Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Divisi Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI HUMAS DAN PROTOKOLER DPRD PROVINSI

JAWA BARAT

Diajukan sebagai bukti telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Oleh:

Nurdiansyah NIM : 43309008

PROGRAM STUDI ILMU PUBLIC RELATIONS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iv

Tengadah jemari kehadirat Illahi Rabbi menggemakan fibra syukur yang tiada henti, Robbul Izzati sang Maha Karya tempat kita berlabuh, tempat kita memohon pertolongan, tempat kita berserah diri dan penggenggam alam semesta. Hanya dengan anugerah dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kerja Praktik ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan.

Penyusunan laporan kerja praktik ini tentunya tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan banyak bantuan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, terutama kepada orang tua atas segala doa dan restu, pengertian, kepercayaan dan dukungan moral dan materil yang telah diberikan. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan atas bantuan dari banyak pihak yaitu kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan ilmunya selama penulis melaksanakan kegiatan kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations, yang juga telah memberikan pengesahan pada laporan ini.


(3)

v

ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

4. Yth. Ibu Tine A. Wulandari, S.I.Kom., selaku pembimbing atas waktu, bimbingan, dorongan, arahan dan bantuannya sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

5. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., yang telah banyak membantu penulis khususnya melalui arahan, pengetahuan dan wawasan serta motivasi yang Ibu berikan kepada penulis baik pada saat penulis mengikuti perkuliahan maupun dalam menyusun laporan ini.

6. Yth. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi dan Public Relations yang telah memberikan mata kuliah untuk menunjang pengetahuan dan informasi kepada penulis sebagai bekal pelaksanaan praktik kerja lapangan.

7. Yth. Ibu Astri Ikawati, Amd.Kom dan Ibu Rd. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan praktik kerja lapangan yang penulis laksanakan.

8. Yth. Ibu Hj. Ida Hernida, SH., M.Si., selaku Sekretaris DPRD Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan izin praktik kerja di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

9. Yth. Ibu Dra. Sinta Kurijani Suwarja selaku Kasubag Tata Usaha dan Kepegawaian yang telah membantu penulis dalam hal pengurusan izin


(4)

vi

Protokol yang telah memberikan tempat, bimbingan, arahan, pengetahuan dan membantu dalam memberikan data mengenai Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat.

11.Yth. Bapak Ari Haryadi Memed., selaku Kasubag Publikasi yang telah bersedia menjadi pembimbing serta mengarahkan penulis dalam praktik kerja lapangan di Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat.

12.Yth. Bapak Drs. Sudiana selaku Kasubag Layanan Aspirasi dan Humas serta Bapak Drs. Ari Haryadi Memed selaku Kasubag Protokol beserta Ibu Utti, Ibu Anne, Ibu Ucu, Ibu Kamila, Ibu Nungkeu, Ibu Yenni, Ibu Heni, Ibu Tjutju, Bapak Aman, Bapak Taufik, Bapak Jemi, Bapak Atang, Bapak Budi, Bapak Engkus, Bapak Haris, Bapak Edih, Bapak Iwan selaku staf bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat.

13.Sahabat penulis Adrian dan Alan selaku staf honorer di Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis selama melaksanakan praktik kerja lapangan. Mudah-mudahan kebersamaan kita tidak sampai disini.

14.Teman-teman PR1, Shanty, Aldian, Rizky, Setia, Tegar, Berdhan, Maulana, Renold, Manda, Mey, Dineu, Fegha, Kiki, Silvya, Anisa, Vita, Nona, yang selalu menemani hari – hari penulis dan selalu saling


(5)

vii

membantu penulisan laporan ini hingga dapat diselesaikan.

Semoga bantuan, kebaikan dan ketulusan semua pihak mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktik ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan lebih lanjut.

Akhir kata harapan penulis berharap semoga laporan kerja praktik ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, November 2011 Penulis

NURDIANSYAH


(6)

vi

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL……….... vii

DAFTAR GAMBAR………...vii

DAFRTA LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Pemerintah Provinsi Jawa Barat …………..……….... 1

1.1.1 Sejarah Singkat Provinsi Jawa Barat……… 1

1.1.2 Arti Lambang Jawa Barat ………..…….. 7

1.1.3 Visi dan Misi Jawa Barat………... 9

1.1.3.1 Visi Jawa Barat………... 9

1.1.3.2 Misi jawa barat……….…... 12

1.2 Sejarah Divisi DPRD Provinsi Jawa Barat...……… 14

1.3 Struktur Instansi Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat...………… 19

1.4 Struktur Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat... 20

1.5 Tugas Pokok, Fungsi, Rincian, Tugas Unit dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat……….. 21

1.6. Sarana dan Prasarana Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat………... 33


(7)

vii

1.7 Lokasi dan Waktu PKL……….….. 36

1.7.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan……….……….. 36

1.7.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan……….……... 36

BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 2.1 Kegiatan Kerja Praktek Lapangan……….. 37

2.2. Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ……….….…... 40

2.2.1 Deskripsi Kegiatan Rutin……….……. 40

2.3.1 Deskripsi Kegiatan Insidental……….……. 46

2.3. Analisis Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat……….… 47

2.3.1 Analisis Humas………. 47

2.3.2 Analisis Aktivitas Humas……….. 49

2.3.3 Analisis kerja Humas & Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat………... 51

2.3.4. Analisis Pelayanan Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat kepada Mahasiswa PKL……….... 53

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………..…... 55

3.2 Saran………..…. 56


(8)

viii


(9)

1

1.1 Sejarah Pemerintah Provinsi Jawa Barat 1.1.1 Sejarah Singkat Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan data sejarah (Staatsblad Nomor 378 tanggal 14 Agustus 1925), Provinsi Jawa Barat Tingkat I merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Hindia Belanda. Pembentukan Provinsi Jawa Barat tersebut, nama resminya West Java Provinsi bagi kalangan Belanda atau formal pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Pasundan bagi kalangan orang bumi putera, dimaksudkan untuk melaksanakan janji pemerintah kerajaan Belanda tahun 1901 yang memberikan hak otonomi kepada pemerintah Indonesia. Tahun-tahun berikutnya baru dibentuk Provinsi Jawa Timur (Oost Java Provinci).

Meskipun demikian, hal itu bukan berarti bahwa pemerintahan di daerah Jawa Barat baru di mulai sejak tahun 1925 dan sebelumnya belum pernah ada pemerintahan. Kenyataan lain menunjukan, jauh sebelum tahun tersebut di daerah Jawa Barat telah tumbuh dan berkembang suatu pemerintahan tertentu walaupun bentuk, sistem, dan strukturnya berlainan dengan tingkat Provinsi. Paling tidak sejak abad ke-5 di Jawa Barat telah tumbuh suatu pemerintahan yang teratur, yaitu berbentuk kerajaan. Kerajaan dimaksud bernama Tarumanagara dan salah seorang rajanya adalah


(10)

Purnawarman. sudah barang tentu bentuk pemerintahan demikian tidak terwujud sekali jadi, melainkan melalui proses yang tidak sebentar.

Menurut sumber, pemerintahan berbentuk kerajaan muncul pada abad ke-2 Masehi, yaitu pemerintahan Kerajaan Salakanagara dengan ibukotanya Rajatapura dan pendirinya Dawawarman.

Dari data sejarah tersebut maka pemerintah menerbitkan Undang-undang Tahun 1950 Nomor 11 meliputi : Karesidenan Banten, Jakarta, Bogor, Priangan dan Cirebon. Meskipun demikian, hal itu bukan berarti bahwa pemerintahan di daerah Jawa Barat baru dimulai sejak tahun 1925 dan sebelumnya belum pernah ada pemerintahan,

Sejak masa kerajaan Tarumanagara hingga lahirnya Provinsi Jawa Barat, di daerah Jawa Barat tiada henti-hentinya berlangsung suatu pemerintahan yang teratur namun bentuk, struktur dan sistem pemerintahan serta pusat pemerintahan dan pemegang kekuasaan mengalami perubahan dan pergantian juga perkembangan.

Adapun sistem dan struktur pemerintahan kabupaten-kabupaten di priangan (sejak abad ke-17) serta di banten dan cirebon (sejak abad ke-19) dipengaruhi pula oleh konsep pemerintahan Jawa dari zaman Mataram dan konsep pemerintahan Barat yang dibawa oleh orang belanda dan orang inggris.

Jika bentuk pemerintahan di Jawa Barat sejak zaman Kerajaan Tarumanagara hingga Kerajaan Sunda umumnya cenderung berpusat pada satu pemerintahan pusat, tetapi pada masa Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten, hingga masa kompeni terbagi atas lebih dari satu pusat pemerintahan.


(11)

Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda terdapat dualisme sistem pemerintahan di daerah Jawa Barat, yaitu antara sistem pemerintahan kolonial yang berdasarkan konsep Barat yang berlaku untuk orang-orang Eropa dan hubungan mereka dengan penguasa-penguasa pribumi (bupati) dengan sistem pemerintahan tradisional yang berdasarkan konsep yang tumbuh dalam masyarakat pribumi sendiri serta berlaku dari Kabupaten ke bawah.

Lokasi pusat pemerintahan mengalami beberapa kali perpindahan, sesuai dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat yang mempengaruhinya dan terjadinya peristiwa dan timbulnya suasana pemerintahan. Sedangkan pemegang kekuasaan berganti-ganti secara individual dan dinasti seiring dengan masalah usia manusia (pergantian generasi) dan perubahan politik, ekonomi, sosial, agama, dan sebagainya.

Gubernur Jendral H. W. Deandels merupakan penguasa kolonial pertama yang mengeluarkan peraturan tertulis mengenai Pemerintahan di Jawa Barat (1809), sedangkan sebelumnya pemerintahan kolonial diatur hanya berdasarkan kebijakan-kebijakan para pejabat kolonial setempat. Baru pada tahun 1854 dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda sebuah undang-udang yang berlaku umum yang dinamai Regeringsregrelement (RR).

