BAB I Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan Tahun 2016

Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
BAB I
PENDAHULUAN

I-1.

Latar Belakang
Sungai merupakan suatu sistem utama hidrologi, dimana sungai merupakan

outlet air dari wilayah DAS. Sungai menjadi tempat berkumpulnya kembali setelah
melalui presipitasi dan mengalami berbagai proses baik alami maupun hasil campur
tangan manusia. Adakalanya air yang kembali lagi ke sungai kondisinya sudah
kurang baik secara kualitas. Hal ini menyebabkan kondisi ekologis sungai menjadi
menurun kualitasnya terutama karena adanya pencemaran air, baik pencemaran
langsung di badan sungai maupun pencemaran lahan yang akhirnya mencemari air
tanah yang kemudian mengalir ke sungai. Walaupun sebenarnya secara alami sungai
mampu melakukan pemurnian air secara alami (purifikasi) namun apabila beban
pencemaran yang didapatnya melebihi kemampuannya maka kualitas air sungai akan
menurun dalam menopang kehidupan di sekitarnya.
Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup menyatakan bahwa Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air didefinisikan
bahwa Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas

I-1

Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.
Dari definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya
menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek
akibat. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi, juga
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap
sebagai pencemaran.
Indikator bahwa air lingkungan telah tercemar adalah ditandai dengan adanya

perubahan atau tanda-tanda yang dapat diamati melalui: (1) Adanya perubahan suhu
air, (2) Adanya perubahan nilai pH atau konsentrasi ion hidrogen, (3) Adanya
perubahan warna, bau, dan rasa air, (4) Timbulnya endapan, koloid, bahan terlarut,
(5) Adanya mikroorganisme dan (6) Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Indikator atau tanda bahwa air telah tercemar menurut Anonim (2008) terdiri
dari tiga jenis, yaitu sumber pencemar yang berasal dari sumber fisik, sumber kimia,
dan sumber biologis. Sumber fisik berasal dari kegiatan rumah tangga, pasar, jalan,
dan lain-lain yang biasanya membuang sampah di sembarang tempat. Sumber kimia
berasal dari kegiatan-kegiatan industri yang membuang limbah industrinya yang
mengandung bahan-bahan kimia tanpa pengolahan lebih lanjut, atau sudah diolah
tetapi buangannya tidak sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan
Pemerintah. Sedangkan sumber biologis berasal dari adanya kehidupan mikroba
tersebut di dalam air,banyak menimbulkan kerugian, walaupun juga banyak manfaat
dan keuntungan.
Kabupaten Grobogan termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai
Jratunseluna (Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana) yang termasuk dalam Sub
DAS Tuntang, Serang, dan Lusi hilir. Kondisi kualitas air Sungai yang meliputi
Sungai Lusi, Sungai Serang dan Sungai Tuntang sangat dipengaruhi oleh kondisi

I-2


Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
penggunaan lahan di ketiga Sub DAS tersebut. Berdasarkan RPJMD Kab. Grobogan
Tahun 2011-2016, penggunaan lahan di Kabupaten Grobogan didominasi oleh lahan
sawah sebesar 32% dari luas wilayah keseluruhan yaitu 197.586,42 ha, dan sisanya
yaitu 68% terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan seperti bangunan, tegalan,
rawa, hutan, dan perkebunan.

Sejalan dengan hal tersebut, berbagai aktivitas

penduduk di Kab. Grobogan seperti kegiatan pertanian, pemukiman, serta industri
inilah yang diduga berperan sebagai sumber pencemar badan air.
Dampak dari bahan pencemar pada sungai tergantung dari sifat alamiah dan
karakteristik sungai itu sendiri. Beberapa yang termasuk karakteristik sungai antara
lain volume dan kecepatan air yang mengalir pada sungai, kedalaman sungai dan
jenis dasar sungai. Secara teoritis, aliran dan dispersi bahan pencemar dalam
lingkugan perairan dikendalikan oleh pergerakan massa dan pencampuran atau
difusi. Ketika massa bahan kimia dibuang ke sungai, massa dari bahan kimia tersebut
akan mengalir dengan kecepatan rata-rata aliran sungai. Bahan kimia yang mengalir

dapat tersebar dalam badan sungai akibat dari turbulensi dan kecepatan yang tidak
seragam seragam sepanjang sungai. Kecepatan aliran air pada sungai biasanya
bernilai maksimum di dekat pusat sungai dan di bawah permukaan, sedangkan air di
dekat dasar dan tepi sungai diperlambat oleh adanya pengaruh aliran sehingga
pencampuran menjadi semakin besar
Berdasarkan fakta di atas maka Sungai Tuntang, Sungai Lusi dan Sungai
Serang sebagai salah satu penopang kehidupan di Kabupaten Grobogan perlu
dilakukan pengelolaan dan pemantauan terhadap kualitas airnya. Berdasarkan
Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 81 Tahun 2014 dan Peraturan Gubernur Jawa
Tengah No.5 Tahun 2014 serta Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 Tahun 2013,
pengelolaan dan pemantauan air sungai dilakukan oleh pemerintah daerah melalui

