Produk

(RBDPO) Esterifikasi( + Metanol

dan HCL) Tangki

Penimbunan CPO

Degumming (Penambahan

Bleaching (Penambahan bleaching earth)


(5)

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan AspekPemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Van Stuijvenberg M.E., M.A. Dhansay, C.J. Lombard, M. Faber, & A.J.Benade 2001. The effect of a biscuit with red palm oil as a source of beta-carotene on the vitamin A status of primary school children: a comparison with beta- carotene from a synthetic source in a randomised controlled trial. Eur J Clin Nutr. 55: 657-662.

Lampiran 1.1. Diagram alir proses Biodiesel

Deodorizing Storage Produk

(RBDPO) Esterifikasi( + Metanol

dan HCL) Tangki

Penimbunan CPO

Degumming (Penambahan

Bleaching (Penambahan bleaching earth)


(6)

Pemisahan Metanol

Transesterifikasi ( + Metanol dan KOH)

Pemisahan Gliserol

Pencucian/Pe netralan Pengeringan