Pada tahun 1906 dibentuk Gementee (sekarang kotamadya) di enam buah kota di daerah Jawa Barat (Batavia, Meester Cornelis, Buitenzorg, Sukabumi, Bandung, dan Cherebon) yang merupakan pemerintah daerah


(12)

otonom pertama di Indonesia, walaupun fungsinya baru kepentingan orang-orang Eropa setempat.

Sekitar 19 tahun kemudian barulah dibentuk daerah otonom yang lebih luas yang meliputi seluruh daerah Jawa Barat (dulu Jakarta dan Jatinegara masuk dalam wilayah pemerintahan Jawa Barat) dalam bentuk Provinsi. Pada masa itu pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat berada di Jakarta dan kepala daerahnya disebut gubernur yang selalu dipegang oleh orang Belanda.

Pada masa itu pula lahir Lembaga Legeslatif secara formal dalam struktur pemerintah daerah yang sekarang dikenal dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Lembaga Legeslatif daerah dimaksud adalah Gemeenteraad bagi tingkat Gemeente, Regentschapsraad bagi tingkat Kabupaten, dan Provincieraad bagi tingkat Provinsi.

Anggota legestalif daerah Jawa Barat (seperti juga di daerah-daerah lainnya dan di pusat atau Volksraad) di domonasi oleh orang Belanda, baru kemudian dalam jumlah kecil terapat anggota dari kalangan orang pribumi (Indonesia) dan orang Timur Asing (Cina, India, dan Arab).

Ketua Lembaga Legeslatif tersebut ditempati oleh kepala daerah yakni Burgemeester (Walikota) pada tingkat Gemeente, Bupati pada tingkat Kabupaten, Gubernur pada tingkat Provinsi. sebagian anggota Lembaga Legeslatif daerah itu dipilih oleh rakyat tertentu (tidak semua rakyat dewasa mempunyai hak pilih), sebagian lagi diangkat oleh pemerintah daerah setempat.


(13)

Pada masa pendudukan militer Jepang (1942-1945) pemerintah daerah tingkat Provinsi ditiadakan. Yang ada hanyalah pemerintah daerah tingkat karesidenan (Shu) kebawah, yaitu Kotamadya (Si), Kabupaten (Ken), Kewadanan (Gun), Kecamatan (Son), dan Desa (Ku). Kiranya hal itu dimungkinkan, karena terlebih dahulu wilayah Indonesia dibagi atas tiga daerah pemerintahan yang masing-masing dipimpin oleh suatu kesatuan militer.

Sesudah Indonesia merdeka (1945) pemerintah daerah tingkat provinsi diadakan lagi. Keputusan ini ditetapkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 Agustus 1945. Menurut keputusan tersebut wilayah Republik Indonesia dibagi atas 8 daerah admnistrasi peemrintahan berupa provinsi yang salah satu diantaranya ialah Provinsi Jawa Barat.

Ibukota Provinsi Jawa Barat pada mulanya tetap di Jakarta, namun karena kemudian di Jakarta terjadi kekacauan sesudah kedatangan tentara Belanda di bawah NICA (Netherland Indie Civil Administration), pimpinan dan pemerintahan Republik Indonesia meninggalkan kota tersebut, maka ibukota provinsi Jawa Barat pun di pindahkan ke Kota Bandung (awal tahun 1946). Sejak waktu itu hingga sekarang ibukota Provinsi Jawa Barat tetap berkedudukan di Kota Bandung.

Selama masa Republik Indonesia yang telah berjalan lebih dari 47 tahun telah banyak terjadi peristiwa dan perubahan suasana di dalam pemerintahan daerah, termasuk pemerintahan di daerah Jawa Barat. Pada tahun 1956 daerah ibukota RI Jakarta dipisahkan dari daerah administrasi


(14)

pemerintahan Provinsi Jawa Barat, karena dibentuk Daerah Istimewa Jakarta dan kemudian menjadi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya yang kedudukannya setingkat provinsi.

Beberapa undang-undang yang mengatur pemerintahan daerah, termasuk pemerintahan desa, telah dilahirkan untuk mengembangkan dan meningkatkan pemerintahan daerah itu. Bebrapa ujian berat telah dialami pula oleh pemerintah Daerah Jawa Barat beserta warganya. Dewasa ini, sejak lahirnya Orde Baru (1966), Pemerintahan Daerah Jawa Barat beserta seluruh warganya tengah berupaya keras melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan rakyat, dengan titik berat pada bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Jawa Barat dan seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.

Provinsi Jawa Barat, sejak berdirinya sampai sekarang telah dipimpin oleh 11 orang Gubernur, yaitu : M Sutardjo Kartohadi (1945-1946), Mr.Datuk Djamin (1946), M.Sewaka (1946-1952), R.Muhamad sanusi Hardjadinata (1952-1956), R.Ipik Gandamana (1956-1960), H. Mashidu (1960-1970), Solihin GP (1970-1975), H.Aang Kunaefi (1975-11985), HR.Yogie SM (1985-1993), R.Nuriana (1993-2003) dan H.Danny Setiawan (2003 – 2008), Ahmad Heryawan dan Yusuf Macan Effendi (2008-2013)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terdiri dari unsur Sekertariat Daerah (Setda) yang meliputi : Sekertaris daerah dan Assisten-Assisten : Pemerintahan, Perekonomian, Adminsitrasi dan Kesejahteraan Sosial serta biro-biro yang seluruhnya 13 biro ; 20 Dinas ; 16 Badan ; 1 Kas Daerah,


(15)

1Kantor Perwakilan pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang berkedudukan di Jakarta.

Organisasi Perangkat Daerah terdiri dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Periklanan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Perhubungan, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, Dinas Bina Marga, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa barat, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dians Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Polisi Pamong Praja, Dinas Perdagangan dan Indagro.

1.1.2 Arti Lambang Jawa Barat

Lambang Jawa Barat secara keseluruhan adalah sebuah perisai berbentuk bulat telur dengan hiasan pita di bagian bawahnya yang berisikan motto Jawa Barat. Kemudian di tengahnya ada gambar senjata khas dari Jawa Barat yaitu sebuah kujang.

Gambar 1.1. Lambang Jawa Barat


(16)

1. Arti Lambang Jawa Barat KUJANG

 Gambar pokok

 Sebuah alat serba guna yang sangat di kenal di hampir di setiap rumah tangga sunda

 Jika perlu di gunakan sebagai alat penjaga diri

 Lima lubang melambangkan lima dasar pokok negara “pancasila”

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap 3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan Yang Di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 2. PADI

 Bahan makanan pokok di Jawa Barat serta sekalian melambangkan pangan

 Sejumlah padi 17 menyatakan hari ke-17 dari bulan Proklamasi 3. KAPAS

 Melambangkan sandang

 Jumlah kapas 8 menyatakan bulan ke-8 dari bulan Proklamasi. 2/3 padi dan kapas pada dasar hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran tanah Jawa barat

4. GUNUNG


(17)

5. SUNGAI DAN TERUSAN

Melambangkan sungai, terusan dan saluran air yang banyak terdapat di daerah Jawa Barat.

6. SAWAH, PERKEBUNAN

 Jumlah sawah yang tidak sedikit, tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat

 Perkebunan

 di bagian Utara dan Selatan

7. DAM, SALURAN AIR DAN BENDUNGAN

Usaha dan pekerjaan di bidang irigasi merupakan pekerjaan yang mendapat perhatian pokok, mengingat sifat agraris daerah jawa Barat 8. “GEMAH RIPAH REPEH RAPIH”

Sebuah pepatah lama di kalangan sunda yang menyatakan bahwa yang padat yang hidup rukun dan damai.

1.1.3 Visi dan Misi Jawa Barat 1.1.3.1Visi Jawa Barat

Pembangunan di Jawa Barat pada tahap kedua RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2008-2013 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan yang belum terselesaikan, namun juga untuk mengantisipasi perubahan yang muncul di masa yang akan datang. Posisi Jawa Barat yang strategis dan berdekatan dengan


(18)

ibukota negara, mendorong Jawa Barat berperan sebagai agent of development (agen pembangunan) bagi pertumbuhan nasional.

Berbagai isu global dan nasional yang perlu dipertimbangkan dalam menyelesaikan isu yang bersifat lokal dan berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi Jawa Barat antara lain kemiskinan, penataan ruang dan lingkungan hidup, pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, terbatasnya kesempatan kerja, mitigasi bencana serta kesenjangan sosial. Dalam mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penguatan kepemimpinan yang didukung oleh rakyat dan aspek politis.

Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah :


(19)

Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera.

Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Jawa Barat dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional, maupun global. Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :

 Mandiri : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi, infrastruktur, lingkungan dan sumber daya air.

 Dinamis : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan.

 Sejahtera : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.


(20)

1.1.3.2Misi Jawa Barat

Misi Jawa Barat menyatakan tujuan atau alasan eksistensi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan masyarakat Jawa Barat. Misi tersebut memuat tentang hal-hal apa saja yang harus dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam usahanya mewujudkan visi. Berikut di bawah ini merupakan Misi Jawa Barat:

 Misi Pertama, Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing.

 Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal.

 Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah.

 Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.

 Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.