I-3

Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota. Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan adalah instansi yang berwenang dalam
pengelolaan lingkungan hidup termasuk pengelolaan sistem informasi lingkungan
hidup.Sistem informasi lingkungan meliputi informasi mengenai kondisi lingkungan

hidup yang dalam hal ini adalah kondisi kualitas air Sungai Lusi, Sungai Tuntang dan
Sungai Serang.
Upaya pengelolaan dan pemantauan kualitas air sungai tersebut dilaksanakan
sebagai dasar evaluasi pengendalian pencemaran air dan pengendalian kerusakan
lingkungan. Selain itu, upaya tersebut juga dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai lingkungan hidup secara
terbuka dan akuntabel dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang Good
Corporate Governance.
Dalam rangka pemberian informasi mengenai lingkungan hidup, maka
perlu disediakan basis data yang lengkap dan akurat, sehingga pencarian informasi
dapat

diakses dengan mudah

dan cepat. Untuk mewadahi system informasi

tersebut dengan pembuatan dan update data base maka Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Grobogan pada Tahun Anggaran 2016 melaksanakan Pekerjaan Pemetaan
Potensi Kerusakan Lingkungan di Kabupaten Grobogan.


I-2.

LANDASAN HUKUM
Landasan pelaksanaan Kegiatan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan di

Kabupaten Grobogan adalah :
a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

I-4

Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
b) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air
c) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang
Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air
d) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah
e) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Limbah
f) Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
g) Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Grobogan 2010-2030
I-3.

MAKSUD DAN TUJUAN

a) Maksud
Pekerjaan Pemetaan Potensi Kerusakan

Lingkungan

di Kabupaten

Grobogandimaksudkan untuk menyajikan database dengan basis GIS agar data
lebih mudah dibaca sehingga memudahkan penggunaan untuk perencanaan,
penelitian, maupun konsumsi publik.

b) Tujuan
 Mengintegrasikan database kualitas air sungai dengan Sistem Informasi
Lingkungan
 Sebagai acuan pengawasan dan pengendalian pencemaran air sungai.

I-5

Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
I-4.

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam kegiatan ini meliputi ruang lingkup wilayah, ruang

lingkup kegiatan, dan ruang lingkup waktu.
a) Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah meliputi Sungai Lusi, Sungai Serang dan Sungai
Tuntang yang berada di Kab.Grobogan.
b) Ruang Lingkup Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemantauan kualitas

air sungai di Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan, merupakan studi literatur, interpretasi

titik-titik

pengambilan air sungai, persiapan administrasi dan perlengkapan
lapangan
2. Pengamatan lapangan, meliputi kegiatan pendataan lokasi sekitar
pengambilan sampel air sungai seperti titik koordinat sampling,
vegetasi sekitar lokasi sampling, waktu sampling dan lain sebgainya
sebagai data lapangan.
3. Pengambilan sampel permukaan air sungai, meliputi pengambilan
sampel air sungai di masing-masing titik yang telah ditentukan.
4. Pengukurn parameter lapangan dilakukan pada saat pengambilan
sampel di setiap titik koordinat yang telah ditentukan dengan
menggunakan peralatan parameter lapangan, adapun parameter yang
langsung diukur di lapangan adalah temperatur, pH, rdan residu
tersuspensi.
5. Penyimpanan dan pengawetan sampel air sungai. Tahapan ini untuk
mempertahankan kondsi sampel agar tidak mengalami perubahan

selama transportasi menuju laboratorium. Sampel air sungai di
tempatkan pada botol yang kemudian ditempatkan dalam ice cool box
dengan tujuan adar tidaj terjadi perubahan kondisi air antara kondisi

I-6

Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan
sungai sebenarnya dengan pada saat pengukuran atau penganalisaan di
laboratorium.
6. Preparasi dan analisis sampel laboratorium
Parameter yang diuji di laboratorium melalui beberapa tahapan
sebelum dianalisa. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah
pemberian kode analisa, kemudian dipreparasi sesuai dengan metode
uji standar yang tertelusur, pengukuran menggunakan instrumentasi
sesuai dengan parameter yang dianalisis dan terakhir pengolahan hasil
pengukuran.
Adapun parameter yang dianalisa di laboratorium meliputi: Fisika (Residu
Terlarut), kimia (BOD, COD, DO, Total Fosfat, NO 3 sebagai N (NO3),
Cd, Cr+6, Nitrit sebagai N (NO2), Deterjen, Fenol), Biologi (Fecal

Coliform dan Total Coliform). Kegitan Preparasi dan analisa ini dilakukan
di laboratorium CITO Semarang.
c) Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah selama
60 hari kalender atau 2 bulan.

I-7