Dalam rangka mewujudkan ke 5 (lima) misi tersebut, didasarkan pada nilai-nilai agama dan budaya daerah, dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan, sebagai berikut :

Good Governance (tata kelola kepemerintahan), yaitu kepengelolaan dan kepengurusan pemerintahan yang baik bebas


(21)

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) untuk menciptakan penyelenggaraan negara yang solid, bertanggung jawab, efektif dan efisien, dengan menjaga keserasian interaksi yang konstruktif di antara domain negara, swasta dan masyarakat;

Integrity (integritas), yaitu suatu kesatuan perilaku yang melekat pada prinsip-prinsip moral dan etika, terutama mengenai karakter moral dan kejujuran, yang dihasilkan dari suatu sistem nilai yang konsisten;

Quality and Accountability (mutu dan akuntabilitas), yaitu suatu tingkatan kesempurnaan, merupakan karakteristik pribadi yang mampu memberikan hasil yang melebihi kebutuhan atau pun harapan, dan sebuah bentuk tanggung jawab untuk suatu tindakan, keputusan dan kebijakan yang telah mempertimbangkan mengenai aturan, pemerintahan dan implementasinya, dalam pandangan hukum dan tata kelola yang transparan;

Pemerataan pembangunan yang berkeadilan, yaitu upaya mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan antarwilayah, dan kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat, melalui pemenuhan kebutuhan akses pelayanan sosial dasar termasuk perumahan beserta sarana dan prasarananya, serta memberikan kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menanggulangi pengangguran dengan menyeimbangkan pengembangan ekonomi skala kecil, menengah, dan besar;


(22)

Penggunaan data dan informasi yang terintegrasi (Satu Data dan Informasi Jawa Barat) yang akurat, terbaharukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen tersebut terdiri dari data dan informasi spasial (keruangan) dan a-spasial (non keruangan).

1.2 Sejarah Divisi DPRD Provinsi Jawa Barat

Dalam tahun awal berdirinya Republik Indonesia, istilah DPRD Provinsi Jawa Barat belum digunakan. Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa tidak terdapat lembaga legislatif semacam DPRD. Pada tahun awal kemerdekaan lembaga semacam DPRD ini sesungguhnya telah juga hadir dengan nama Badan Perwakilan Rakyat Daerah (BPRD) Jawa Barat. Karena itu asal-usul dari kehadiran DPRD Provinsi Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari kehadiran BPRD Jawa Barat tersebut. Pada masa ini BPRD dipimpin oleh R. Otto Iskandardinata dengan wakilnya Dr. Soeratman Erwin dan Mr. Samsudin.

Selanjutnya, pada masa transisi setelah kembalinya status Republik Indonesia Serikat ke dalam NKRI, di Jawa Barat dibentuk DPRD Sementara yang terdiri dari 60 orang anggota yang berasal dari 22 Parpol dan dipimpin oleh Djaja Rahmat (1950-1955).

Istilah DPRD Provinsi Jawa Barat baru dikenal pada tahun 1955 yaitu setelah Pemilihan Umum Pertama yang dilakukan pada 29 September 1955. Sebagai tindaklanjut dari upaya untuk mewujudkan DPRD atas dasar pemilihan itu, pemerintah mengeluarkan UU No. 19/1956 yang merupakan ketentuan hukum pemilihan daerah. Setahun kemudian, untuk pertama kali dalam sejarah perkembangannya, diadakan pemilihan terhadap anggota DPRD Jawa Barat. Pada


(23)

kurun waktu 1957-1960 jumlah anggota DPRD Jawa Barat sebanyak 75 orang yang berasal dari 14 Parpol dan diketuai oleh Oja Somantri.

Pada masa yang dikenal dengan Orde Lama sampai dengan 1974, Undang-undang yang menjadi landasan bagi kehadiran DPRD Jawa Barat adalah UU No. 18/1965, dan salah satu pasalnya memasung eksistensi DPRD yakni DPRD dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Daerah. Selain itu, dalam UU ini juga disebutkan, bahwa keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh DPRD harus mendapatkan tandatangan dari Kepala Daerah. Ini berarti kedudukan DPRD di bawah Kepala Daerah. Ketentuan hukum yang terdapat dalam UU No. 18/1965 mengakibatkan kekuasaan DPRD terhadap Kepala Daerah terasa sangat lemah yang pada gilirannya mempengaruhi pelaksanaan fungsi dan peran legislatifnya. Pada periode 1960-1967 , DPRD Jawa Barat dikomandoi oleh Letjen. TNI.H. Mashudi dan selanjutnya pada periode 1967-1971 DPRD Jawa Barat diketuai oleh Rachmat Sulaeman dengan jumlah anggota DPRD 70 orang yang berasal dari 8 Parpol.

Seiring dengan dikeluarkannya UU No. 5/1974, terjadi juga perubahan dalam kedudukan DPRD. Ketentuan hukum yang terdapat dalam UU ini menyatakan, bahwa Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan DPRD. Penafsiran terhadap statement ini adalah DPRD dan Kepala Daerah dalam kedudukan yang sama tinggi. Yang membedakannya adalah bahwa Kepala Daerah merupakan pelaksana dari peraturan perundangan di daerah sedangkan DPRD melaksanakan tugas di bidang legislatif. Periode 1971-1977 DPRD Tingkat I Provinsi Jawa Barat , kembali dipimpin oleh Rahmat Sulaeman dengan anggota berjumlah 74 orang dari 4 Fraksi.


(24)

Selanjutnya, berturut-turut dalam era kepemimpinan Presiden Soeharto, pada tahun 1977-1982 DPRD Jawa Barat diketuai oleh Brigjen TNI (Purn) H. Adjat Sudradjat, Mayjen TNI (Purn) Suratman (1982-1992), Brigjen TNI (Purn) H. Agus Muhyidin (1992-1997). Pada masa ini seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Jawa Barat, maka jumlah anggota legislative pun mengalami peningkatan menjadi 100 orang anggota.

Pada tahun 1997 terjadi gerakan reformasi yang pada akhirnya meruntuhkan kepemimpinan Orde Baru. Hal ini berpengaruh terhadap masa kerja DPRD provinsi Jawa Barat yang hanya berlangsung selama tiga tahun, karena pada tahun 1998 sebagaimana tuntutan reformasi dilaksanakan Pemilu, dipimpin oleh Mayjen TNI (Purn) H. Abdul Nurhaman, S.Ip, S.Sos.

Lahirnya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 sebagai reaksi dari gerakan reformasi, merangkum dua pikiran utama yakni penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam hubungan dosmetik kepada daerah (kecuali keuangan dan moneter, politik luar negeri, peradilan dan keagamaan) serta penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan Kepala Daerah. Pemberdayaan fungsi-fungsi DPRD dalam bidang legislasi, representasi, dan penyalur aspirasi masyarakat harus dilakukan. Kebijakan desentralisasi merupakan bagian dari kebijakan demokratisasi pemerintahan. Karena itu penguatan peran DPRD baik dalam proses legislasi maupun pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah perlu dilakukan. Dalam UU 22/1999 ditentukan posisi DPRD sejajar dengan pemerintah daerah, bukan sebagai bagian dari pemerintah daerah.


(25)

Pada periode 1999-2004 , DPRD Provinsi Jawa Barat sesuai kewenangannya memlih Kepala Daerah, memilih anggota MPR dari utusan daerah, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala daerah dan hak DPRD meminta pertanggungjawaban Kepala daerah. Kepemimpinan DPRD pada periode ini dipimpin oleh Ir. H. Idin Rafiudin (dalam perjalanan kepemimpinannya beliau wafat) yang selanjunya digantikan oleh Drs.H. Eka Santosa.

Sejalan dengan perkembangan demokrasi, dan perbaikan kehidupan ketatanegaraan, Pemerintah mengeluarkan UU No. 32 tahun 2004. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah didefinisikan sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Selanjutnya, dalam hubungannya dengan eksekutif, pasal 3 menyebutkan bahwa pemerintah daerah terdiri atas pemerintah dan DPRD. Hal itu berarti DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah.

Pemilu tahun 2004 diikuti oleh 24 Partai Politik, dan yang berhasil meraih kursi di DPRD Provinsi Jawa Barat 10 Parpol yakni Golkar, PDI-P, PKS,PPP, Demokrat, PKB, PAN, PBB, PKPB, PDS, yang selanjutnya menjadi 7 fraksi.

DPRD Provinsi Jawa Barat Periode 2004 – 2009 diketuai oleh Drs.H.A.M. Ruslan (Golkar), dengan para wakil ketua H. Rudi Harsatanaya (PDI-P), drh.

Achmad Ru’yat, M.Sc. (PKS, setelah diambil sumpahnya menjadi wakil

walikota Bogor, digantikan oleh H. Husin M. Albanjari, Dipl.Ing.) dan H. Amin Suparmin,S.Hi. (PPP).

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat periode 2009-2014 keanggotaannya diresmikan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.32 - 556 Tahun 2009, pada tanggal tanggal 31 Agustus 2009


(26)

dalam Rapat Paripurna Istimewa Pengambilan Sumpah/Janji Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Hasil Pemilu 2009 bertempat di Gedung Merdeka Bandung. Mereka berasal dari 9 partai dengan jumlah 100 anggota yakni : Partai Demokrat 28 orang, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 17 orang, Partai Golongan Karya 16 orang, Partai Keadilan Sejahtera 13 orang, Partai Gerakan Indonesia Raya 8 orang, Partai Persatuan Pembangunan 8 orang, Partai Amanat Nasional 5 orang, Partai Hati Nurani Rakyat 3 orang dan Partai Kebangkitan Bangsa 2 orang. Tergabung dalam 8 Fraksi yakni F. Demokrat, F.PDI-P, F. Golkar, F. PKS, F. Gerindra, F. PPP, F. PAN, F.Hanura- PKB. Dalam Rapat Paripurna Istimewa tersebut, ditetapkan Pimpinan Sementara DPRD Propinsi Jawa Barat, yang berasal dari dua partai peraih kursi terbesar, masing-masing H. Awing Asmawi, SE (Partai Demokrat) sebagai Ketua Sementara dan Drs. H. Syarif Bastaman (PDIP) sebagai Wakil Ketua Sementara.

Selanjutnya pada tanggal 16 Oktober 2009, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 161.32-712 Tahun 2009 Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Barat mengucapkan sumpah/janji dalam Rapat Paripurna Istimewa dengan susunan sebagai berikut : Ketua DPRD Ir.H. Irfan Suryanegara (F. Partai Demokrat), Wakil Ketua : H.M Rudi Harsa Tanaya (F. PDIP), Drs.H.Uu Rukmana M.Si. (F. Partai Golkar), Drs.H. Nursuprianto, MM (FPKS) dan H. Komarudin Taher, S.Ag. (FPPP).


(27)

1.3 Struktur Instansi Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Struktur organisasi merupakan pengelompokan suatu lembaga-lembaga berdasarkan tempat dan kewenagannya dalam organisasi secara formal. Berikut ini adalah struktur organisasi biro umum sekertariat provinsi Jawa Barat

Gambar 1.2

Struktur Instansi Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

Sumber : PERDA PROVINSI. JAWA BARAT No 13 TAHUN 2011

Pada bagian Biro Umum di kepalai oleh kepala Biro, kepala Biro membawahi lima bagian - bagian tata usaha dan protokol, bagian rumah tangga, bagian keuangan setda, bagian hubungan masyarakat, dan bagian sandi tele komunikasi.

KEPALA BIROUMUM KABAG TATA USAHA DAN PROTOKOL KABAG RUMAH TANGGA KABAG KEUANGAN SETDA

KABAG HUMAS KABAG SANDI DAN TELEKOMUNIKASI KASUBAG TATA USAHAUMUM KASUBAG RUMAH TANGGA KSUBAG BELANJA PEGAWAI DAN PERJALANAN KASUBAG PELAYANAN INRTERNAL KASUBAG ADM. TELEKOMUNIK ASI KASUBAG PUBLIKASI KASUBAG BELANJA LAIN-LAIN KASUBAG TATA USAHAPEMIMPIN KASUBAG PELAYANAN EKSTERNAL KASUBAG SARANA TELEKOMUNIKASI KASUBAG RUMAH TANGGA PEMIMPIN KASUBAG PROTOKOL


(28)

Bagian tata usaha dan protokol membawahi tiga sub bagian, sub bagian tata usaha umum, sub bagian protokol, dan sub bagian tata usaha pemimpin. bagian rumah tangga membawahi dua sub bagian, sub bagian rumah tangga SETDA dan sub bagian rumah tangga pemimpin. Bagian keuangan SETDA membaw ahi dua sub bagian, sub bagian belanja pegawai dan perjalanan dan sub bagian belanja lain-lain. Bagian hubungan masyarakat membawahi tiga sub bagian, sub bagian internal, sub bagian eksternal dan sub bagian publikasi. Bagian sandi dan telekomunikasi membawahi dua sub bagian, sub bagian ADM telekomunikasi dan sarana telekomunikasi.

Struktur Organisasi Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat tersebut di dasarkan pada PERDA PROVINSI. JAWA BARAT No 13 TAHUN 2011.

1.4 Struktur Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat

Struktur organisasi bagian hubungan masyarakat terdiri dari susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) yang menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Berikut ini adalah struktur organisasi humas sekertariat DPRD.


(29)

Gambar 1.3

Struktur Organisasi Bagian HUMAS Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

Sumber : PERDA PROVINSI. JAWA BARAT No 13 TAHUN 2011

Bagian Hubungan Masyarakat di kepalai oleh kepala bagian yang membawahi tiga kepala sub bagian yang pertama kepala sub bagian pelayanan internal kedua kepala sub bagian eksternal dan ketiga kepala sub bagian publikasi. Masing-masing Sub Bagian memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing yang sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 29 Tahun 2011 tentang tugas pokok, fungsi, rincian, tugas unit dan tata kerja sekretariat daerah Provinsi Jawa Barat .

1.5 Tugas Pokok, Fungsi, Rincian, Tugas Unit dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Pasal 165

(1) Biro Humas, Protokol dan Umum mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan dan koordinasi, fasilitas, pelaporan serta evaluasi hubungan masyarakat, protokol, tata usaha dan kepegawaian, sandi dan telekomunikasi serta rumah tangga.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Biro Humas, Protokol dan Umum mempunyai fungsi :

KABAG HUMAS

KASUBAG PELAYANAN

INRTERNAL

KASUBAG PUBLIKASI

KASUBAG PELAYANAN


(30)

a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum hubungan masyarakat, protocol, tata usaha dan kepegawaian, sandi dan telekomunikasi serta rumah tangga;

b.Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi hubungan masyarakat, protocol, tata usaha, dan kepegawaian, sandi dan telekomunikasi serta rumah tangga;

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi hubungan masyarakat, protocol, tata usaha dan kepegawaian, sandi dan telekomunikasi serta rumah tangga; (3) Rincian Tugas Biro Humas, Protokol dan Umum :

a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Humas, Protokol dan Umum;

b. Merumuskan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta fasilitas hubungan masyarakat, protocol, tata usaha dan kepegawaian, sandi dan telekomunikasi serta rumah tangga;

c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi hubungan masyarakat;

d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi protocol, tata usaha dan kepegawaian;

e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi sandi dan telekomunikasi; f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi sandi dan telekomunikasi; g. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi hubungan

masyarakat,protocol,tata usaha dan kepegawaian, sandi dan telekomunikasi serta rumah tangga;


(31)

i. Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ, dan LPPD Biro;

j. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

k. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;

l. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Humas, Protokol dan Umum;

m.Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

n. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya; (4) Biro Humas, Protokol dan Umum membawahkan:

a. Bagian Hubungan Masyarakat;

b. Bagian Protokol, Tata Usaha dan Kepegawaian; c. Bagian Sandi dan Telekomunikasi;

d. Bagian Rumah Tangga.

Pasal 166

(1) Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi pelayanan informasi internal dan eksternal serta publikasi.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi :


(32)

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum pelayanan informasi internal dan eksternal serta publikasi;

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pelayanan informasi internal dan eksternal serta publikasi;

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi pelayanan informasi internal dan eksternal serta publikasi.

(3) Rincian Tugas Bagian Hubungan Masyarakat:

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Hubungan masyarakat;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum kehumasan;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi peleyanan informasi internal dan eksternal;

d. Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi publikasi;

e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi kehumasan, meliputi pelayanan informasi internal dan eksternal, publikasi, dokumentasi dan pemberitaan;

f. Menyelenggarakan pemeliharaan akurasi informasi dan dokumentasi; g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan;

h. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;

i. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian hubungan masyarakat;


(33)

j. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (4) Bagian Hubungan Masyarakat membawahkan :

a. Subbagian pelayanan internal dan eksternal; b. Subbagian publikasi.

Pasal 167

(1) Subbagian Pelayanan Internal dan Eksternal mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi pelayanan informasi internal dan eksternal.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subbagian pelayanan Internal Eksternal mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyususnan bahan kebijakan umum pelayanan informasi internal dan eksternal;

b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi pelayanan informasi internal dan eksternal;

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluais pelayanan informasi internal dan eksternal.

(3) Rincian Tugas Subbagian Pelayanan Internal dan Eksternal :

a. Melaksanakan penyusunan program kerja Subbagian pelayanan Internal dan Eksternal;

b. Melaksanakan penyusunan bhan kebijakan penerangan, pemberitaan, dan dokumentasi;


(34)

c. Melaksanakan penyampaian bahan informasi laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang;

d. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi penerangan, pemberitaan, dokumentasi dan pendistribusian informasi;

e. Melaksanakan pengelolaan bahan penerangan dan pemberitaan; f. Melaksanakan pemeliharaan akurasi informasi;

g. Melaksanakan pelayanan informasi internal dan eksternal; h. Melaksanakan pengelolaan bahan dokumentasi;

i. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

j. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Pelayanan Internal dan Eksternal;

k. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

l. Melaksanakan tugas lain sesuai denganj sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 168

(1) Subbagian publikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi publikasi.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), subbagian publikasi mempunyai fungsi:


(35)

b. Pelaksaan koordinasi dan fasilitasi publikasi; c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi publikasi. (3) Rincian Tugas Subbagian Publikasi :

a. Melaksanakan penyususnan program kerja subbagian publikasi; b. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum punlikasi;

c. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi publikasi melalui media cetak,elektronik dan media luar ruang;

d. Melaksanakan penyusunan bahan publikasi dan dokumentasi;

e. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian evaluasi; g. Melaksanakana koordinasi dengan unit kerja terkait;

h. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 169

(1) Bagian Protokol, Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasin protocol, tata usaha serta pengelolaan administrasi kepegawaian Sekretariat Daerah.

(2) Dalam penyelenggaraan tugas pokok sebagaiman dimaksud pada ayat (1), Bagian Protokol. Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum protocol;

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi protocol dan tata usaha serta pengelolaan administrasi kepegawaian Sekretariat Daerah;


(36)

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi protocol dan tata usaha serta pengelolaan administrasi kepegawaian Sekretariat Daerah.

(3) Rincian Tugas Bagian Protokol, Tata Usaha dan Kepegawaian :

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja bagian protocol, Tata Usaha dan Kepegawaian;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum protocol dan tata usaha;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi dan fasilitasi protocol; d. Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi dan fasilitasi tata usaha; e. Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi administrasi kepegawaian

Sekretariat Daerah;

f. Menyelenggarakan ketata usahaan biro;

g. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengembilan kebijakan;

h. Menyelnggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah dan pembangunan wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; i. Menyelenggarakan laporan dan evaluasi kegiatan bagian protocol, tata usaha

dan kepegawaian;

j. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (4) Bagian protocol, Tata Usaha dan Kepegawaian, membawahkan :

a. Subbagian Protocol; b. Subbagian Tata Usaha;


(37)

Pasal 170

(1) Subbagian mempunyai tugas pokok meleksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi keprotokolan.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), subbagian protocol mempunyai fungsi :

a. Pelaksnaan penyusunan bahan kebijakan umum keprotokolan; b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi keprotokolan;

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi keprotokolan.

(3) Rincian Tugas Subbagian Protokol :

a. Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian protokol; b. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum keprotokolan; c. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi keprotokolan;

d. Melaksanakan upacara, acara pelantikan, rapat dan acara lainnya;

e. Melaksanakan penerimaan kunjungan tamu Negara, penjabatan, tamu asing serta tamu lainnya;

f. Melaksanakan kunjungan pimpinan ke Kabupaten/Kota dalam Provinsi, atau luar Provinsi;

g. Melaksanakan acara jamuan resmi bagian pimpinan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengmbilan kebijakan;

i. Melaksanakan pelaporan dahn evaluasi kegiatan subbagian protocol; j. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;


(38)

k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 171

(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan, koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi ketata usahaan secretariat daerah.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan pengelolaan ketatausahaan Sekretariat daerah;

b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi ketatausahaan Sekretariat Daerah; c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi ketatausahaan secretariat Daerah. (3) Rincian Tugas Subbagian Tata Usaha ;

a. Melaksanakan penyusunan program kerja Subbagian Tata Usaha; b. Melaksanakan pengelolaan ketatausahaan, kearsipan dan naskah dinas

Sekretariat Daerah;

c. Melaksanakan penyusunan petunjuk teknis pengelolaan ketatausahaan, kearsipan dan naskah dinas Sekretariat Daerah;

d. Melaksakan fasilitasi dan koordinasi ketatausahaan di lingkungan Sekretariat Daerah;

e. Melaksanakan penyediaan, penggandaan dan pendistribusian naskah dinas serta pengamanan penyimpanan sementara dokumen Sekretariat Daerah; f. Melaksanakan pengelolaan dan pengendalian surat masuk dan surat keluar


(39)

g. Melaksanakan ketatausahaan pimpinan, meliputi Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretariat daerah dan Assistant serta Biro Humas, Protokol dan Umum;

h. Melaksanakan penyusunan agenda kegiatan pimpinan; i. Melaksanakan pendistribusian naskah dinas untuk OPD; j. Melaksanakan pelaporan penyelenggaraan kegiatan kearsipan; k. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan;

l. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian tata usaha; m.Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

n. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 172

(1) Subbagian Kepegawaian Sekretariat Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan, koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasia dministrasi kepegawaian Sekretariat Daerah.

(2) Dalam penyelenggaraan tugas pokok sebagaiman dimaksud pada ayat (1), subbagian kepegawaian Sekretariat Daerah mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian Sekretariat Daerah; b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi administrasi kepegawaian Sekretariat

daerah;

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi administrasi kepegawaian Sekretariat Daerah.


(40)

a. Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian kepegawaian Sekretariat Daerah;

b. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian Sekretariat Daerah; c. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi administrasi kepegawaian

Sekretariat Daerah;

d. Melaksankan penyusunan, pengelolaan data kepegawaian Sekretariat Daerah;

e. Melaksanakan pengelolaan kenaikan gaji berkala pegawai Sekretariat Daerah;

f. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pension pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian kesejahteraan serta tugas/ ijin belajar,

pendidikan/ pelatihan kepemimpinan tekhnis dan fungsional, DUK, DP3, ijin pernikahan dan ijin perceraian;

g. Melaksanakan penyiapan pengusulan pengembangan karir dan mutasi serta pemberhentian pegawai Sekretariat Daerah;

h. Melaksanakan pengelolaan poliklinik Sekretariat Daerah;

i. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai Sekretariat Daerah;

j. Melaksnakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

k. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian kepegawaian Sekretariat Daerah;

l. Melaksnakan koordinasi dengan nunit kerja terkait;


(41)

1.6. Sarana dan Prasarana Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat 1.6.1. Sarana Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat

Di kantor humas DPRD Provinsi Jawa Barat terdapat sarana – sarana utama yang digunakan untuk beberapa kegiatan. Berikut ini adalah sarana divisi humas DPRD Provinsi Jawa Barat.

Tabel 1.4

Sarana Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat

NO Sarana Jumlah / Unit Keterangan

1 Gedung Kantor 1

2

Gedung Sidang 1

3 Ruang Kerja Bagian 5 Bagian Persidangan, Bagian Perundang – undangan, Bagian Humas

dan Protokol, Bagian Umum dan Administrasi,

serta Bagian Keuangan 4 Ruang Kerja Komisi 5 Komisi A, Komisi B,

Komisi C, komisi D, dan Komisi E

5 Ruang Kerja Fraksi 8 Fraksi Demokrat, Golkar, PDI-P, PKS, Gerindra, PAN, Hanura, dan PKB


(42)

6 Ruang Rapat 9 Komisi (A,B, C, D, dan E),

Badan Musyawarah, Badan Anggaran, dan

Badan Legislasi 7 Ruang Perpustakaan 1

8 Front Office 2

9 Press Room 1

10 Ruang Photocopy 1

11 Poliklinik 1

12 Ruang Perlengkapan 1

13 Mushola 2

14 Ruang Dapur 1

15 Toilet 12

16 Pos Keamanan 3

17 Lapangan Upacara 1

18 Lapangan Parkir 2

19 Lapangan Tenis 1

20 Lapangan Volley 1


(43)

1.6.2. Prasarana Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat Tabel 1.5

Prasarana Humas DPRD Provinsi Jawa Barat

No. Prasarana Jumlah

1. Mesin Tik 2 unit

2. Jaringan Wireless 1 unit

3. Lemari Arsip 1 buah

4. Lemari besi/ Metal 1 buah

5. file Folder 16 buah

6. Dus Arsip 100 buah

7. Brangkas 1 buah

8. Computer 8 unit

9. Printer 4 unit

10. Telpon Kantor 1 buah

11. Mesin Fax 1 buah

12. Mesin Scan 1 Buah

13. White Board 2 buah

14. Meja Komputer 4 buah

15. Meja Kerja Karyawan 19 buah

16. Kursi Kerja Karyawan 23 buah

17. Meja Tamu 1 buah

18. Kursi Tamu 6 buah


(44)

20. Kamera SLR digital 2 unit

21. Kamera poket/saku 4 unit

22. Infokus 1 buah

23. Tripot 1 buah

24. Televise 1 unit

25. Dispenser 1 unit

26. Kipas Angin 2 buah

1.7 Lokasi dan Waktu PKL

1.7.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan di laksanakan di Bagian Hubungan Masyarakat Pada Biro Umum Sekretariat Daerah Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Jalan Diponegoro No. 22 Bandung 40115.

1.7.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan

Praktek dilaksanakan selama 30 Hari kerja, terhitung mulai dari tanggal 3 Oktober 2011 sampai dengan 3 November 2011.


(45)

37 2.1Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Pada pelaksanaannya penulis melaksanakan kerja praktek di instansi pemerintah yaitu Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Penulis di tempatkan di bagian Biro Umum tepatnya di bagian Hubungan Masyarakat (HUMAS) Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Pada awal pertemuan dengan pembimbing Kerja Praktek di Pemprov Jabar penulis di jelaskan apa saja peraturan yang harus di taati dan apa saja yang harus dikerjakan. Pada bagian HUMAS Pemprov Jabar memiliki aturan-aturan yang harus di laksanakan pada saat kerja praktek. Ketentuan tersebut adalah :

1. Kepada yang melaksanakan kerja praktek wajib melakukan apel pagi yang di laksanakan oleh Pemprov Jabar.

2. Kepada yang melaksanakan kerja praktek wajib menggunakan jas almamater Universitas dalam melaksanakan kegiatan apapun.

3. Kepada yang melaksanakan kerja praktek wajib mengunakan pakaian yang rapih dan tidak di perkenankan menggunakan celana jins.

4. Kepada yang melaksanakan kerja praktek wajib melakukan pekerjaan yang sudah ditugaskan

5. Kepada yang melaksanakan kerja praktek wajib mengisi absent.

Aturan lain yang di tetepkan adalah pelaksanaan kerja praktek di bagi atas 2 (tiga) bagian yang pertama bagian Internal, dan bagian Eksternal.


(46)

Tabel 2.1

Jadwal Kegiatan Kerja Praktek

No Hari &

Tanggal Jam Datang Aktivitas Rutin

Keterangan

Rutin Insidental

1. Senin, 3-10-11

07.30 - 15.30 WIB Pengarahan dari pembimbing

2. Selasa, 4-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Apel Pagi - Pengarahan - Kliping - Analisis Berita

3. Rabu, 5-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

4. Kamis,

6-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

5. Jumat,

7-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

6. Senin,

10-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

7. Selasa,

11-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

8. Rabu,

12-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

9. Kamis,

13-10-11


(47)

- Analisis berita 10. Jumat,

14-10-11

07.30 - 15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

11. Kamis,

20-10-11

08.00-15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

12. Jumat,

21-10-11

08.00-15.30 WIB - Kliping - Analisis berita

13. Senin,

24-10-11

08.00-15.30 WIB - Apel pagi - Meliput Berita - Membuat Bahan

Berita

14. Selasa, 25-10-11

08.00-15.30 WIB - Meliput Berita - Membuat Bahan

Berita

15. Rabu, 26-10-11

08.00-15.30 WIB - Meliput Berita

- Membuat Bahan Berita 16. Kamis,

27-10-11

08.00-15.30 WIB - Meliput Berita

- Membuat Bahan Berita 17. Jumat,

28-10-11

08.00-15.30 WIB - Meliput Berita

- Membuat Bahan Berita 18. Senin,

31-10-11

08.00-15.30 WIB - Meliput Berita

- Membuat Bahan Berita


(48)

2.2Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2.2.1 Deskripsi Kegiatan Rutin

Adapun beberapa kegiatan rutin yang dilakukan oleh penulis selama masa Praktek Kerja Lapangan atas perintah pembimbing dan pimpinan di Bagian Humas Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat) maupun yang biasa dilakukan oleh para pegawai Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat, adalah sebagai berikut:

1. Apel Pagi

Apel pagi merupakan suatu kegiatan rutin yang wajib dilaksanakan oleh seluruh pegawai baik staf atau jajaran yang berada di Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat setiap pagi yakni dimulai dari pukul 07.30 – 08.00 yang bertempatkan di halaman Gedung Sate Bandung.

Apel pagi yakni kegiatan upacara yang dilakukan secara singkat untuk secara bersama – sama mengetahui segala informasi mengenai segala sesuatu yang berada di dalam Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat, seperti contohnya informasi mengenai berita suka cita, berita duka, informasi peningkatan kerja pegawai, kedisiplinan, acara-acara, serta pesan – pesan lainnya yang disampaikan langsung oleh pemimpin apel.

Kegiatan apel pagi memang sudah menjadi kewajiban yang perlu dilakukan. Pegawai serta mahasiswa pelaksana praktek kerja lapangan terlebih dahulu harus mengisi daftar hadir / absensi sebelum apel pagi dimulai dan jumlah dari hasil keseluruhan pegawai yang mengikuti apel pagi akan dihitung terlebih dahulu serta di umumkan oleh pemimpin barisan dari masing - masing divisi atau biro.


(49)

2. Membaca Koran

Membaca adalah suatu usaha memahami sesuatu yang mengandung arti, sesuatu itu dapat berupa lmbang – lambing verbal, sikap, gerak gerik, nada, suara dan sebagainya.

Membaca koran adalah kegiatan rutin yang wajib dilakukan oleh mahasiswa PKL di bagian Humas Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat yang dilakukan untuk mengetahui informasi – informasi dan berita yang up to date mengenai Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat dan informasi – informasi lainnya agar penulis dapat mengetahui informasi terbaru setiap harinya dan dapat menambah wawasan, untuk dapat menjadi seorang Humas yang berwawasan luas. Karena seorang Humas yang baik adalah Humas yang mengerti dan memahami setiap ha, bukan mengenai pekerjaan dan perusahaannya saja, tetapi hal – hal penunjang lainnya. Dan salah satunya untuk memahami dan menambah wawasan adalah dengan membaca koran. Bagian Humas Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat menyediakan semua koran yang terbit di kota Bandung setiap harinya. Selain dari kebutuhan akan informasi, tetapi kegiatan membaca koran ini juga ditujukan sebagai salah satu cara untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan/kegiatan lainnya. Yakni membuat kliping mengenai Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Senam Pagi

Aktifitas senam pagi ini wajib diikuti oleh setiap mahasiswa/i PKL ataupun para pegawai di Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat setiap hari jum`at pagi sebelum memulai aktifitas kerjanya. Senam pagi ini biasanya di ikuti oleh sebagian besar ibu-ibu dan sebagian kecil bapak-bapak staf di Pemerintahan daerah Provinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh seorang instruktur senam yang


(50)

seusia dan cukup sesuai dengan para pegawainya sendiri. Senam pagi ini dilakukan dan ditujukan bukan hanya sebagai sarana kesehatan dan kebugaran para pegawai di lingkungan Pemerintahan daerah Provinsi Jawa Barat, akan tetapi juga sebagai salah satu saran dan upaya untuk bersilaturahmi antar pegawai, baik sesame divisi atau dengan divisi lainnya dalam lingkungan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Senam pagi ini merupakan pengalaman yang paling mengesankan, diantara tugas/kegiatan rutin lainnya, selain dari penulis melakukan kegiatan senam pagi yang belum pernah dilakukan sebelumnya, apalagi dengan kebanyakan ditemani oleh ibu-ibu. Selain dari itu juga penulis dapat lebih kenal dengan para pegawai yang lainnya dan berbincang-bincang. Ini merupakan salah satu kesempatan terhadap penulis/mahasiswa yang PKL untuk mendapatkan sumber pengetahuan dan pengalaman yang lainnya, baik yang berhubungan dengan perusahaan maupun yang lainnya.

4. Bimbingan Kehumasan

Hubungan Masyarakat (HUMAS) merupakan bagian dari perusahaan atau organisasi yang bertugas menangani masalah eksternal (diluar dari perusahaan/ organisasi). Hal ini dilakukan kepada mahasiswa/I yang sedang PKL khususnya di Bagian Humas Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar mereka mengetahui apa arti atau pekerjaan dari Humas Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu sendiri, sehingga mereka juga tidak merasa bingung posisi humasnya Sekretaris Daerah Pemerintah Provinis Jawa Barat.

Mahasiswa/I PKL dibimbing dan dijelaskan bahwa apabila ingin menjadi seorang Humas yang sebenarnya harus sebanyak-banyaknya mengumpulkan


(51)

angka kredit atau dengan jelasnya dapat menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan tugas-tugas yang bersifat kehumasan sendiri yang salah satunya adalah membangun citra baik suatu perusahaan, harus dapat menjembatani komunikasi yang baik antara atasan dengan bawaha, begitu juga dengan antar pegawai dan juga dengan instansi – instansi eksternal lainnya. Penjelasan tersebut merupakan tugas yang tercantum dan yang diberikan Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar terciptanya suatu perusahaan yang baik.

5. Membuat Kliping

Kliping ini berisi mengenai informasi-informasi atau berita mengenai Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara umum maupun khusus yang dirangkum dari berbagai media cetak. Tugas Kliping ini menjadi tugas rutin bagi mahasiswa/I PKL, dilakukan dalam surat kabar terdapat artikel-artikel yang berhubungan dengan Berita di Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dan menempel artikel yang telah digunting tersebut pada kertas kliping dengan keterangan nama surat kabar, tanggal terbit, dan judul berita.

Kliping adalah salah satu usaha menyususn kembali beberapa tulisan yang

pernah dimuat oleh media etakterutama surat kabar, yang artinya “kliping adalah

kumpulan guntingan surat kabar, maupun sumber lainnya yang sedang atau akan menarik perhatian disusun dengan system tertentu dalam suatu susunan”. (Lasa, 1994:103)

Sejalan dengan pengertian diatas maka Ensyclopedia International 1972 volume 10 halaman 541 seperti disebutkan Kliping adalah guntingan – guntingan Koran atau majalah yang biasanya dikumpulkan terlebih dahulu dalam folder lipatan atau amplop yang kemudian ditempelkan pada lembaran-lembaran yang


(52)

disusun dengan system tertentu dalam suatu folder, laci, map dan lain-lain. (Lasa,1994 :103).

Kliping yang disusun dengan sistem tertentu pada proses akhirnya didokumentasikan informasi yang dianggap penting seperti yang dikemukakan dalam Kamus Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 1990 menyebutkan kliping adalah guntingan artikel atau berita dari surat kabar, majalah dan sebgainya yang dianggap penting untuk disimpan atau didokumentasikan, menglkiping berarti menempelkan pada kertas lain untuk didokumentasikan. 6. Membantu Pekerjaan Staff seperti menerima telepon dan menyambut tamu yang memiliki kepentingan dengan bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Komunikasi merupakan hal yang paling kompleks, banyak cara dan media dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal, serta suatu komunikasi yang baik didukung juga dari suatu etika atau cara seseorang atau sekelompok orang ketika berkomunikasi dengan orang lain atau sekelompok orang. Hal tersebut sudah menjadi nilai tambah atau bahkan suatu hal yang paling berpengaruhdan penting dalam berkomunikasi.

Salah satu contoh bentuk berkomunikasi adalah selain dari komunikasi tatap muka atau face to face baik itu terhadap tamu (orang asingtau bukan dari perusahaan yang memiliki kepentimngan dalam perusahaan) atau bahkan dengan pihak internal atau dengan staf pegawai di bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sudah harus dijaga dengan baik tentunya dengan etika yang sopan dan menyenangkan, jadi ada suatu kesan yang baik terhadap tamu dan datang ke


(53)

tempat tersebut dan dengan urusannya tersebut khususnya di ruang kerja Bagian internal & eksternal Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Sama halnya dengan bentuk komunikasi interpersonal lainnya yang menggunakan media, contohnya telepon. Seseorang khususnya Humas dituntut untuk memiliki kepandaian atau kelebihan dalam hal berkomunikasi, walaupun tidak bertatap muka secara langfsung, tetapi ada suatu kesan yang baik walau hanya dengan mendengarkan suara.

7. Berfoto Bersama Staff dan Kepala Sub Bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Setelah satu bukan penulis melakukan PKL di bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, penulis tidak lupa untuk meminta kenang-kenangan dari staf pegawai di Bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan berfoto bersama, karena pengalaman bekerja sama yang sangat singkat dengan mereka namun penuh makna, kemudian dari bantuan penyelesaian tugas-tugas PKL, nasihat, masukan untuk kebaikan penulis kedepan dan bantuannya dalam menyelesaikan Laporan PKL ini.

8. Berpamitan dengan Semua Staf Pegawai di Bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Setelah melakukan kegiatan PKL di Bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, penulispun tidak lupa berpamitan dan mengtucapkan terima kasih karena penulis dapatbergabung untuk PKL di Perusahaannya serta telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini sebagaimana mestinya. Hal tersebut juga bukan hanya dilakukan pada staff bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat saja, tetapi juga dengan beberapa staff pegawai lainnya, yang secara langsung


(54)

maupun tidak langsung sudah membantu dan mendukung penulis untuk melakukan PKL dan menyelesaikan tugas yang diberikan di bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

2.2.2 Deskripsi Kegiatan Insidental

Adapun beberapa kegiatan insidental yang dilakukan oleh penulis selama masa Praktek Kerja Lapangan atas perintah pembimbing dan pimpinan di Bagian Humas Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat) maupun yang biasa dilakukan oleh para pegawai Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat, adalah sebagai berikut:

Menghadiri dan mengikuti kegiatan rapat merupakan kegiatan insidentil yang pernah diikuti oleh penulis pada saat praktek kerja lapangan. Kegitan rapat yang pernah penulis ikuti adalah Rapat Paripurna, Rapat BURT (Badan Urusan Rumah Tangga), dan Rapat Pendamping Reses II. Rapat adalah pertemuan (kumpulan) untuk membicarakan sesuatu pokok permasalahan. Rapat paripurna adalah rapat lengkap anggota dan pimpinan dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang dan tugas.

Pada DPRD Provinsi Jawa Barat sendiri rapat paripurna biasanya dilaksanakan dua atau tiga minggu sekali dalam satu bulan. Rapat paripurna yang pernah penulis ikuti adalah Rapat Paripurna Penyampaian Pandangan Umum Fraksi Terhadap 12 Raperda. Dalam rapat tersebut setiap fraksi memberikan pandangannya terhadap 12 Raperda yang diwakilkan oleh satu orang dari setiap fraksi. Pandangan yang disampaikan berupa persetujuan atau penolakan dari 12 raperda yang diajukan. Rapat tersebut selain dihadiri para fraksi, hadir pula Wakil Gubernur Jawa Barat, Pimpinan dan seluruh Wakil Pimpinanan DPRD Jawa


(55)

Barat, Sekretaris DPRD Jawa Barat, Kepala Persidangan, dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Berikut Rapat Paripurna tentang Pandangan Umum Fraksi Terhadap 12 Raperda yang digambarkan pada gambar 2.7, sebagai berikut :

Rapat BURT (Badan Urusan Rumah Tangga) yang pernah penulis ikuti membahas mengenai penganggaran anggaran yang diperlukan bagi keperluan DPRD Provinsi Jawa Barat untuk selanjutnya dilaporkan kepada Gubernur. Rapat ini dihadiri oleh Pimpinan DPRD, Sekretaris DPRD, Kepala Bagian Persidangan, Anggota dewan yang menjadi bagian dari Badan Urusan Rumah Tangga dan Staf Protokol sebagai fasilitator rapat.

2.3Analisis Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat

2.3.1 Analisis Humas

Perkembangan zaman hingga saat ini dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan sosial masyarakat dan semakin berkembangnya pengetahuan dan informasi. Dengan adanya hubungan sosial di masyarakat dapat terciptanya suatu tanggapan atau opini di masyarakat. Opini masyarakat tersebut dapat mempengaruhi penilaian atas pencitraan suatu lembaga atau instansi yang secara langsung terlibat dengan masyarakat. Dari hal tersebut diperlukan suatu peran yang dapat melakukan kegiatan di berbagai tempat dan bidang yang dapat menciptakan suatu hubungan baik. Peran humas atau hubungan masyarakat ini yang diperlukan bagi setiap lembaga atau instansi, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Oleh karena itu, menyadari pentingnya suatu hubungan baik


(56)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pembentuk perangkat pemerintahan provinsi membentuk bagian humas pada Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat.

Menurut Prof. Marston yang dikutip oleh Onong Uchajana Effendy dalam buku yang berjudul Human Relations dan Public Relations menyatakan Public Relations adalah :

“Fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan

kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik” (Effendy, 1993:117).

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya humas atau

public relations menekankan pada fungsi manajemen untuk dapat menilai sikap publik, mengidentifikasi berbagai kebijakan dan tata cara organisasi untuk dapat melaksanakan program kegiatan demi meraih pengertian dan dukungan publik terhadap suatu instansi.

Definisi tentang humas yang dikemukakan oleh Agee yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto dan kawan-kawan dalam buku yang berjudul Komunikasi Massa menyatakan bahwa :

“Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap

publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur dari individu atau sebuah organisasi untuk kepentingan publik, membuat perencanaan dan melaksanakan program tindakan untuk memperoleh pengertian dan

dukungan publik”. (Ardianto, dkk, 2007: 174)

Terdapat defisini lainnya mengenai Humas atau Public Relations, seperti menurut The First World Forum of Public Relations menitikberatkan pada praktik


(57)

Public Relations yang dikutip oleh Rachmat Kriyanto dalam buku Public Relations Writing bahwa :

Public Relations practice adalah seni dan ilmu pengetahuan mengenai proses menganalisis trends, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, memberikan konseling kepada pimpinan organisasi, dan mengimplementasikan program terencana yang akan melayani

kepentingan organisasi dan publik”. (Kriyanto, 2008: 5)

Dari ketiga definisi diatas dapat diketahui bahwa seorang Humas atau Public Relations merupakan bagian dari fungsi manajemen yang diharuskan melakukan suatu identifikasi dan analisis tentang kebijakan, prosedur hingga apa yang menjadi kepentingan dan keinginan organisasi dan publik. Humas juga harus dapat mengimplementasikan apa yang menjadi program kerja atau kegiatan dari instansi terkait. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh pengertian dan dukungan masyarakat dalam membentuk suatu citra instansi atas pelayanan dari implementasi program kegiatan. Humas merupakan ujung tombak dari perusahaan yang diperlukan untuk menciptakan pencitraan positif dan hubungan yang baik antara instansi-instansi dan masyarakat, karena humas sebagai corong dalam menjalin hubungan baik dengan instansi terkait maupun masyarakat.

2.3.2. Analisis Aktivitas Humas

Humas atau Public Relations sebagai bagian dari fungsi manajemen baik pada perusahaan maupun lembaga atau instansi pemerintah sudah selayaknya melakukan beberapa aktivitas yang dapat menguntungkan bagi semua pihak. Dalam aktivitasnya Humas melakukan peranan penting sebagai mediator bagi


(58)

publiknya. Seperti yang dikatakan Silvia Rita dan Widodo Aryanto dalam buku yang berjudul Panduan Praktisi PR bahwa :

“Peran Public Relations dalam suatu perusahaan sebagai komunikator internal perusahaan, narasumber resmi informasi perusahaan, pelaku perubahan dan penggagas budaya perusahaan dan kampiun pengelolaan

krisis”. (Fariani dan Aryanto, 2009: 1-6)

Aktivitas humas tersebut tidak terlepas dari fungsi humas itu sendiri. Fungsi Humas atau Public Relations menurut Bertrand R. Canfield yang dikutip oleh Onong Uchajana Effendy dalam buku yang berjudul Human Relations dan Public Relations menyatakan bahwa :

“Tiga fungsi Public Relations adalah:

1. Mengabdi kepada kepentingan umum (It should serve the public’s

interest).

2. Memelihara komunikasi yang baik (Maintain good communication).

3. Menitik-beratkan moral dan tingkah laku yang baik (And stress good morals and manners)” (Effendy, 1993: 137-138).

Dari pernyataan diatas dapat diketahui peranan humas dalam melakukan aktivitas selalu mengacu pada fungsi-fungsi humas itu sendiri. Sama halnya aktivitas humas dalam pemerintahan memiliki peran yang sama dengan humas perusahaan pada umumnya. Aktivitas humas dalam pemerintahan yaitu melakukan kegiatan dan operasi diberbagai tempat dan bidang dalam mendukung proses pembangunan negara. Dalam melaksanakan aktivitasnya, humas


(59)

pemerintah perlu mengadakan penelitian tentang opini publik terhadap instansi-instansi pemerintahan. Humas dalam instansi-instansi pemerintahan pada dasarnya tidak dapat ikut serta dalam menentukan kebijakan pemerintah dan humas tersebut harus mengikuti garis yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, humas dalam pemerintahan lebih berfungsi sebagai fasilitator dan mediator dalam pelaksanaan kegiatan.

2.3.3. Analisis kerja Humas & Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat

Humas Sekretariat DPRD Provivinsi Jawa Barat dikenal dengan Bagian Humas dan Protokol. Humas dan Protokol ini merupakan penghubung baik dengan publik internal, yaitu anggota dewan maupun publik eksternal, yaitu Organisasi Perangkat Daerah, dinas-dinas dan masyarakat. Bagian Humas dan Protokol dibentuk berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat dan Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Barat. Hal ini didasarkan oleh banyaknya kinerja anggota dewan yang kurang terfasilitasi, maka dari itu Bagian Humas dan Protokol difungsikan sebagai fasilitator dalam menunjang kinerja dewan.

Aktivitas kerja Humas dan Protokol sendiri didasarkan dari Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 30 Tahun 2009 pasal 12. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat memiliki tugas pokok menyelenggarakan dan koordinasi layanan penyelenggaraan Humas dan Protokol. Dengan adanya tugas pokok tersebut Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat memiliki


(60)

kegiatan, baik kegiatan internal maupun eksternal sebagai suatu bentuk penyelenggaraan dan pelayanan kepada publiknya.

Kegiatan internal dari Bagian Humas dan Protokol adalah memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan dewan untuk menunjang kinerjanya. Adapun kegiatan internal yang dilakukan oleh Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat yakni:

1. Menyelenggarakan fasilitas pimpinan dan anggota dewan pada diadakannya kegiatan,.

2. Menyelenggarakan pengkajian program kerja bagian Humas dan Protokol. 3. Menyelenggarakan fasilitas aspirasi masyarakat kepada DPRD.

4. Menyelenggarakan fasilitas kegiatan reses DPRD.

5. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bagian Humas dari Protokol.

6. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

Kegiatan eksternal dari Bagian Humas dan Protokol adalah mengurusi hal yang berhubungan dengan penyuluhan eksternal, hubungan antar media massa, tata usaha dan pameran. Adapun kegiatan eksternal Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat diantaranya :

1. Menjaga hubungan baik dan harmonis dengan kalangan pers, pelanggan pengguna jasa dan pemerintah untuk pencitraan DPRD Provinsi Jawa Barat. 2. Memantau, menghimpun dan menganalisis informasi yang berada di

masyarakat.

Contoh kongkret kegiatan eksternal yang dilakukan humas DPRD Provinsi Jawa Barat diantaranya :


(61)

1. Mengundang pers pada saat kegiatan dewan berlangsung.

2. Melaksanakan talkshow disalah satu media televisi sebagai sosialisasi program kerja dewan atau pembahasan suatu permasalahan pemerintahan.

3. Menerbitkan berita, foto, dan agenda kegiatan melalui website resmi DPRD Provinsi Jawa Barat.

4. Melakukan penerbitan billboard atas pemberitahuan informasi kegiatan yang akan dilaksanakan dewan kepada masyarakat luas.

2.3.4. Analisis Pelayanan Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat kepada Mahasiswa PKL

Pelayanan merupakan serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan juga merupakan suatu proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat (Munir, 2000; 17). Yang dimaksud pelayanan umum adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan guna memenuhi kepentingan orang banyak.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pelayanan merupakan proses kegiatan rutin yang berkesinambungan bertujuan memenuhi kepentingan orang banyak dan memberikan kepuasan. Dengan adanya pelayanan yang dapat memenuhi kepentingan orang banyak, maka dapat menimbulkan pencitraan yang baik bagi instansi. Berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat yang diberikan kepada penulis sangat baik. Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat, penulis diberikan banyak kemudahan.


(62)

Kemudahan yang penulis dapatkan diantaranya, kemudahan dalam proses birokrasi surat perizinan dan pencarian data, kemudahan berkomunikasi dengan pihak Sekretariat dan Bagian Humas DPRD Provinsi Jawa Barat sehingga menciptakan rasa kenyamanan bagi penulis, dan terdapat sambutan yang ramah dan hangat pada saat penulis melakukan perkenalan dan adaptasi. Penulis juga sering mendapatkan bimbingan dan pengarahan mengenai humas pemerintah dan aktivitas humas itu sendiri mulai dari pembimbing PKL di Bagian Humas dan Protokol serta para staf dan karyawannya. Tak hanya bimbingan dan pengarahan, penulis juga diikutsertakan dalam berbagai kegiatan, seperti menghadiri rapat, menjadi pengarah peserta acara dengar pidato Presiden RI, menghadiri acara temu muka dan mengikuti acara buka puasa bersama.

Dari kegiatan, bimbingan, dan pengarahan selama praktek kerja lapangan menambah pengalaman penulis tentang pengaplikasian teori yang telah dipelajari penulis mengenai hubungan masyarakat. Hasil kerja praktek ini dapat memberikan suatu pemahaman yang berarti bagi penulis tentang bagaimana sistematika kerja, manajerial dan pelayanan perusahaan yang semestinya diberikan kepada publik.


(1)

54

Kemudahan yang penulis dapatkan diantaranya, kemudahan dalam proses birokrasi surat perizinan dan pencarian data, kemudahan berkomunikasi dengan pihak Sekretariat dan Bagian Humas DPRD Provinsi Jawa Barat sehingga menciptakan rasa kenyamanan bagi penulis, dan terdapat sambutan yang ramah dan hangat pada saat penulis melakukan perkenalan dan adaptasi. Penulis juga sering mendapatkan bimbingan dan pengarahan mengenai humas pemerintah dan aktivitas humas itu sendiri mulai dari pembimbing PKL di Bagian Humas dan Protokol serta para staf dan karyawannya. Tak hanya bimbingan dan pengarahan, penulis juga diikutsertakan dalam berbagai kegiatan, seperti menghadiri rapat, menjadi pengarah peserta acara dengar pidato Presiden RI, menghadiri acara temu muka dan mengikuti acara buka puasa bersama.

Dari kegiatan, bimbingan, dan pengarahan selama praktek kerja lapangan menambah pengalaman penulis tentang pengaplikasian teori yang telah dipelajari penulis mengenai hubungan masyarakat. Hasil kerja praktek ini dapat memberikan suatu pemahaman yang berarti bagi penulis tentang bagaimana sistematika kerja, manajerial dan pelayanan perusahaan yang semestinya diberikan kepada publik.


(2)

55 BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pegamatan selama melaksanakan PKL, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat dikenal dengan Bagian Humas dan

Protokol. Humas dan Protokol ini merupakan penghubung baik dengan publik internal, yaitu anggota dewan maupun publik eksternal, yaitu Organisasi Perangkat

Daerah, dinas-dinas dan masyarakat. Tetapi, Humas Sekretariat DPRD Provinsi

Jawa Barat ini belum termasuk Humas yang state of being atau yang artinya cara kerjanya belum seperti Humas yang sudah terlembaga.

2. Kegiatan internal dari Bagian Humas dan Protokol adalah memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan dewan untuk menunjang kinerjanya. Adapun kegiatan internal yang dilakukan oleh Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat yakni: menyelenggarakan fasilitas pimpinan dan anggota dewan pada diadakannya kegiatan, menyelenggarakan pengkajian program kerja bagian Humas dan Protokol, menyelenggarakan fasilitas aspirasi masyarakat kepada DPRD, Menyelenggarakan fasilitas kegiatan reses DPRD, menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bagian Humas dan Protokol, menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.


(3)

56

3. Kegiatan eksternal dari Bagian Humas dan Protokol adalah mengurusi hal yang berhubungan dengan penyuluhan eksternal, hubungan antar media massa, tata usaha dan pameran. Adapun kegiatan eksternal Humas dan Protokol Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah menjaga hubungan baik dan harmonis dengan kalangan pers, pelanggan pengguna jasa dan pemerintah untuk pencitraan DPRD Provinsi Jawa Barat. Selain itu, kegiatan eksternalnya juga untuk memantau, menghimpun dan menganalisis informasi yang berada di masyarakat.

4. Kegiatan praktek kerja lapangan yang dilakukan di Humas Sekretariat Provinsi Jawa Barat, diantaranya adalah: apel pagi, membaca koran, senam pagi, bimbingan kehumasan, membuat kliping, dan membantu pekerja staff .

3.2. Saran

Penulis memberikan beberapa saran agar dapat dijadikan masukan dari hasil pengamatan Praktek Kerja Lapangan untuk lebih meningkatkan dan mengefektifkan perkembangan komunikasi yang terjalin antara mahasiswa dan instansi sebagai berikut.

3.2.1. Saran untuk Instansi

1. Humas Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam melakukan kegiatan internal dan eksternalnya untuk dapat memaksimalkan pelayanannya terhadap publik, serta dapat menciptakan citra yang lebih baik bagi instansi.


(4)

2. Instansi diharapkan dapat lebih baik dalam memberikan dukungan terhadap mahasiswa, yaitu dengan memberikan bimbingan dan evaluasi ketika mahasiswa menjalankan tugasnya selama melaksanakan Tugas Praktek Kerja Lapangan, serta selalu melibatkan mahasiswa dalam setiap kegiatan yang sehingga terjalin kerjasama yang baik.

3. Kerjasama ini hendaknya tidak hanya terbatas pada waktu pelaksanaan PKL saja, tetapi di luar itu akan lebih baik apabila pihak Humas

Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat juga tetap menjalin kerja sama

dengan pihak Universitas, dan melibatkan mahasiswa jurusan Public Relation dalam setiap kegiatan yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman. Contoh : diadakan kegiatan seminar berkaitan dengan fenomena yang terjadi di dalam pemerintahan.

3.2.2. Saran untuk Mahasiswa

1. Melalui pelaksanaan PKL ini, mahasiswa dapat menambah pengalamannya dan mempraktekkan teori ilmu komunikasi Public Relations dalam dunia kerja khususnya dalam sebuah tim kerja Humas. PKL ini juga dapat dijadikan referansi dikemudian hari bagi mahasiswa setelah ia memasuki dunia kerja, karena akan memberikan kontribusi dalam menambah rasa percaya diri dan melatih mental. Oleh sebab itu disarankan agar setiap mahasiswa dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya selama masa PKL.


(5)

58

2. Disarankan kepada mahasiswa agar dapat menyumbangkan pola pikirnya untuk instansi serta memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai motivasi dalam membuka wawasan, sehingga mempunyai acuan supaya lebih mengembangkan sikap aktif, kreatif dan inovatif. 3. Mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL diharapkan bisa

memposisikan dirinya dan menjaga sopan santunnya baik dari segi sikap dan tingkah laku, perkataan, penampilan dan hal-hal lainnya karena hal ini menyangkut nama baik Universitas.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahma, Oemi. (1995). Dasar-dasar Public Relations. Jakarta : Citra Aditya Bakti.

Humas Setda Provinsi Jawa Barat. 2004. Profil Jawa Barat. Bandung Jefkins, Frank. 2004. Public Relations. Erlangga. Jakarta.

Mulyana, Deddy. 1996. HUMAN COMMUNICATION. “Prinsip-Prinsip Dasar”. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Ruslan, Rosady, S.h,. 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kesali, Renald. 2004. Manajemen Public Relations. PT. Temprit. Jakarta.

Uchjana Effendi, Onong. (1991) Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumber Lain :